SKRIPSI
Disusun Oleh:
ANASTASIA KHOIROTINNISA
NPM : P2.31.30.1.12.001
INTISARI
SKRIPSI, 2016
ANASTASIA KHOIROTINNISA
Kata Kunci : MRI Brain, Variasi Time Inversion dan Kualitas Citra
Daftar Bacaan : 27 buah (1989 - 2016)
vi
7
vii
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk ujian akhir Diploma 4 Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
Adapun judul skripsi ini adalah :
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan
bantuan dari berbagai pihak, selain pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, yang selalu memberikan dukungan moril, materil, serta
doa yang tiada henti-hentinya.
2. Ibu Dra. Hj. Gando Sari, M. Kes, sebagai ketua jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta
II.
3. Bapak Arif Jauhari, S. Si, M. KKK, sebagai dosen pembimbing materi
skripsi ini.
4. Bapak Khairil Anwar, S.Pd. M. Kes, sebagai dosen pembimbing teknis
skripsi ini.
5. Bapak Heri Wiranto S.ST, sebagai instuktur lapangan yang memberikan
banyak masukan, pengajaran, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh staf Radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
7. Seluruh staf dan dosen pengajar Teknik Radiologi Jurusan
Radiodiagnostik Dan Radioterapi Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
8. Seluruh rekan-rekan seangkatan Program Diploma 4 yang telah ikut
memberikan dukungan.
viii
9
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ix
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
INTISARI .................................................................................................................vi
ABSTRAK ................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xiii
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................4
C. Batasan Masalah ........................................................................................4
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................4
E. Manfaat Penelitian .....................................................................................5
F. Keaslian Penelitian ....................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ......................................................................9
A. Kajian Teori ...............................................................................................9
1. Definisi Magnetic Resonance Imaging (MRI)......................................9
2. Dasar-Dasar MRI ..................................................................................9
a. Prinsip Dasar MRI .........................................................................9
b. Instrumentasi MRI .........................................................................14
c. Parameter-Parameter MRI .............................................................19
x
11
xi
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Atom dan Magnet yang dihasilkan dari rotasi atom itu sendiri .........10
Gambar 2.2 Atom Hydrogen menjadi parallel dan anti parallel ..........................12
Gambar 2.7 Kista ganglion pada infra-patellar. Axial (A) dan sagital (B) pada T2-
Weighted menunjukan batasan intensitas sinyal yang rendah akibat
chemical shift artifact ..........................................................................35
xii
13
Gambar 4.5 (A) Hasil Gambaran MRI Brain Kasus Tumor dengan Time Inversion
1900 ms (B) Hasil Gambaran MRI Brain Kasus Tumor dengan Time
Inversion 2200 ms (C) Hasil Gambaran MRI Brain Kasus Tumor
dengan Time Inversion 2500 ms ........................................................61
xiii
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ........................6
Tabel 2.1 Konstanta Gyromagnetik ..........................................................................11
Tabel 2.2 Definisi Operasional .................................................................................47
Tabel 3.1 Skala Likert Untuk Penilaian Aspek Resolusi dan Kontras ......................52
Tabel 3.2 Skala Likert Untuk Penilaian Aspek Artefak ............................................52
Tabel 4.1 Pengecekan Pemeliharaan Alat Atau Kalibrasi ........................................54
Tabel 4.2 Demografi Sampel ....................................................................................60
Tabel 4.3 Jumlah Nilai dan Rata-Rata Time Inversion 1900 ms, Time Inversion
2200 ms dan Time Inversion 2500 ms Aspek Resolusi ............................62
Tabel 4.4 Jumlah Nilai dan Rata-Rata Time Inversion 1900 ms, Time Inversion
2200 ms dan Time Inversion 2500 ms Aspek Kontras .............................63
Tabel 4.5 Jumlah Nilai dan Rata-Rata Time Inversion 1900 ms, Time Inversion
2200 ms dan Time Inversion 2500 ms Aspek Artefak ..............................63
xiv
15
LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik yang
mengkombinasikan teknologi komputer, medan magnet yang kuat dan
gelombang radio untuk menghasilkan gambaran yang tajam dan jelas dari
jaringan internal tubuh (1).
MRI menjadi teknik utama tindakan diagnosis rutin terhadap
beberapa proses penyakit. Pemeriksaan MRI memiliki berbagai
keuntungan dan merupakan pemeriksaan yang bersifat non invansif,
menggunakan radiasi non ionisasi, dan menghasilkan resolusi yang tinggi
terhadap jaringan lunak serta memungkinkan untuk pencitraan dengan
berbagai arah irisan pada segala bidang (transversal, sagital, coronal
bahkan oblique). Selain itu, pemeriksaan MRI selain memberikan
informasi secara morfologi juga memberikan informasi secara fungsional.
Informasi dari hasil pencitraan MRI didasarkan pada berbagai macam
parameter jaringan, dimana setiap parameter tersebut akan memberikan
kontras jaringan yang berbeda-beda (2).
MRI dengan cepat berkembang menjadi modalitas pencitraan pilihan
untuk berbagai kelainan neurologis, antara lain anomali kongenital
terutama pada fosa posterior (Arnold-Chiari); proses patologi pada sella
tursica seperti tumor hypofise, lesi pada fossa posterior yang melibatkan
batang otak atau cerebellum seperti glioma batang otak, astrositoma
cerebellum, lesi pada lobus temporalis (3).
Tumor otak adalah lesi yang mendesak ruang otak pada intracranial.
Tumor otak dapat berupa tumor jinak maupun ganas. Tumor tersebut
tumbuh di otak, meningeal dan tengkorak(4). Diagnosa tumor otak
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksaan radiologi salah satunya adalah dengan menggunakan
modalitas MRI.
1
2
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni enam per 100.000
dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut
masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya,
walaupun tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang
otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada
tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat
ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan
frekuensi 80% terletak pada intracranial dan 20% di dalam canalis
spinalis. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang
pada dewasa pada usia 30-70 dengan usia 40-65 tahun (5).
Pemeriksaan MRI Brain di Rumah Sakit Kanker Dharmais per bulan
pada tahun 2016 data kunjungan pasien dapat mencapai 80 pasien,
sedangkan pada pasien dengan kasus tumor pada Brain dapat mencapai
15-20 pasien per bulan.
Berdasarkan literatur kepustakaan, sequence rutin yang digunakan
dalam pemeriksaan MRI Brain dengan kasus tumor salah satunya adalah
dengan menggunakan sequence Fluid Attenuated Inversion Recovery
(FLAIR) yang merupakan teknik Inversion Recovery (IR) yang berbeda
dari STIR karena menggunakan nilai Time Inversion (TI) yang panjang (6).
Dengan Time Inversion yang panjang maka terdapat penekanan pada
sinyal dari Cerebro Spinalis Fluid (CSF) dan dapat mendeteksi sinyal dari
jaringan Brain, tumor, edema dan lemak (7) (8).
Berdasarkan pengalaman Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan
observasi di Rumah Sakit, terdapat ketidakseragaman pada penggunaan
Time Inversion (TI) pada sequence FLAIR, seperti pada pemeriksaan MRI
Brain. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais menggunakan Time Inversion
(TI) 2500 ms, sedangkan menurut literatur kepustakaan menyatakan
bahwa penggunaan Time Inversion pada sequence FLAIR yaitu sekitar
(9)
1700-2200 ms . Pada penelitian ini penulis akan melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh variasi Time Inversion pada sequence FLAIR
dengan kasus tumor Brain, yaitu Time Inversion 1900 ms, Time Inversion
2200 ms dan Time Inversion 2500 ms.
3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah :
Bagaimana pengaruh dilihat dari penggunaan variasi Time Inversion 1900
ms, Time Inversion 2200 ms dan Time Inversion 2500 ms terhadap
kualitas citra pada pemeriksaan MRI Brain dengan klinis tumor di Rumah
Sakit Kanker Dharmais?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian adalah pemeriksaan yang dilakukan hanya
pada pemeriksaan MRI Brain klinis tumor dengan menggunakan variasi
Time Inversion pada sequence FLAIR potongan axial, yaitu Time
Inversion 1900 ms, Time Inversion 2200 ms dan Time Inversion 2500 ms
terhadap indikator kualitas citra pada pemeriksaan MRI Brain dengan
kasus tumor yaitu resolusi, kontras dan artefak. Sedangkan pengaruhnya
terhadap noise tidak diteliti karena sangat minim bahkan tidak tampak.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menguraikan pengaruh variasi nilai Time Inversion sequence
FLAIR terhadap kualitas citra MRI Brain dengan klinis tumor di
Rumah Sakit Kanker Dharmais.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan pengaruh variasi nilai Time Inversion 1900 ms, 2200
ms dan 2500 ms terhadap resolusi pada sequence FLAIR
pemeriksaan MRI Brain dengan klinis tumor di Rumah Sakit
Kanker Dharmais.
b. Menguraikan pengaruh variasi nilai Time Inversion 1900 ms, 2200
ms dan 2500 ms terhadap kontras pada sequence FLAIR
pemeriksaan MRI Brain dengan klinis tumor di Rumah Sakit
Kanker Dharmais.
c. Menguraikan pengaruh variasi nilai Time Inversion 1900 ms, 2200
ms dan 2500 ms terhadap artefak pada sequence FLAIR
5
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Keilmuan
Diharapkan dapat menambah wawasan, khasanah dan
perbendaharaan referensi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang radiologi tentang pemeriksaan MRI Brain.
2. Manfaat Institusi
Secara praktis dapat dijadikan bahan masukan atau pertimbangan
dalam melakukan pemeriksaan MRI Brain dengan klinis tumor
terhadap kualitas citra di Rumah Sakit Kanker Dharmais sehingga
memberikan hasil diagnosis yang informatif dan tepat.
3. Manfaat bagi penulis
Dapat menambah wawasan penulis tentang pengaruh variasi Time
Inversion sequence FLAIR pada pemeriksaan MRI Brain dengan
klinis tumor terhadap kualitas citra di Rumah Sakit Kanker Dharmais
dan pemilihan Time Inversion yang tepat sehingga menghasilkan
kualitas citra yang baik.
F. Keaslian Penelitian
Sebagai bentuk pertanggungjawaban keaslian penelitian, pada Tabel
1.1 dibawah ini akan dipaparkan perbandingan penelitian dengan judul
“Pengaruh Variasi Time Inversion Sequence Fluid Attenuated Inversion
Recovery (FLAIR) Terhadap Kualitas Citra MRI Brain Kasus Tumor Di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta” dengan penelitian-penelitian
sebelumnya pada area penelitian yang sama.
6
e. Untuk
mengetahui
bagaimana
pengaruh
variasi TI
terhadap hasil
gambaran
Gyrus.
f. Untuk
mengetahui
dengan
rentang nilai
Time
Inversion
2300 ms
sampai
dengan 2600
ms, pada Time
Inversion
berapakah
yang mampu
memperlihatk
an gambaran
otak dengan
baik.
g. Untuk
mengetahui
perbedaan
Acquisition
Time dengan
penggunaan
variasi Time
Inversion.
c. Kerangka Konsep - Variabel
Independen :
Variasi TI 2300
ms 2400 ms,
2500 ms, dan
2600 ms.
Variabel
Dependen :
Hasil gambaran
anatomi otak
pada ventricle,
batang otak,
lobus, sulcus
.
8
d. Jenis/Desain Penelitian -
Penelitian yang bersifat
kuantitatif
dengan metode
eksperimen
g. Metode - Eksperimen,
Pengumpulan tanya jawab,
Data studi
kepustakaan
h. Instrumen Lembar Kerja Komputer
Penelitian dan Lembar
kuisioner
i. Pengolahan dan - Uji Chi Square
Analisis Data
9
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Definisi Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik pencitraan
yang menggunakan kekuatan medan magnet dan gelombang Radio-
Frequency (RF) terutama digunakan dalam pengaturan medis untuk
menghasilkan citra berkualitas tinggi pada bagian dalam tubuh
manusia. MRI didasarkan pada prisnsip-prinsip Nuklear Magnetic
Resonance (NMR). MRI dimulai sebagai teknik tomografi pencitraan
yang menghasilkan gambar dari sinyal NMR dalam irisan yang tipis
pada tubuh manusia (11).
MRI adalah teknik pencitraan khusus non invansif yang
menggunakan medan magnet, gelombang radio dan komputer untuk
melihat abnormalitas berupa tumor atau penyempitan jaringan lunak,
seperti otot, tendon dan tulang rawan. Karena yang digunakan
elektromagnet, pasien yang mengenakan implant logam, brace atau
pacemaker tidak dapat menjalani pemeriksaan ini. Pasien yang
menderita claustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan
tertutup pada peralatan MRI tanpa penerangan (12).
2. Dasar-Dasar MRI
a. Prinsip Dasar MRI
Bagian terkecil dari material yang tidak dapat dibagi lagi
dikenal dengan atom. Atom tersusun atas partikel dasar atom yaitu
: electron, proton dan neutron. Electron merupakan partikel
bermuatan negatif yang bergerak mengelilingi inti atom (nucleus).
Inti atom tersusun atas proton (bermuatan positif) dan neutron
(tidak bermuatan). Gabungan antara proton dan neutron disebut
nucleon. Seluruh inti atom dengan jumlah nucleon ganjil dan
9
10
Electron
Proton
Nucleus
Gambar 2.1 (a) Atom (b) Magnet kecil yang dihasilkan dari
rotasi atom itu sendiri (17)
b. Instrumentasi MRI
1) Sistem Magnet
Magnet adalah komponen dasar dari sebuah scanner MRI.
Magnet tersedia dalam berbagai kekuatan lapangan, bentuk,
dan bahan. Semua bidang magnet kekuatan diukur dalam
satuan Tesla atau Gauss (1 Tesla = 10.000 Gauss). Magnet
biasanya dikategorikan sebagai sistem low, medium, high field
dan ultra-high-field. Magnet low field memiliki kekuatan
magnet utama kurang dari 0,5 T. Sistem medium field memiliki
kekuatan magnet utama antara 0,5 dan 1,0 T. Sistem high field
memiliki kekuatan magnet utama antara 1,0 T dan 1,5 T, dan
sistem ultra-high-field harus memiliki kekuatan magnet utama
3,0 T atau lebih (13).
Terdapat 3 jenis magnet utama yang tersedia saat ini, yaitu
magnet resistif, magnet permanen dan magnet superkonduktif,
Magnet ini dapat dibandingkan dengan kekuatan di lapangan,
homogenitas dari medan magnet, volume pencitraan, stabilitas
lapangan, biaya dan berat magnet. Adapun 3 jenis magnet
tersebut adalah :
a) Magnet Resistif
Magnet resistif memiliki konstruksi yang sederhana
dibandingkan dengan magnet lainnya. Magnet dihasilkan
oleh aliran arus DC yang besar melalui kumparan resistif
untuk menghasilkan medan magnet utama. Kekurangan
dari magnet resistif adalah stabilitas power supply yang
sangat rendah dan menghasilkan suhu yang tinggi selama
magnet dioperasikan (14).
Magnet resistif memerlukan penyekat (magnetic
shielding) untuk melindungi lingkungan sekitar terhadap
pengaruh medan magnetnya serta sebaliknya. Pengaruh dari
luar yang dapat mengganggu homogenitas medan magnet
ini adalah benda feromagnetik (2).
15
b) Magnet Permanen
Magnet permanen merupakan sistem yang sering
digunakan daripada magnet resistif dan magnet
superkonduktif. Kekuatannya berkisar antara 0,2 – 0,35 T
dan beratnya sekitar 10-20 ton. Memiliki design yang lebih
kecil dan magnet permanen memiliki biaya pembelian dan
pemeliharaan yang rendah (14).
Yang dimaksud dengan magnet permanen adalah besi,
ferrite atau baja yang bersifat magnet tetap. Kelebihan
magnet permanen daripada magnet lainnya adalah tidak
memerlukan biaya operasional, pengaruh medan magnetnya
terhadap lingkungan kecil sehingga tidak memerlukan
penyekat magnet. Namun, magnet permanen juga memiliki
kekurangan yaitu faktor berat dan kestabilan termalnya. Hal
ini berpengaruh terhadap besarnya kuat medan magnet
yang dihasilkan. Oleh karena itu, MRI dengan magnet
permanen memerlukan sistem pemanas yang akan menjaga
kestabilan suhu magnet sekitar 32 derajat dengan toleransi
+/- 0.10 C (untuk magnet dari bahan ferrite) (2).
c) Magnet Superkonduktif
Magnet superkonduktif prinsipnya sama dengan
magnet resistif, namun kumparan yang dipakai dari bahan
niobium-titanium atau niobium-seng. Kumparan ini
didinginkan sampai suhu mendekati nol mutlak (4,2 Kelvin
= -269º C), sehingga mencapai keadaan superkonduktif
(tahanannya menjadi praktis nol) dan sekali arus dialirkan
maka akan mengalir terus menerus tanpa henti. Akibatnya
biaya operasional untuk energi listrik tidak begitu besar dan
dapat dihasilkan medan magnet yang lebih kuat dan lebih
stabil.
Namun biaya operasionalnya bertambah karena magnet
ini memerlukan perlengkapan tambahan yang disebut
16
4) Sistem Komputer
Komputer pada MRI berfungsi untuk menjalankan
program aplikasi. Program aplikasi ini bertugas untuk
mengoperasikan sistem MRI secara keseluruhan, menentukan
parameter-parameter pengukuran, serta untuk mengolah,
menampilkan dan menyimpan citra. Sistem MRI membutuhkan
pengendalian yang berkinerja tinggi dan perangkat evaluasi
yang menjadi antar muka antara sistem dan pengguna. Instruksi
operator yang diberikan melalui keyboard akan diterjemahkan
oleh program aplikasi menjadi data kontrol. Data hasil
pengukuran yang diperoleh oleh sistem pengukuran akan
ditransfer kembali ke komputer utama yang kemudian akan
diolah oleh program aplikasi. Program aplikasi akan
memproses data hasil pengukuran menjadi data citra yang
kemudian akan ditampilkan pada layar monitor (2).
c. Parameter-Parameter MRI
1) Parameter Intrinsik
Parameter intrinsik adalah parameter yang tidak dapat
diubah dan diatur oleh operator. Parameter ini terdiri dari:
a) T1 (Spin-Lattice Relaxation)
T1 atau Spin-Lattice Relaxation adalah waktu yang
diperlukan oleh komponen z dari vektor magnetisasi M
mencapai nilai 63% dari nilainya semula sebelum diberi
pulsa eksitasi. Disebut juga sebagai longitudinal
relaxation time. T1 menyatakan karakteristik yang
menentukan lamanya inti-inti yang berpresisi tersebut
kembali pada keseimbangan termal dengan sekelilingnya.
Pada keadaan awal magnetisasi parallel dengan Bo dalam
keadaan equilibrium dan apabila terjadi penyerapan energi
maka magnetisasi akan berputar ke arah bidang
transversal (bidang xy). Relaksasi T1 adalah mekanisme
20
echo
Time
a. Resolusi
Resolusi citra MRI menggambarkan apakah citra yang
dihasilkan kabur? Struktur halus yang berdekatan akan sulit
dibedakan bila resolusi citra buruk. Batas-batas antar jaringan yang
berbeda tidak tegas. Informasi patologi yang kecil pada citra akan
sulit untuk didiagnosis. Resolusi yang cukup merupakan salah satu
syarat untuk melakukan diagnosis terhadap patologi yang kecil (2).
Resolusi merupakan jarak minimum antara 2 objek yang
terpisah dan berbeda dalam sebuah gambar. Untuk menambah
resolusi pada citra, jumlah dari voxel per slice sesuai dengan
kebutuhan untuk diakuisisi dan menggunakan ukuran pixel yang
lebih besar (20).
Berdasarkan pengertian diatas, resolusi adalah kemampuan
untuk membedakan 2 jaringan yang saling berdekatan dengan
batasan yang tegas serta mampu memvisualisasikan struktur
anatomi dan patologi yang kecil.
Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi resolusi citra yaitu
slice thickness, FOV dan matrix. Sebuah citra MRI tersusun dari
banyaknya pixel, setiap pixel memiliki derajat keabuan. Satu pixel
mewakili satu volume element (voxel) atau voxel pada suatu irisan.
Kekuatan sinyal akan tergantung pada jumlah inti atom H yang
menghasilkan sinyal pada voxel tersebut.
Resolusi area adalah sebuah fungsi ukuran pixel. Ukuran pixel
dapat diatur melalui penentuan parameter FOV (Field Of View)
atau lapangan pengamatan ukuran matrix. Makin kecil ukuran pixel
maka resolusi area akan semakin baik.
Sedangkan spatial resolusi dari suatu citra dicapai dengan
memperhatikan ketebalan irisan potongan citra. Resolusi spasial
ditentukan oleh ukuran voxel. Makin kecil ukuran voxel maka
semakin tinggi resolusi ruangnya, namun sinyal yang dapat terukur
makin lemah. Artinya ukuran voxel tidak hanya mempengaruhi
resolusi citra, tetapi juga kekuatan sinyal, karena semakin besar
33
b. Derau (Noise)
Derau (Noise) pada citra merupakan fluktuasi statistik dari
intensitas sinyal yang tidak berkontribusi terhadap informasi pada
suatu citra. Derau pada citra akan nampak sebagai butiran-butiran
halus, dengan pola yang tidak beraturan (2).
Pada prinsipnya, pengaruh dari derau tidak dapat dihindari,
karena hal ini terutama ditimbulkan oleh sifat-sifat fisika (2) :
1) Derau elektromagnetik dalam tubuh yang disebabkan oleh
pergerakan partikel molekul yang bermuatan
2) Efek derau yang disebabkan tahanan listrik coil penerima dan
rangkaian electronic pengukuran.
Derau pada citra MRI tergantung pada :
1) Ukuran coil : body coil, local coil, array coil
2) Urutan pulsa-pulsa pengukuran yang digunakan
c. Kontras
Kontras adalah perbedaan relatif kekuatan sinyal antara dua
jenis jaringan yang berbeda. Nilai SNR yang tinggi secara tunggal
tidak menjamin memberikan kualitas citra yang baik. Kemampuan
untuk membedakan jaringan yang diamati merupakan hal yang
sangat penting, contoh perbedaan kontras antara berbagai jenis
jaringan, terutama antara jaringan patologi dan jaringan yang sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras adalah : Urutan pulsa
(sequence): Spin Echo, Inversion Recovery, Gradient Echo, Turbo
Squence, dan Slice Profile dan parameter pulsa : TR, TE, TI, sudut
simpangan (flip angle) (2).
34
d. Artifact
Adalah suatu pola pada citra yang bukan merupakan bagian
dari objek yang diamati (2). Artefak dapat mengurangi kualitas citra
radiograf karena dapat menyulitkan untuk menentukan diagnosa
dari anatomi dan patologi (21).
Kategori artefak adalah :
1) Flow dan Motion Artifact
Phase magnetisasi makroskopik digunakan sebagai
informasi spasial dalam arah tegak lurus ke arah frekuensi
encoding. Pada aliran dan pergerakan objek dapat menganggu
phase koherensi ini. Aliran dan pergerakan objek memiliki
posisi phase yang salah, tidak sesuai dengan posisi phase dari
jaringan stasioner dilokasi yang sama. Konsekuensinya adalah
bahwa kemungkinan tidak ada sinyal yang sesuai dengan phase
untuk posisi tertentu.
4. Otak
a. Anatomi dan Fisiologi Otak (25)
Otak dapat dibagi menjadi 4 wilayah anatomi, masing-masing
mempunyai satu struktur atau lebih, yang meliputi cerebrum,
diencephalon, brain stem dan cerebellum.
1) Cerebrum
Cerebrum, dikenal juga sebagai telencephalon, yang
merupakan bagian terbesar dan terdapat pada bagian depan
dari otak manusia. Cerebrum pada dewasa dibagi menjadi dua
belahan besar. Permukanan pada belahan otak ditutupi oleh
lapisan superficial dari grey matter disebut korteks cerebral.
38
Anterior Posterior
Pituitary Gland
Brain Stem : Cerebellum
Midbrain
Ponds
Medulla Oblongata Spinal Cord
c) Epithalamus
Struktur epithalamus terkait dengan kelenjar pineal
yang mengeluarkan hormon melatonin yang bertanggung
jawab untuk siklus bangun tidur.
3) Batang Otak (Brain Stem)
Struktur yang membentuk batang otak yang terlibat dalam
berbagai kegiatan penting bagi kehidupan. Yang termasuk
struktur batang otak adalah otak tengah (mid brain), ponds,
medulla oblongata.
a) Mid Brain
Otak tengah mengandung inti yang memproses
informasi pendengaran dan visual juga gerak refleks. Dan
juga mempertahankan kesadaran. Otak tengah merupakan
jalur yang menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
b) Ponds
Ponds menghubungkan otak kecil bagian kanan dan
kiri, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang untuk mengontrol kedalaman dan laju respirasi
dan berisi nuclei yang berfungsi dalam visceral dan
mengkontrol saraf somatik.
c) Medulla Oblongata
Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti
mengontrol sistem pernapasan, dan saraf cranial yang
berfungsi mengatur laju denyut jantung juga berada pada
sumsum ini. Selain itu juga berperan sebagai pusat
pengatur refleks fisiologi, tekanan udara, suhu tubuh,
pelebaran atau penyempitan pembuluh darah, gerak
alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Fungsi
lainnya ialah mengatur gerak refleks, seperti batuk, bersin,
dan berkedip.
40
4) Cerebellum
Merupakan bagian otak terbesar ke 2 pada otak manusia.
Cerebellum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan
postur tubuh. Meskipun otak kecil menyumbang 10% dari
volume otak, tetapi otak kecil mengandung lebih dari 50% dari
jumlah neuron di otak.
Mesencephalon Pineal Gland
Aqueduct
Corpora Quadrigemia
Mesencephalon
White matter
Mammilary
Body
Fourth Ventricle
Ponds
Medulla
Oblongata Folla
Grey matter
Gambar 2.12 Cerebellum (25)
5) Sistem Limbik
Sistem limbik adalah satu set kompleks struktur otak yang
terletak di ke dua sisi thalamus, tepat di bawah otak besar.
Yang termasuk sistem limbik adalah hippocampus, amygdala,
nukleus thalamic anterior, septum, habenula, korteks limbik
dan forniks. Yang mendukung berbagai fungsi, termasuk
emosi, perilaku, motivasi, memori jangka panjang dan
penciuman. Sistem limbik bekerja pada endokrin dan saraf
otonom.
41
Amygdala
Olfactory Cortex
Hypothalamus
Mammillary Body
Hippocampus
6) Ventrikel Otak
Ventrikel otak berisi Cerebro Spinal Fluid (CSF) dan
terletak di dalam parenkim otak. Sistem ventrikel terdiri dari
dua ventrikel lateral, ventrikel ke tiga, saluran air cerebral dan
ventrikel ke empat. Choronoid plexuses terletak di ventrikel
yang memproduksi CSF, yang mengisi ventrikel dan ruang
subarachoid.
7) Cerebro Spinal Fluid
Ventrikel diisi dengan Cerebro Spinal Fluid (CSF) yang
mengisi otak dan spinal cord. Cerebro Spinal Fluid
diproduksi oleh sel-sel ependymal yang merupakan modifikasi
dari choroid plexus yang ditemukan pada semua komponen
dari sistem ventrikel. CSF mengalir dari ventrikel lateral,
ventrikel ke tiga melalui foramen interventicular (disebut juga
foramen Monro). Ventrikel ke tiga dan ke empat saling
terhubung satu sama lain oleh saluran di otak (yang disebut
Aqueduct of Sylvius). CSF kemudian mengalir ke dalam ruang
subarachnoid melalui foramen Luschka dan foramen
42
b. Tumor Otak
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat,
baik ganas maupun tidak. Tumor ganas di susunan saraf pusat
adalah semua proses neoplastic yang terdapat dalam ruang
intracranial atau dalam canalis spinalis, yang mempunyai
sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang
berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor
yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh
darah, dan selaput otak (4).
Dari seluruh tumor SSP 50% merupakan deposit sekunder dari
keganasan extracranial, biasanya dari payudara, paru, ginjal,
tyroid, gaster, prostat dan melanoma. Oleh karena itu, pasien
dengan tumor otak perlu diperiksa untuk menemukan adanya
proses primer extracranial. Tumor primer mungkin ganas atau
jinak. Akan tetapi, efek klinis dari tumor yang secara histologis
digolongkan tidak ganas mungkin tidak jinak karena adanya efek
tekanan akibat ekspansi dalam rongga cranium yang dapat
menimbulkan kecacatan atau kematian.
Atrositoma merupakan tumor otak primer yang paling banyak,
prevalensi tinggi pada usia 50-60 tahun. Tumor ini terbagi menjadi
4 jenis berdasarkan derajat keganasannya. Glioblastoma
multiforme berdiferesiansi sangat buruk, sehingga asal mula selnya
43
Keterangan Gambar :
1. Os. Frontalis 14. Gyrus Praecentralis
2. Sinus Sagitalis Superior 15. Gyrus Cinguli Dan
3. Gyrus Frontalis Superior Cingulum
4. Falx Cerebri 16. Sulcus Cerebri Centralis
5. Arteri Supratrochlearis 17. Os. Parietalis
(Mediomedial) 18. Gyrus Postcentralis
6. Gyrus Frontalis Medius 19. Gyrus Supramarginalis
7. Fissura Cerebralis 20. Sulcus Postcentralis
Longitudinal 21. Paracentral Branches Arteri
8. Gyrus Frontalis Inferior Callosomarginalis
9. Arteri Callosomarginalis 22. Precuneus
10. Sutura Coronalis 23. Gyrus Angularis
11. Sulcus Cinguli 24. Sulcus Parieto-Ocipitalis
12. Sulcus Praecentralis 25. Sutura Sagitalis
13. Cerebral White Matter
45
Keterangan Gambar :
1. Os. Frontalis 23. Fornix
2. Sinus Sagitalis Superior 24. Arteri Insularis
3. Falx Cerebri 25. Foramen Interventricularis
4. Gyrus Frontalis 26. Ventriculus Tertius Cerebri
Superior 27. Claustrum
5. Gyrus Cinguli 28. Thalamus
6. Gyrus Frontalis Medius 29. Putamen
7. Arteri Pericallosal 30. Gyrus Temporalis Superior
8. Sutura Coronalis 31. Capsula Eksterna
9. Corpus Callosum 32. Vena Cerebralis Internal
10. Gyrus Frontalis Inferior 33. Capsula Eksterna
11. Ventrikel Lateralis 34. Nucleus Caudatus
12. Sulcus Circularis Insula 35. Plexus Choroideus
13. Nucleus Caudatus 36. Vena Magna Cerebri
14. Sulcus Lateralis 37. Corpus Callosum, Splenium
15. Capsula Interna 38. Sinus Rectus
16. Gyrus Praecentralis 39. Gyrus Temporalis Medius
17. Cavum Septi Pellucidi 40. Sulcus Parieto-Ocipitalis
18. Sulcus Centralis Cerebri 41. Os Parietal
19. Globus Pallidus 42. Sutura Lamboidea
20. Gyrus Postcentralis 43. Gyri Occipital
21. Insula 44. Cuneus
22. Cisterna Of Lateral 45. Os Occipital
Cerebral Fossa 46. Cortex Striatus
46
Keterangan Gambar :
1. Os Nasal 22. Clivus
2. Cornea 23. Pons
3. Matoid Air Cell 24. Abducens Nukleus (VI)
4. Anterior Bulbi Oculi 25. Cochlea
5. Orbita 26. Arteri Basilaris
6. Lens Cristallin 27. Canalis Semicircularis
7. Os Zygomaticum Posterior
8. Muskulis Rectus Medialis 28. Arteri Cerebellum Superior
Bulbi 29. Mastoid Air Cells
9. Nervus Opticum 30. Nervus Facialis (VII)
10. Muskulus Rectus Lateralis 31. Meatus Acusticus Interna
Bulbi 32. Nervus Vestibulocochlearis
11. Muskulus Temporalis 33. Cisterna Pontocerebellum
12. Septum Nasal 34. Sinus Sigmoidalis
13. Muskulus Rectus Superior 35. Ventriculus Quartus
Bulbi&Muskulus Levator 36. Arteri Cerebellum Anterior
Palpebrae Superioris Inferior
14. Retro Orbita Fatty Tissue 37. Nukleus Dentatus
15. Muskulus Temporalis 38. Cerebellar Penducular
16. Os Sphenoidalis Medius
17. Polus Temporalis 39. Vermis Cerebellum
18. Fissura Orbita Superior 40. Uvula Vermis
19. Nervus Maxillaris Dan 41. Sutura Lambdoidea
Mandibularis 42. Lobus Caudalis Cerebellum
20. Sinus Sphenoidalis 43. Os Occipitalis
21. Arteri Carotis Interna
47
B. Kerangka Konsep
Time Inversion
1900 ms
Pemeriksaan Kualitas Citra
MRI Brain MRI :
dengan Klinis Time Inversion
Tumor di Rumah 2200 ms - Resolusi
Sakit Kanker - Kontras
Dharmais - Artefak
Time Inversion
2500 ms
C. Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Time Waktu antara jarak Mengamati Komputer 1. TI 1900 ms Ratio
Inversion pemberian pulsa indikator TI MRI dan 2. TI 2200 ms
1900 ms RF 1800 dan pulsa pada Lembar 3. TI 2500 ms
RF 900 dengan komputer Kerja
nilai 1900 ms (mili
second)
2. Time Waktu antara jarak Mengamati Komputer 1. TI 1900 ms Ratio
Inversion pemberian pulsa indikator TI MRI dan 2. TI 2200 ms
2200 ms RF 1800 dan pulsa pada Lembar 3. TI 2500 ms
RF 900 dengan komputer Kerja
nilai 2200 ms (mili
second)
3. Time Waktu antara jarak Mengamati Komputer 1. TI 1900 ms Ratio
Inversion pemberian pulsa indikator TI MRI dan 2. TI 2200 ms
2500 ms RF 1800 dan pulsa pada Lembar 3. TI 2500 ms
RF 900 dengan komputer Kerja
nilai 2500 ms (mili
second)
4. Kualitas Suatu kondisi Observasi / Kuisioner 1 = kurang Ordinal
Citra gambaran yang mengamati baik,
MRI diperlukan untuk 2 = cukup
memperoleh baik,
informasi dasar 3 = baik,
yang akurat untuk 4 = sangat
menghasilkan baik.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi pada
penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif.
49
50
D. Instrumen Penelitian
1. Lembar Kerja
Berbentuk tabel untuk mencatat data selama penelitian
berlangsung.
2. Lembar Kuisioner
Berbentuk lembar berisi pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan informasi kualitas citra MRI Brain dengan kasus
tumor yaitu seputar resolusi, kontras dan artefak. Uji instrumen yang
digunakan untuk kuisioner menggunakan Uji Expert Judgement.
3. Komputer
Suatu alat yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi
yang bertugas untuk mengoperasikan sistem MRI secara keseluruhan,
menentukan parameter pengukuran dalam penelitian pada sequence
FLAIR dengan variasi Time Inversion 1900 ms, Time Inversion 2200
ms dan Time Inversion 2500 ms serta untuk mengolah, menampilkan
dan menyimpan citra MRI.
(3.1)
Jadi, rentang skala untuk setiap kategori dengan jawaban :
Rentang Skala = (4 - 1) : 4 = 0,75
Tabel 3.1 Skala Likert Untuk Penilaian Aspek Resolusi dan Kontras :
Kategori Penilaian Skala
Kurang Baik 1,00 – 1,75
Cukup Baik 1,75 – 2,50
Baik 2,50 – 3,25
Sangat Baik 3,25 – 4,00
∑ (3.2)
̅
Keterangan :
n = Bobot skala likert
f = Frekuensi
R = Responden
N = Jumlah Sampel
53
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Pemeriksaan MRI Brain dengan kasus tumor di Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta
a. Persiapan Alat dan Bahan
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan alat
dan bahan penelitian sebagai berikut :
1) Pesawat MRI
Spesifikasi pesawat MRI yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu pesawat MRI dengan merk Siemens tipe Magnetom Avanto
dengan kuat medan magnet 1,5 Tesla. Magnetom Avanto
menggunakan magnet utama dengan jenis superconductor dan
memiliki 8 channel.
53
54
2) Coil
Coil yang digunakan dalam pemeriksaan MRI Brain adalah
berjenis volume coil/head coil.
3) Operator Console
Operator console adalah perangkat alat yang merupakan
pusat dari semua pengoperasian sistem secara umum seperti
memasukkan data pasien, mengecek kadar helium, menjalankan
proses scanning, memilih parameter, sequence yang digunakan,
mengolah data, dan pencetakan film.
8) Film
Jenis film yang digunakan adalah film dengan ukuran 35x43
cm / 14x17 inch merk carestream
9) Digital Video Disc-R
Untuk menyimpan data hasil gambaran pemeriksaan MRI
Brain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
b. Prosedur Pemeriksaan
Pada penelitian ini akan dilakukan penilaian mengenai pengaruh
kualitas citra MRI Brain dengan kasus tumor yang dihasilkan dengan
menggunakan variasi Time Inversion 1900 ms, Time Inversion 2200
ms dan Time Inversion 2500 ms. Adapun kualitas citra yang dinilai
yaitu resolusi, kontras dan artefak. Setelah data terkumpul, dilakukan
pengisian kuisioner oleh radiolog.
1) Menghidupkan Pesawat MRI
Pada control panel di dinding putar kunci ke posisi buka. Lalu
tekan tombol “System ON” proses ini akan menyalakan Bore
Magnet. Pada UPS tekan tombol ON/OFF proses ini akan
menyalakan sistem komputer. Tunggu sampai tampilan Syngo
keluar dan terdengar suara “BEEP” tiga kali dari bore magnet atau
hingga tanda coret merah hilang dari lambang frekuensi. Sistem
siap digunakan.
2) Persiapan Alat
Lakukan pengecekan suhu dan Helium level dengan melihat
display yang ada di monitor. Lalu lakukan pengecekan rutin atau
harian pesawat untuk mengecek apakah alat dapat berjalan dengan
baik dengan menggunakan phantom, hal ini dilakukan setiap pagi
hari sebelum pesawat MRI digunakan.
3) Persiapan Pasien
58
2. Demografi Sampel
Pada penelitian yang dilakukan peneliti, digunakan sampel sebanyak
20 pasien yaitu pasien dengan pemeriksaan MRI Brain dengan kasus
tumor di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Berdasarkan data yang
didapatkan peneliti yaitu nama pasien, jenis kelamin dan usia pasien yang
dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Demografi Sampel
No. Nama Pasien Jenis Kelamin Usia
1. Ny. PU P 43
2. Ny. SU P 47
3. Ny. TA P 60
4. Ny. S P 41
5. Tn. AH L 58
6. Ny. MN P 53
7. Ny. NY P 42
8. Ny. TS P 57
9. Ny. NL P 34
10. Ny. RSM P 41
11. Tn. PK L 51
12. Ny. SC P 48
13. Ny. YP P 38
14. Ny. EML P 55
15. Tn. HSB L 47
16. Tn. SET L 57
17. Tn. AA L 38
18. Ny. YK P 43
19. Tn. FH L 56
20. Tn. MF L 57
3. Hasil Gambaran
Setelah dilakukan penelitian mengenai perbandingan kualitas citra
MRI Brain dengan kasus tumor potongan axial pada sequence FLAIR
antara penggunaan Time Inversion 1900 ms, 2200 ms dan 2500 ms maka
61
didapatkan salah satu contoh hasil gambar yang akan digunakan dalam
mengambil data penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini:
(A) (B)
(C)
Gambar 4.5
(A) Hasil Gambaran MRI Brain Kasus Tumor dengan Time Inversion 1900 ms
(B) Hasil Gambaran MRI Brain Kasus Tumor dengan Time Inversion 2200 ms
(C) Hasil Gambaran MRI Brain Kasus Tumor dengan Time Inversion 2500 ms
(Sumber: Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta)
62
RESOLUSI
Time Jumlah Nilai
Sampel Responden Rata-Rata
Inversion Responden
b. Penilaian Kontras
Setelah semua data terkumpul, maka masing-masing
dikelompokkan dan direkapitulasi berdasarkan skor yang dipilih
responden pada lampiran 8, sehingga didapatkan data dan jumlah
rata-rata citra kontras yang ditunjukan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Jumlah Nilai dan Rata-Rata Time Inversion 1900 ms, Time
Inversion 2200 ms dan Time Inversion 2500 ms Aspek Kontras
KONTRAS
Time Jumlah Nilai
Sampel Responden Rata-Rata
Inversion Responden
Tabel 4.5 Jumlah Nilai dan Rata-Rata Time Inversion 1900 ms, Time
Inversion 2200 ms dan Time Inversion 2500 ms Aspek Artefak
ARTEFAK
Time Jumlah Nilai
Sampel Responden Rata-Rata
Inversion Responden
1900 ms 20 4 96 1,20
2200 ms 20 4 90 1,13
4 3.85
3.67
3.49
3.5 3.4
3
Kategori Penilaian
2.5
2.04 2.05
2
1.65
1.5
1.2 1.13
1
0.5
0
Resolusi Kontras Artefak
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian pemeriksaan MRI
Brain dengan menggunakan variasi Time Inverison 1900 ms, Time Inverison
2200 ms dan Time Inverison 2500 ms pada sequence FLAIR terhadap
kualitas gambar seputar resolusi, kontras dan artefak yang telah dinilai oleh 4
responden, maka penelitian ini menunjukan bahwa:
1. Pemeriksaan MRI Brain
Setelah melakukan penelitian perbandingan hasil gambaran MRI
Brain dengan menggunakan variasi Time Inversion 1900 ms, Time
Inverison 2200 ms dan Time Inverison 2500 ms terhadap kualitas citra
yaitu resolusi, kontras dan artefak. Terdapat kesesuaian SOP dengan teori
yang disampaikan oleh Moeller & Reif (2010) dengan persiapan pasien
yaitu pasien diinstruksikan untuk ke toilet untuk buang air kecil sebelum
dilakukan pemeriksaan. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan. Pasien mengganti baju pasien dan
melepas semua bahan metal yang terpasang di tubuh pasien seperti gigi
66
palsu, jepit rambut, alat bantu dengar, perhiasan tubuh (anting, cincin dan
lain-lain).
Adapun posisi pasien, yaitu pasien diposisikan supine di atas meja
pemeriksaan. Pasien diberikan ear plug atau ear protector untuk
mengurangi suara bising selama pemeriksaan dilakukan. Pasang head coil.
Dan beri bell emergency. Tetapi didalam teori tidak dijelaskan mengenai
central point atau sentrasi berada pada glabella.
Untuk sequence yang digunakan sudah sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Moeller & Reif (2010) yaitu T2-Weighted Turbo Spin
Echo potongan axial, T2-Weighted FLAIR potongan axial, T1-Weighted
Spin Echo potongan axial, Diffusion-Weighted Imanging potongan axial,
T2-Weighted Turbo Spin Echo potongan coronal dan T2-Weighted Turbo
Spin Echo potongan sagital.
Setelah melakukan observasi, radiografer telah melakukan prosedur
pemeriksaan yang sesuai dengan aturan-aturan dalam SOP yang berlaku di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
2. Penilaian Kualitas Citra Time Inversion 1900 ms, Time Inversion 2200 ms
dan Time Inversion 2500 ms Pada Pemeriksaan MRI Brain Dengan Kasus
Tumor Pada Sequence FLAIR
a. Penilaian Kualitas Resolusi
Pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa penilaian 4 responden
terhadap 20 gambaran MRI Brain klinis tumor dengan Time Inversion
1900 ms, Time Inversion 2200 ms dan Time Inversion 2500 ms untuk
aspek resolusi didapatkan perolehan angka tertinggi pada Time
Inversion 2200 ms sebesar 3,85 dilanjutkan dengan penggunaan Time
Inversion 2500 ms sebesar 3,40 dengan kategori sangat baik sehingga
dapat menvisualisasikan bagian dari unsur-unsur abnormalitas pada
tumor, dapat menentukan bentuk tumor dan dapat memperlihatkan
batasan perifocal edema.
Sedangkan angka terendah ditujukan pada nilai Time Inversion
1900 ms sebesar 2,04 dengan kategori cukup baik sehingga dapat
menvisualisasikan bagian dari unsur-unsur abnormalitas pada tumor
67
3. Time Inversion Yang Tepat Antara Time Inversion 1900 ms, Time
Inversion 2200 ms dan Time Inversion 2500 ms Pada Pemeriksaan MRI
Brain Dengan Kasus Tumor Dalam Menilai Resolusi, Kontras dan
Artefak.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variasi Time Inversion 1900 ms, Time Inversion 2200 ms dan
Time Inversion 2500 ms terhadap kualitas citra MRI Brain dengan kasus
tumor pada 20 sampel dan 4 responden, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perubahan nilai Time Inversion mengakibatkan perubahan kualitas
citra seputar resolusi, kontras dan artefak, maka dapat dinyatakan
terdapat pengaruh penggunaan Time Inversion 1900 ms, Time
Inversion 2200 ms dan Time Inversion 2500 ms terhadap kualitas citra
MRI Brain pada kasus tumor.
2. Penggunaan Time Inversion 1900 ms pada aspek resolusi memperoleh
skor sebesar 2,04 dengan kategori cukup baik, pada aspek kontras
dengan skor sebesar 2,05 dengan kategori cukup jelas dan pada aspek
artefak dengan skor sebesar 1,20 dengan kategori tidak tampak artefak.
3. Penggunaan Time Inversion 2200 ms pada aspek resolusi memperoleh
skor sebesar 3,85 dengan kategori sangat baik, pada aspek kontras
dengan skor sebesar 3,67 dengan kategori sangat jelas dan pada aspek
artefak dengan skor sebesar 1,13 dengan kategori tidak tampak artefak.
4. Penggunaan Time Inversion 2500 ms pada aspek resolusi memperoleh
skor sebesar 3,40 dengan kategori sangat baik, pada aspek kontras
dengan skor sebesar 3,49 dengan kategori sangat jelas dan pada aspek
artefak dengan skor sebesar 1,65 dengan kategori tidak tampak artefak.
5. Hasil citra MRI Brain kasus tumor dengan sequence FLAIR
didapatkan kualitas citra yang baik pada penggunaan Time Inversion
2200 ms.
70
71
B. Saran
1. Sebaiknya untuk memperlihatkan kualitas citra MRI Brain pada kasus
tumor yang baik dengan menggunakan Time Inversion 2200 ms.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel dan jumlah
responden yang lebih banyak pada kasus yang berbeda dan untuk
mengetahui perbedaan hasil citra MRI Brain dengan berbagai variasi
nilai Time Inversion yang lain.
72
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
LAMPIRAN
Lampiran
76 1
77 2
Lampiran
Kepada Yth
Instruktur Radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Di Tempat,
Demikian Surat Persetujuan ini saya ajukan dan atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.
Yang menyetujui,
(..............................................)
Lampiran78
3
79
Lampiran
80 4
LEMBAR KUISIONER
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
Di Tempat
Nama :
Pekerjaan :
No.responden :
Profesi :
Jakarta, 2016
Yang menyatakan,
(...........................)
84
85
86
87
88
c. Baik (Nilai 3)
Dapat menvisualisasikan bagian dari unsur-unsur abnormalitas pada
tumor, dapat menentukan bentuk tumor dengan batasan perifocal edema
tidak tegas.
c. Jelas (Nilai 3)
Dapat memperlihatkan perbedaan intensitas antara tumor dan jaringan
sehat dan dapat memperlihatkan metastasis kecil pada tumor jelas.
c. Tampak (Nilai 3)
Tampak artefak, gambaran blurring, namun anatomi maupun patologi
masih dapat dinilai.
KUISIONER
Responden ( )
Pasien ( )
Penilaian Gambaran A
Berilah penilaian dengan skor 4-1, skala tertinggi yaitu 4 = sangat baik sampai
skala terendah 1 = kurang baik. Lingkari pilihan dibawah ini sesuai dengan
kriteria gambaran :
c. Artefak : Suatu pola, penyimpangan atau gangguan yang tampak atau terlihat
pada citra MRI akibat berbagai kesalahan, bukan merupakan bagian dari
anatomi maupun patologi.
1. Tidak Tampak 2. Cukup Tampak 3. Tampak 4. Sangat Tampak
Penilaian Gambaran B
Berilah penilaian dengan skor 4-1, skala tertinggi yaitu 4 = sangat baik sampai
skala terendah 1 = kurang baik. Lingkari pilihan dibawah ini sesuai dengan
kriteria gambaran :
c. Artefak : Suatu pola, penyimpangan atau gangguan yang tampak atau terlihat
pada citra MRI akibat berbagai kesalahan, bukan merupakan bagian dari
anatomi maupun patologi.
1.Tidak Tampak 2. Cukup Tampak 3. Tampak 4. Sangat Tampak
91
Penilaian Gambaran C
Berilah penilaian dengan skor 4-1, skala tertinggi yaitu 4 = sangat baik sampai
skala terendah 1 = kurang baik. Lingkari pilihan dibawah ini sesuai dengan
kriteria gambaran :
c. Artefak : Suatu pola, penyimpangan atau gangguan yang tampak atau terlihat
pada citra MRI akibat berbagai kesalahan, bukan merupakan bagian dari
anatomi maupun patologi.
1.Tidak Tampak 2. Cukup Tampak 3. Tampak 4. Sangat Tampak
Lampiran
92 6
NASKAH PENJELASAN
NASKAH PENJELASAN