Anda di halaman 1dari 35

Kata Pengantar

Assalamu’alaikumWr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas


segala limpahan karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga membuat kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Fikih dan Manajemen
Zakat di Indonesia dalam semester ini. Sholawat serta salam selalu kami panjatkan kepada
baginda besar, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kami menuju jalan
kebenaran. Tak lupa saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen
pembimbing mata kuliah Fikih dan Manajemen Zakat di Indonesia yang telah membimbing
kami dalam menyusun makalah ini.

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Fikih dan Manajemen Zakat di Indonesia, juga untuk memberi gambaran kepada
pembaca mengenai pembahasan dari Zakat Mal menurut perspektif Klasik dan Kontemporer.
Selain itu juga diharapkan dengan adanya makalah ini, kedepannya dapat memudahkan
pembaca dalam mencari referensi mengenai pembahasan Zakat Mal menurut Perspektif
Klasik dan Kontemporer.

Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
pastinya tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf sebesar-besarnya
dan menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

Malang, 9 Februari 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................1

DAFTAR ISI ......................................................................................2

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang ......................................................................................3

Rumusan Masalah ......................................................................................3

Tujuan Penulisan ......................................................................................3

BAB II Pembahasan

Pengertian Zakat Mal perspektif Klasik dan Kontemporer ...................................................4

Syarat dan Macam-macam Zakat Mal .........................................................................10

Pendayagunaan Zakat .....................................................................................33

BAB III

Kesimpulan .....................................................................................35

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian harta yang bersifat
mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut berlaku untuk seluruh umat muslim
yang sudah baligh atau belum, berakal atau gila, apabila sudah mencapai nisabnya
maka wajib dikeluarkan hartanya dalam jumlah tertentu.
Sebagai salah satu rukun Islam yang lima, zakat adalah pondasi Islam yang
agung. Kewajiban untuk berzakat pun langsung disampaikan melalui Al-Qur’an dan
As-Sunnah dengan dilengkapi keterangannya berdasarkan Ijma’ ulama.
Terdapat dua macam zakat, zakat nafs (jiwa) atau biasa disebut dengan zakat
fitrah dan ada pula zakat mal (harta). Mengenai zakat mal harus diperhatikan lebih
lanjut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai
zakat mal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa terminologi dari zakat mal perspektif fiqh klasik dan fiqh
kontemporer?
2. Apa syarat dan macam dari zakat mal?
3.Bagaimana pendayagunaan dari zakat mal?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami terminologi dari zakat mal perspektif fiqh klasik dan fiqh
kontemporer
2. Untuk mengetahui syarat dan macam dari zakat mal
3. Untuk mengetahui pendayagunaan dari zakat mal

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Zakat merupakan salah satu instrumen peningkatan kesejahteraan ekonomi
umat yang menjadi bagian dari perintah syariat Islam. Zakat secara bahasa berasal
dari kosakata bahasa Arab al - zakah yang berarti al - tathir wa al nama’ (suci, bersih
dan tumbuh atau berkembang). Menurut terminologi fikih, zakat adalah pengeluaran
harta dalam jumlah tertentu kepada orang yang berhak dengan syarat-syarat yang
ditetapkan syariat.1
Zakat yang dikelola terdiri dari zakat fitrah dan zakat harta. Menurut jumhur
ulama, harta yang wajib dizakati adalah setiap jenis harta yang dapat mendatangkan
penghasilan atau keuntungan ( al - m al a l - nami ). Kewenangan pengelolaan zakat
diberikan kepada amil zakat menurut hukum Islam. Pengelolaan zakat tersebut
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.2
Perkembangan pengelolaan zakat pada abad modern tidak hanya berdampak
pada jenis harta wajib zakat yang meluas pada jenis harta yang tidak ditemukan pada
zaman Nabi saw., tetapi juga pada masalah penetapan mustahik dan kriteria amil
zakat. Oleh karena itu, dibutuhkan perspektif hukum Islam kontemporer dalam
menganalisa problematika pengelolaan zakat pada zaman modern tanpa
mengesampingkan khazanah fikih pengelolaan zakat pada masa Islam klasik.

1. Pengelolahan zakat pada masa islam klasik.

Para ulama berbeda pendapat tentang waktu disyariatkan zakat. Ibnu


Khuzaimah memprediksi bahwa zakat mulai diwajibkan ketika Rasulullah saw.
masih bermukim di Mekah, sebelum umat muslim hijrah ke Habasyah. Mayoritas
ulama berpendapat bahwa syariat zakat diterapkan pasca hijrahnya umat muslim
ke Madinah. Imam al-Nawawi mengatakan bahwa hal itu terjadi pada tahun kedua

1
‘Abdu al-‘A<l Ahm}ad, al - Taka>ful al - Ijtima>’i> fi< al - Isla>m (Kairo: al-Na>syir, 1999), h.114.
2
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

4
Hijriyah. Ibnu Asir berpendapat tahun kesembilan Hijriyah. Akan tetapi, pendapat
terkuat adalah bahwa syariat zakat dimulai pada tahun kedua Hijriyah.3

Harta yang wajib dizakati pada masa Rasulullah saw. terbatas pada emas
dan perak, hewan ternak, dan tumbuh-tumbuhan. Jenis zakat lain yang diwajibkan
adalah zakat fitrah, zakat barang tambang dan zakat aset perniagaan.

Sistem pengelolaan zakat pada masa Rasulullah saw. masih manual, yaitu
pembayaran dilakukan di hadapan Rasulullah saw. atau amil yang ditunjuk dan
diperintahkan untuk membagikannya kepada delapan kelompok penerima zakat
secara langsung. Zakat yang dikontrol oleh negara pada masa Rasulullah saw.
hanya zakat pertanian atau perkebunan saja. Adapun jenis zakat lain, umat Islam
mengelola zakat tersebut secara individu dan berdasarkan inisiatif atau kesadaran
sendiri.

Ada sekitar 25 amil zakat yang khusus ditunjuk oleh Rasulullah saw. pada
masa itu dan amil tersebut yang mendistribusikan zakat ke daerah kewenangannya
masing-masing. Distribusi zakat masih bersifat lokal. Artinya, jika zakat
dikumpulkan dari daerah Madinah, distribusinya hanya sebatas kota Madinah.
Pendapatan zakat tidak dapat dipakai untuk membiayai pengeluaran negara.
Pengumpulan dan distribusi zakat baru dikelola secara sistematis pada era
Khulafaur rasyidin seiring meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan beragamnya
suku bangsa ketika itu. Keakuratan penghitungan zakat dan proses administrasi
juga sangat diperhatikan pada masa ini. Pada era Abu Bakar, hukuman bagi yang
tidak membayar zakat adalah diperangi dan ijtihad Abu Bakar tersebut menjadi
kesepakatan bagi para Sahabat. Penetapan hukuman tersebut demi
memaksimalkan pengumpulan zakat dari kalangan mampu yang enggan
membayar zakat kepada kalangan tidak mampu.4

Kelompok mustahik zakat dipersempit menjadi tujuh orang pada masa


Khalifah Umar dengan menghapus pemberian zakat kepada mualaf karena
dianggap kuat secara ekonomi dan agama serta Islam menjadi agama yang
mayoritas. Adapun administrasi zakat dikelola sepenuhnya oleh negara melalui

3
Ha}san ‘Ali> Kurku>li>, “Masa}rif al-Zakah fi> al-Isla>m” , Tesis (Arab Saudi: Fakultas Syariah dan Studi Islam,
Universitas Ummul Qura, 1983), h. 30-31.
4
Yus>uf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al - Zaka>h, Juz 1, (Cet. II; Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1973),
h. 82.

5
pendirian Baitul Mal. Pada masa Umar, klasifikasi zakat terus dikembangkan
dengan menetapkan kadar pembayaran zakat seperti zakat madu dan zakat
perhiasan. Umar memerintahkan agar pendapatan dan distribusi zakat diaudit oleh
negara untuk mengontrol kinerja para amil zakat. Para amil diangkat oleh negara
dan disebarkan ke jalan-jalan dan jembatan-jembatan agar pengumpulan zakat
dapat terlaksana secara maksimal dan mudah dijangkau oleh para muzakki.

Manajemen zakat tersebut terus berlangsung pada masa Dinasti Umayyah


dan Abbasiyah. Pemberdayaan zakat sebagai sumber ekonomi umat mencapai
puncaknya pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sejarah mencatat bahwa
dalam kurun tiga tahun kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, umat Islam dapat
terlepas dari belenggu kemiskinan dengan memaksimalkan distribusi dan
pengelolaan zakat. Baitul Mal ketika itu memiliki pendapatan zakat yang
melimpah ruah sehingga para amil, bahkan kesulitan untuk mencari mustahiknya.

Manajemen zakat yang sukses pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, adanya kesadaran kolektif kaum
muslim untuk menyetor zakatnya pada negara melalui Baitul Mal yang
menjadikan dana zakat yang terhimpun dapat dikelola secara optimal. Kedua,
komitmen yang tinggi dan keteladanan dari pemimpin didukung oleh rakyatnya
untuk menciptakan kesejahteraan dan menguatkan solidaritas umat. Ketiga,
muzakki yang mapan dan berekonomi tinggi bersikap patuh demi kepentingan
umat. Keempat, tingginya kepercayaan umat terhadap para amil zakat yang
diangkat oleh negara.

Adapun sistem pembayaran zakat pada masa Islam kasik mengenal metode
pembayaran dengan qi>mah atau nilai zakat itu. Kemudahan untuk pengumpulan
dan pengelolaan zakat, beberapa ulama klasik membolehkan pembayaran zakat
diganti dengan uang atau dengan barang lain yang mudah didapatkan di daerah
tersebut. Sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika Mu’az bin Jabal diutus oleh
Rasulullah saw. ke luar kota Madinah, Mu’az membolehkan penduduk untuk
membayar zakat dengan pakaian karena di wilayah itu kain adalah barang yang
mudah diperoleh. Kebolehan tersebut menurut Hanafiyyah menunjukkan
fleksibilitas pembayaran zakat. Dan pembayaran dengan nilai zakat lebih
memudahkan dalam perhitungan dan lebih bermanfaat bagi mustahik.

6
2. Pengelolaan Zakat pada Masa Islam Kontemporer
Manajemen pengelolaan zakat pada abad modern terbagi kepada dua sistem
yaitu sentralisasi (terpusat) dan desentralisasi. Sentralisasi adalah proses
pengumpulan, distribusi, dan pengelolaan zakat dilaksanakan melalui satu pintu
atau satu lembaga resmi negara, desentralisasi sebaliknya. Sistem tersebut
diterapkan oleh negara seperti Pakistan melalui lembaga zakatnya yang bernama
Central Zakah Fund (CZF) dan negara-negara di wilayah persekutuan Malaysia
melalui lembaganya Zakah Collecting Centre (ZCC). Adapun contoh negara yang
menerapkan sistem desentralisasi pengelolaan zakat yaitu Indonesia, yang ditandai
oleh beragamnya lembaga dan komunitas pengelola zakat mulai dari milik
pemerintah hingga swasta.
Manajemen pengelolaan zakat yang ideal terdiri dari 4 tahapan yaitu:5
a. Perencanaan (playning)
Tahapan perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat
meliputi rencana sosialisasi ke masyarakat, penetapan jadwal tertentu
pengumpulan zakat dan distribusinya, rencana pendayagunaan zakat, dan
rencana pengawasannya.
b. Pengorganisasian ( organizing )
Agar zakat dapat dikelola secara efektif dan tepat sasaran, dibutuhkan
pengorganisasian yang profesional. Oleh karena itu, amil zakat yang diangkat
oleh lembaga atau pemerintah harus memiliki kapasitas dalam mengelola
zakat. Pengorganisasian zakat yang dibebankan kepada para amil merupakan
tugas yang berat, syariat memberikan hak mustahik zakat kepada mereka.
c. Pengarahan dan motivasi ( actuating ):
Pengarahan dan motivasi dapat diberikan baik kepada muzakki,
mustahik maupun kepada amil zakat. Fungsi pengarahan bagi muzakki untuk
membangkitkan kesadaran spritual mereka dalam berzakat ke lembaga-
lembaga zakat resmi, sedangkan bagi mustahik motivasi dan pengarahan
dibutuhkan untuk meningkatkan etos kerja atau taraf hidup mereka dengan
mengalokasikan dana zakat sebagai sumber usaha. Tahapan pengarahan juga

5
Ahmad Atabik, “Manajemen Pengelolaan Zakat yang Efektif di Era Kontemporer”, J u r n a l Z a k a t d a n W a
k a f, Vol. 2 Nomor 1 (Juni 2015), h. 57. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/view/1535.
(29 Juni 2019).

7
perlu dilakukan oleh pemerintah kepada para amil zakat agar dapat mengelola
zakat secara kredibel dan transparan.
d. Pengawasan (controlling)
Pengawasan meliputi kontrol manajemen perencanaan dan
pengorganisasian, evaluasi kinerja lembaga zakat, serta pengecekan aliran
distribusi zakat.
Keberhasilan sebuah lembaga pengelolaan zakat dapat didorong
dengan memperluas cakupan harta wajib zakat, baik yang sifatnya tetap
maupun tidak tetap. Pada zaman modern, jenis harta wajib zakat menjadi lebih
luas dibandingkan pada masa Islam klasik. Di antara jenis zakat pada era
kontemporer adalah zakat pendapatan atau zakat profesi, zakat saham dan
obligasi, hingga zakat properti.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, zakat harta
yang dikelola meliputi zakat emas dan perak, zakat uang dan surat berharga,
perniagaan, pertanian, perkebunan dan kehutanan, peternakan dan perikanan,
pertambangan, perindustrian, pendapatan dan jasa, serta zakat rikaz (harta
temuan).6 Di Arab Saudi, pengelolaan zakat profesi bersumber dari
pendapatan individu maupun perusahaan seperti dokter, pengacara, kontraktor,
pejabat kerajaan, termasuk pula pendapatan dari hotel dan travel.7
Para ulama klasik sepakat bahwa semua harta yang dapat
menghasilkan atau menguntungkan wajib dikenakan zakat, termasuk zakat
profesi yang sering menjadi wacana perdebatan pada fikih kontemporer. Pada
era klasik, zakat profesi diistilahkan dengan zakat al-mal al-mustafad. Dalam
fikih kontemporer, beberapa ulama berpendapat bahwa zakat profesi dapat
dikeluarkan saat gaji atau pendapatan seseorang dari profesi tersebut sudah
diterima. Oleh karena itu, pembayaran zakat profesi tidak mesti menunggu
akhir tahun. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa untuk nisabnya mengikuti
emas dan perak yaitu 2,5%, namun haulnya mengikuti sistem zakat pertanian.
Ulama kontemporer lain seperti Muhammad al-Gazali berpendapat
bahwa nisab zakat profesi adalah senilai 653 kilogram beras. Menurut Yusuf
al-Qaradawi nisab zakat profesi lebih tepat jika dikiaskan kepada nisab zakat
mata uang seperti pada zakat saham dan obligasi, karena pembayaran gaji atau

6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 4.
7
Faisal, “Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia”, h. 252.

8
pendapatan profesi juga berupa uang. Adapun metode pembayaran zakat
profesi bagi orang-orang yang bekerja dengan pendapatan tidak tetap,
pengeluaran zakat ketika pendapatannya baru diterima adalah lebih adil bagi
mereka.
Secara teologis normatif nas menetapkan ada delapan golongan
mustahik pada tataran penyaluran zakat. Akan tetapi, seiring perubahan
zaman, kelompok penerima zakat bersifat dinamis sesuai dengan kondisi
masyarakat di tempat zakat tersebut disalurkan. Contoh, di Brunei, hanya ada
enam jenis mustahik yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, orang yang terlilit utang
(garim), dan ibnu sabil. Adapun budak (al-riqab) dan fisabilillah tidak
dimasukkan ke dalam mustahik karena; Pertama , budak tidak lagi ada pada
zaman sekarang. Kedua , fi sabilillah tidak berlaku di Brunei sesuai mazhab
negara yaitu Syafi’iyyah yang membatasi kelompok ini pada pengertian
orang-orang yang berperang di jalan Allah.
Mayoritas kelompok mustahik yang pasti ditemui di negara-negara
muslim ada empat yaitu fakir, miskin, garim, dan ibnu sabil. Kelompok
lainnya berbeda-beda antara kondisi negara yang satu dengan yang lain.
Syafi’iyyah membolehkan penyaluran zakat kepada minimal tiga kelompok
mustahik, sementara mayoritas mazhab selain Syafi’iyyah berpendapat bahwa
penyaluran zakat boleh dibagi ke satu kelompok saja, yaitu kelompok yang
dianggap paling mendesak kebutuhannya terhadap zakat. Argumentasi para
ulama tersebut dilandaskan pada ayat QS al-Taubah/9: 60 yang menunjukkan
bahwa mustahik zakat tidak dapat keluar dari 8 kelompok, namun penyebutan
kelompok mustahik dalam ayat tersebut bersifat takhyir (opsional).
Rasyid Rida mengutip pendapat Imam Malik bahwa masalah distribusi
zakat dikembalikan kepada kebijakan pemerintah atau imam dengan melihat
kelompok yang paling membutuhkan dan boleh menggilir kelompok prioritas
mustahik berbeda-beda setiap setahun, dua tahun atau beberapa tahun
tergantung kemaslahatan. Distribusi tersebut menurut Rasyid Rida juga
tergantung pada besar kecilnya pendapatan zakat yang terdapat pada Baitul
Mal Unit Pengelola Zakat.
Selain kriteria harta wajib zakat dan batasan mustahik, pengelolaan
zakat pada zaman sekarang juga tidak luput dari masalah penetapan syarat-
syarat amil. Al-Qaradawi dan mayoritas ulama kontemporer sepakat bahwa

9
amil zakat merupakan amil yang diangkat pemerintah. Oleh karena itu, jika
amil zakat berasal dari lembaga swasta, minimal terdaftar dan diawasi oleh
pemerintah. Di Indonesia, pendapat ini juga diperpegangi oleh ulama
Nahdlatul Ulama (NU) dengan menyatakan bahwa panitia pengumpulan zakat
yang dibentuk dari swakarsa masyarakat tidak boleh mendapatkan zakat
sebagai amil selama tidak mempunyai SK atau izin dari lembaga zakat
berwenang. atau al-daman al-ijtima’i yang bertugas untuk mendata dan
menetapkan mustahik, menghitung bagian zakat mustahik, dan memastikan
sampai zakat kepada para mustahik.
Para ulama klasik menetapkan syarat laki-laki bagi amil pada masa
lampau. Akan tetapi, beberapa ulama kontemporer membolehkan perempuan
menjadi amil zakat dengan argumentasi bahwa dalil-dalil zakat yang ada tidak
menunjukkan batasan amil zakat hanya pada kaum lelaki. Pertimbangan
tingginya angka mustahik perempuan di beberapa negara, di antaranya adalah
kelompok perempuan yang diceraikan suaminya dan tidak memiliki pencari
nafkah, keberadaan amil perempuan diharapkan lebih memahami kebutuhan
dan memberikan hak zakat yang sesuai dengan kondisi perempuan tersebut.
Khusus di Indonesia, selain merekrut amil perempuan, pemerintah juga
menetapkan beberapa kriteria khusus seorang amil lembaga zakat negara
(BAZNAS). Di antaranya tidak terlibat sebagai anggota partai politik,
memiliki kompetensi dalam pengelolaan zakat (yang dibuktikan melalui
seleksi), dan tidak pernah dihukum karena terlibat tindak kejahatan minimal
lima tahun penjara.8 Penetapan kriteria amil zakat tersebut merupakan bagian
dari peningkatan kualitas dan profesionalitas pengelolaan zakat yang
diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kepercayaan masyarakat
untuk menyalurkan zakatnya ke lembaga pemerintah.

2. Syarat dan Macam-macam Zakat

a. Syarat-syarat harta yang di zakatkan


Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi
syarat- syarat sebagai berikut:

8
Pasal 11 Undang-Undang RI tentang Pengelolaan Zakat Nomor 23 Tahun 2011.

10
1. Milik penuh
Maksudnya, harta tersebut benar-benar merupakan milik pribadi dan
berada dalam control atau kekuasaannya secara penuh, dimana harta tersebut
dapat diambil manfaatnya secara penuh.Yakni, tidak ada sangkut pautnya
dengan kepemilikan orang lain. Yang terpenting adalah, harta yang dimiliki
itu diperoleh dari jalan yang dibenarkan menurut syari’at Islam, misalnya
dari hasil usaha, warisan, pemberian negara atau pihak lain.
2. Berkembang,
Harta tersebut dapat berkembang atau bertambah bila dibisniskan
(diusahakan) dan memiliki potensi berkembang. Atau dapat dikatakan bahwa
harta tersebut bisa bertambah nilainya.
Contoh harta yang dapat berkembang adalah ternak, dagangan atau
hasil bumi dan buah-buahan, dan contoh harta yang berpotensi berkembang
adalah emas, harta simpanan, aksesoris-aksesoris mewah.
3. Mencapai nisab
Harta tersebut telah mencapai nisab ukuran/jumlah tertentu sesuai
dengan ketetapan, harta yang tidak mencapai nisab tidak wajib dizakatkan
dan dianjurkan untuk berinfaq atau bersedekah.
Untuk menentukan nisab, setiap aset cenderung berbeda satu dengan
lainnya. Dalam menentukan nisab, harta tersebut sudah lepas dari jumlah
kebutuhan pokok sehari-hari, baik untuk kebutuhan sandang, pangan, papan
dan lain-lainnya. 9
4. Lebih dari kebutuhan pokok
Maksudnya adalah kebutuhan minimal yang dibutuhkan oleh
seseorang dalam memenuhi keperluan hidup dirinya dan keluarganya. Jika
kebutuhan minimal itu tidak dapat terpenuhi, yang bersangkutan belum dapat
dikatakan hidup layak.
Jika kehidupannya sudah layak dan memiliki harta simpanan, harta
simpanannya itu wajib dizakati.
5. Bebas dari hutang,

9
Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Rukun Islam Ibadah Tanpa Khilafah Zakat, (Jakarta: Indocamp, 2018), h.32

11
Bila orang memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta yang
dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nisab, dan akan dibayarkan
pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban zakat.10
6. Berlalu satu tahun (Al-Haul),
Maksudnya, kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun
khusus untk ternak, harta simpanan dan harta peniagaan. Hasil pertanian,
buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak memiliki syarat haul.
Waktu perhitungannya dimulai dari awal sempurnanya nisab dan harta
itu tetap utuh hingga jatuh waktu setahun penuh. Andaikata, dalam
perjalanan waktunya harta tersebut berkurang dan tidak mencapai hitungan
nisab hingga akhir waktunya, maka tidak wajib zakat.
Penentuan nisab ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
pengulangan membayar zakat, karena tidak ada pembayaran zakat dilakukan
dua kali. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada pengulangan
dalam sedekah”. Artinya, tidak dibenarkan harta sejenis yang wajib zakatnya
dikeluarkan dua kali. Misalnya, setelah mencapai nisab dan haul, pemilik
mengeluarkan zakat, kemudian beberapa bulan kemudian dikeluarkan lagi.
Hal itu tidak dibenarkan.

b. Jenis-jenis Zakat Mal

1. Zakat Mal Klasik

Zakat mal dalam perspektif klasik dibagi menjadi 5 jenis:

a. Hasil Pertanian (Tanaman dan Buah-buahan)


a.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Dalam hal ini, pertanian yang dimaksud adalah segala bahan yang
diganakan sebagai makanan pokok dan dapat disimpan dalam jangka waktu
yang lama, misalnya dari tumbuhan yaitu beras, jagung, dan gandum.
Sedangkan dari buah-buahan misalnya kurma dan anggur.
Hasil pertanian yang berupa tanaman ataupun buah-buahan wajib
dikeluarkan jika sudah memenuhi syarat. Adapun syarat dapat dikeluarkannya,
yaitu:

10
Abdul Jalil, Mengenal Zakat Fitrah dan Zakat Mal, (Semarang: Mutiara Aksara, 2019), h.25

12
- Berupa biji-bijian atau buah. Seperti beras, jagung, dan lain-lain.
- Cara penghitungan atas biji dan buah tersebut sebagaimana yang berlaku di
masyarakat dengan ditimbang
- Biji dan buah tersebut bisa disimpan (bukan diawetkan)
- Mencapai nishab, yaitu minimal 5 wasaq berat bersihnya, kering, dan bersih
- Pada saat panennya, barang tersebut masih berada di tangan pemilik (belum
diperjualbelikan)

Berikut beberapa landasan hukum mengenai zakat hasil pertanian:

- Q.S Al An’am ayat 141, yang berbunyi:


‫وهوالذي أنشأ جنت معروشت وغير معروشت والنخل والزرع مختلفا أكله والزيتون والرمان متشبها‬
‫وغير متشبه ج كلوا من ثمره إذا أثمر وءاتوا حقه يوم حصاده وال تسرفوا ج إنه ال يحب المسرفين‬
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun, dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila ia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya(dengan dikeluakan
zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
- Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud dari Jabir bahwa
Beliau mendengar Nabi SAW bersabda:
‫ وفيما سقي بالساقية نصف العشور(رواه أحمد و مسلم والسائ و أبو‬,‫فيما سقت ألنهار والغيم العشورو‬
)‫دود‬
“Pada apa-apa yang disiram dengan air sungai dan hujan sepersepuluh, dan
apa-apa yang disiram dengan pengairan (irigasi), maka zakatnya seperlima ”.
(HR. Ahmad, Muslim, Nasa’i, dan Abu Daud)
- Ijma’ Ulama’. Para Ulama’ telah menyepakati kefardhuan zakat tanaman dan
buah-buahan adalah sepersepuluh (10%) atau seperlima (5%)

a.2 Penghitungan Zakat Hasil Pertanian

Nishab hasil pertanian adalah 5 wasaq, dimana 1 wasaq sama dengan 60


sha’ pada masa Rasulullah SAW. Sedangkan 1 sha’ sama dengan 4 mud, yaitu
4 takaran dua telapak tangan orang dewasa. 1 saha’ oleh Dairatul Maarif
Islamiyah sama dengan 3 liter, maka 1 wasaq sama dengan 180 liter,
13
sedangkan nishab hasil pertanian 5 wasaq yang berarti jumlahnya sama
dengan 900 liter, atau jika diukur dengan satuan kilogram kira-kira menjadi
653 kg.
Namun, ukuran yang dikeluarkan berbeda. Yakni jika pertanian itu
dihasilkan dengan cara pengairan, maka zakat yang dikeluarkannya sebanyak
5% dari hasil panen. Sedangkan jika pertanian tersebut dihasilkan dengan diari
hujan (biasa disebut sawah tadah hujan), maka zakat yang dikeluarkannya
sebanyak 10% dari hasil panen. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW yang
sudah dicantumkan dalam landasan hukum di atas.11
Adapun pengeluaran zakat pertanian tidak menggunakan sistem
haul(satu tahun), melainkan langsung dari hasil panen tersebut. Namun
perhitungannya setelah panen, dibersihkan, dan dikeringkan, baru dihitung
hasil pertanian tersebut. Selain itu, sistem pertanian saat ini tidak hanya
mengandalkan air saja, terdapat juga biaya lain seperti pupuk dan pestisida.
Untuk mempermudah penghitungannya, dapat dilihat dalam tabel berikut
sebagai contoh:
HARTA YANG WAJIB DIZAKATI JUMLAH
100 kuintal x Rp 500.000,- Rp 50.000.000,-
Biaya yang harus dikeluarkan Rp 5.000.000,-
Biaya pertanian Rp 3.000.000,-
Pajak Rp 2.000.000,-
Biaya lainnya
Jumlah keseluruhannya Rp 10.000.000,-
Bejana zakat Rp 40.000.000,-
Keterangan:
1. Nishab zakat adalah seharga 653 kg. Dengan demikian, bejana zakat
mencapai nishab
2. Prosentase zakat dikenakan 5 % karena tanah diari dengan perairan(irigasi)
3. Kadar zakat:
a. Berupa uang: Rp 40.000.000,- x 5% = Rp 2.000.000,-
b. Berupa barang: Rp 4.000.000,- : Rp 500.000,- per kuintal x 5% = 4
kuintal

11
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

14
Adapun zakat tanah yang disewakan, Islam menganjurkan kepada
ummatnya yang memiliki lahan atau tanah untuk mengolahnya sedemikian
rupa agar mendapatkan hasil. Baik pengolahan dengan sendiri maupun
diserahkan kepada orang lain, yang memang seharusnya tanah itu diolah.
Berkut beberapa cara zakat tanah yang disewakan:
1. Apabila terdapat tanah yang kemudian oleh pemiliknya disewakan dan tidak
diambil imbalannya dari hasil pengolahan, maka zakat tersebut ditanggungkan
kepada penyewa/pengolah tanah tersebut.
2. Apabila terdapat tanah yang disewakan oleh pemiliknya, namun diawal sudah
disepakati bagi hasil dari keuntungan pengolahan tersebut, maka zakat yang
dikeluarkan ditanggungkan kepada keduanya atau dapat dikeluarkan zakatnya
dahulu sebelum bagi hasil.
3. Apabila terdapat tanah yang disewakan dalam bentuk uang, terdapat dua
perkara. Pertama, apabila uang sewa mencapai nishab maka wajib bagi
pemilik membayar zakat begitu pula penyewa. Kedua, apabila hasil telah
sampai nishab, wajib pula bagi penyewa mengeluarkan zakatnya.12

Adapun jika lahan tanah tersebut ditanami dengan berbagai macam


tanaman, maka penghitungan zakatnya dengan cara dihitung hasilnya dengan
uang dan apabila telah sampai nishab maka dikeluarkan zakatnya 2,5%.

b. Hewan Ternak
b.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Hewan ternak termasuk dalam jenis harta yang wajib dizakati. Namun,
tidak semua hewan ternak dikeluarkan zakatnya, hanya hewan tertentu saja
seperti unta, sapi, dan kambing. Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Dzar:
‫ما من رجل تكون له إبل أو بقر أو غنم اليؤدي حقها إال أوتي بها يوما القيامة أعظم ما تكون و أسمنه‬
‫تطئه بأخفافها و تنطحه بقرونها كلما جازت أخراها عادت عليه أوالها حتي يقضى بين الناس‬
“Tiada seorang laki-laki yang mempunyai unta, lembu, atau kambing,
yang tidak diberikan zakatnya, melainkan datanglah binatang-binatang itu
pada hari kiamat dalam keadaan lebih gemuk dan lebih besar dari masa di

12
Zuhayli, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

15
dunia, lalu ia menginjak-injaknya dengan telapak-telapaknya dan
menanduknya dengan tanduk-tanduknya. Setiap selesai binatang-binatang itu
melakukan hal itu, ia kembali melakukannya dan demikian terus menerus
hingga Allah selesai menghukum para manusia”.
Adapun syarat-syarat dari ketiga jenis hewan ternak tersebut dapat
dikeluarkan zakatnya, di antaranya:
a. Hewan tersebut dipelihara
b. Memenuhi ketentuan jumlah nishabnya
c. Memenuhi masa satu tahun(haul) dalam “tangan” pemiliknya
d. Hewan ternak(unta, sapi, kambing) tersebut hewan jinak, bukan hewan liar
Selain itu, terdapat perbedaan pendapat mengenai hewan di luar ketiga
jenis tersebut seperti kuda. Menurut Abu Hanifah bahwa kuda termasuk
bagian hewan yang wajib dikeluarkan zakatnya. Sedangkan menurut Imam
Syafi’i dan Maliki, kuda tidak dapat dizakati kecuali kuda tersebut merupakan
barang dagangan.
Adapun syarat wajib zakat bagi pemilik hewan ternak tersebut adalah:
1. Beragama Islam
2. Kepemilikan sendiri
3. Cukup sampai nishab
4. Cukup sampai haul
5. Tidak dipekerjakan, maksudnya sapi maupun kerbau yang digunakan
untuk membajak sawah atau mendorong gerobak tidak dikenai zakat.
b.2 Penghitungan Zakat Hewan Ternak
Dalam ketentuan pembagian hewan ternak, semua harus mencukupi nishab
(ukuran jumlahnya) sebagai harta yang wajib dizakati.13 Namun, setiap ternak
memiliki nishab masing-masing sebagaimana penjelasan berikut:
1. Unta. Nishab yang terdapat dalam unta adalah 5 ekor, dengan perincian
sebagai berikut:
Jumlah Ketentuan Zakat Jumlah Ketentuan Zakat Wajib
Wajib
1-4 Tidak dikenakan zakat 130-139 1 ekor hiqqah dan bintu labun
5-9 1 ekor kambing 140-149 2 ekor hiqqah dan 2 bintu labun

13
Zuhayli, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

16
10-14 2 ekor kambing 150-159 3 ekor hiqqah
15-19 3 ekor kambing 160-169 4 ekor bintu labun
20-24 4 ekor kambing 170-179 3 ekor bintu labun, 1 ekor hiqqah
25-35 1 ekor bintu makhad 180-189 2 ekor bintu labun dan 2 ekor hiqqah
26-45 1 ekor bintu labun 190-199 3 ekor hiqqah dan 1 ekor bintu labun
46-60 1 ekor hiqqah 200-209 4 ekor hiqqah
61-75 1 ekor jadzaah 210-219 4 ekor bintu labun dan 1 ekor hiqqah
76-90 2 ekor bintu labun 220-229 3 ekor bintu labun dan 2 ekor hiqqah
91-120 2 ekor hiqah 230-239 3 ekor hiqqah dan 2 ekor bintu labun
121-129 3 ekor bintu labun 240-249 4 ekor hiqqah dan 1 ekor bintu labun
Penjelasan istilah:
1. Bintu labun artinya unta yang sudah berusia 1 tahun dan memasuki tahun
kedua
2. Ibnu labun atau bintu labun artinya unta yang sudah berumur 2 tahun dan
memasuki tahun ketiga
3. Hiqqah artinya unta yang sudah berumur 3 tahun dan memasuki tahun keempat
4. Jadzaah artinya kambing yang berusia 6 bulan hingga satu tahun

2. Sapi. Nishab yang terdapat dalam sapi adalah 30 ekor dengan perincian
sebagai berikut:
Jumlah Ketentuan Zakat Wajib
1-29 Tidak dikenakan zakat
30-39 1 ekor tabi’
40-59 1 ekor musinnah
60-69 2 ekor tabi’
70-79 1 ekor musinnah dan 1 ekor tabi’
80-89 2 ekor musinnah
90-99 3 ekor tabi’
100-109 1 ekor musinnah dan 2 ekor tabi’
110-119 2 ekor musinnah dan 4 ekor tabi’
120-129 3 ekor musinnah dan 4 ekor tabi’
Keterangan:
1. Tabi’ dan tabi’ah adalah sapi jantan dan sapi betina yang telah berusia

17
satu tahun
2. Musinnah adalah sapi betina yang berusia dua tahun
3. Setiap 30 ekor sapi, zakatnya adalah satu ekor tabi’ dan setiap 40 ekor
sapi, zakatnya adalah satu ekor musinnah

3. Kambing. Nishab yang terdapat dalam kambing adalah 40 ekor,


dengan perincian sebagai berikut:

Jumlah Ketentuan Zakat Wajib


1-39 Tidak dikenakan zakat
40-120 1 ekor kambing
121-200 2 ekor kambing
201-300 3 ekor kambing
301-400 4 ekor kambing
Dan seterusnya, dengan pertimbangan setiap 100 ekor, zakatnya
ditambah 1 ekor kambing

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengeluarkan zakat


ternak, di antaranya:

1. Amil atau petugas zakat tidak boleh mengambil hewan yang tua, cacat
yang dapat mengurangi nilainya dan yang sangat jelek. Begitu juga tidak
boleh mengambil yang sedang hamil atau binatang pilihan seperti pejantan
dan sedang digemukkan untuk dimakan. Dengan demikian, harus diambil
pertengahan.
2. Diperbolehkan menggabungkan dua hewan yang sejenis, seperti kambing
dengan domba maupun sapi dengan kerbau yang kemudian dihitung
jumlahnya dapat memenuhi nishab, maka dapat dikeluarkan zakatnya.
3. Tidak menerima zakat hewan ternak yang masih sangat kecil. Namun,
tetap dihitung jumlahnya dengan binatang besar. Sebagaimana perkataan
Umar r.a kepada amil (petugas), “Masukkan anak kambing dalam hitungan
itu, namun jangan kamu ambil”

18
4. Apabila seseorang sudah mencapai nishab dari masing-masing hewan
ternak tersebut, kemudian hewan ternak tersebut melahirkan. Maka
seluruhnya dihitung, termasuk anak yang baru lahir.
5. Terdapat dua orang bersekutu yang memiliki hewan ternak(penggembala
milik dua orang sekutu itu sama, tempat gembalanya sama, dan
kampungnya sama). Dan jika digabungkan, akan mencapai nishab. Maka
yang diambil sebagai zakat hanyalah satu dari keduanya. Dan yang tidak
diambil, membayar separuh harga kepada yang diambil.
6. Tidak diperbolehkan menggabungkan kambing yang masing-masing
pemilik memiliki tanggung jawab menzakati.
7. Tidak diperbolehkan memisahkan dua kumpulan kambing Yang
sebenarnya bersatu agar tidak kena zakat sesuai ketentuan.14

Berikut perincian tentang penghitungan zakat hewan ternak:

Keterangan Unta Sapi Kambing


Jumlah binatang ternak 10 30 250
Dikurangi:
1. Binatang yang dipekerjakan 2 10
2. Binatang yang diperdagangkan
50
Bejana zakat 8 20 200
Bejana zakat dibanding dengan nishab zakat (8 ekor unta, 30 ekor sapi, 40
ekor kambing). Jika bejana zakat mencapai nishab, maka kadar zakat dihitung
berdasarkan daftar khusus sebagaimana yang terdapat dalam kitab fiqh.

c. Zakat Barang Dagangan


c.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta
yang bisa dipindah untuk diperjualbelikan dan bisa mendatangkan
keuntungan. Biasanya juga disebut zakat perniagaan. Zakat ini dikenakan
kepada perniagaan yang dilakukan baik perseorangan maupun perserikatan.

14
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

19
Dalam hal ini, alat seperti mesin, bangunan, dan aset tetap lainnya tidak
dikenakan harta yang wajib dizakati.
Terdapat beberapa landasan hukum mengenai wajibnya zakat
perdagangan, di antaranya sebagai berikut:
- Q.S Al Baqarah ayat 267, yang berbunyi:
‫يأيهاالذين ءامنوا أنفقوا من طيبت ما كسبتم ومما أخرجنا لكم من األرض صلى وال تيمموا الخبيث منه‬
‫تنفقون ولستم بأخذيه إآل أن تغمضوا فيه ج واعلموا أن هللا غني حميد‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
- Hadits Samurah ibn Jundub:
‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يأمرنا أن نخرج الصدقة بما نعد للبيع‬
“Rasulullah telah menyuruh kami untuk mengeluarkan shadaqah dari apa-apa
yang kami maksudkan untuk dijual”.
Adapun syarat-syarat diwajibkannya zakat perdagangan, di antaranya:
1. Sampai haul (satu tahun)
2. Sampai nishab. Nishab barang dagang senilai dengan harga 85 gram emas
dan dihitung pada akhir tahun.
3. Bebas dari hutang
4. Melebihi kebutuhan pokok
c.2 Penghitungan Zakat Perdagangan
Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak akan lepas dari salah satu
atau lebih dari tiga bentuk berikut:
1. Kekayaan dalam bentuk barang
2. Uang tunai
3. Piutang15
Maka yang dimaksud dengan harta perdagangan yang wajib dizakati
adalah yang harus dibayar (jatuh tempo) dan pajak.
Contoh:

15
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

20
Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 2010
dengan keadaan sebagai berikut:
Harta-harta yang wajib dizakati Jumlah
Sofa atau Mebel belum terjual 5 set Rp 10.000.000,-
Uang tunai Rp 15.000.000,-
Piutang Rp 2.000.000,-
Jumlah Rp 27.000.000,-
Utang dan pajak Rp 7.000.000
Saldo Rp 20.000.000,-
Maka besar zakatnya adalah: 2,5% x Rp 20.000.000,- = Rp 500.000,-

Sedangkan usaha yang dilakukan di bidang jasa seperti perhotelan,


maka terdapat dua cara untuk mengeluarkan zakatnya:
1. Pada akhir tahun, semua harta kekayaan perusahaan dihitung, termasuk
barang penghasil jasa, seperti hotel, taksi, dan kapal, lalu dikeluarkan
zakatnya 2,5%.
2. Pada akhir tahun, hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh usaha
tersebut selama setahun, kemudian zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini
diqiyaskan dengan perhitungan zakat hasil pertanian yang hanya
didasarkan pada hasilnya bukan pada harga tanahnya.16
d. Zakat Barang Temuan dan Hasil Tambang
d.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Terdapat beberapa istilah dalam zakat barang temuan dan hasil tambang.
Di antaranya yaitu ma’din, rikaz, dan kanz. Dan keempat madzhab memiliki
perbedaan pendapat dengan arti dari istilah-istilah tersebut. Berikut perbedaan
pendapat tersebut yang dikutip oleh Wahbah Al Zuhaili:
- Menurut Hanafiyah, ma’din, rikaz, dan kanz itu memiliki arti yang sama yakni
semua harta yang ditanam di dalam bumi. Bedanya, ma’din berasal dari Allah
SWT, sedangkan rikaz dan kanz berasal dari harta yang ditanam orang-orang
kafir.

16
Abdul Jalil, Mengenal Zakat Fitrah dan Zakat Mal, (Semarang: Mutiara Aksara, 2019)

21
- Menurut Maliki, ma’din itu bukan rikaz. Ma’din itu harta yang diberikan
Allah SWT baik berupa emas, perak, atau yang lainnya. Sedangkan rikaz atau
kanz itu apa yang tertanam pada zaman jahiliyah.
- Menurut Syafi’i, ma’din itu khusus untuk emas dan perak. Sedangkan rikaz
adalah apa yang ditanam oleh orang-orang sebelum Islam atau sebelum
kebangkitan Nabi SAW.
- Menurut Hanbali, ma;din adalah sesuatu yang dikeluarkan dari bumi yang
merupakan ciptaan Allah SWT dan bukan sesuatu yang ditanam baik sesuatu
yang padat maupun cair. Sedangkan rikaz adalah harta orang kafir yang
diambil pada masa Islam, baik sedikit maupun banyak.

Adapun landasan hukum dari zakat rikaz dan ma’din, di antaranya:

- Q. S Al Baqarah ayat 267 yang berbunyi:


‫يأيهاالذين ءامنوا أنفقوا من طيبت ما كسبتم ومما أخرجنا لكم من األرض صلى وال تيمموا الخبيث منه تن‬
‫فقون ولستم بأخذيه إآل أن تغمضوا فيه ج واعلموا أن هللا غني حميد‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
- Hadits Amr bin Syuaib yang berbunyi:
‫ فيه وفي‬: ‫أن رجال سأل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عما يوجد في الخرب العادي (القديم) فقال‬
‫الركاز الخمس‬
“Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang
kehancuran masa lalu, maka Beliau bersabda: padanya dan pada
rikaz(seperlima)” HR. Bukhari dan Muslim
d.2 Penghitungan Zakat Barang Temuan dan Hasil Tambang
Zakat rikaz dan ma’din tidak disyaratkan harus haul. Namun wajib
dikeluarkan setelah mendapatkannya. Ukuran zakatnya yaitu seperlima atau
20%. Mengenai nishabnya terdapat perbedaan pendapat, dalam hal ini
pendapat yang lebih kuat dan didukung Yusuf Al Qardhawi adalah bahwa
rikaz tetap harus memenuhi persyaratan nishab baik dimiliki individu maupun

22
negara. Begitu juga dengan hasil yang dikeluarkan dari laut, nishabnya
dianalogikan dengan zakat pertanian.
Sedangkan zakat barang tambang, menurut Abu Hanifah dan para
sahabatnya bahwa setiap barang tambang yang diolah menggunakan api
seperti ditempa dan sebagainya, maka harus dikeluarkan zakatnya. Namun,
jika tidak diolah dengan api, maka tidak wajib zakat. Di samping itu, nishab
barang tambang menurut Abu Hanifah yaitu wajib dizakati baik sedikit
maupun banyak dan tidak disyaratkan haul (satu tahun).
Menurut imam Malik, Syafi’i, dan para sahabatnya, Ahmad dan Ishaq
berpendapat bahwa nishab pada barang tambang tetap diperhitungkan atau
diberlakukan.
Penghitungan nishab dalam zakat barang tambang, bukan berarti sekali
penemuan sudah dihitung nishab, namun barang tambang tersebut didapatkan
berkali-kali dan dijumlahkan. Sedangkan ketentuan haul(satu tahun) untuk
barang tambang menurut jumhur ulama’ fiqh bahwa barang tambang yang
wajib dikeluarkan yaitu pada saat berhasil ditambang dan dikeluarkan setelah
dibersihkan.17
e. Zakat Emas dan Perak
e.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Emas dan perak adalah merupakan logam galian yang berharga dan
merupakan karunia Allah SWT. Zakat diwajibkan kepada pihak yang memiliki
emas dan perak apabila sampai nishab dan telah cukup haul (setahun).
Adapun landasan hukum wajib zakat bagi harta kekayaan yang berupa
emas, perak, dan uang di antaranya:
- Q.S At Taubah ayat 35 yang berbunyi:
‫يأيها الذين ءا منوا إن كثيرا من األحبار والرهبان ليأكلون أموال الناس بالبطل ويصدون عن سبيل هللا‬
‫قلى والذين يكنزون الذهب والفضة وال ينفقونها في سبيل هللا فبشرهم بعذاب أليم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

17
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

23
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”.
- Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a bahwa
Rasulullah SAW berkata:
‫ما من صاحب ذهب وال فضة اليؤدى منها حقها إال إذا كان يوم القيامة صفحت له صفائح من نار‬
‫فأحمي عليها فى نار جهنم فيقوى بها جنبه و جبينه وظهره كلما بردت أعيدت له في يوم كان مقداره‬
)‫خمسين ألف سنه حتى يقضى بين العباد (رواه مسلم‬
“Setiap pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya maka pada
hari kiamat dijadikan kepingan lalu dibakar dalam api neraka kemudian diselar
rusuk dan belakang mereka; setiap kali kepingan itu menjadi sejuk ia kembali
dibakar semula pada hari yng ukurannya bersamaan dengan lima puluh
ribu(50.000) tahun sehingga ia dihukum di antara hamba-hamba”. (HR.
Muslim)
e.2 Penghitungan Zakat Emas dan Perak
Jika terdapat seseorang memiliki emas dan perak senishab dan sehaul,
maka wajib banginya untuk mengeluarkan zakat. Jika tidak, maka tidak wajib
mengeluarkan zakat. Adapun nishab emas menurut Ibnul Mundzir
sebagaimana yang telah dikutip oleh Hasbi AL Syiddiqy yaitu 20 mistqal,
seharga 200 dirham. Pendapat tersebut sama dengan keempat madzhab. Hal
ini berdasarka hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hazm dari Ali, Rasulullah
SAW bersabda:
‫ لك عشرون دينارا فإذا كان لك عشرون دينارا وحال‬-‫يعني فى الذهب‬- ‫و ليس عليك شيئ حتى يكون‬
‫عليها الحول ففيها ذالك نصف دينار فما زاد فحساب‬
“Tiada atas engkau sesuatu hingga ada emas itu, 20 dinar. Apabila ada pada
engkau 20 dinar itu telah sampai setahun engkau miliki, maka zakatnya
setengah dinar, dan yang lebih daripadanya menurut perhitungannya”.
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa nishab emas adalah satu
perempat puluh atau 2,5%.
Sedangkan nishab perak ialah 5 auqiyah, dengan perincian 1 auqiyah = 40
dirham. Sehingga kalau 5 auqiyah = 200 dirham. Hal ini mengutip dari hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Said dari Nabi SAW bersabda:
‫وال فى أقل من خمس أواق من الورق صدقة‬
“Tak ada zakat perak yang kurang dari 5 auqiyah”

24
Dalam penghitungan zakat emas dan perak, terdapat beberapa perkara. Di
antaranya:
1. Apabila emas dan perak digabung, maka terdapat 2 pendapat. Pertama,
menurut Abu Hanifah dan Malik, jika penggabungan tersebut mencapai
nishab, maka wajib zakat. Kedua, menurut Syafi’i Abu Tsaur, Daud dan
Ahmad, tidak diperbolehkan menggabung, maka dari itu harus sesuai
nishab masing-masing.
2. Apabila emas dijadikan perhiasan, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal
ini mengacu pada pendapat Abu Hanifah.
3. Namun, menurut imam Malik, Ahmad, Ishaq, dan Rahawaih, jika emas
dan perak tersebut dijadikan perhiasan, maka tidak wajib mengeluarkan
zakat.18

2. Zakat Mal Kontemporer

Zakat mal dalam perspektif kontemporer dibagi menjadi 4 jenis, di antaranya:

a. Zakat Profesi
a.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Pengertian dari profesi sendiri adalah pekerjaan. Dalam sejarah Islam tidak
pernah menyebutkan zakat profesi. Selain itu, adanya pekerjaan di zaman
Rasulullah SAW di antaranya yaitu jual beli, menanam,
beternak/menggembala. Tidak ada pekerjaan spesifik seperti yang ada di masa
sekarang. Dengan adanya zakat profesi ini, menimbulkan banyak pertanyaan
di kalangan masyarakat. Namun, baiknya pertimbangan mengenai zakat
profesi ini menguntungkan banyak pihak. Karena pada faktanya, saat ini
pekerjaan seperti petani, beternak, jual beli hanyalah pekerjaan kecil yang
menghasilkan harta untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat
menimbulkan rasa keadilan bagi mereka-mereka yang memiliki pekerjaan
kecil tersebut.
Berikut penjelasan pertimbangan mengenai zakat profesi. Dalam hal ini,
beberapa ulama mengatakan bahwa sesungguhnya pengertian zakat sendiri
adalah mengambil harta dari orang kaya untuk kemudian diberikan kepada

18
Zuhayli, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

25
orang miskin. Jadi, zakat profesi ini, dapat didasarkan pada hal tersebut.
Adapun landasan zakat profesi terdapat dalam Al Qur’an itu sendiri. Istilah
yang digunakan oleh Al Qur’an untuk zakat profesi adalah "al kasab".
Penghitungan zakat profesi telah disepakati pada saat para peserta
muktamar internasional melakukan rapat pertama tentang zakat di Kuwait
tanggal 29 Rajab 1404 H yang bertepatan dengan tanggal 30 April 1984 M.
Hasil dari rapat tersebut bahwa, penghitungan zakat profesi yaitu apabila harta
sudah mencapai nishab, meskipun mereka berbeda pendapat dengan cara
mengeluarkannya. Dari pertimbangan tersebut, Didin Hafidhuddin
menyimpulkan bahwa setiap pekerjaan apapun yang halal, baik dilakukan
sendiri atau terkait dengan orang lain, jika pendapatannya sudah mencapai
nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Beberapa ulama menyebutkan al mal al mustafada sebagai zakat profesi.
Dan terdapat perbedaan pendapat oleh para ulama mengenai haul zakat
profesi, di antaranya yaitu:
- Menurut Abu Hanifah, Malik, dan Syafi’i bahwa al mal al mustafada tidak
wajib dizakati jika belum sempurna satu tahun.
- Menurut Daud Al Zahiri dan Yusuf Al Qardhawi bahwa al mal al mustafada
wajib dizakati dan tidak disyaratkan sampai setahun. Dengan kata lain, jika
pendapatan yang didapat sudah mencapai nishab, maka dapat langsung
dizakatkan.
a.2 Penghitungan Zakat Profesi
Tidak ada ketentuan khusus terkait nishab, waktu, ukuran, dan cara
mengeluarkan zakat profesi. Namun, dapat diqiyaskan/analogikan dengan
beberapa zakat klasik lainnya, seperti:
1. Jika dianalogikan dengan zakat perdagangan, maka nishab, ukuran, dan
waktu mengeluarkannya sama dengan zakat emas dan perak yaitu senilai
2,5% dan waktu mengeluarkannya setahun sekali setelah dikurangi
kebutuhan pokok.
2. Jika dianalogikan dengan zakat pertanian, maka nishabnya senilai 653 kg
padi atau gandum, ukuran zakatnya sebesar 5% dan dikeluarkan pada
setiap mendapatkan gaji atau penghasilan
3. Dapat juga dianalogikan langsung dengan 2 zakat, yaitu zakat pertanian
dan zakat emas-perak. Dari sudut zakat pertanian, diserupakan nishab pada
26
zakat pertanian, yaitu 5 ausaq atau senilai 653 kg padi/gandum dan
dikeluarkan saat menerimanya tanpa menunggu haul. Sedangkan dari
sudut zakat emas dan perak, diserupakan ukuran zakatnya yang
dianalogikan dengan zakat uang karena setiap gaji berupa uang. Dengan
begitu, ukuran zakatnya sebesar 2,5%.19
b. Zakat Perusahaan
b.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Pada umumnya, perusahaan merupakan badan hukum yang di dalamnya
terdapat beberapa orang yang berkolaborasi dalam memproduksi suatu barang
untuk menghasilkan upah/gaji. Dalam hal ini, menurut Didin Hafidhuddin
yang mengutip oara ahli ekonomi, bahwa perusahaan dibagi menjadi 3 jenis.
Pertama, perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika
dikaitkan dengan kewajiban zakat, maka roduk yang dihasilkan harus halal
dan dimiliki oleh orang-orang beragama Islam. Jika tidak, maka yang
dikenakan membayar zakat hanya kepemilikan saham yang beragama Islam.
Kedua, perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Ketiga, perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan.
Landasan yang menjadi adanya zakat perushaan ini terdapat pada salah satu
hadits riwayat Abu Daud yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah SWT
berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berkongsi (berserikat)
selama salah satunya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Jika terjadi
pengkhianatan, maka Aku akan keluar dari mereka”.
Menurut hasil muktamar internasioanl pertama di Kuwait tersebut, bahwa
perusahaan termasuk ke dalam syakhshan hukumiyah i’tibaran (badan hukum
yang dianggap orang). Karena di antara individu terjadi tranksaksi, meminjam,
menjual, kerja sama, maka segalanya dinikmati bersama termasuk kewajiban
membayar zakat. Tetapi di luar zakat perusahaan, tiap individu wajib
mengeluarkan zakat, sesuai dengan penghasilan dan nishabnya.
b.2 Penghitungan Zakat Perusahaan
Dalam perusahaan terdapat harta yang tidak aan terlepas dari tiga bentuk,
yaitu pertama, harta dalam bentuk barang; kedua, harta dalam bentuk uang
tunai; dan ketiga, harta dalam bentuk piutang. Dengan begitu, harta yang

19
Zuhayli, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

27
dizakati adalah ketiga bentuk harta tersebut, dikurangi harta dalam bentuk
sarana dan prasarana serta kewajiban mendesak lainnya. Sebagaimana
pernyataan Abu Ubaid yang dikutip oleh Didin Hafidhuddin bahwa “apabila
anda telah sampai batas waktu membayar zakat (yaitu usaha anda telah
berlangsung selama satu tahun) perhatikanlah apa yang engkau miliki, berupa
uang ataupun barang yang siap diperdagangkan, kemudian nilailah dengan
nilai uang dan hitunglah utang-utangmu atas apa yang engkau miliki”.
Mengenai bagaimana dan kapan dikeluarkan zakat perusahaan ini, ada
beberapa teori, yaitu:
1. Menurut Ibnu Aqil Al Hanbali dan madzhab Hadzawiyah, perusahaan
disamakan dengan harta perdagangan. Dengan nishab seharga 85 gram
atau 94 gram emas murni, kemudian dipungut 2,5% untuk zakat.
2. Menurut Abu Zahra, Abdul Wahab Khallaf dan Abdurrahman Al Hasan,
zakat perusahaan disamakan dengan zakat tanaman dan buah-buahan,
yaitu dipungut dari penghasilannya pada waktu menerimanya, dengan
angka pungutan 10% atau 5%.
3. Sedangkan Yusuf Al Qardhawi dan Abdul Khaliq Al Nawawi
membedakannya dalam dua kategori. Ada yang masuk harta benda tidak
bergerak yang zakatnya diambil dari penghasilannya saja dengan angka
pungutan 10% atau 5%. Sedangkan yang termasuk harta bergerak,
zakatnya diambil dari keseluruhan modal dan penghasilan yang masih ada
dengan angka pungutan 2,5%.20

AAOIFI (The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial


Institution) merumuskan standar zakat untuk institusi keuangan yaitu
sebagaimana berikut:

1. Metode Aktiva Bersih (Net Asset), subjek zakat pada metode aktiva bersih
terdiri dari:
a. Kas dan setara kas
b. Piutang bersih (total piutang dikurangi piutang ragu)
c. Aktiva yang diperdagangkan
d. Pembiayaan mudharabah

20
Zuhayli, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

28
e. Pembiayaan musyarakah
f. Pembiayaan salam
g. Istisna
Rumus metode aktiva bersih ini adalah:
Aktiva subjek zakat (utang lancar + modal investasi tak terbatas +
penyertaan minoritas + penyertaan pemerintah + penyertaan lembaga
sosial atau endowment dan lembaga non profit) = zakat yang wajib
ditnaikan.
2. Metode Dana Investasi Bersih (Net Invested Funds). Subjek zakat pada
metode dana investasi bersih sebagai berikut:
a. Modal disetor
b. Cadangan yang tidak dikurangkan dari aktiva
c. Laba ditahan termasuk laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan
d. Laba bersih yang belum dibagikan

Komponen pengurangnya adalah:

a. Aktiva tetap bersih


b. Investasi yang tidak digunakan dalam perdagangan
c. Kerugian yang terjadi selama 1 periode
Rumusan penghitungan zakat dengan metode dana investasi bersih
adalah: tambahan modal + cadangan + cadangan yang bukan
dikurangkan dari aktiva + laba ditahan + laba bersih + utang jangka
panjang (aktiva tetap + investasi yang tidak diperdagangkan +
kerugian) = zakat yang wajib ditunaikan
Zatatan: tarif zakat menjadi 2.58% dari 2,5% adalah karena
penghitungan menggunakan kalender Masehi yang lebih panjang
dibandingkan kalender Hijriaj, padahal yang dipakai dalam
penghitungan zakat adalah kalender Hijriah.

Selanjutnya Izzudin Abdul Manaf mengatakan bahwa terdapat


beberapa persyaratan teknis lainnya yang perlu diperhatikan oleh pemilik
perusahaan yang akan mengeluarkan zakat perusahaannya, di antaranya:

a. Adanya peraturan pemerintah yang mengatur pengeluaran zakat perusahaan


tersebut.

29
b. Adanya aturan internal, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
tentang pengeluaran zakat perusahaan tersebut
c. Rapat Umum Pemegang Saham merekomendasikan pengeluaran zakat
perusahaan
d. Adanya kebijakan dari pemegang saham dan dewan direksi21
c. Zakat Surat-Surat Berharga
c.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Dalam zakat surat-surat berharga terdapat 2 macam, yaitu saham dan
obligasi. Adapun perincian pengertian dari saham dan obligasi dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Perbedaan Saham dan Obligasi
Saham Obligasi
1. Merupakan bagian kekayaan 1. Merupakan pinjaman kepada
bank atau perusahaan perusahaan, bank, atau
2. Memberikan keuntungan sesuai pemerintah
dengan keuntungan perusahaan 2. Memberikan keuntungan
atau bank yang bisa banyak atau tertentu atas pinjaman tanpa
sedikit sesuai dengan bertambah atau berkurang
keberhasilan perusahaan atau 3. Pembawa obligasi berarti
bank itu, tetapi juga pemberi hutang atau pinjaman
menanggung kerugiannya kepada perusahaan, bank, atau
3. Pembawa saham berarti pemilik pemerintah
sebagian perusahaan dan bank 4. Obligasi dibayar setelah waktu
itu sebesar nilai sahamnya tertentu
4. Saham hanya dibayar dari
keuntungan bersih perusahaan

Yusuf Al Qardhawi mengemukakan dua pendapat mengenai kewajiban


pada zakat, sebagai berikut:
1. Jika perusahaan itu merupakan perusahaan industri murni, artinya tidak
melakukan kgiatan perdagangan, maka sahamnya tidak wajib dizakati. Akan
tetapi jika keuntungan yang dimasukkan ke dalam harta para pemilik saham

21
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

30
tersebut, maka para pemilik saham tersbut wajib mengeluarkan zakat bersama
harta lainnya.
2. Jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan dagang murni yang membeli
dan menjual barang-barang tanpa melakukan kegiatan pengelolaan, maka
saham-saham atas perusahaan itu wajib dikeluarkan zakatnya.
Adapun landasan hukum dikeluarkan zakat surat-surat berharga adalah
diambil dari keumuman ayat tentang harta-harta yang wajib dizakati. Nabi
SAW bersabda, “Sayyidina Ali telah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
SAW telah bersabda: “Apabila kamu mempunyai 200 dirham dan telah cukup
haul (genap satu tahun) diwajibkan zakatnya 5 dirham dan tidak diwajibkan
mengeluarkan zakat (emas) kecuali kamu mempunyai 20 dinar (salah satu
mata uang zaman dahulu yang digunakan di negara Arab). Apbila kamu
mempunyai 20 dinar dan telah cukup haulnya, diwajibkan zakatnya setengah
dinar. Demikian juga ukurannya jika nilainya bertambah dan tidak diwajibkan
zakat bagi sesuatu harta kecuali genap setahun”
c.2 Penghitungan Zakat Surat-Surat Berharga
Berdasarkan keterangan di atas, zakat surat-surat berharga diqiyaskan dengan
zakat perdagangan, dengan nishabnya senilai 85 gram emas dan zakatnya sebesar
2,5%. Sementara itu, muktamar internasioanl pertama tentang zakat di Kuwait
menyatakan bahwa jika perusahaan telah mengeluarkan zakatnya sebelum
dividen dibagikan kepada pemegang saham, maka pemegang saham tidak perlu
lagi mengeluarkan zakatnya. Jika belum mengeluarkan, tentu pemegang sahamlah
yang berkewajiban mengeluarkan zakatnya.
Sedangkan pengeluaran zakat untuk obligasi, dilihat berdasarkan macamnya
yaitu obligasi konvensioanl atau syariah. Jika itu obligasi konvensioanl, terdapat
tiga pendapat, sebagai berikut:
1. Zakat tidak wajib dikeluarkan karena hal ersebut termasuk ke dalam riba
2. Zakat wajib dikeluarkan atas harga atau nilai dari obligasi itu sendiri dan
bukan dari bunganya. Besar suku zakat adalah 2,5% yang dikeluarkan
setiap akhir tahun. Sementara itu, bunga tau keuntungan yang diperoleh
wajib disedekahkan semuanya untuk fakir miskin atau kepentingan umum.
Pendapat ini merupakan pendapat Abdurrahman Isa, seorang pakar
ekonomi Islam kontemporer dalam kitabnya “Al Mualmalah Al Haditsah
Ahkamuha” sebagaimana dikutip Wahbah Al Zuhaili.

31
3. Zakat wajib atas obligasi dan bunganya. Dengan cara menggabungkan
keduanya pada waktu jatuh tempo dan dikeluarkan jika telah mencapai
nishab dan haul dengan suku zakat sebesar 10% seperti zakat pertanian
dan perkebunan.
Dan jika itu obligasi syariah, maka hukumnya halal dan wajib
dizakatkan dengan suku zakat 2,5% pertahun setelah mencapai nishab dan
haul.22
d. Zakat Madu dan Produk Hewan
d.1 Pengertian dan Landasan Hukum
Madu adalah cairan yang keluar dari perut lebah. Adapun landasan
mengenai diwajibkannya zakat madu dan ternak yaitu sebagaimana hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruquthni, yang berbunyi:
)‫أنه أخذ من العسل الشر (رواه ابن ماجه والدر قطني‬
“sesungguhnya Rasulullah SAW mengambil zakat madu sebesar 1/10%” (HR.
Ibn Majah dan Daruqhutni)
Dalam zakat madu dan produk hewan ini terdapat beberapa perbedaan
pendapat. Namun, Yusuf Al Qardhawi menyimpulkan bahwa madu
dianalogikan dengan hasil tanaman dan buah-buahan, yaitu setiap penghasilan
yang diperoleh dari bumi, dinilai sama dengan penghasilan yang diperoleh dari
lebah.
d.2 Penghitungan Zakat Madu dan Hewan Ternak
Zakat madu dan hewan ternak dianalogikan dengan zakat perdagangan dan
pertanian. Jika menggunakan zakat perdagangan, maka nishabnya 85 gram
emas, dan wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebesar 2,5%. Objek zakat
yang dikeluarkannya hanyalah komoditas perdagangannya saja. Namun, jika
menggunakan zakat pertanian, maka nishabnya adalah 653 kg padi atau
gandum dan persentase zakatnya 10%, dikeluarkan setiap panen. Madzhab
Imam bin Hambali, menyatakan bahwa bahwa ukuran zakat madu adalah
sebesar sepersepuluh atau 10%.23
Untuk lebih jelasnya Syahatah membuat bagan cara menghitung akat
madu tersebut, berikut tabelnya:

22
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)
23
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

32
Harta-Harta yang Wajib Dizakati Jumlah
Hasil penjualan sepanjang tahun Rp 100.000.000,-
Produksi yang belum terjual Rp 20.000.000,-
Jumlah keseluruhan Rp 120.000.000,-
Biaya yang dikeluarkan
Biaya bahan makanan Rp 25.000.000,-
Biaya pekerjaan dan peralatan Rp 30.000.000,-
Biaya pemasaran Rp 10.000.000,-
Biaya administrasi dan lain-lain Rp 5.000.000,-
Biaya kehidupan Rp 10.000.000,-
Jumlah keseluruhan Rp 80.000.000,-
Bejana zakat Rp 40.000.000,-
Kadar nishab zakat adalah seharga 85 kg emas. Seandainya harga setiap gram
emas adalah Rp 50.000,-, maka nishabnya adalah Rp 4.250.000,-. Dengan
demikian, maka kadar zakat yang wajib dikeluarkan adalah : Rp 40.000.000,- x
10% = Rp 4.000.000,-

3. Pendayagunaan Zakat
Departemen Agama dalam Pola Pembinaan Badan Amil Zakat telah membagi
pendayagunaan zakat menjadi dua, yaitu:
a. Kebutuhan Konsumtif
Artinya adalah bahwa zakat diperuntukkan bagi pemenuhan hajat hidup
para mustahiq yang tergabung dalam 8 golongan. Pendayagunaan hasil
pengumpulan zakat untuk kebutuhan konsumtif mustahiq dilakukan
berdasarkan persyaratan sebagai berikut:
1. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq 8 ashnaf
khususnya fakir miskin
2. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan
bantuan
3. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing
b. Kebutuhan Produktif

33
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk kebutuhan usaha produktif
dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahiq 8 ashnaf sudah
terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan
2. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang memungkinkan
3. Mendapat persetujuan dari Dewan Pertimbangan
Zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus
segera disalurkan kepada para mustahiq dengan skala prioritas yang
telah disusun dalam program kerja. Oleh karena itu, maka salah satu
tugas BAZ dalam mendistribusikan zakat adalah menyusun skala
prioritas berdasarkan program-program yang disusun berdasarkan data
yang akurat.24

24
Fakhruddin, Fikqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

34
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengertian zakat mal adalah setiap harta yang dihasilkan dan
mencapai nishab maupun haul sesuai ketentuan agar dibagikan
kepada 8 ashnaf yang telah ditentukan dengan tujuan untuk
mensucikan diri/membersihkan diri.
2. Syarat-syarat harta yang dizakatkan, di antaranya:
a. Milik penuh
b. Berkembang
c. Mencapai nisab
d. Lebih dari kebutuhan pokok
e. Bebas dari hutang
f. Berlalu satu tahun (haul)

Sedangkan macam-macamnya yaitu dibagi 2, zakat klasik dan


kontemporer. Di antara yang meliputi zakat klasik adalah:

a. Zakat Hasil Pertanian


b. Zakat Hewan Ternak
c. Zakat Harta Perdagangan
d. Zakat Barang Temuan dan Hasil Tambang
e. Zakat Emas dan Perak

Dan yang meliputi zakat kontemporer adalah:

a. Zakat Profesi
b. Zakat Perusahaan
c. Zakat Surat-surat Berharga
d. Zakat Madu dan Produk Hewan
3. Pendayagunaan zakat di Indonesia menurut Departemen Agama
dalam Pola Pembinaan Badan Amil Zakat dibagi menjadi dua,
yaitu kebutuhan konsumtif dan kebutuhan produktif.

35

Anda mungkin juga menyukai