Disusun oleh :
Kolonisasi awal pada pemukaan gigi terjadi dalam 3-4 jam didominasi oleh
mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Streptokokus sanguins, Streptokokus
mutans, Streptokokus mitis, Streptokokus salivarius, Actinomyces viscosus dan
Actinomyces naeslundii. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan
adhesion, yaitu : molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Dalam
perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari
lingkungan awal yang bersifat aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif
menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dengan adanya spesies bakteri
anaerob gram-negatif setelah 24 jam.
Fase Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak
Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua
Dalam tiga hari, Pengkoloni sekunder yang tidak ikut serta sebagai pengkoloni awal
ke permukaaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella
loescheii, spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas
gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam
massa plak.Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke
bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi.Fase akhir pematangan plak pada hari
ke 7 ditandai dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya
bakteri gram negatif.
Jenis-jenis plak
Dental plak secara umum dibagi menjadi supragingival dan subgingival berdasarkan
posisinya pada permukaan gigi.
Plak Supragingival Plak Subgingival
Lokasi diatas margin gingiva dibawah margin gingiva
Glikoprotein dan mikroor- Pertumbuhan bakteri dari
Sumber
ganisme dari saliva plak supragingival
Plak yang melekat menu-
Area yang tidak dibersih-
tupi kalkulus dan plak
Penyebaran kan pada permukaan servi-
yang tidak melekat meluas
kal dan proksimal
ke jaringan periodontal
Dominan gram positif, Dominan gram negatif,
Mikroorganisme
aerob anaerob
Bakteri Motil Beberapa motil Umumnya motil
Metabolisme Dominan karbohidrat Dominan protein
Sumber Nutrisi untuk Saliva dan makanan yang Cairan sulkus gingiva,
Proliferasi dicerna eksudat
Penyebab gingivitis, kal- Penyebab gingivitis, kal-
Signifikansi kulus supragingiva dan ka- kulus subgingiva, infeksi
ries gigi periodontal
KALKULUS
Konsistensi cukup keras, konsistensi seperti clay, rapuh. lebih keras dan padat daripada
kalkulus supragingiva karena
kandungan mineral yang lebih banyak
pada kalkulus subgingiva, melekat
lebih erat pada permukaan gigi.
Visibility Terlihat pada rongga mulut Tidak terlihat pada pemeriksaan klinis
rutin
Perlekatan mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus/ Sulit dibersihkan.
mudah dibersihkan.
Lokasi Diatas margin gingival ke arah koronal Dibawah puncak margin gingival
Distribusi Terdapat dekat kelenjar air liur. Tidak bisa diprediksi. Lebih sering di
- bagian lingual dari insisivus bawah (duktus bagian approksimal dan lingual
sublingual) daripada bagian bukal
- bagian bukal dari molar kedua atas (duktus
parotis)
Formasi Deposit terbentuk lapis per lapis degan Deposit terbentuk lapis per lapis degan
kandungan mineral yang bervariasi kandungan mineral yang sama banyak
tiap lapisnya.
Kandungan Saliva Serum darah
mineral
Komposisi Lebih banyak oktakalsium fosfat dan Lebih banyak magnesium whitlockite
brushite
Kristal Lebih banyak brushite karena brushite Lebih sedikit brushite dan
ada pada kalkulus yang baru terbentuk octacalcium phosphate.
dan kalkulus yang aru terbentuk adalah Lebih banyak Magnesium
kalkulus supragingiva whitlockite.
Beberapa atau lebih sedikit whitlockite Tidak ada protein saliva
Terdapat protein saliva
Gambar
Komposisi kalkulus
1. Anorganik
70%-90% kalkulus terdiri dari bahan anorganik yang sebagian besar
merupakan kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) sekitar 76% (dalam bentuk
kristal brushite, whitlockite dan fosfat oktakalsium) dan sebagian
lainnya kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium fosfat (Mg3(PO4)2).
Dua per tiga masa anorganik yang membentuk fase kristal seperti:
o Hidroksiapatite(Ca10(OH)2(PO4)6),
o Brushite (CaHPO4X2H2O)
o Whitlockite Ca9(MgFe)(PO4)6PO3OH)
o Fosfat oktakalsium(Ca4H(PO4)3.X2H2O).
Hidroksi apatit dan oktakalsium fosfat adalah yang paling sering ditemukan pada
semua regio. Brushite mendominasi kalkulus pada mandibula anterior sedangkan
whitlockite pada daerah posterior seluruh regio. Kalkulus yang baru terbentuk akan
didominasi kristal brushite. Setelah 6 bulan terbentuk, kristal utama yang terbentuk
adalah oktakalsium posfat atau magnesium whitlockite, bergantung pada banyaknya
fluoride. Dan setelah kalkulus matang, komponen kristal utamanya adalah hidroksi
apatit (hidroksiapatit (58%), magnesium whitlockite (21%), oktakalsium fosfat(12%),
brusit (9%).
2. Organik
10%-30% kalkulus terdiri atas bahan organik yang berasar dari plak
yakni karbohidrat, sisa bakteri dan sisa-sisa sel leukosit/epitel yang
telah mati. Kalkulus juga mengandung air meskipun sangat sedikit
(sekitar 2%).
Sekitar 1,9 sampai 9,1% komponen organik adalahkarbohidrat yang
terdiri atas galaktosa, glukosa, rhamnosa, mannose, asam glikuronik,
galaktosamine, dan kadang-kadang arabinase, asam galakturonik serta
glukosamin yang semuanya dijumpai pula di dalam glikoprotein saliva
kecuali arabinosa dan rhamnosa. Protein yang berasal dari saliva,
sejumlah 5,9-8,2% yang kebanyakan terdiri atas asam amino. Lipid
sejumlah 0,2% dari komponen organik dalam bentuk lemak netral,
asam lemak bebas, kolesterol, kolesterol ester, dan fosfat lipid.
Permukaan kalkulus selalu terlapisi oleh lapisan plak dan bakteri karena
bentuknya yang irreguler. Plak tersebut tentu akan sulit dibersihkan karena
menempel pada daerah sempit pada kalkulus.
Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu
pembentukan kalkulus.Mineral pada kalkulus supragingival berasal dari
saliva, sedangkan pada kalkulus subgingival berasal dari eksudat cairan
gingiva.
1. Hubungan kontak proksimal: Jika tidak ada titik kontak akan mudah terjadi
impaksi makanan dan jika terdapat area kontak maka akan menyulitkan
flossing sehingga makanan terselip di proksimal. Selain itu, hubungan kontak
proksimal yang buruk dan adanya plunger cusp dapat semakin memudahkan
terjadinya impaksi makanan.
2. Pengaturan Oklusal (Plunger cusp): Plunger cusp ini memiliki puncak cusp
yang cenderung memaksa mengapit makanan ke bagian interproksimal gigi,
biasanya terdapat pada cusp fungsional (contohnya cusp palatal gigi maksila
dan cusp bukal gigi mandibula)
3. Intermediate bifurcation ridge: adalah sebuah pembesaran sementum yang
berjalan longitudinal antara akar mesial dan distal gigi molar mandibula.
Mungkin terletak pada titik tengah antara permukaan bukal dan lingual Ridge
ini ditemukan sering pada molar pertama. Kontur irregular ini membuat
pembuangan plak dan kalkulus lebih sulit dan dapat menyebabkan kegagalan
perawatan furkasi, khususnya terapi regeneratif.
C. Restorasi
1. kekasaran material restorasi dan kekasaran permukaan restorasi-gigi yang
meningkatkan retensi plak.
2. material restorasi overhanging(proksimal sampai ke sevikal)
3. perbedaan margin;
4. margin semen yang terekspos.
5. margin subgingival berpotensi lebih merusak dibanding supragingival dan
sering dikaitkan dengan inflamasi gingiva
6. mahkotaovercontoured sering dikaitkan dengan peningkatan inflamasi
gingiva, menyebabkan trauma oklusi karena adanya beban yang berlebih
E. Perangkat ortodontik
Perangkat ortodontik cekat maupun lepasan digunakan untuk beberapa tahun dan
berpotensial memiliki efek reversible maupun irreversible pada jaringan periodontal.
Aspek yang harus diperhatikan untuk penggunaan perangkat ortodontik adalah:
Akses ke pembersihan interdental biasanya terancam, mengarah pada
akumulasi plak
Komponen dari perangkat ortodontik, khususnya band, dapat terletak dekat
dengan margin gingiva, mengarah pada akumulasi plak
attachment loss koronal dapat terjadi selama perawatan ortodontik (0.05–0.3
mm setiap tahun)
G. Trauma lokal
Dapat dihubungkan dengan penyikatan gigi berlebihan atau kebiasaan seperti
mengorek gingiva dengan kuku jari.Dapat menyebabkan resesi gingiva, attachment
loss dan kehilangan tulang.
J. Merokok
Merokok adalah salah satu faktor resiko utama yang memprediksi perkembangan dan
proses periodontitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Caranza, F. A. Newman, M. G. Takei, H. H. Klokkevold, P. R. 2015.
Caranza’s Clinical Periodontology 12th ed. Philadelphia: Elsevier.
2. Lindhe, J. Karring, T. Lang, N. P. 2003. Clinical Periodontology and Implant
Dentistry 4th ed. Denmark: Blackwell.