Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GEOLOGI UMUM

‘‘GERAKAN GEOLOGIS ANGIN”

Dosen Pembimbing :

Deded Chandra, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Zikry Syah (18045065)

Nadia Nasri (18045018)

Vhadel Kusuma Wijaya (18045128)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini.

Makalah ini tentang gerakan geologis angin sebagaimana kami


mengerjakannya sehubungan dengan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing
yaitu, Deded Chandra, S.Si., M.Si. selaku dosen mata kuliah Geologi umum. Harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………......i

DAFTAR ISI…………………………………………………………….ii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang…………………………………………….... 1
b. Rumusan Masalah……………………………………………2
c. Tujuan Masalah……………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Angin................................................................... 3

2.2 Jenis-jenis Angin................................................................... 5

2.3 Deflasi dan Korasi................................................................ 8

2.4 Pengendapan oleh Angin...................................................... 9

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ……………………………………………… 11
b. Saran……………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Angin darat dan Angin Laut …………...........................……………. 5

Gambar 2 Angin Lembah dan Angin gunung........................................................6

Gambar 3 Angin Muson Barat dan Angin Muson Timur..................................... 7

Gambar .4 Angin Fohn..........................................................................................8

Gambar 5 Berbagai bentuk batuan akibat pengikisan oleh angin..........................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara
horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi
secara dinamis. Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang
tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin
akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya, akan menimbulkan gaya yang
akan mempengaruhi arah pergerakan angin.
Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan
permukaan yang licin (smooth), variasi yang diakibatkan oleh kekasaran permukan
disebut turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara panas pada
permukaan bergerak ke atas secara vertikal, kaena adanya resistensi dari lapisan udara
di atasnya. Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan atmosfer ini disebut
turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif. Fluktuasi kecepatan angin
akibat turbulensi mekanis umumnya lebih kecil tetapi frekuensinya lebih tinggi (lebih
cepat) dibandingkan dengan fluktuasi akibat turbulensi termal (Karim,1985).

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian Angin dan apa saja faktor terjadinya Angin?
2. Apa saja jenis-jenis Angin?
3. Bagaimana hubungan Angin dengan Deflasi dan Korasi?
4. Bagaimana proses Pengendapan oleh Angin?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Angin dan faktor terjadinya Angin
2. Mengidentifikasi jenis-jenis Angin
3. Mengetahui hubungan Angin dengan Deflasi dan Korasi
4. Mengetahui Proses pengendapan oleh Angin

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Angin

Angin adalah udara yang bergerak (berpindah) dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan lebih rendah1 atau dari daerah yang memiliki
suhu/temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi. Perbedaan suhu di atmosfer
menyebabkan perbedaan tekanan udara, dan mengakibatkan udara terus-menerus
mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Bila terjadi perbedaan di antara pusat
tekanan (yakni suhu atmosfer) terlalu tinggi, arus udara (yakni angin) menjadi sangat
kuat.

Faktor terjadinya Angin Faktor terjadinya angin ada 4 tahap diantaranya:

a. Gradien barometris Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2


isobar yang jaraknya 111 km. makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan
angin.

b. Letak tempat Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari pada yang jauh
dari garis khatulistiwa.

c. Tinggi tempat Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup,
hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di
permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan
gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.

d. Waktu Di siang hari angin bergerak lebih cepat dari pada malam hari.

Salah satu faktor penyebab timbulnya angin adalah adanya gradien tekanan
yang timbul karena adanya perbedaan suhu udara. Kuat atau lemahnya hembusan angin
ditentukan oleh besarnya kelandaian tekanan udara atau dengan kata lain kecepatan
angin sebanding dengan kelandaian tekanan udaranya. Disamping kelandaian tekanan,
gerak angin ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya
gesek .Semakin besar perbedaan tekanan udara maka semakin besar pula kecepatan
angin berhembus

3
Pada dasarnya, terjadinya angin adalah karena adanya perbedaan tekanan udara
dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Perbedaan suhu udara dan tekanan udara ini
juga berkaitan dengan panas matahari yang diterima oleh daerah tersebut. Secara lebih
terstruktur, proses terjadinya angin ini melibatkan 3 langkah khusus, yaitu:

1. Terjadinya perbedaan penyinaran oleh panas matahari

Matahari yang memancarkan sinarnya tidak bisa menyinari dengan intensitas


penyinaran yang sama antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Pastilah ada
perbedaan di beberapa wilayah atau tempat perihal penerimaan sinar matahari ini. Nah,
perbedaan radiasi atau cahaya matahari ini lah yang menjadi dasar terbentuknya angin.

2. Terjadi pengembangan udara atau pemuaian udara

Dalam proses terjadinya angin, setelah terjadi perbedaan suhu dan tekanan selanjutya
terjadi pengembangan udara atau pemuaian udara Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan atau suhu yang ada di suatu wilayah tersebut. Pada daerah yang
mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak, udara akan mengalami pengembangan
atau pemuaian, sehingga mempunyai tekanan udara yang lebih rendah dibandingakan
dengan daerah yang hanya mendapatkan sedikit sinar matahari. Karena terjadinya
pemuaian udara atau pengembangan udara ini, maka terjadi perbedaan tekanan udara
diantara kedua daerah atersebut.

3. Terjadinya gerakan udara

Adanya perbedaan tekanan udara yang diakibatkan oleh pemuaian udara ini akan
memicu terjadinya pergerakan pada udara. Udara yang berada di daerah dengan
tekanan lebih tinggi akan bergerak menuju daerah yang mempunyai tekanan udara
lebih rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa daerah yang mendapatkan sinar
matahari rendah akan lebih mempunyai banyak angin menuju daerah yang lebih panas.
Dan inilah akhir dari proses terjadinya angin, dan terbentuklah angin.

4
2.2 Jenis-jenis Angin

Sebagai salah satu sumber daya alam, angin mempunyai beberapa jenis. Jenis-
jenis dari angin ini dilihat dari beberapa klasifikasi. Berikut ini kan dijelaskan
mengenai macam- macam angin yang dapat kita jumpai.

1. Angin darat dan angin laut

Jenis angin pertama dan yang mudah kita jumpai adalah angin darat dan angin
laut. Angin darat dan angin laut merupakan jenis angin yang dapat kita rasakan di
daerah pesisir pantai.

 Angin darat adalah angin yang bertiup dari darat menuju ke laut. Angin darat
ini terjadi ketika malam hari, yakni sekitar pukul 20.00 hingga pukul 06.00
pagi. Karena bertiup dari darat ke laut, maka angin darat ini seringkali
dimanfaatkan oleh nelayan untuk pergi melaut dengan menggunakan perahu
tradisional yang mengandalkan kekuatan angin. Maka dari itu seringkali kita
menemui bahwa neayan pergi melaut pada malam hari dan bukan di siang hari.
salah satu alasannya adalah karena angin darat ini.
 Angin laut merupakan kebalikan dari angin darat, yakni angin yang bertiup
dari laut ke darat. Merupakan kebalikan dari angin darat, maka angin laut ini
berhembusnya pada waktu pagi atau siang hari, yakni sekitar pukul 09.00
hingga pukul 16.00. Angin ini seringkali dimanfaatkan oleh para nelayan untuk
pulang dari melaut. Maka dari itu seringkali kita menamui pare nelayan yang
pulang dari melau di pagi hari, disamping untuk menjaga kesegaran ikan dan
tangkapan lainnya, juga karena memanfaatkan angin laut.

Gambar 1 : Angin darat dan Angin Laut

Sumber : http://www.mistamajahp.com/angin-darat-dan-angin-laut/#z

5
2. Angin lembah dan angin gunung

Jenis angin yang selanjutnya adalah angin lembah dan angin gunung. Dinamakan angin
lembah dan angin gunung ini dilihat dari tempat dia bertiup.

 Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah menuju arah puncak
gunung. Sehingga dapat dikatakan bahwa angin lembah ini bertiup dari atas ke
bawah. Umumnya, angin lembah ini bertiup pada waktu siang hari.
 Angin gunung adalah angin yang merupakan kebalikan dari angin lembah.
Angin gunung merupakan jenis angin yang bertiup dari arah puncak gunung
menuju arah lembah. Angin gunung ini umumnya terjadi ketika malam hari.

Gambar 2 : Angin Lembah dan Angin gunung

Sumber : http://www.konsepgeografi.net/2016/01/angin-gunung-dan-angin-
lembah.html?m=1

3. Angin muson

Angin muson ini merupakan angin yang bertiup di antara benua Asia dan
Auatralia. Karena Indonesia terletak diantara kedua benua tersebut, maka Indonesia
merasakan angin ini. Angin muson juga disebut dengan angin musim. Angin muson ini
merupakan angin yang bertiup minimal 3 bulan sekali, dan terjadi di antara periode
yang berbeda. Pola hembusan angin ini akan berganti arah secara berlawanan, di
setidaknya setengah tahun sekali. Angin muson ini dibagi menjadi dua bagian. Angin
muson ini dibagi menjadi angin muson barat dan angin muson timur.

 Angin muson barat adalah jenis angin yang bertiup dari arah benua Asia
menuju benua Australia. Angin muson barat ini memliki kandungan curah
hujan yang tinggi karena angin ini bersifat basah. Angin ini bersifat basah
karena melalui tempat dengan cakupan yang luas dan mengandung banyak air

6
seperti samudera. Ketika angin ini bertiup maka Indonesia mengalami musim
penghujan.

 Angin muson timur adalah angin yang bertiup dari benua Australia menuju ke
Benua Asia. Angin ini merupakan kebalikan dari angin muson barat. Jika angin
muson barat mempunyai sifat basah, maka angin muson timur mempunyai sifat
kering. Maka dari itu ketika bertiup angin ini Indonesia memiliki musim
kemarau. Alasan mengapa angin ini bersifat kering karena melewati ruang yang
sempit dan melewati gurun- gurun.

Gambar 3 : Angin Muson Barat dan Angin Muson Timur


Sumber : http://anginmusonucok.blogspot.com/2013/03/pergerakan-angin-
muson.html?m=1

4.AnginFohn

Angin fohn ini juga disebut dengan angin jatuh. Angin jatuh atau fohn ini
merupakan angin ynag terjadi dan bergantung pada hujan orografis. Angin fohn ini
dapat bertiup di suatu wilayah yang mempunyai temperatur berbeda- beda. Angin ini
memiliki sifat yang tergolong panas, dan angin juga merupakan salah satu angin yang
sering memakan korban ketika terkena tiupan angin ini. Tiupan angin ini seketika akan
akan membuat korban layu dan mati karena daya tahan tubuh yang tidak kuat untuk
menahannya.

7
Gambar 4 : Angin Fohn

Sumber : http://www.ilmudasar.com/2016/11/pengertian-fungsi-karakteristik-faktor-
macam-jenis-angin-adalah.html?m=1

2.3 Deflasi Dan Korasi

|Angin berperan dalam menjalankan salah satu fungsi geologi karena angin,
diantaranya dapat mengikis dan mengangkut bahan-bahan hasil pengikisan tersebut
dan mengendapkannya di tempat lain. Proses pengikisan oleh angim dinamakan
Deflasi. Apabila angin mengandung butiran pasir, proses pengikisannya dinamakan
korasi (corrasion) , sedangkan endapan yang dihasilkan oleh kegiatan angina tersebut
dinamakan Endapan Eolis.

Deflasi dapat menurukan permukaan tanah dengan sempurna atau dapat bekerja
untuk melokalisasi suatu area menjadi cekungan Deflasi. Deflasi skala besar akan
berkembang pada saat didaerah kering tidak ada vegetasi, yaitu ketika periode kemarau
panjang, cekungan deflasi berskala besar dapat terjadi pada daerah semikering, seperti
yang ada di USA dan Kanada.

Ada beberapa wilayah dibumi yang sangat berpengaruh oleh adanya tiupan
angin, seperti didaerah gurun (disert) dan semigurun (semidisert). Gurun merupakan
daerah padang pasirr yang luas dan tidak ada vegetasi sehingga tidak ada akar-akar
yang berfungsi mengikat btiran tanah. Hal ini membuat angina bebas beregerak.

Korasi didaerah gurun, terutama terjadi pada permukaan batuan yang tidak
terpindahkan oleh deflasi. Ventifact adalah fragment batuan yang terpotong dan
dibentuknoleh angina. Batuan ini dicirikan oleh permukaan yang halus, bahkan
tergeruskan, dan dipisahkan antara satu dan yang lainnya dari segi sisinya yang tajam.
Kebanyaka potongan dan gosokan dibentuk oleh batu pasir yang bergerak dengan cara

8
meloncat. Batuan berbutir halus yang mengalami korasi oleh angina yang berwarna
cokelat tua sampai ungu dikenal sebagai Desert Varnish.

Angin tidak saja berembus pada arah mendatar, tetapi juga vertical yang
mengakibatkan unsur tanah dan benda-benda lainnya terlempar dari permukaan bumi
ke udara sampai ketinggian beberapa ratus meter, bahkan beberapa kilometer.

Sepanjang Perjalanannya butiran-butiran material yang terbawa angina dapat


hinggap dan menempel pada benda-benda yang dilewatinya, seperti pada batu damn
benda-benda lainnya. Butiran-butiran yang tersangkut akan terus mengotori serta
berkembang dan bertambah banyak membentuk lapisan. Lapisan tersebut juga dapat
terkikis kembali oleh proses korasi

Proses Korasi membuat batuan-batuan didaerah gurun mempunyai bentuk-


benyik yang aneh diantaranya batu jamur (cendawan), terjadi akibat korasi diatas tanah
lebih kuat, butiran pasirnya lebih besar daripada yang diatasnya. Numulit, terjadi
karena korasi menggerus bagian-bagian batuan yang lunak.

2.4 Pengendapan oleh angin

Angin yang mengangkut butiran pasir dan bahan-bahan lepas lainnya pada
suatu waktu kecepatannya akan menurun sehingga daya angkut nya berkurang dan
muata nya terendapkan. Kecepatan angina dan ukuran butiran mineral menunjukkan
jarak pengendapan terhadap posisi awal deflasi. Partikel-partikel yang sangat kecil
seperti debu sering terbawa dan mengendap pada suatu tempat yang jaraknya ratusan
kilometer dari tempat asalnya.

Partikel-partikel yang lebih besar seperti pasir, jarak tempuhnya lebih pendek,
yaitu hanya beberapa ratus meter. Adapun pecahan-pecahan batu yang lebih besar
dapat terguling dipermukaan pada jarak yang lebih pendek lagi, saling beradu, dan
pecah berkeping-keping.

Dune atau Sand Dune adalah bukit pasir rendah di daerah pantai yang terbentuk oleh
aktivitas angin. Dune terdiri atas dua tipe, yaitu bukit pasir tanpa vegetasi dan bukit
pasir dengan vegetasi. Pengendapan oleh angin tanpa batuan tumbuh-tumbuhan
bentuknya berupa pematang memanjang searah dengan hembusan angin. Karena
posisinya membujur, bukit ini dinamakan bukit pasir bujur, terbentuk pada daerah
gurun yang mempunyai arah angina tetap.

9
Bukit pasir atau Dune akibat angin dengan batuan tumbuh-tumbuhan, pada
stadium awalnya berbentuk bukit lidah. Akibat melewati tumbuhan, kecepatan angina
berkurang, dan akan mengendapkan pasir pada bagian belakang tumbuhan tersebut.
Pada stadium selanjutnya, bukit lidah tersebut berkembang sejajar pesisir maka
terbentuklah pematang bukit lidah.

Bukit pasir yang telah ditumbuhi tanaman yang kuat, bila terkena pengerjaaan
oleh angina akan rusak menjadi bukit-bukit pasir yang tidak beraturan yang masih
tertahan oleh akar-akar tanaman. Bukit-bukit seperti ini membentuk bentang alam yang
dinamai Kupsten.

Aktivitas angin juga membentuk Loss atau Loess, yaitu endapan lanau,
biasanya merupakan gabungan lempung dengan pasir halus. Ciri khasnya tidak dapat
terlihat dengan jelas karena mempunyai ukuran butir yang kecil dan terpengaruh oleh
akar tanaman serta cacing tanah selama dan setelah proses pengendapan.

Loess memiliki ciri khas warna kuning dan mengandung sebagian besar warsa,
feldspar, mika, kalsit. Warna kuningnya disebabkan oleh Obsida besi dalam jumlah
kecil.

Gambar 5 : (Berbagai bentuk batuan akibat pengikisan oleh angin)

Sumber :
https://www.google.co.id/amp/s/luciafebriarlita17.wordpress.com/2014/01/08/tenaga-
eksogen/amp/

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat
bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan, udara
memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini
terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya
mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat
dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran
naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi
panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang
menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih
panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan terjadi
perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih
besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, akibatnya akan
terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber–sumber yang lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://yediprasetio.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo_12.html

http://maestroyer.blogspot.com/2011/12/klimatologi-angin-dan-jenis-jenis-angin.html

12

Anda mungkin juga menyukai