Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “Pegaruh sikap ketidakpatuhan pajak dan teknologi informasi
perpajakan terhadap penggelapan pajak”. Proposal kripsi ini disusun untuk
menjadi syarat skripsi studi jenjang strata 1 (S1) Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang. Penulis juga menyadari bahwa
proposal ini dapat terselesaikan dengan baik karena doa, arahan, motivasi, dan
semangat yang diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. (H.C) H. Darsono selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya.
2. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M selaku Rektor Universitas Pamulang.
3. Bapak Dr. H. Rasmadi, M.Pd selaku Wakil Rektor I Universitas Pamulang.
4. Bapak H. Endang Ruhiyat, SE., M.M., CSRA, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pamulang
5. Bapak Effriyanti, S.E, Akt., M.Si., CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi.
6. Bapak Dr. H. Sugiyanto, S.E., M.M., CMA., CT., CHT., selaku Dosen
Metodologi Penelitian yang telah memberi arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang yang telah
memberikan ilmu bagi kami.
8. Untuk kedua Orang Tua yang selalu mendoakan dan menyemangati tanpa
hentinya kepada penulis.
Tangerang selatan, September 2019
RIZKI RAMADHAN
NIM.2016122221
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
ii
3.2 Tempat Penelitian .................................................................................................. 20
3.5.2 Sampel............................................................................................................. 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
dapat berasal dari berbagai macam sumber pendatan, salah satunya adalah pajak
kejadin, dan perbuatan tertentu tetapi tidak mengacu pada hukuman melainkan
sebuah kewajiban yang dapat dipaksakan menurut peraturan pemerintah dan tidak
ada timbal balik secara langsung dari negara untuk memelihara kesejahteraan
yang diserahkan rakyat kepada negara, dimana tidak ada timbal balik
2007 Tentang Ketentuan dan Tata cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi Wajib
Pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
kemakmuran rakyat. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bhawa pajak bukan
1
sekedar kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut
pembangunan nasional.
pajak sebagai salah satu sumber penerimaan yang ptensial. Salah satu langkah
lain dapat dilihat dari rendahnya kepatuhan formal Wajib Pajak dalam
dalam Saputri, 2018). Perilaku ketidakpatuhan pajak ini disebabkan karena sifat
dasar manusia yang tidak melakukan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang
berlaku (Mustikasari dalam Saputri, 2018). Kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak
merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu dikaji
Pajak akan pribadi. Suminarsasi dalam Saputri (2018) menemukan bahwa belum
2
optimalnya sistem pajak di Indonesia dan rendanya pemahaman Wajib Pajak akan
peraturan perpajakan merupakan salah satu faktor yang memicu Wajb Pajak
Penggelapan Pajak adalah tindakan yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
mengurangi jumlah pajak terutang atau sama sekali tidak membayarkan pajak
melalui cara-cara ilegal. Rohatgi (2007) menyatakan bahwa tax evasion adalah
menyembunyikan data dan fakta secara sengaja dari otoritas pajak, dan ini
membebankan.
Saat ini, jumlah pembayaran pajak orang pribadi di Indonesia baru 27,5
juta atau 11,1 % dari jumlah penduduk sekitar 249 juta. Dari 27,5 juta tersebut
baru 10,25 juta 4,1% yang melaporkan penghasilannya. Kemudian, dari jumlah
tersebut hanya 0,8 juta yang melakukan pembayaran. Tentu menjadi dilema jika
pembiayaan negara tidak ada yang dominan kecuali dari pajak. Hampir 75%
sumber APBN berasal dari pajak yakni Rp.1.360 triliun dari sumber pendatan
Negara sebesar Rp. 1.822 triliun. Meskipun penerimaan pajak dari tahun ke tahun
3
Roark 1988). Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam perilaku penggelapan
pajak jika beberapa anggota masyarakat lainnya diketahui juga ikut terlibat dalam
pajak, orang lain akan berfikir tidak adil kalau tidak terlibat juga (Weigel,
Hessing, dan Elffers, 1987; Nhavira, 2016). Sebaliknya juga, lingkungan sekitar
perpajakan (Weigel et al., 1987; Gcabo dan Robinson, 2007; Pickhardt dan Prinz,
2013; Khan dan Ahmad,2014; Bidin et al., 2014; Yadav, Ali, Anis, Tuladhar,
studi survey. Ada beberapa hal yang membenarkan wajib pajak bertindak
dibenarkan ketika alokasi dana pajak dipergunakan secara tidak adil, kurangnya
agama atau etnis tertentu, pengenaan tarif pajak terlalu tinggi sistem pajak terlalu
tinggi sistem pajak terlalu tinggi sistem pajak tidak adil, dan masih banyak alasan
lainnya (Fagbemi, Uadiale, dan Noah, 2010; Nhavira, 2016; Obeid, 2015; Mitu,
2016. Kemungkinan lain penyebab wajib pajak enggan membayar pajak karena
4
peraturan pajak yang berbelit dan susah dipahami. Perilaku kepatuhan pajak juga
akan meningkat jika wajib pajak memiliki kepercayaan pada otoritas pajak
(Damayanti et al. 2015; Faizal, Palil, Maelah, Ramli, 2017). Karena timbulnya
penggelapan pajak berasal dari kekecewaan wajib pajak (Webb dan Hussain,
2010).
pembayaran manual masih banyak dilakukan oleh wajib pajak dan masih jarang
membuka website Dirijen Pajak. Hal ini menunjukan bahwa masih sangat
berpengaruh terhadap niat wajib pajak untuk berperilaku tidak patuh. Selain itu
pengelapan pajak.
5
1.2 Rumusan Masalah
pajak?
penggelapan pajak.
1. Bagi Akademisi
6
2. Bagi Pemerintah
individu untuk terlibat dalam penggelapan pajak, dan dapat mencari solusi
BAB I PENDAHULUAN
analisis data.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ajzen dalam Feby dan Yenny (2014), teori ini menjelaskan
bahwa niat berperilaku dapat menimbulkan perilaku yang akan dilakukan oleh
individu. Sedangkan niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama
adalah behavioral belief, yaitu keyakinan akan hasil suatu perilaku dan evaluasi
atau penilaian terhadap hasil perilaku tersebut. Keyakinan dan evaluasi atau
penilaian terhadap hasil dari suatu perilaku tersebut kemudian akan membentuk
variabel sikap (attitude). Kedua adalah normatif belief, yaitu keyakinan individu
terhadap harapan normaif individu atau orang lain yang menjadi referensi seperti
keluarga, teman, atasan, atau konsultan pajak yang menyetujui atau menolak
melakukan suatu perilaku yang diberikan. Hal ini akan membentuk variabel
norma subjektif (subjectif norm). Ketiga adalah control belief, yaitu keyakinan
individu yag didasari pengalaman masa lalu dengan prilaku, serta faktor atau hal-
hal yang mendukung atau menghambat persepsi atas perilaku. Keyakinan ini
control). Faktor utama dalam teori ini adalah niat seseorang untuk melaksakan
untuk mencoba atau seberapa besar usaha yang dilakukan untuk melaksakan
8
semakin besar kemungkinan perilaku tersebut dicapai atau dilaksanakan (Ajzen,
Ajzen dalam Feby dan Yenny (2014) menyatakan ada tiga faktor
sikap arah perilaku yang mengarah pada perasaan memihak (favarableness) atau
disikapi yang timbul dari adanya evalusi individual atas keyakinan terhadap hasil
tertentu atau tidak. Ketiga adalah kontrol perilaku yang dipersepsikan mengarah
pada persepsi mudah atau tidaknya untuk melaksanakan perilaku dan diasumsikan
seorang individu merasa bahwa pelaksaan atau bukan pelaksaan dari perilaku
memihak suatu sikap dan norma subjektif terhadap perilaku, dan semakin besar
kontrol perilaku yang dipersepsikan, maka semakin besar pula niat individu untuk
(1976) dalam Feby dan Yenny (2014) meneliti tentang sikap wajib pajak di
dan ketidakadilan. Permatasari dan Laksito (2013) dalam Feby dan Yenny (2014)
juga menyatakan jika sistem perpajakan yang berlaku semakin tidak adil menurut
9
persepsi wajib pajak, maka tingkat kepatuhannya akan semakin menurun dan hal
ini menunjukkan bahwa kecendrungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion
Wallschutzky (1985) dalam Feby dan Yenny (2014) meneliti sikap wajib
pajak Australia terhadap penghindaran dan penggelapan pajak. Temuan dari studi
tinggi, dan hal ini menjadi alasan utama tingginya tingkat penggelapan pajak. Hal
tarif pajak yang tinngi, pengalaman dengan pemeriksaan pajak, dan tingkat
menggelapkan pajak.
Laksito (2013) dalam Feby dan Yenny (2014) menyatakan jika sistem perpajakan
yang berlaku semakin tidak adil menurut persepsi wajib pajak, maka tingkat
kecendrungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion akan semakin tinggi.
penggelapan pajak. Namun hasil penelitian Hidayat dan Nugroho (2010) dalam
10
Feby dan Yenny (2014) menunjukkan bahwa sikap ketidkapatuhan seseorang
tidak selalu berpengaruh terhadap niat orang tersebut untuk tidak patuh. Sikap
seseorang dapat berkebalikan dengan niat orang tersebut untuk patuh atau tidak.
mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau
yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Teori atribusi mencoba
menemukan apa saja yang menyebabkan apa, atau apa yang mendorong
menentukan apakah itu ditimbulkan baik secara internal atau eksternal (Robbins,
1996). Penetuan internal atau eksternal menurut (Robbins, 1996) tergantung pada
berlainan. Apabila perilaku seseorang dianggap suatu hal yang luar biasa, maka
eksternal terhadap perilaku tersebut. Sebaliknya jika halitu dianggap biasa saja,
maka akan dinilai sebagai atribusi internal. Yang kedua konsensus, artinya jika
seseorang dalam situasi yang sama. Apabila kosensusnya tinggi, maka termasuk
11
atribusi internal. Sebaiknya jika konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi
perilaku-perilaku orang lain dengan respon yang sama dari waktu ke waktu.
Semakin konsisten perilaku itu, orang akan mengubungkan hal tersebut dengan
sebab-sebab internal. Alasan pemilihan teori ini adalah kemauan wajib pajak
penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian
dari orang tersebut. Jadi teori atribusi ini sangat relevan untuk menerngkan
maksud tersebut.
yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang. Hal ini membuat para wajib pajak yang melakukan
tidak lengkap dan tidak benar ( Mardiasmo, 2016) dalam (Wuri, 2018). Adapun
Khalid, 2016):
12
d. Adanya sanki perpajakan yang tidak terlalu berat
Dampak penggelapan pajak menurut Mira dan Khalid (2016) dalam Wuri (2018):
konsekuensi lain yang berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak
para pengusaha. Hal ini berarti pengusaha yang melakukan penggelapan pajak
dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar. Jadi perusahaan yang
lebih besar.
Ajzen dalam Feby dan Yenny (2014) hasil suatu perilaku serta evaluasi
atau penilaian terhadap hasil perilaku tersebut adalah keyakinan yaitu variabel
13
sikap (attitude) yang terbentuk dari behavioral belief. Sikap arah perilaku
(unfavorableness) terhadap suatu objek yang akan disikapi yang timbul dari
adanya berpengaruh seperti keluarga, teman, rekan kerja, konsultan pajak dan
sifat positif terhadap kepatuhan pajak, maka wajib pajak, maka wajib pajak
wajib pajak yag dianggap penting memilikm sikap negatif terhadap kepatuhan
pajak, maka wajib akan cendrung menghindari dalam menggelapan pajak. (Ajzen
ialah suatu teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah data dalam berbagai
upaya yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang akurat, relevan, dan
yang digunakan oleh pemerintah maupun ditujukkan kepada wajib pajak yang
perpajakannya.
14
perpajakan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Dengan adanya
penggelapan pajak.
Tabel 1.1
Penelitian terdahulu
Metodologi Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh sikap Pengaruh sikap Norma subjektif, Sikap
ketidakpatuhan pajak, ketidakpatuhan dan kontrol ketidakpatuhan
norma subjektif, dan pajak perilaku yang pajak berpengaruh
kontrol perilaku yang dipersepsikan positif dan
dipersepsikan terhadap signifikan terhadap
niat wajib pajak orang niat untuk
pribadi untuk melakukan melakukan
penggelapan pajak penggelapan pajak.
Feby Eileen, dan Yenny Wajib pajak yang
Mangoting (2014) mempunyaisikap
positif terhadap
ketidakpatuhan
pajak, maka niat
untuk melakukan
penggelapan
pajaknya semakin
tinggi.
2. Perbedaan kondisi Niat Perbedaan kondisi Hasil dapat
kebutuhan dan konsensus penggelapan kebutuhan dan disimpulkan bahwa
terhadap niat pajak konsensus secara parsial
penggelapan pajak. maupun simultan
Shaffera Kumalasari, kondisi kebutuhan
Bambang Subroto, dan mempengaruhi
Noval Adib (2018) persepsi wajib
15
Metodologi Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
pajak terhadap niat
penggelapan pajak.
16
Metodologi Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Herlina Helmy (2016) penggelapan pajak
di KPP Pratama
Kota Padang.
lain: Sikap ketidakpatuhan pajak (X1) dan Teknologi Akuntansi Perpajakan (X2)
terhadap niat wajib pajak orang pribadi malakukan pernggelapan pajak (Y). Bisa
Sikap ketidakpatuhan
pajak (X1) H1
terhadap suatu objek yang akan ddisikapi. Perasaan memihak atau tidak memihak
ini timbul dari behavioral belief, yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku
dan evaluasi atau penilaian terhadap hasil perilaku tersebu. Dalam kaitannya
17
dengan ketidakpatuhan pajak, sikap ketidakpatuhan pajak akan terbentuk apabila
yang berlaku semakin tidak adil menurut persepsi wajib pajak, maka tingkat
kepatuhan akan menurun dan hal ini menunjukkan kecenderungan wajib pajak
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Feby dan Yenny (2014)
dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang ingin penulis buktikan dalam
wajib pajak akan semakin efektif dan efisien dalam melaksanakan kewajiban
18
Penelitian yang dilakukan Renadya (2018) menunjukkan bahwa teknologi
hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang ingin penulis buktikan dalam
19
BAB III
METODE PENELITIAN
disebut sebagai metode ilmiah karena bersikap objektif, sistematis, terukur, dan
Dalam lokasi penelitian ini penulis memilih untuk penelitian secara langsung,
guna untuk memfokuskan ruang lingkup penelitian sehingga data yang akan
diperoleh sesuai dengan yang akan diteliti. Penelitian ini untuk mengetahui
KPP Pratama Jakarta, jalan Letjen S. Parman St No.99, Jati Pulo, Palmerah,
Jakarta Barat.
Variable adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh prnrliti untuk
20
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Variabel dalam
1. Variabel Idependen
independen dalam penelitian ini adalah sikap ketidakpatuhan (X1) dan Teknologi
2. Variabel Dependen
atau variabel yag menjadi perhatian utama dalam pengamatan (Sugiyono, 2016)
dalam (Wuri, 2018). Variabelnya adalah terhadap niat wajib pajak orang pribadi
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Jenis
Variabel Indikator Pengukuran
Variabel
Sikap Variabel 1. Keinginan membayar Skala Likert
pajak lebih kecil dari
ketidakpatuhan Independen
seharusnya.
(Latifah, 2010) 2. Pembentukan dan
cadangan untuk
21
pemeriksaan pajak.
3. Perasaan pemanfaatan
pajak yang tidak
transparan.
4. Perasaan dirugikan
oleh sistem perpajakan.
5. Biaya suap kepada
fiskus yang lebih kecil
dibandingkan pajak
yang bisa dihemat
Teknologi Variabel 1. Ketersediaan teknologi Skala Likert
yang berkaitan dengan
Akuntansi Independen
perpajakan
Perpajakan 2. Memadainya teknologi
yang berkaitan dengan
(Renadya, 2018)
perpajakan
3. Akses informasi
perpajakan yang
mudah
4. Pemanfaatan fasilitas
teknologi informasi
perpajakan
Niat melakukan Variabel 1. Tidak menyampaikan Skala Likert
SPT.
penggelapan Dependen
2. Menyampaikan SPT
pajak dengan cara yang tidak
benar.
(Fatimah dan
3. Tidak menyetorkan
Wardani, 2017) pajak yang, telah
dipungut atau
dipotong.
4. Melaporkan
pendapatan lebih kecil
dari seharusnya.
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
22
dalam Wuri (2018). Adapun populasi ini adalah wajib pajak orang pribadi yang
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan
Metode kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yag dilakukan dengan cara
(Sugiyono, 2016). Kuisioner yang telah diisi tersebut akan digunakan oleh peneliti
sebagai bahan data dalam penelitian. Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan
Tabel 3.2
Skor Skala Likert
No Jawaban Responden Skor
1 (STS) Sangat Tidak Setuju 1
2 (TS) Tidak Setuju 2
3 (N) Netral 3
23
4 (S) Setuju 4
5 (SS) Sangat Setuju 5
Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data sampel atau populasi yang ada, dengan tanpa melakukan analisis dan
kuisioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2013)
dalam (Wuri, 2018). Valid tidaknya suatu indikator pertanyaan dapat diketahui
24
2. Uji Reliabilitas
merupakan indkator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatan reabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalahn konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013) dalam (Wuri, 2018). Penelitian ini
masing-masing instrumen dari suatu variabel. Ghozali (2013) dalam Wuri (2018)
penyimpangan asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan dalam penelitian ini
untuk menguji apakah data telah memenuhi asumsi klasik atau tidak (Fitriyanti,
Fauzi dan Armeliza, 2017). Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan
1. Uji Normalitas
ini diperlukan sebab uji t dan F berasumsi bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal, sehingga apabila asumsi ini dilanggar maka uji stastistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2016:154). Penelitian ini
25
dari 0,05, maka data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05, maka data tersebut menunjukkan terdistribusi tidak normal.
2. Uji Multikoliniearitas
sebab model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independennya. Apabila terdapat korelasi maka variabel ini tidak ortogonal (nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2016:103).
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor
mempunyai nilai VIF kurang dari 10, dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,10.
Sebaliknya ada multikolinieritas apabila nilai tolerance < 0.10 atau nilai VIF > 10
(Ghozali, 2016:104).
3. Uji Heteroskedastisitas
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
Model regresi yang baik yaitu yang homoskedastisitas (Ghozali, 2016:134). Ada
satunya adalah uji gletser. Uji Gletser digunakan untuk meregres nilai absolut
| Ut| = α + βXt + vt
26
apabila variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
Dimana:
Y = Penggelapan Pajak
α = Konstanta
ε = Standar Error
27
nilai 𝑅 2 mendekati satu maka variabel independen memberikan hampir semua
2016: 95).
yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model.
(Ghozali, 2016:95)
model regresi terbaik. Berbeda dengan 𝑅 2 , nilai Adjusted 𝑅 2 bisa naik atau turun
jika satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2013: 97).
Apabila dalam uji empiris ditemukan nilai Adjusted 𝑅 2 negatif, maka nilai
Adjusted 𝑅 2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai 𝑅 2 sama dengan
2013:98).
3. Uji Parsial T
probabilitas (signifikansi):
28
1.) Jika nilai Sig. > 0,05 maka terima H0, artinya variabel bebas tidak
2.) Jika nilai Sig. < 0,05 maka tolak H0, artinya variabel bebas berpengaruh secara
29
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia Maha Saputri (2018). Perspektif teori perilaku terencana terhadap niat
wajib pajak orang pribdi untuk melakukan pelanggaran pajak. Hal 1-3.
Erlina Diamastuti (2016). Ke (tidak) patuhan wajib pajak: potret self assessment
Feby Eileen, dan Yenny Mangoting (2014). Pengaruh sikap ketidakpatuhan pajak,
wajib pajak orang pribadi untuk melakukan penggelapan pajak. Tax and
Galih Ginanjar Sasmito (2017). Pengaruh tarif pajak, keadilan sistem pepajakan,
pribadi melalui niat untuk berperilaku tidak patuh pajak (Studi empiris
pada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama
Latifah Nurina (2010). Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak orang
Pertiwi Dessi Utami dan Herlina Helmy (2016). Pengaruh tarif pajak, teknologi
30
Studi empiris pada WPOP yang melakukan usaha di kota padang. Jurnal
wajib pajak orang pribadi mengenai etika atas penggelapan pajak (tax
evasion).
Wuri Indah Widiyanti (2018). Pengaruh norma subyektif, self assessment system,
wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Sukoharjo. Hal 16-
45.
Yesi Mutia Basri, Raja Adri Satriawan Surya (2014). Pengaruh keadilan, norma
31