Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AKUNTANSI TOPIK KHUSUS

“EARNINGS MANAGEMENT”

Nama Dosen : R. N. Ayke Nuraliati,S.E.,Ak.,M.Ak.,C.A

Kelompok :5

Nama : Dede Deni 41152020160156

Diana Riska P 41152020160109

Ghea Yuthika 41152025180052

Neri Lestari 41152020160179

Kelas : VII – AK B 2

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA

BANDUNG
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Earnings Management”.
Tugas ini dibuat dengan mengacu pada sumber tertulis dan juga berbagai
sumber sebagai landasan pemikiran. Kami menyadari bahwa pembuatan tugas ini
tidak luput dari segala kekurangan dan kesempurnaan. Namun kami telah
mengusahakan yang terbaik bagi pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Bandung, 6 Desember 2019

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 3

2.1. Kajian Teori.......................................................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5

3.1. Pengertian Manajemen Laba............................................................................................ 5

3.2. Bentuk-Bentuk Manajemen Laba ..................................................................................... 6

3.3. Motivasi Manajemen Laba ................................................................................................ 7

3.4. Teknik Manajemen Laba ................................................................................................... 9

3.5. Mendeteksi Manajemen Laba ........................................................................................ 10

3.6. Teori Keagenan ................................................................................................................ 12

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 14

4.1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manajemen laba atau earnings management adalah penyajian yang
tidak tepat atas proforma ekonomis pada laporan keuangan yang dilakukan
oleh manajemen atau penyedia laporan keuangan dengan meningkatkan
atau menurunkan laba yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan salah
satu fenomena yang tidak asing lagi didalam dunia akuntansi. Istilah
manajemen laba ini muncul disebabkan karena konsekuensi langsung dari
upaya-upaya manajer atau penyedia laporan keuangan untuk memanipulasi
informasi akuntansi khususnya laba. Manipulasi laba ini bertujuan untuk
kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan karena ada motivasi
atau tekanan yang muncul di sisi penyedia laporan keuangan untuk
memanipulasi laporan keuangan.
Manajemen laba akan menimbulkan intepretasi yang salah dari para
pengguna laporan keuangan, sehingga akan menyebabkan pengambilan
keputusan yang salah dari pengguna laporan keuangan. Sebagai contoh
seorang investor akan salah mengambil keputusan dalam melakukan
investasi pada suatu entitas dimana entitas itu melakukan manajemen laba.
Ekspektasi dan prediksi akan keuntungan yang diperoleh dari investasi
tersebut akan berbeda dari keuntungan aktual dari aktivitas investasi
tersebut. Menurut (National Commission on Fraudelent Financial Reporting,
1987 dalam Wahyudin 2003) manajemen laba merupakan tindakan yang
dapat menyesatkan pemakai laporan keuangan dengan menyajikan
informasi tidak akurat dan bahkan kadang merupakan penyebab terjadinya
tindakan illegal, seperti penggunaan metodemetode akuntansi yang tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Manajemen laba memang berhubungan erat dengan tingkat
perolehan laba atau earnings, hal ini disebabkan karena laba yang
diperoleh suatu entitas sering dijadikan tolak ukur dari para pengguna
laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan sering menjadikan laba
atau earnings menjadi indikator keberhasilan dan kesuksesan dari sebuah

1
entitas. Karena hal itulah setiap entitas berkeinginan untuk melaporkan
tingkat laba yang lebih tinggi.
Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau
penyedia laporan keuangan, karena terdapat motivasi yang diharapkan dari
tindakan tersebut. Gumanti (2000) mengatakan bahwa manajemen laba
merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti dan dibahas. Karena
dengan meneliti manajemen laba dapat diperoleh gambaran akan perilaku
para manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya selama periode tertentu
dengan adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong
mereka untuk mengatur laba atau data keuangan lain yang dilaporkan.
Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi
data atau informasi akuntansi tetapi juga dapat dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena
memang diperkenankan menurut standar dan peraturan yang berlaku.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah menjelaskan tentang manajemen laba
di perusahaan.

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka
penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang praktik
manajemen laba.

1.4. Manfaat Penelitian


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan
pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai manajemen laba.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Teori


Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan
menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi
atau peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut
terjadi bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan.
Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen
keuangan, laba dalam suatu periode dapat mengandung unsur kas dan
akrual (non kas).
Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan manajemen
(discretionary accruals) atau non-kebijakan manajemen (nondiscretionary
accruals). Peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan
perusahaan (tanpa perubahan kebijakan) dapat merupakan contoh
nondiscretionary accruals, sedangkan perubahan biaya kerugian piutang
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh
manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh
discretionary accruals. Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba
akuntansi antara lain ditentukan oleh besaran akrual baik yang discretionary
maupun nondiscretionary
Manajemen laba dilakukan dengan tujuan tertentu. Misalnya,
manajemen laba yang dilakukan dengan menggunakan akrual yang
menaikan laba untuk tujuan mendapatkan harga saham yang relatif tinggi
pada waktu penerbitan saham. Hasil penelitian bahwa terdapat manajemen
laba dalam statement keuangan perusahaan sebagai go public dengan
menggunakan akrual yang menaikan laba.
Manajemen laba dapat juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan terkait dengan kepemilikan saham manajemen. Hal ini dapat
dilakukan, misalnya, dalam rangka program opsi saham karyawan. Dalam
program ini, harga pengambilan opsi biasanya ditentukan pada saat
penawaran program. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan
manajemen laba sebelum tanggal hibah opsi yaitu menurunkan laba agar

3
mempengaruhi harga saham dan dengan demikian manajemen dapat
menerima opsi pada waktu harga saham relatif rendah.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Manajemen Laba


Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan
perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama
dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang
menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Hal tersebut membuat pihak
manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja
perusahaan tampak baik oleh pihak eksternal.
Manajemen laba (earning management) didefinisikan oleh beberapa
peneliti akuntansi secara berbeda-beda sbb :
1. Widyaningdyah (2001 :92) membagi definisi manajemen laba menjadi
dua yaitu:
a. Definisi sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi. Earning management dalam artian sempit ini
didefinisikan sebagai perilaku manager untuk “bermain” dengan
komponen discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba.
b. Definisi luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit
dimana manager bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit
tersebut.

2. Healy dan Wahlen (1999: 368) memberikan definisi manajemen laba


yang ditinjau dari sudut pandang penetap standar, yaitu manajemen laba
terjadi ketika para manajer menggunakan keputusan tertentu dalam
pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan
keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui

5
kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang
dilaporkan itu.

3. Schipper (1989: 92) mengartikan manajemen laba dari sudut pandang


fungsi pelaporan pada pihak eksternal, sebagai disclosure management,
dalam pengertian bahwa manajemen melakukan intervensi
terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Meskipun sudut pandang definisi manajemen laba yang telah
dikemukakan oleh beberapa peneliti akuntansi berbeda, namun pada
dasarnya definisi manajemen laba yang dikemukakan mengarah pada
perspektif opportunis.
Scott (2000: 351) membagi cara pemahaman atas manajemen laba
menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer
untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak
kompensasi, kontrak uang, dan political cost (opportunistic Earnings
Management). Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif
efficient contracting (efficient Earning Management), dimana manajemen
laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka
dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Dengan demikian manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaannya melakukan manajemen laba, misalnya dengan membuat
perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Selain itu, dari
beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen laba
yang dilakukan oleh manajer tidak hanya dengan cara memaksimalkan
laba tetapi juga dengan meminimalkan laba.

3.2. Bentuk-Bentuk Manajemen Laba


1. Taking a bath
Disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan
dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian direksi.
Jika teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang
6
akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang
tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode
yang akan datang menjadi tinggi meskipun kondisi tidak menguntungkan.
2. Income minimization
Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau
motif meminimunkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan
memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat
perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa
penghapusan (write off) atas barang-barang modal dan aktiva tak
berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset, dan pengembangan
yang cepat.
3. Income maximization
Maksimalkan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar,
selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran
atas kontrak hutang jangka panjang (debt covenant).
4. Income smoothing
Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend
pertumbuhan laba yang stabil dari pada menunjukkan perubahan laba
yang meningkat atau menurun secara drastis.
5. Timing Revenue and Expenses Recognation.
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan
dengan timing suatu transaksi, misalnya pengakuan premature atas
pendapatan.

3.3. Motivasi Manajemen Laba


Menurut Scott (2003: 377), motivasi manajemen melakukan tindakan
pengaturan laba adalah sebagai berikut :
1. Rencana Bonus (bonus scheme)
Manajer perusahaan yang mendapatkan rencana bonus akan memilih
kebijakan akuntansi yang sedikit konservatif dibandingkan dengan
manajer perusahaan tanpa rencana bonus. Manajer dengan rencana
bonus akan menghindari metode akuntansi yang mungkin melaporkan
net income lebih rendah. Manajer menggunakan laba akuntansi

7
untuk menentukan besarnya bonus, cenderung memilih kebijakan
akuntansi yang dapat memaksimumkan laba.
Dalam rencana bonus ada istilah bogey dan capbogey merupakan
tingkat laba minimum untuk memperoleh bonus. Sedangkan cap adalah
tingkat laba maksimum untuk memperoleh bonus. Jika laba ada di atas
cap, ada tidaknya bonus tergantung pada kontrak yang dilakukan antara
pemegang saham dan manajer. Manajemen laba dapat dilakukan
dengan menggeser laba ke periode berikutnya. Jika laba berada dibawah
bogey maka manajer akan semakin mengurangi laba bersih. Dengan
demikian kemungkinan untuk mendapatkan bonus di periode berikutnya
akan meningkat.

2. Kontrak utang jangka panjang (Debt Covenant)


Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian
untuk melindungi pemberi pinjaman (lender atau kreditur) dari tindakan-
tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti deviden yang
berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja dan
kekayaan pemilik berada dibawah tingkat yang telah ditentukan yang
mana semuanya menurunkan keamanan atau menaikkan risiko bagi
kreditur yang telah ada.
Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt covenant dalam teori akuntansi
positif yaitu semakin dekat suatu perusahaan dengan pelanggaran
perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metode
akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode
berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan
mengalami pelanggaran kontrak.

3. Motivasi Politis (political motivation)


Aspek politis tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya
perusahaan besar dan strategis, karena aktivitasnya melibatkan hajat
hidup orang banyak. Perusahaan yang berkecimpung dibidang
penyediaan fasilitas bagi kepentingan orang banyak seperti listrik, air,
telekomunikasi, dan sarana infrastruktur, secara politis akan mendapat
perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Perusahaan seperti ini
8
cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, khususnya
selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk
memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.

4. Motivasi Perpajakan (taxation motivation)


Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan
mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang
dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besarnya pajak yang
harus dibayarkan ke pemerintah.

5. Pergantian Direksi
Beragam motivasi timbul di sekitar waktu pergantian direksi sebagai
contoh, direksi yang mendekati masa akhir penugasan atau pensiun
akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan
bonusnya. Demikian juga dengan direksi yang kurang berhasil
memperbaiki kinerja perusahaan akan cenderung memaksimalkan laba
untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya.

6. Penawaran Perdana (initial public offering)


Ketika perusahaan dinyatakan telah go public, informasi keuangan yang
ada didalam prospektus merupakan sumber informasi penting. Informasi
ini dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai
perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor, maka
manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. Selain itu, motivasi
pasar modal juga mempengaruhi dalam tindakan manajemen laba.
Penggunaan informasi secara luas oleh investor dan analisis keuangan
untuk melindungi nilai sekuritasnya, dapat menciptakan dorongan
manajer untuk memanipulasi laba dalam usahanya untuk mempengaruhi
kinerja sekuritas jangka pendek.

3.4. Teknik Manajemen Laba


Teknik dan pola manajemen laba menurut Asyik (2000: 23) dapat
dilakukan dengan tiga teknik yaitu :
1. Perubahan metode akuntansi
9
Manajemen mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode
sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba.
2. Memainkan kebijakan perkiraan akuntansi
Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara
memainkanjudgment (kebijakan) perkiraan akuntansi. Hal tersebut
memberikan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektivitas
dalam menyusun estimasi.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan (sering disebut
manipulasi keputusan operasional)

3.5. Mendeteksi Manajemen Laba


Kesalahan dalam memprediksi ada atau tidaknya praktek manajemen
laba di dalam perusahaan menyebabkan penilaian terhadap kinerja
perusahaan menjadi bias. Beberapa pendekatan pun muncul untuk
mengurangi kesalahan tersebut. Beberapa pendekatan untuk mengetahui
keberadaan manajemen laba antara lain:
1. Penggunaan Distribusi Laba
Salah satu pendekatan dalam mengidentifikasi manajemen laba oleh
suatu perusahaan adalah distribusi laba. Pendekatan ini melihat adanya
batas pelaporan laba (earning threshold) yang harus dicapai.
Perusahaan yang labanya berada dibawah batas pelaporan laba akan
berusaha menaikkannya agar melewati ambang batas tersebut. Cara
yang paling memungkinkan adalah dengan menggunakan manajemen
laba. Kasus seperti ini ditunjukkan oleh terlalu sedikitnya perusahaan
yang melaporkan laba di bawah batas dan sebaliknya terlalu banyaknya
perusahaan yang melaporkan laba diatas batas.
Yulianti (2004) menunjukkan bahwa manajemen laba untuk menghindari
kerugian terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ
antara tahun 1999-2002. Hal itu terlihat dari patahnya distribusi laba yang
ditunjukkan dengan terlalu banyaknya perusahaan yang melaporkan laba
rendah (small profit firms) dibandingkan perusahaan yang melaporkan
rugi rendah (small loss firms). Menurut Burgstahler dan Dichev (1997)
patahnya distribusi laba dan perubahan laba disekitar earning threshold
10
seharusnya mengikuti pola distribusi normal. Patahnya distribusi laba
tersebut menurut Burgstahler dikarenakan :
a. Titik pelaporan laba nol; yang menunjukkan usaha manajemen laba
untuk menghindari pelaporan kerugian.
b. Titik perubahan nol; yang menunjukkan usaha manajemen laba untuk
menghindari penurunan laba.

2. Pendekatan Beban Pajak Tangguhan


Pendekatan lain dalam mendeteksi manajemen laba ialah dengan
menggunakan beban pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan (deferred
tax expense) timbul akibat perbedaan temporer antara laba komersil
(laba bersih didalam laporan laba-rugi) dengan laba fiskal (laba hasil
perhitungan kantor pajak). Perbedaaan tersebut dikarenakan pelaporan
keuangan perusahaan menggunakan PSAK sedangkan laporan
keuangan fiskal menggunakan undang-undang pajak. Peraturan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) memberikan kebebasan manajemen dalam
menentukan prinsip atau asumsi pembuatan laporan keuangan.
Peraturan pajak lebih ketat dan konservatif dalam menentukan kebijakan
pelaporan keuangan.
Metode ini berdampak laba perusahaan pada suatu periode tinggi
namun, menurun dibeberapa periode berikutnya. Variabel beban pajak
tangguhan diukur dengan melihat perubahan antara aktiva pajak
tangguhan (deferred tax assets) dan kewajiban pajak tangguhan
(deferred tax liabilities). Penggunaan beban pajak tangguhan dalam
mendeteksi manajemen laba menjadi penting karena metode
sebelumnya, akrual, terbuka peluang untuk kesalahan. Penelitian
menggunakan beban pajak tangguhan untuk mendeteksi manajemen
laba di Indonesia dilakukan oleh Yulianti (2004).

3. Indeks Beneish
Beneish (1999: 10-12) melakukan penelitian dalam mendeteksi
manajemen laba dengan menggunakan informasi akuntansi yang
terdapat di dalam laporan keuangan. Metode yang digunakan ialah
berupa rasio (indeks) keuangan dimana variabel-variabelnya merupakan
11
variabel yang diduga dapat dilakukan rekayasa untuk meningkatkan atau
menurunkan laba. Ukuran rasio keuangan digunakan karena dapat
menangkap distorsi yang muncul dari tindakan manajemen laba
sekaligus sebagai acuan investor dalam menganalisis laporan keuangan.
Indeks tersebut adalah, Days Sales in Receiveable Index, Gross margin
Index, Asets Quality Index, Sales Growth Index, Depreciation Index
Sales, general and administration expense index, Leverage Index, dan
Total acrual to total aset.

3.6. Teori Keagenan


Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) dalam
Masdupi (2005, 59) mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan antara
agen (manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Di dalam
hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih
(principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas
nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat
keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
Dalam model keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan
kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik
(principal) dan manajemen (agent). Dalam kesepakatan tersebut diharapkan
dapat memaksimumkan utilitas principal, dan dapat memuaskan serta
menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas pengelolaan
perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak
pada maksimalisasi manfaat (utility) pemilik (principal) dengan kendala
(constraint) manfaat (utility) dan insentif yang akan diterima oleh manajemen
(agent). Karena kepentingan yang berbeda sering muncul konflik
kepentingan antara pemegang saham/ pemilik (principal) dengan manajemen
(agen).
Informasi laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu
akan mengurangi asimetri informasi yang erat kaitannya dengan teori agency
(Kim dan Verrechia, 1994) dalam (Saleh, 2004:897). Sehingga dalam
hubungan keagenan, manajemen diharapkan dalam mengambil kebijakan
perusahaan terutama kebijakan keuangan yang menguntungkan pemilik

12
perusahaan. Bila keputusan manajemen merugikan bagi pemilik perusahaan
maka akan timbul masalah keagenan (Ismiyanti dan Hanafi, 2004:176).
Laporan akuntansi berupa laporan keuangan memang dimaksudkan
untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan
sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan
sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Informasi
akuntansi ini penting bagi pengguna eksternal terutama sekali karena
kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
Para pengguna internal (para manajamen memiliki kontak langsung
dengan entitas atau perusahaannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa
signifikan yang terjadi., sehingga tingkat ketergantungannya terhadap
informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal (Irfan, 2002:88).
Sehingga untuk mengurangi asimetri informasi dan mencegah terjadinya
konflik keagenan, sudah menjadi kewajiban bagi pihak manajemen untuk
melaporkan laporan keuangan secara tepat waktu.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Manajemen laba atau earnings management adalah penyajian yang
tidak tepat atas proforma ekonomis pada laporan keuangan yang dilakukan
oleh manajemen atau penyedia laporan keuangan dengan meningkatkan
atau menurunkan laba atau earnings yang dilaporkan. Manipulasi laba ini
bertujuan untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan
karena ada motivasi atau tekanan yang muncul di sisi penyedia laporan
keuangan untuk memanipulasi laporan keuangan. Manajemen laba dapat
terjadi karena penyusunan statement keuangan menggunakan dasar akrual.
Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui pada
saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dikeluarkan. Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan
kebijakan manajemen (discretionary accruals) atau non-kebijakan
manajemen (nondiscretionary accruals). Dasar akrual ini mempunyai
implikasi bahwa laba akuntansi antara lain ditentukan oleh besaran akrual
baik yang discretionary maupun non discretionary

14
DAFTAR PUSTAKA

http://anakmilanisti.blogspot.com/2017/03/manajemen-laba.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai