0 - 160062 - Proposal Jiwa Komun Kelompok 4
0 - 160062 - Proposal Jiwa Komun Kelompok 4
DISUSUN OLEH :
CAHYO WIBISONO
ISKANDAR ZULKARNAEN
SYIFA AULIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
1. Pendahuluan
Anak merupakan aset, pewaris, dan generasi penerus bangsa. Anak usia sekolah adalah
rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 tahun sampai dengan mendekati 12 tahun
memiliki berbagai label yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari
periode tersebut (Wong, 2009). Masa usia sekolah adalah periode yang sangat
menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya, diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik sehingga menjadi orang dewasa yang sehat secara fisik, mental,
sosial, dan emosi. Perkembangan anak usia sekolah ditandai dengan terjadinya
perkembangan psikososial yang memerlukan stimulus dan rangsangan yang tertentu
untuk berkembang secara optimal (Keliat, 2016). Keluarga yang memiliki anak usia
sekolah mempunyai tugas perkembangan dimana pada tahap ini keluarga membantu anak
untuk bersosialisasi terhadap lingkungan diluar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas,
mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual. Keluarga khususnya
orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan psikososial anak, dimana
perilaku orang tua didalam sebuah keluarga akan dilihat dan ditiru oleh anaknya dalam
jangka waktu tertentu (Briawan & Herawati, 2008).
Perkembangan psikososial pada anak usia sekolah adalah industri versus (vs) harga
rendah diri, dimana anak bisa menyelesaikan tugas sekolah dan tugas rumah yang di
berikan, mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok, berperan dalam kegiatan
kelompoknya. Apabila anak tidak bisa melewati masa perkembangan tersebut maka
terjadi penyimpangan perilaku, anak tidak mau mengerjakan tugas sekolah,
membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas, tidak ada kemauan untuk
bersaing dan terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok, memisahkan
diri dari teman sepermainan dan teman sekolah. Akibat dari penyimpangan tersebut
membuat anak menjadi rendah diri (Keliat, 2016). Individu yang memiliki harga diri
rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat. Ansietas
didefinisikan sebagai suatu perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonom, perasaan takut yang disebabkan antisipasi terhadap bahaya (NANDA,
2014). Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang
akan terjadi dan memampukan individu dalam melakukan tindakan untuk mengatasi
ancaman. Ansietas ini sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Ansietas sangat berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan obyeknya jelas, sedangkan ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian. Ansietas atau kecemasan adalah suatu respon
normal individu terhadap perasaan tidak menyenangkan atau stres yang dirasakan.
Ansietas pertama kali diperkenalkan oleh Freud. Ansietas didefinisikan sebagai perasaan
gelisah yang tidak menentu dan tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus
ansietas (Videbeck, 2011). Menurut Herdman & Kamitusuru (2018) ansietas merupakan
perasaan tidak nyaman yang samar-samar atau khawatir seperti akan terjadi sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman. Ansietas dapat digambarkan sebagai perasaan takut yang
tidak nyaman yang merupakan respons terhadap periode stress yang berkepanjangan
(Gorman & Anwar, 2014). Ansietas diartikan gangguan fobia ketika individu dihadapkan
dengan stimulus yang ditakuti sehingga menghasilkan respon menghindar (Wiedemann,
2015).
Ansietas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari sebagai respons pertahanan
alami yang membuat tubuh dan pikiran akan lebih cepat mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi sebagai tanda atau respons terhadap ansietas (Mental Health
Foundation, 2016). Perubahan fisik yang terjadi diantaranya pusing, mulut kering, denyut
jantung yang meningkat dan tidak beraturan, otot menegang, berkeringat, napas cepat,
dan tidak bias makan. Ansietas yang berkepanjangan dapat menimbulkan beberapa gejala
seperti rasa takut yang lebih menganggu, kesulitan melanjutkan pekerjaan, mudah
tersinggung, sakit kepala, kemungkinan memiliki masalah berhbungan seks, sulit tidur,
dan mungkin kehilangan kepercayaan diri.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di bidang pendidikan
kesehatan dan badan kesehatan dunia (WHO), mengemukakan bahwa pengetahuan dan
praktik masyarakat terhadap kesehatan masih kurang. Oleh karena itu diperlukan adanya
pendidikan kesehatan dan intervensi tentang cara untuk mengurangi kecemasan yang
ditimbulkan dari suatu penyakit. Dengan dilakukannya pendidikan kesehatan dan
intervensi ini diharapkan masyarakat mendapatkan bekal yang cukup untuk mengurangi
kecemasan (Notoatmodjo, 2012). Peran perawat dalam menurunkan tingkat stres
diantaranya yaitu dengan melakukan teknik relaksasi napas dalam dan hipnosis 5 jari.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat dipilih sebagai intervensi keperawatan mandiri untuk
menurunkan kecemasan karena dinilai paling mudah untuk digunakan. Tarik napas dalam
adalah suatu bentuk asuhan keprawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal), dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2008). Selanjutnya,
terapi hipnosis 5 jari merupakan terapi generalis yang dapat menimbulkan efek relaksasi
dan menenangkan. Hal ini sesuai dengn penelitian Maliya dan Anita (2011) yang
mengatakan ada pengaruh hipnosis terhadap penurunan ansietas. Selain itu menurut
Vickers dan Zolman (2012) hipnosis 5 jari menurunkan cemas dan meningkatkan sugesti
sehat. Hipnosis 5 jari adalah sebuah teknik pengalihan pemikiran seseorang dengan cara
menyentuhkan pada jari-jari tangan sambal membayangkan hal-hal yang menyenangkan
atau yang disukai (Keliat, 2016).
Berdasarkan studi yang dilakukan pada warga RW 07 Cibadak dapat data bahwa
mayoritas warga memiliki anak dengan usia sekolah dan mayoritas masalah kesehatan
yang dialami adalah cemas. Oleh karena itu diperlukan promosi kesehatan mengenai
teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan dengan cara relaksasi napas dalam dan
hipnosis 5 jari sehinggga dapat mengurangi kecemasan yang dialami.
2. TUJUAN PENYULUHAN
2.1. Tujuan Umum
Klien mampu memahami stimulus tumbuh kembang anak usia sekolah dan manajemen
stress dengan relaksasi
2.2. Tujuan Khusus
Dengan diadakannya penyuluhan ini, diharapkan:
2.2.1. Mahasiswa
Mengidentifikasi sumber stress dan menjelaskan teknik manajemen stress
Mempersiapkan media dan alat bantu penyuluhan
Melaksanakan penyuluhan kesehatan jiwa tentang manajemen stress dalam
stimulus tumbuh kembang anak
Mendokumentasikan proses dan hasil penyuluhan kesehatan jiwa tentang stress
pada penderita hipertensi
Mendemontrasikan cara relaksasi nafas dalam dan hypnosis 5 jari
2.2.2. Peserta
Peserta mampu menjelaskan perkembangan anak usia sekolah
Peserta mampu menjelaskan stimulus tumbuh kembang anak usia sekolah
Peserta mampu menjelaskan pengertian stress
Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala stress
Peserta mampu menjelaskan sumber stres
Peserta mampu menjelaskan manfaat manajamen stres: relaksasi nafas dalam dan
hypnosis 5 jari.
Peserta mampu mendemostrasikan : relaksasi nafas dalam dan hypnosis 5 jari.
Salam Terapeutik
Memperkenalkan diri
Evaluasi perasaan dan
Pemaparan
keluhan 10 menit moderator Susunan acara,
Menjelaskan kontrak
(topik, tujuan, waktu, dan
tempat)
Pre test
FASE KERJA
Memaparkan materi Ceramah
dan diskusi
tumbuh kembang anak
Simulasi
usia sekolah Tanya
Memaparkan materi jawab
Booklet dan
(Pengertian, tanda dan 30 menit leaflet,
gejala, penyebab stress
Memaparkan materi
sumber stress, manfaat
manajamen stres:
Strategi Kegiatan Waktu Metode Media/Alat
relaksasi nafas dalam dan
hypnosis 5 jari
manfaat manajamen stres
Demonstrasi relaksasi
nafas dalam dan hypnosis
5 jari
Membagikan leaflet
Diskusi dan Tanya jawab
FASE TERMINASI
Evaluasi subjektif dan
objektif
Post Test 10 menit Ceramah Tidak ada
Menutup kegiatan
Bertanggung jawab mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi dari seluruh
kegiatan penyuluhan
Mengkoordinir anggota kelompok dan menjelaskan tugas dan peran masing-
masing anggota
3.4.4. Moderator : Muhammad ade putra, S.Kep
Uraian tugas:
Presentator Moderator
Peserta
Fasilitator Fasilitator
Observer, Notulis
G. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Tamana Ihda Husna Zain, S.kep
Tugas : Mengkoordinasi kegiatan penyuluhan
2. Moderator : Muhammad Ade Putra, S.kep
Tugas :
a. Membuka dan menutup acara penyuluhan
b. Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
c. Mengarahkan jalannya penyuluhan
d. Menjawab pertanyaan peserta
3. Penyaji : Cahyo Wibisono, S.kep dan Syifa Aulia, S.kep
Tugas :
a. Menyajikan atau menyampaikan materi penyuluhan
b. Menggali pengetahuan peserta tentang materi penyuluhan
c. Menjawab pertanyaan peserta
4. Fasilitator dan Perlap: Iskandar Zulkarnaen , S.kep dan Angga Perdana , S.kep
Tugas :
a. Memotivasi peserta untuk bertanya
b. Menjawab pertanyaan peserta
5. Observer dan Notulensi : I Made Ngurah Aris Winata, S.kep
Tugas :
a. Mengamati jalannya penyuluhan
b. Mencatat jumlah peserta yang hadir
c. Mencatat tanggapan yang dikemukakan
d. Menjawab pertanyaan peserta
e. Melaporkan hasil kegiatan
b. Memperkenalka b. Mendengarkan
n diri, anggota dan
kelompok dan memperhatika
pembimbing n
c. Menjelaskan c. Mendengarkan
kegiatan dan dan
kontrak waktu memperhatika
n
d. Menjelaskan
tujuan d. Mendengarkan
penyuluhan dan
memperhatika
n
2 Isi 20 a. Menggali a. Peserta a. Lemba
Menit pengetahuan mencoba r balik
peserta tentang menjawab / flip
pengertian chart
perkembangan
kemampuan
psikososial anak
usia sekolah
b. Memberikan b. Menerima
reinforcement Pujian
No Tahap Wakt Kegiatan Kegiatan Warga Media
. Kegiatan u Mahasiswa RW 07
positif atas
jawaban peserta
c. Menjelaskan
c. Mendengarkan
pengertian
dan
perkembangan
memperhatika
kemampuan
psikososial anak
usia sekolah
d. Review
pengetahuan d. Peserta
peserta ciri-ciri mencoba
perkembangan menjawab
psikososial anak
sekolah yang
normal.
e. Memberikan
e. Menerima
reinforcement
Pujian
positif atas
jawaban peserta
f. Menjelaskan
f. Mendengarkan
tentang ciri-ciri
perkembangan dan
psikososial anak Memperhatika
sekolah yang n
normal.
g. Review g. Peserta
pengetahuan
mencoba
peserta tentang
menjelaskan ciri menjawab
anak yang
mengalami
penyimpangan
perkembangan
normal.
h. Memberikan
h. Menerima
reinforcement
Pujian
positif atas
No Tahap Wakt Kegiatan Kegiatan Warga Media
. Kegiatan u Mahasiswa RW 07
jawaban peserta
i. Menjelaskan
tentang
menjelaskan ciri i. Mendengarkan
anak yang dan
mengalami memperhatika
penyimpangan n
perkembangan
normal.
j. Review
pengetahuan
peserta tentang
menjelaskan j. Peserta
bagaimana cara mencoba
orang tua menjawab
membantu
stimulus
perkembangan
anak usia
sekolah
k. Memberikan
reinforcement
positif atas
jawaban peserta k. Menerima
pujian
l. Menjelaskan
tentang
menjelaskan
bagaimana cara
l. Mendengarkan
orang tua
membantu dan
stimulus memperhatika
perkembangan n
anak usia
sekolah
b. Menyimpulkan b. Mendengarkan
materi yang dan
telah memperhatika
disampaikan n
c. Mahasiswa c. Menjawab
memberikan salam
salam penutup
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta menghadiri penyuluhan
b. Peserta mengikuti dari awal sampai akhir penyuluhan
c. Tersedianya alat media untuk melakukan penyuluhan
d. Setting tempat sesuai dengan perencanaan
e. Peserta memberikan respon terhadap pelaksanaan
f. Peserta menyetujui kontrak waktu dan tempat
2. Evaluasi proses
a. Peserta berpartisipasi selama kegiatan penyuluhan
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
c. Peserta menyampaikan perasaan setelah penyuluhan
d. Peserta ikut serta dalam penyimpulan pertemuan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu membina hubungan saling percaya
b. Peserta mengerti apa yang dijelaskan penyaji
c. Peserta mampu :
Menjelaskan tentang pengertian tumbuh kembang anak suai sekolah
Menyebutkan kembali ciri perkembangan anak usia sekolah
Menyebutkan kembali penyimpangan pada tumbuh kembang anak usia
sekolah
Menyebutkan kembali cara menstimulasi perkembangan anak suai sekolah
MATERI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengertian
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah
kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi dan berprestasi dalam belajar
berdasarkan kemampuannya sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat
anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai
kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada masa dewasa,
anak dapat mengalami hambat dalam bersosialisasi
KELAS RELAKSASI
Waktu : 30 menit
Sasaran : Individu
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, pasien mampu memahami cemas dan
cara mengurangi cemas.
1. Pengertian Kecemasan
2. Tingkat Kecemasan
5. Cara-cara mengurangi cemas dengan teknik relaksasi nafas dalam & hipnotis
5 jari.
IV. Metode
1. Ceramah
3. Tanya jawab
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran yang
timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
a. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada, letih,
pegal, sakit kepala, sakit leher.
b. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf simpatis
ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas, diare, parestesia dll.
c. Khawatir
Rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang belum terjadi
seperti mau mendapat musibah.
d. Kewaspadaan berlebihan.
Kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur terganggu, sulit
berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll.
3. Tingkat Kecemasan
a. Cemas Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan
tremor halus pada tangan.
b. Cemas Sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih
berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons
cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar
tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan
tidak enak.
c. Cemas Berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang
tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan /
tuntunan.
d. Respon kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang
persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat,
dan perasaan ancaman meningkat.
4. Faktor-faktor yang menimbulkan stress
d. Masalah biaya
e. Kurang informasi
g. Masalah pengobatan
Tarik napas dalam adalah suatu bentuk asuhan keprawatan yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal), dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas
nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut (Smeltzer & Bare, 2016). dan National Council (2014), untuk
meningkatakan ventilasi alveoli, memelihara pertukana gas, mencegah
atelektasis paru, mengurangi stres baik stres fisik dan emosional dan
menurunkan kecemasan. Setelah dilakukan tarik napas dalam manfaat yang
didapatkan pasien dapat merasakan ketentraman hati dan berkurangnya cemas
serta nyerinya berkurang Menurut Priharjo (2013), prosedur tarik napas dalam:
a. Usahana rileksa dan tenang
Teknik percakapan
Menarik napas biasa, tarik napas perlahan dalam hitungan 1, pikirkan udara
memasuki udara ke bawah paru-paru, pada hitungan kedua bayangkan udara
mengisi ke bagian tengah paru dan pada hitungan ketiga bayangkan seluruh
paru-paru sudah masuk. Setelah itu, dalam hitungan ketiga, tahan napas lalu
hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan sampai habis.
3) Pasien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang diinginkan oleh
suara hatinya.
4) Saat terbangun dari proses imagenery, pasien akan merasa damai, dan akan
mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu yang membebani, atau lebih
siap menghadapinya.