Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal yang menyerang organ

dengan cepat sehingga fungsinya hancur dan menyebabkan kematian. Menurut

data dari organisasi kesehatan sedunia (WHO) pada tahun 2005, kanker

merupakan penyebab kematian sebanyak 6,7 juta kasus yaitu mencakup kira-kira

14% dari semua jenis kematian global. Di dunia dan di Indonesia tiap tahunnya

kasus kanker terus meningkat, diantaranya adalah kanker payudara.

Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan

berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel jaringan payudara.

Kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering ditemukan oleh kebanyakan

wanita. Pada tahun 2005 dilaporkan sebanyak 506.000 wanita meninggal

disebabkan oleh kanker payudara (WHO, Global Burden of Disease, 2005).

Sedangkan di Indonesia berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada sistem rawat inap di

seluruh Rumah Sakit di Indonesia (16,85%) dan merupakan kanker tertinggi yang

diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per

100.000 perempuan (Dinas Kesehatan, 2007). Pada kanker payudara diagnosis

dini sangat penting dilakukan pada pasien kanker payudara karena kesalahan

diagnosis akan bertampak serius pada penderita secara fisik maupun mental.

1
Khusus untuk kanker payudara, prosedur diagnostik dapat bersifat untuk deteksi

dini (skrining) dan dapat pula bersifat diagnostik (dengan adanya keluhan).

Seluruh prosedur ini terutama ditekankan pada pemeriksaan fisik payudara,

mamografi dan biopsi yang disebut dengan triple diagnostic procedure. (Djatmiko

dkk, 2009).

Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh

Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut WHO, 490.000

perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80 %

berada di Negara Berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus

baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di

Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40- 45 kasus baru, 20 – 25 orang

meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia

karena kanker serviks. Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan

melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi

kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat,

menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin

HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan

pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat). Saat ini

cakupan “screening” deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui pap smear

dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5 %), padahal cakupan “screening” yang

efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena kanker

serviks adalah 85 %. Artinya Indonesia akan kehilangan 600- 750 orang

perempuan yang masih produktif setiap bulannya.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Skrining?

2. Apa definisi Kanker Payudara dan Kanker Serviks?

3. Apa saja etiologi dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks?

4. Apa saja manifestas darii Kanker Payudara dan Kanker Serviks?

5. Bagaimana patofisiologi dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks?

6. Bagaimana stadium dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks?

7. Bagaimana skrining dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Skrining

2. Untuk mengetahui definisi Kanker Payudara dan Kanker Serviks

3. Untuk mengetahui etiologi dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks

4. Untuk mengetahui manifestas darii Kanker Payudara dan Kanker Serviks

5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks

6. Untuk mengetahui stadium dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks

7. Untuk mengetahui skrining dari Kanker Payudara dan Kanker Serviks

3
1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari Skrining

2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Kanker Payudara dan Kanker

Serviks

3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari Kanker Payudara dan

Kanker Serviks

4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestas darii Kanker Payudara dan

Kanker Serviks

5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari Kanker Payudara dan

Kanker Serviks

6. Mahasiswa mampu menjelaskan stadium dari Kanker Payudara dan

Kanker Serviks

7. Mahasiswa mampu menjelaskan skrining dari Kanker Payudara dan

Kanker Serviks

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Skrining

A. Pengertian

Skrining, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu populasi

untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala

penyakit itu. Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes

skrining yang dilakukan pada orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit.

Skrining sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup

pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom

penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium

praklinik.

B. Tujuan Skrining

5
Tujuan dari skrining adalah untuk mengidentifikasi penyakit pada komunitas

awal, sehingga memungkinkan intervensi lebih awal dan manajemen dengan

harapan untuk mengurangi angka kematian dan penderitaan dari penyakit.

Meskipun skrining dapat mengarah ke diagnosis sebelumnya, tidak semua tes

skrining telah terbukti bermanfaat bagi orang yang sedang diputar; overdiagnosis,

misdiagnosis, dan menciptakan rasa aman palsu beberapa efek negatif dari

penyaringan. Untuk alasan ini, tes yang digunakan dalam program skrining,

terutama untuk penyakit dengan insiden rendah, harus memiliki sensitivitas yang

baik selain kekhususan diterima. Beberapa jenis skrining ada: skrining universal

melibatkan skrining semua individu dalam suatu kategori tertentu (misalnya,

semua anak pada usia tertentu). Temuan Kasus melibatkan skrining sekelompok

kecil orang berdasarkan adanya faktor risiko (misalnya, karena anggota keluarga

telah didiagnosis dengan penyakit keturunan).

Contoh sukses skrining untuk kanker meliputi :

 Pap smear untuk mendeteksi lesi prakanker dan berpotensi mencegah

kanker ser

 Mamografi untuk mendeteksi kanker payudarKolonoskopi untuk

mendeteksi kankera kolorekta.

 Dermatologis centang untuk mendeteksi melanoma

 Radiografi bitewing secara rutin diambil pada pemeriksaan gigi dan

digunakan untuk layar untuk karies interproksimal gigi.

6
C. Jenis Penyakit yang Tepat Untuk Skrining

 Merupakan penyakit yang serius

 Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan

dengan

 Setelah gejala muncul

 Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di skrining

2.2 Kanker Payudara

2.2.1 Definisi

Menurut Luwia (2003), kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari

kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Ketika sejumlah sel di

dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali inilah yang

disebut kanker payudara. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini

disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi tidak semua tumor adalah kanker, karena

sifatnya yang tidak menyebar ke seluruh tubuh. Tumor yang dapat menyebar ke

seluruh tubuh atau menyebar jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas.

2.2.2 Etiologi

7
Penyebab dari kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun terdapat

serangkaian faktor genetik, hormonal dan lingkungan. Penyebab tersebut yang

dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Banyak faktor yang diprediksi

mempuyai hubungan kanker payudara (John Cleese, 2010) Genetik merupakan

faktor panting karena kejadian kanker payudara akibat kelainan genetik sebesar 5-

10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu dengan mengumpulkan riwayat

keluarga yang terkena kanker payudara dan memetakannya dalam bentuk silsilah.

Riwayat keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker payudara pada ibu

atau saudara perempuan yang terkena kanker payudara pada umur di bawah 50

tahun atau keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwia, 2003)

Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh kembang

organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal kanker pada

sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada sel-sel epitel

saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang menempel pada saluran ini, lambat

laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut menjadi kanker (Luwia, 2003).

Pengunaan KB hormonal seperti pil, suntik KB dan susuk yang mengandung

banyak dosis estrogen meningkatkan risiko kanker payudara (John Cleese, 2010).

Faktor lingkungnan juga dapat menjadi pemicu kanker payudara. Lingkungan

tersebut berupa paparan radiasi bahan-bahan radioaktif, sinar X dan pencemaran

bahan kimia. Luwia (2003) mengatakan bahwa risiko kankerpayudara meningkat

apabila radiasi terjadi sebelum umur 40 tahun.

8
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan

dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih

belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam

gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan

perkembangan kanker payudara. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium

mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-

estradiol dan progesterone- mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang

dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara. (Brunner &

Suddarth, 2002).

2.2.3 Manifestasi Klinis

Penemuan dini kanker payudara masih sulit, kebanyakan ditemukan jika sudah

teraba oleh pasien atau sudah stadium lanjut (Wilensky dan Lincoln, 2008).

Berikut ini tanda dan gejala pada kanker payudara stadium lanjut:

1. Tanda dan gejala kanker payudara

 Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwardan atas bagian dalam, di bawah

ketiak, bentuknya tak beraturan, terfiksasi dan sakit jika digerakan

 Nyeri di daerah massa

 Adanya lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae

9
 Edema dengan peaut d orange (keriput seperti kulit jeruk)

 Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan,

kadang disertai darah

 Pengelupasan papilla mammae

 Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi

2. Penentuan ukuran dan penyebaran tumor berdasarkan 3 kategori yaitu:

 Tumor Size ( T )

1. Tx : Tak ada tumor

2. To : Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer

3. T1 : Tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm

4. T2 : Tumor dengan diameter 2 – 5 cm

5. T3 : Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm

6. T4 : Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan

secara langsung ke dinding thorak atau kulit.

 Regional Limpho Nodus ( N )

10
1. Nx : Kelenjar ketiak tak teraba

2. No : Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

3. N1 : Mestastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakan

4. N2 : Mestastase ke kelenjar ketiak hormonal, melekat terfiksasi satu sama

lain atau jaringan sekitarnya

5. N3 : Mestastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau

infraklavikuler atau edema lengan.

 Mestastase Jauh ( M )

1. Mo: Tak ada mestastasee jauh

2. M1: Mestastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara.

2.2.4 Patofisiologi

Diagnosa kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk melakukan

pengobatan yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang

berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tidak

mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan

mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya atau

terjadi mestastase dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh.

11
Perubahan secara biokimiawi dan genetis terjadi didalam sel tersebut terutama

dalam inti sel. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami

transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel

normal (Wilensky dan Lincoln, 2008).

Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:

1. Fase induksi: 15-30 tahun

Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat

merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas.

2. Fase insitu: 5-10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre cancerous” yang bisa ditemukan di

serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di

payudara.

3. Fase invasi: 1-5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran sel

jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh darah serta saluran limfa.

4. Fase desiminasi: 1-5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain.

2.2.5 Stadium

12
Kanker Payudara dapat didiagnosis pada stadium yang berbeda-beda. Kanker

payudara yang lebih dini ditemukan, kemungkinan sembuh akan lebih besar.

Luwia (2003) menyebutkan bahwa stadium kanker payudara terdiri atas beberapa

stadium, antara lain:

 Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran

(metastasis) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium ini kemungkinan

kesembuhan sempurna adalah 70%. Pemeriksaan ada atau tidaknya metastasis ke

bagian tubuh yang lain harus dilakukan di laboratorium.

 Stadium II

Tumor sudah lebih dari 2,25 cm dan sudah terjadi mestastasis pada kelenjar getah

bening di ketiak. Kemungkinan untuk sembuh pada stadium ini hanya 30-40 %

tergantung pada luasnya penyebaran sel kanker. Tindakan operasi biasanya

dilakukan pada sadium I dan II untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada

seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk

memastikan tidak adanya selsel kanker yang tertinggal.

 Stadium III

Tumor sudah cukup besar 3-5 cm, sel kanker hampir menyebar keseluruh tubuh,

dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Biasanya pengobatan hanya

13
dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel

kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat payudara

bagian yang parah. Benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit dan

pecah/berdarah.

 Stadium IV

Tumor sudah berukuran besar >5 cm, sel kanker telah menyebar/bermestastase ke

seluruh organ tubuh, dan biasanya penderita mulai lemah. Pengobatan payudara

sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan dilakukan dengan terapi

hormonal dengan syarat Estrogen Reseptor (ER) atau Progesteron Reseptor (PR)

positif karena penderita terlalu lemah dengan syarat mempertimbangkan

kemoterapi yang sudah didapat sebelumnya.

2.2.6 Pemeriksaan Skrining

Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi kanker

payudara atau tumor sedini mungkin. Sering kali penderita mengetahui dirinya

terkeana kanker payudara sesudah stadium lanjut sehingga sulit disembuhkan.

Lebih dini kanker ditemukan dan mendapatkan penanganan yang tepat, akan

memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih besar.

Terdapat beberapa cara deteksi dini kanker payudara dengan tingkat akurasi yang

berbeda. Akurasi deteksi dini kanker payudara akan jauh bertambah bila ketiga tes

ini dikombinasi.

14
Cara deteksi dini kanker payudara adalah :

 Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)

 Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter

 Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)

 Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core

Biopsy).

 Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi sampai 85%

kasus kanker payudara.

 Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker

payudara.

2.2.7 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebasar 25-30%. Terbukti 95%

wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup

lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang

merekomendasikan agar para wanita untuk melakukan SADARI.

15
A. Waktu Dikakukan SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita

yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-10

dari hari pertama haid, ketika payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak.

Pada wanita normal, American Cancer Society menganjurkan wanita yang berusia

diatas umur 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap tiga bulan. Selain

SADARI untuk deteksi dini kanker payudara pada usia 35-40 tahun dengan

melakukan mammografi. Benjolan sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada

mammografi. Sedangkan untuk wanita di atas usia 40 tahun ditambah dengan

melakukan pemeriksaan payudara dengan dokter ahli.

B. Siapa Saja Yang Dianjurkan Melakukan SADARI:

 Wanita yang telah berusia 20 tahun

 Wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak mempunyai anak

 Wanita yang memiliki anak pertama pada usia 35 tahun

 Wanita yang tidak menikah

 Wanita yang haid pertama dini (dibawah 10 tahun)

 Wanita yang menopause lambat

 Pernah mengalami trauma pada payudara

16
 Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah menderita kanker

payudara

 Wanita yang tidak menyusui

 Pernah operasi payudara atau kandungan

 Pernah mendapat obat hormonal yang lama

 Cenderung kelebihan berat badan

C. Cara Pemeriksaan SADARI

Menurut Sukardja (2000) SADARI dilakukan dalam 3 tahap yaitu :

 Melihat payudara

 Memijat payudara

 Meraba payudara

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan

cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan

cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.

17
D. Tahap Pemeriksaan SADARI

 Melihat PerubahanDi Hadapan Cermin.

Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau

tidak). Cara melakukan :

 Tahap 1

Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta

kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermn, posisi kedua

lengan luruh kebawah disamping badan.

 Tahap 2

Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk

melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.

 Tahap 3

Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan kiri. Miringkan

badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.

 Tahap 4

Menegangkan otot-oto bagian dada dengan berkacak pinggang atau tangan

menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

18
 Melihat Perubahan Bentuk Payudara dengan Berbaring

 Tahap 1 Persiapan

Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan

kedua lutut anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah

bahu sebelah kanan untuk menaikkan bagian yang akan diperiksa. Kemudian

letakkan tangan kanan anda di bawah kepala. Gunakan tangan kiri anda untuk

memeriksa payudara kanan. Gunakan telapak jari-jari abda untuk memeriksa

sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara anda dengan menggunakan

Vertical Strip dan Circular.

 Tahap 2 Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di

bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara

ke garis tengah bagian ketiak anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan

pada ketiak. Kemudia putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan

tangan anda perlahan-lahan ke bawah bra-line dengan putaran ringan dan tekan

kuat disetiap tempat. Di bagian bawah bra-line, bergerak kurang lebih 2cm kekiri

dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan.

Bergeraklah ke atas dan ke bawah mangikuti pijatan dan meliputi bagian yang di

tunjuk.

 Tahap 3 Pemeriksaan Payudara Dengan Cara Memutar

19
Berawal dari bagian atas payudara anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah

sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlan

sekurang-kurangnya 3 putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan

sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sesekali dengan tekanan kuat.

Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.

 Tahap 4 Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara

Menggunakan kedua tangan, kemudia tekan payudara anda untuk melihat adanya

cairan abnormal dari puting payudara.

 Tahap 5 Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan anda ke samping dan rasakan ketiak anda dengan teliti,

apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

2.3 Kanker Serviks

2.3.1 Definisi

Kanker leher rahim atau karsinoma serviks adalah penyakit akibat tumor pada

daerah mulut rahim akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak

terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya ( Andi, 2011). Menurut

David M. Eddy (1981, yang dikutip dari Hoepoedio, 1986) dalam tulisannya

berjudul “The Economic of Cancer Prevention and Detection, Getting More for

20
Less” tujuan konkrit dari penemuan dini kanker, termasuk kanker leher rahim

(kanker serviks) sebagai berikut :

1. Menaikkan harapan hidup

2. Mengurangi pengobatan ekstensif

3. Memperbaiki kualitas hidup

4. Mengurangi penderitaan

5. Mengurangi biaya

6. Mengurangi kecemasan dan ketakutan.

2.3.2 Etiologi

Penelitian meta analisis yang meliputi 10.000 kasus didapatkan 8 tipe HPV yang

banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31,33, 52, 58 dan 35. Dari berbagai

penelitian dapat disimpulkan bahwa hanya 3 golongan HPV yang berhubungan

dengan kanker serviks yaitu : (Bustan, 2000)

1. HPV risiko sedang : HPV 6 dan 11.

2. HPV risiko sedang : HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, dan 58.

3. HPV risiko tinggi : HPV 16, 18, 31.

21
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama 3

bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu kutil

yang berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama

di bagian epitel yang hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada

serviks dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian

posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan

melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan mengakibat

kan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol ke arah keganasan. (Bustan, 2000).

Suwiyoga (2007) mengatakan bahwa faktor risiko minor kanker serviks adalah

paritas tinggi dengan jarak persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah

umur 17 tahun, multipartner seksual, merokok aktif dan pasif, status ekonomi

rendah. Ko-faktor terdiri dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2, HIV/AIDS,

infeksi kronis dan lainnya.

2.3.3 Manifestasi Klinis

Pada tahapan pra kanker sering tidak ditemukannya gejala (asimtomatis). Bila ada

gejala yang timbul biasanya keluar keputihan yang tidak khas. Namun, beberapa

gejala mengarah kepada infeksi HPV menjadi kanker serviksi antara lain :

1. Terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh

(Bau, gatal, warna kehijauan)

2. Penurunan berat badan secara drastis

22
3. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul maka pasien akan menderita

keluhan nyeri panggul, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal

(Wijaya, 2010)

4. Adanya perdarahan tidak normal. Hanya terjadi bila setelah sel-sel leher

rahim menjadi bersifat kanker dan menyerang jaringan – jaringan di

sekitarnya pada masa pra atau pasca menopause

5. Pemberhentian darah lewat vagina

6. Meningkatnya perdarahan selama menstruasi

7. Terjadinya siklus diluar menstruasi dan setelah hubungan seks

8. Nyeri selama berhubungan seks

9. Kesulitan atau nyeri dalam perkemihan dan di daerah sekitar panggul

10. Bila kanker sudah mencapai stadium tiga ke atas, maka akan terjadi

pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dan

sebagainya.

2.3.4 Faktor Resiko

1. Yang berisiko tinggi terkena kanker leher rahim adalah :

1. Perempuan yang melakukan aktivitas seksual sebelum usia 18 tahun

23
2. Mereka yang berganti-ganti pasangan seksual

3. Mereka yang menderita infeksi kelamin yang ditularkan melalui hubungan

seksual (IMS)

4. Berhubungan dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan

5. Ibu atau saudara kandung yang menderita kanker leher rahim

6. Hasil pemeriksaan Papsmear atau IVA sebelumnya dikatakan abnormal

7. Merokok aktif / pasif

8. Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang terjadi pada

penderita HIV / AIDS ataupun penggunaan kortikosteroid untuk jangka

waktu yang lama

1. Beberapa faktor yang mempengaruhi kanker serviks antara lain :

a. Pola hubungan seksual dan hubungan seksual dengan pria yang

mempunyai pasangan seksual lebih dari satu

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara lesi pra kanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual pada usia dini,

khususnya sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan belum

matangnya daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos. Frekuensi

hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya risiko pada usia, tetapi

tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan

24
konsep pria berisiko tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang

berkaitan dengan penyakit hubungan seksual (Suwiyoga, 2007). Sedangkan

Nugraha B.D (2003) menganalisis bahwa akan terjadinya perubahan pada sel

leher rahim pada wanita yang sering berganti-ganti pasangan, penyebabnya adalah

sering terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda-beda sehingga dapat

mengakibatkan perubahan dari displasia menjadi kanker.

b. Paritas

Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering melahirkan. Semakin sering

melahirkan, semakin besar risiko mendapatkan kanker serviks. Paritas dapat

meningkatkan insiden kanker serviks, lebih banyak merupakan refleksi dari

aktivitas seksual dan saat mulai kontak seksual pertama kali daripada akibat

trauma persalinan. Pada wanita dengan paritas 5 atau lebih mempunyai risiko

terjadinya kanker serviks 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan

paritas 3 atau kurang (Suwiyoga, 2007).

c. Merokok

Menurut Suwiyoga (2007) dilihat dari segi epidemiologinya, perokok aktif dan

pasif berkontribusi pada perkembangan kanker serviks yaitu 2 sampai 5 kali lebih

besar dibandingkan dengan yang tidak perokok. Pada wanita yang merokok

terdapat nikotin yang bersifat ko karsinogen di cairan serviksnya sehingga dapat

mendorong terjadinya pertumbuhan kanker.

25
d. Kontrasepsi Oral

Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang

dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko

relatif 1,53 kali. World Health Organization (WHO) melaporkan risiko relatif

pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan

lamanya pemakaian (Sjamsuddin, 2001).

e. Defisiensi Gizi

Aziz. M.F (1995) menganalisis terjadinya peningkatan displasia ringan dan

sedang yang berhubungan dengan defisiensi zat gizi seperti beta karotin, vitamin

A dan asam folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah – buahan yang

mengandung bahan – bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli, kol, wortel,

jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat untuk mencegah terjadinya

kanker. Dari beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap asam folat,

vitamin C, vitamin, beta karotin, atau retinol dihubungkan dengan peningkatan

risiko kanker serviks.

f. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.

Menurut Suwiyiga (2007) pernyataan terserbut diperkuat dengan adanya

penelitian yang menunjukkan bahwa inpeksi HPV lebih prevalen pada wanita

dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah dengan status gizi karena

26
status gizi berhubungan dengan daya tahan tubuh baik terhadap infeksi maupun

kemampuan untuk melawan keganasan.

2.3.5 Patofisiologi

 Hampir 100% infeksi HPV ditularkan melalui hubungan seksual

 Penderita infeksi HPV umumnya tidak mengalami keluhan / gejala

 Hampir setiap 1 (satu) dari 10 (sepuluh) orang perempuan yang terinfeksi

HPV (10%-nya), akan mengalami perubahan menjadi lesi prakanker atau

displasia pada jaringan epitel leher rahim

 Lesi prakanker dapat terjadi dalam waktu 2-3 tahun setelah infeksi

 Apabila lesi tidak diketahui dan tidak diobati, dalam waktu 3-17 tahun

dapat berkembang menjadi kanker leher rahim

 Sampai saat ini, belum ada pengobatan untuk infeksi HPV

2.3.6 Pencegahan

1. Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual berisiko untuk

terinfeksi HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak

melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 18 tahun).

27
2. Selain itu juga menghindari faktor risiko lain yang dapat memicu

terjadinya kanker seperti paparan asap rokok, menindak lanjuti hasil

pemeriksaan PAP dan IVA dengan hasil positif, dan meningkatkan daya

tahun tubuh dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan

banyak mengandung vitamin C, A dan asam folat.

3. Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka

telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang harus dilanjutkan

dengan pengobatan yang sesuai bila ditentukan lesi.

4. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk

beberapa tipe yaitu bivalea (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen (tipe

6,11,16,18). Kendala utama pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya yang

masih mahal.

2.3.7 Stadium

Pada tahun 1976, FIGO (The International Federation of Gynecology and

Obstretics) mengklasifikasikan stadium klinik untuk menentukan metode

pengobatan kanker berdasarkan tingkat stadium nya. Pembagian stadium klinik

kanker serviks adalah (Kodim dkk, 2004).

Preinvasif

Stadium 0 : Karsinoma in situ, Karsinoma Intraepithelial.

28
Karsinoma Invasive

Stadium 1 : Kanker terbatas pada serviks uteri

Stadium 1A : Kanker preklinik yang di diagnosa hanya secara

mikroskopis

Stadium 1B : Lesi dengan dimensi lebih besar dari Stadium 1A

Stadium II : Kanker meluas keluar serviks, tetapi belum mencapai dinding

panggul. Kanker sudah mengenai vagina 1/3 bagian bawah

Stadium IIA: Parametrium masih bebas

Stadium II B: Parametrium sudah terkena

Stadium III : Kanker sudah mencapai panggul. Pada pemeriksaan rektal

tidak ada celah antara tumor dan dinding panggul.

Penyebarannya sudah sampai 1/3 distal vagina

Stadium IIIA: Belum sampai dinding vagina

Stadium IIIB: Penyebaran mencapai dinding vagina dan atau ada

hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal

Stadium IV : Kanker sudah meluas keluar pelvis atau secara klinik sudah

mengenai vesika urinaria dan rektum

29
Stadium IVA: Menyebar ke ogan sekitarnya

Stadium IVB: Telah terjadi penyebaran ke organ yang lebih jauh lokasinya

TINGKAT KESEMBUHAN BERDASARKAN STADIUM KANKER

LEHER RAHIM

STADIUM KESEMBUHAN
Stadium IA 100%
Stadium IB 87%-90%
Stadium IIA 68%-83%
Stadium IIB 62%-68%
Stadium III 33%-48%
Stadium IV 14%

2.3.8 Pemeriksaan Skrinning

1. Pemeriksaan Pap Smear

Untuk pemeriksaan Pap Smear, sebaiknya ibu dalam keadaan tidak haid,

dan tidak berhubungan badan 1-2 hari sebelum pemeriksaan dilakukan.

Pada saat pemeriksaan, ibu akan diminta untuk berbaring dan

memposisikan tubuh seperti pada saat pemasangan spiral. Petugas

kesehatan akan memasang alat spekulum ke dalam liang senggama agar

seluruh leher rahin dapat dilihat. Dengan alat spatula dan sikat khusus

30
diambil Sitologi, Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap

smear. Sitologi bermanfaat untuk mendeteksi sel – sel serviks yang tidak

menunjukkan adanya gejala, dengan tingkat ketelitinnya mencapai 90%

(Sjamsuddin, 2001).

2. Kolposkopi

Merupakan pemeriksaan serviks dengan menggunakan alat kolposkopi

yaitu alat yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah

pembesaran antara 6-40 kali dan terdapat sumber cahaya didalamnya.

Kolkoskopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%. Alat ini

pertama kali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans

Hinselmann untuk memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga

pembuluh darah lebih dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter

hijau untuk memberikan kontras yang baik pada pembuluh darah dan

jaringan. Pemeriksaan kolkoskopi dilakukan untuk konfirmasi apabila

hasil test pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun biopsi pada lesi

serviks yang dicurigai (Suwiyoga, 2007).

3. Biopsi

Menurut Sjamsuddin (2001) biopsi dilakukan didaerah abnormal jika

sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang terlihat seluruhnya dengan

menggunakan kolposkopi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat

31
biopsi harus tajam dan harus diawetkan dalam larutan formalin 10%

sehingga tidak merusak epitel.

4. Konisasi

Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga

bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :

(Kodim, dkk, 2004).

 Proses dicurigai berada di endoserviks

 Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi

 Ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik

sel-sel dari leher rahim, kemudian oleskan di kaca objek untuk dikirim ke

laboratorium dan dibaca para ahli. Hasil akan didapat + 1 minggu sampai 1 bulan

kemudian, oleh karena itu ibu harus membuat janji dengan petugas kesehatan

untuk pertemuan berikutnya.

 Pemeriksaan IVA

Posisi pemeriksaan sama dengan pada tes Pap. Dengan mengoleskan asam asetat

(cuka dapur) yang telah diencerkan (3 – 5%) ke leher rahim, tenaga kesehatan

terlatih akan melihat perbedaan antara bagian yang sehat dan yang tidak normal.

Asam asetat merubah warna sel-sel abnormal menjadi lebih putih dan lebih

menonjol dibandingkan dengan permukaan sel sehat. Pemeriksaan IVA hampir

32
sama efektifnya dengan pemeriksaan Pap dalam mendeteksi lesi prakanker, dapat

dilakukan di fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, atau Polindes dan

fasilitas lebih murah dan mudah. Hasilnya dapat diketahui pada saat pemeriksaan,

sehingga apabila diperlukan pengobatan dapat segera dilakukan atau dirujuk bila

perlu.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

33
Skrining, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu populasi

untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala

penyakit itu. Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes

skrining yang dilakukan pada orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit.

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal yang menyerang organ dengan

cepat sehingga fungsinya hancur dan menyebabkan kematian. Menurut data dari

organisasi kesehatan sedunia (WHO) pada tahun 2005, kanker merupakan

penyebab kematian sebanyak 6,7 juta kasus yaitu mencakup kira-kira 14% dari

semua jenis kematian global. Di dunia dan di Indonesia tiap tahunnya kasus

kanker terus meningkat, diantaranya adalah kanker payudara.

Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan

atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel jaringan payudara. Kanker

payudara merupakan jenis kanker yang sering ditemukan oleh kebanyakan wanita.

Kanker leher rahim atau karsinoma serviks adalah penyakit akibat tumor pada

daerah mulut rahim akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak

terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya ( Andi, 2011).

3.3 Saran

Untuk mendeteksi secara dini kanker payudara, pemeriksaan payudara sendiri

sebaiknya dilakukan sebulan sekali menggunakan teknik SADARI (Pemeriksaan

Payudara Sendiri). Untuk mendeteksi dini kanker serviks, wanita-wanita harus

34
melakukan tes skrining kanker serviks yaitu dengan beberapa macam cara yaitu

Pap Smear dan IVA test. Wanita-wanita mulai mempunyai tes-tes Pap 3 tahun

setelah mereka mulai mempunyai hubungan seksual, atau ketika mereka mencapai

umur 21 tahun (yang mana saja yang datang lebih dahulu).

DAFTAR PUSTAKA

Brosur Yayasan Kanker Indonesia. Deteksi Dini Kanker Payudara.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah (Edisi
8 Volume 2) . Jakarta . Buku Kedokteran EGC

35
Joko Purwanto, D. “Deteksi Dini Kanker Payudara” diakses 10 agustus
2014 :http://www.omni-hospitals.com/omni_alamsutera/blog_detail.php?
id_post=5
Muhimatus. 2011. “Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistemik” diakses
10 agustus 2014 : http://muhimatus.wordpress.com/2011/04/13/skrining-
untuk keganasan-dan-penyakit-sistemik/

Price A . Sylvia . 2005 . Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis Proses – Proses


Penyakit Edisi 6. Jakarta. EGC

Rachmawati, Ayu. 2013. Skrining Kanker Payudara (SARARI), Skrining Kanker


Serviks dengan Pap Smear. Diakses 09 Maret 2016:
http://reproduksi3b.blogspot.co.id/2013/06/skrining-kanker-payudara-sarari.html
Ris_Kan_Payudara_01(Converted).pdf. Kanser Payudara Kesan Awal Dengan
Pemeriksaan Sendiri Payudara (PSP). Oktober, 2004.

Tirtoprodjo, Prijono (2007), Makalah Pap Smear, Refresing Pap Smear Bagi
Bidan, Yayasan Kanker Indonesia Cabang D.I. Yogyakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai