RUPTUR PALPEBRA
Oleh:
Diah Ayu Larasati 1618012079
Nada Ismalia 1618012119
Pembimbing:
Dr. Rani Himayani, Sp.M
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tgl. Pemeriksaan : 03 Agustus 2018
Rumah Sakit : RSUD. Dr. H.Abdul Moeloek
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kelopak bawah mata kiri robek.
Keluhan Tambahan : Mata kiri terasa nyeri, merah dan bengkak.
Status Generalis
Kepala : normocephal, tampak vulnus laceratum pada kelopak mata
bawah kiri, kurang lebih 2 cm bentuk luka regular, belum
dijahit, edema (+)
THT : kesan dalam batas normal
Leher : kesan dalam batas normal
Thorax : Jantung : kesan dalam batas normal
Paru : kesan dalam batas normal
Abdomen : kesan dalam batas normal
Ekstremitas : kesan dalam batas normal
B. Palpasi
No Pemeriksaan OD OS
E. Light Sense
OD OS
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Tak Langsung + +
F. Oftalmoskopi
FOD : Tidak dilakukan pemeriksaan.
FOS : Tidak dilakukan pemeriksaan.
V. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
- Hemoglobin : 11,4 gr/dL
- Leukosit : 15,800 /ul
- CT : 9 menit
- BT : 2 menit
- GDS : 98 mg/dL
- SGOT : 34 U/L
- SGPT : 14 U/L
- Ureum : 27 mg/dL
- Creatinin : 0.24 mg/dL
- Natrium : 137 mmol/L
- Kalium : 4,2 mmol/L
- Kalsium : 9,6 mg/dL
- Chlorida : 102
VI. Resume
Pasien datang melalui IGD dengan keluhan kelopak bawah mata kiri
robek setelah terkena pagar rumah. Awalnya pukul 16.00 sore hari, pasien
sedang dimandikan ibunya. Setelah mandi pasien berlari ke arah pagar dan
terdapat kursi lalu pasien naik ke atas kursi tersebut. Karena licin pasien
jatuh terpeleset dan kelopak bawah mata kiri terkena pagar. Kelopak
bawah mata kiri pasien berdarah. Ibu pasien mengatakan bahwa saat jatuh,
kepala anaknya tidak terbentur. Ibu pasien panik dan segera membawa
pasien ke IGD RSAM Bandar Lampung untuk mendapatkan pertolongan.
Mual (-), muntah (-). Riwayat kejang (-), kesadaran semakin menurun (-).
Status ophtalmologi: VOD dan VOS sulit dinilai karena pasien adalah
balita dan tidak kooperatif. Pada palpebra superior OS tampak edema (+),
ptosis (+). Sedangkan pada palpebra inferior OS tampak vulnus laceratum
ukuran 2 cm, bentuk regular dan batas tegas. Laboratorium hematologi
dan kimia darah dalam batas normal.
VII. Diagnosis
Ruptur palpebra inferior OS et margo palpebra inferior OS (Fullthickness)
VIII. Penatalaksanaan
Rekonstruksi palpebra inferior OS (repair ruptur palpebra inferior OS et
margo palpebra inferior OS)
Obat pre operasi:
Sistemik:
1. Ceftriaxone iv 600mg/12 jam
2. Paracetamol syr 3x1 cth
Topikal:
1. Kompres NaCl lembab campur gentamicin ampul
2. Moxifloxacin eye drop 1 gtt/jam
3. C-lyteers eye drop 1gtt/jam
DISKUSI
1. Apakah diagnosa yang ditegakkan sudah tepat?
Dari anamnesa didapatkan pasien An. D usia 3 tahun dengan keluhan
datang ke IGD dengan kelopak bawah mata kiri pasien berdarah, bengkak
dan robek. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada mata kiri
yaitu, palpebra superior OS tampak edema (+), ptosis (+). Sedangkan pada
palpebra inferior OS tampak vulnus laceratum ukuran 2 cm, bentuk
regular dan batas tegas.
Inervasi
Inervasi serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra
dipersarafi cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus
levator palpebra dan beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus
okulomotoris. Otot polos pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf
simpatis. Oleh sebab itu, sekresi adrenalin akibat rangsangan simpatis
dapat menyebabkan kontraksi otot polos tersebut (Encyclopædia
Britannica, 2007).
Fisiologi Mengedip
A. Refleks Mengedip
Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai mekanisme refleks
kedip seperti adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus
palidus atau adanya hubungan dengan sirkuit dopamin di hipotalamus.
Pada penelitian Taylor (1999) telah dibuktikan adanya hubungan langsung
antara jumlah dopamin di korteks dengan mengedip spontan dimana
pemberian agonis dopamin D1 menunjukkan peningkatan aktivitas
mengedip sedangkan penghambatannya menyebabkan penurunan refleks
kedip mata. Refleks kedip mata dapat disebabkan oleh hampir semua
stimulus perifer, namun dua refleks fungsional yang signifikan adalah
(Encyclopædia Britannica, 2007): (1) Stimulasi terhadap nervus trigeminus
di kornea, palpebra dan konjungtiva yang disebut refleks kedip sensoris
atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung cepat yaitu 0,1 detik. (2)
Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip
optikus. Refleks ini lebih lambat dibandingkan refleks kornea.
Aparatus Lakrimalis
Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dan
sistem ekskresi air mata. Sistem Sekresi Air Mata Permukaan mata dijaga
tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi basal air mata perhari
diperkirakan berjumlah 0,75-1,1 gram dan cenderung menurun seiring
dengan pertambahan usia. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh
kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada kuadran
temporal di atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari ini
terletak didalam palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu
lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus
palpebra yang lebih kecil. Setiap lobus memiliki saluran pembuangannya
tersendiri yang terdiri dari tiga sampai dua belas duktus yang bermuara di
forniks konjungtiva superior.
Sekresi dari kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan
menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra
(epiphora). Persarafan pada kelenjar utama berasal nukleus lakrimalis pons
melalui nervus intermedius dan menempuh jalur kompleks dari cabang
maksilaris nervus trigeminus. Kelenjar lakrimal tambahan, walaupun hanya
sepersepuluh dari massa utama, mempunya peranan penting. Kelenjar
Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama yang menghasilkan
cairan serosa namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini
terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks superior. Sel goblet
uniseluler yang tersebar di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam
bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis di tepian
palpebra memberi substansi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal
(Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
Sistem Ekskresi Air Mata
Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting –
mulai di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan
menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra.
Setiap kali mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula
sehingga memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air
mata dihasilkan sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah
sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi.
Berikut adalah ilustrasi dari elektrolit, protein dan sitokin dalam komposisi
air mata (Pflugfelder, S.C., 2004). Gambar 2.4. Komposisi Air Mata Air
mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai stimuli.
Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan
cahaya terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari
muntah, batuk dan menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan
emosional. Kerusakan pada nervus trigeminus akan menyebabkan refleks
sekresi air mata menghilang. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemberian
kokain pada permukaan mata menyebabkan penghambatan hantaran pada
ujung nervus sensoris yang mengakibatkan penghambatan refleks sekresi
mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air mata yang poten). Jalur
aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus, sedangkan eferen oleh saraf
autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis yang
memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Oleh sebab itu,
pemberian obat yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat
meningkatkan sekresi sedangkan pemberian obat antikolinergik (atropin)
akan menyebabkan penurunan sekresi. Refleks sekresi air mata yang
berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai respon darurat. Pada saat lahir,
inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu sempurna, hal ini
menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata
(Encyclopædia Britannica, 2007).
2.2 BATASAN
Berbagai mekanisme trauma seperti kecelakaan mobil, perkelahian, gigitan
binatang, dan berbagai mekanisme lain dapat merusak kelopak mata dan
sistem drainase air mata. Sedangakan yang disebut sebagai laserasi kelopak
mata merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat benda tajam yang
mengakibatkan luka robek/laserasi.
2.3 KLASIFIKASI
Kerusakan pada kelopak mata diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan
lokasi:
Untuk pasien muda (tight lids)
o Small - 25-35%
o Medium - 35-45%
o Large - > 55%
2.4 PATOFISIOLOGI
2.4.1 TRAUMA TUMPUL
Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma
tumpul. Pasien membutuhkan evaluasi biomikroskopik dan
pemeriksaan fundus dengan pupil yang dilebarkan untuk
menyingkirkan permasalahan yang terkait kelainan intraokular. CT
scan di perlukan untuk mengetahui adanya fraktur.
2.5.2 ANESTESI
2.6 KOMPLIKASI
A. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika
melibatkan margin palpebra, dapat berupa:
Epiforakronis
Konjungtivitiskronis,konjungtivitis bakterial
Exposurekeratitis
Abrasi kornea berulang
Entropion/ ektropion sikatrikal
B. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi
penutupan luka,dapat berupa:
Jaringan parut
Fibrosis
Deformitas palpebra sikatrikal
C. Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena
penutupan luka yang tertunda.
D. Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.
2.7 PROGNOSIS
Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan
palpebra serta lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Edsel I.Laceration, Eyelid (serial online). Last update Apr 26, 2012.
[cited Dec/20/2012,06.18]. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1212531-overview
3. Francis B, Quinn. Anatomy of the Ocular Adnexa and Orbit, In: Orbital
Trauma(serial online). Last update Jun/03/1998. [cited
Dec/24/2012,06.20]. Available from: URL:
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/orbital-trauma.html
10. Maria S. Watering eyes (serial online). Last update Jan/29/2010. [cited
Dec/28/2012,01.26]. Available from: URL:
http://www.faceandeye.co.uk/eye/wateringeyes2.html
11. Graham M, Paul EM. Eyelid: Trauma – Repair (serial online). Last
update Jan/16/2010. [cited Jan/4/2013,02.24]. Available from: URL:
http://www.vetstream.com/equis/Content/Technique/teq00106
04 Agustus 2018
S - Mata kiri post operasi sudah tidak nyeri
- Bengkak berkurang
O KU : tampak sakit sedang
Kes : composmentis
N : 85 x/m
RR : 20 x/mnt
T : 36,8 oC
Topikal
1. C.lyteers (Nacl,Kcl) eye drop/ jam OS
2. C. mycos eye ointment 3x1 OS + dekat jahitan
3. Vigamox eye drop/ jam OS
4. Ganti verban/hari
Pasien diizinkan pulang