Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NPM (1906428335)
A. Komplikasi Pneumonia
1. Syok dan gagal pernafasan
Komplikasi ini ditemukan terutama pada pasien yang tidak mendapat pengobatan spesifik,
mendapat pengobatan yang tidak mencukupi atau menunda pengobatan atau terapi
antimikroba dimana organisme penginfeksinya resisten.
2. Atelektasis.
Diakibatkan oleh obstruksi bronkus oleh penumpukkan sekresi, dapat terjadi pada sembarang
fase dari pneumonia akut.
3. Delirium
Hal ini merupakan dampak dari hipoksia.
4. Superinfeksi
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotic yang sangat besar, seperti
penisilin atau dengan penggunaan kombinasi antibiotic. Ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh dan batuk. Bila hal ini terjadi, antibiotic diganti dengan penyesuaian atau dihentikan
sama sekali pada beberapa kasus.
B. Patofisiologi Pneumonia
1. Stadium prodromal : Alveoli mulai terisi sekret akibat infeksi kuman patogen yang
berhasil masuk, setelah 1 minggu berdatanganlah sel leukosit terutama pmn sampai
alveoli menjadi penuh dan padat, pada stadium ini gejala-gejalanya sebagai berikut:
panas badan cenderung tinggi, letargi, nyeri otot, nafsu makan turun, disertai batuk-batuk
yang cenderung semakin berat dengan dahak yg hanya sedikit dan sulit sekali untuk
dibatukkan keluar.
2. Stadium Hepatisasi : Proses ini meliputi lobus secara serentak : lobus yang terserang
menjadi padat tidak bedanya dengan hati yang mengalami hepatisasi sehingga, secara
akut salah satu lobus tidak dapat menjalankan fungsi pernafasan , peningkatan kebutuhan
oksigen sampai dengan panas yang tinggi, proses radang mengenai pleura viseralis yang
membungkus lobus tersebut yang akan menimbulkan nyeri setempat, nyeri dada tersebut
menyebabkan ekspansi paru terhambat, ketiga faktor tersebut diatas menyebabkan pasien
mengalami sesak nafas, tetapi tidak ada obstruksi bronkhus sehingga tidak terdengar
wheezing.
3. Stadium Resolusi : Pada stadium ini bila pasien dapat mengatasi infeksi akut ini, maka
mulai minggu ke 2 isi alveolus akan melunak untuk berubah menjadi dahak dan akan
dibatukkan keluar, pasien mengalami panas mulai turun, batuk semakin berkurang, dahak
mudah dikeluarkan, sesak berkurang, nyeri dada berkurang (Lampiran).
Daftar Pustaka :
Smeltzer, S. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddarth Edisi 12. Jakarta: EGC.
Kuman Patogen
Peningkatan
Lobus menjadi padat kebutuhan oksigen
2 Minggu Kemudian
NPM (1906428335)
e. Bronkus; berfungsi membawa udara antara trakea dan bronkiolus; filter, menghangatkan, dan
melembabkan udara yang dihirup
f. Bronkiolus; berfungsi mengatur laju aliran udara melalui bronkokonstriksi dan bronkodilatasi
g. Alveoli; berfungsi Memungkinkan pertukaran gas antara udara di alveoli dan darah dalam
kapiler sekitarnya (Sherwood, 2012).
B. Respirasi Internal dan Respirasi Eksternal
Istilah respirasi internal atau respirasi sel meruiuk kepada proses-proses metabolik intrasel
yang dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan Oksigen dan menghasilkan CO2 selagi
mengambil energi dari molekul nurrien. Rasio CO2 yang dihasilkan terhadap Oksigen yang
dikonsumsi. Jika karbohidrat yang digunakan maka RQ adalah 1; yaitu, untuk setiap molekul
Oksigen, yang dikonsumsi, satu molekul CO2 dan diproduksi.
RQ = CO2 yang dihasilkan = 200ml/mnt = 0,8
O2 yang dikonsumsi 250ml/mnt
Istilah respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran
Oksigen dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Udara secara bergantian dimasukkan
ke dan dikeluarkan dari paru sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan
eksternal) dan kantung udara (alueolu) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan mekanis
bernapas, atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk menyesuaikan aliran udara antara
armosfer dan alveolus sesuai kebutuhan metabolik tubuh akan penyerapan Oksigen dan
pengeluaran CO2. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan. Oksigen dan CO2
dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses difusi menembus kapiler sistemik
(jaringan). Sistem respirasi tidak melaksanakan semua tahap atau langkah respirasi; sistem ini
hanya berperan dalam ventilasi dan pertukaran Oksigen dan CO2 antara paru dan darah (Peate,
2015).
Referensi :
Peate, I. (2015). Anatomy and Physiology For Nurses at a Glance. Oxford: British Library.
Sherwood, L. (2012) Fisiologl Manusia (Human Physiology: From Cells fo Systems) Edisi 6. Department
of Physiology and Pharmacology School of Medicine West Virginia University. 6th edn. Edited by Nella
Yesdelita. Jakarta: EGC.