Anda di halaman 1dari 4

Pemanfaatan Glacillaria Sebagai Bahan Bakar Terbarukan Bioethanol

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumput laut sebagai komoditas perikanan selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan,

juga digunakan sebagai sumber bahan baku industri farmasi, kosmetik, tekstil, minuman, dan

pasta gigi. Selain itu juga dimanfaatkan secara luas dalam bidang bioteknologi dan mikrobiologi.

Karena manfaatnya yang sangat luas maka rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor

non migas yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian Indonesia.Jenis rumput laut

yang mempunyai nilai ekonomis penting di perairan Indonesia adalah marga Gelidium, Hypnea,

Eucheuma, dan Gracilaria. Dari ke empat marga tersebut Eucheuma dan Gracilaria yang

mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan usaha budidayanya karena dapat berkembang

dengan baik dari batang secara vegetatif. Gracilaria spp merupakan salah satu jenis rumput laut

alga merah yang pengusahaannya telah dikembangkan di Indonesia diantaranya di Bali, NTB,

NTT, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, dan Irian Jaya melalui usaha budidaya. Jenis

rumput laut ini mempunyai daya toleransi lebar terhadap perubahan kondisi lingkungan, serta

dapat tumbuh pada perairan laut dan perairan payau, sehingga sangat potensil untuk

dibudidayakan di tambak (Anton,2017).

Bioetanol dari jagung atau tebu dan biodiesel dari kacang kedelai atau minyak kelapa sawit,

merupakan biofuel yang diproduksi dalam skala besar. Keempat bahan pangan ini digunakan

sebagai bahan baku biofuel karena penanamannya mudah dan sederhana. Selain itu, biayanya

yang murah untuk ekstraksi amilum, gula, atau minyak yang nantinya harus dikonversi

menjadi biofuel cair. Namun, langkah tersebut menimbulkan beberapa masalah baru, yakni:
meningkatkan gas rumah kaca, mengancam biodiversitas, meningkatkan permintaan akan bahan

pangan untuk biofuel, melangkakan sumber daya air tawar. Melihat banyaknya potensi rumput

laut yang belum termanfaatkan baik dari jumlah lahan potensial yang belum terpakai maupun dari

limbah dan sisa-sisa rumput laut yang masih bisa diolah kembali menjadi bioetanol, sebenarnya

Bali memiliki peluang untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan rumput laut yang belum terpakai

dan dengan mengolah sisa limbah rumput lautmenjadi bioetanol yang bisa digunakan sebagai

bahan bakar rumah tangga maupun campuran BBM. Dengan begitu, dapat dengan cepat

dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berlangsung secara berkelanjutan.

Sumber utama energi baru terbarukan antara lain adalah panas bumi atau geothermal, energi

surya, tenaga angin, tenaga air dan biomassa atau biofuel. Biofuel atau bahan bakar bio adalah

bahan bakar yang diperoleh dari biomassa, yaitu suatu organisme makhluk hidup atau dari

produk hasil metabolisme hewan, seperti kotoran sapi dan sebagainya. Biomassa menjadi

sumber energi terbarukan jika laju pengambilan tidak melebihi laju produksinya, karena pada

dasarnya biomassa merupakan bahan yang diproduksi oleh alam dalam waktu relatif singkat

melalui berbagai proses biologis. Secara umum, ada dua metode dalam memproduksi biomassa,

yaitu dengan menumbuhkan organisme penghasil biomassa dan menggunakan bahan sisa hasil

industri pengolahan makhluk hidup (Wiranata et,al,. 2018)

Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut adalah menggunakan bahan

baku yang tidak berfungsi sebagai bahan makanan seperti residu pertanian, limbah kayu, dan

rumput (grass energy). Sumber-sumber bahan baku ini sangat menguntungkan, karena murah,

tidak mengubah tataguna lahan, dan menghindari kompetisi antara bahan bakar dengan bahan

makanan. Walaupun sangat menguntungkan, penggunaan bahan baku ini memiliki kekurangan,

yaitu terbatasnya teknologi kimiawi dan biologis untuk menyelesaikan masalah pelepasan gula

dari lignoselulosa (tersusun dari lignin, hemiselulosa, dan selulosa) dan mengubahnya menjadi
heksosa dan pentosa. Selain itu, tujuan ekonomis berupa jumlah produksi yang tinggi belum

dapat dicapai dengan teknologi yang digunakan selama ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa kandungan yang terdapat pada Glacilaria Sp. Sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai biofiuel dengan metode hidrolisis

1.2.2 Berapa perbandingan rasio kandungan pada Glacilaria Sp. Yang sesuai untuk

menghasilkan biofiuel dengan kualitas terbaik

1.2.3 Bagaiman efektivitas kandungan pada Glaciilaria Sp. Terhadap pembuatan bahan bakar

terbaharukan biofuel

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui kandungan yang terdapat pada Glacilaria sp. Sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai biofuel dengan metode hidrolisis

1.3.2 Mengetahui perbandingan rasio kandungan pada Glacilaria Sp. Yang sesuai untuk

menghasilkan biofiuel dengan kualitas terbaik

1.3.3 Mengetahui efektivitas kandungan pada Glaciilaria Sp. Terhadap pembuatan bahan

bakar terbaharukan biofuel

1.4 Urgensi

Penelitian ini mempunyai makna strategis bagi pengembangan pemanfaatan tumbuhan

laut untuk mebuat bahan terbarukan dimana meningkatnya kebutuhan masyarakat akan

bahan bakar semakin meningkat.Salah satu cara untuk mengatsi masalah tersebut adalah

dengan memanfaatkan ekstrak dari rumput laut sebagai bahan bakar terbarukan.Faktor yang

menjadikan rumput laut dapat digunakan sebagai bahan baku utama biofuel adalah sifat

rumput laut yang dapat tumbuh lebih cepat daripada tanaman di darat lainya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Glacillaria spp.

Gracilaria spp merupakan salah satu jenis rumput laut alga merah yang pengusahaannya

telah dikembangkan di Indonesia diantaranya di Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan,

Kalimantan Timur, Maluku, dan Irian Jaya melalui usaha budidaya [4,5]. Jenis rumput laut ini

mempunyai daya toleransi lebar terhadap perubahan kondisi lingkungan, serta dapat tumbuh

pada perairan laut dan perairan payau, sehingga sangat potensil untuk dibudidayakan di

tambak.

Glacillaria mengandung kadar air kuarang dari 25% dan mengandung benda asing

kuarang dari 5%. Kandungan kadar air glacillaria sp untuk diekspor tidak lebih dari 18%.

Benda asing yang dimaksudkan adalah garam,pasir,rumput laut jenis lain,karang serta kayu

Anda mungkin juga menyukai