Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berwirausaha merupakan salah satu cara seseorang untuk bekerja dan
menitih karir untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang. Dengan
berwirausaha dapat pula membukakan lapangan pekerjaan baru bagi orang-
orang yang membutuhkan atau sedang mencari sebuah pekerjaan, selain itu
dapat membantu tugas pemerintah dalam mengurangi pertumbuhan
pengangguran di negeri ini.
Yudha (2016), menyebutkan bahwa Indonesia masih membutuhkan jutaan
wirausahawan baru. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (BPP Hipmi) Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia masih
kekurangan wirausaha. Dari total penduduk sebanyak 250 juta jiwa, jumlah
wirausaha tercatat hanya 1,56 persen. Menurut Bahlil, jumlah minmal
wirausaha yang ideal pada suatu negara adalah 2 persen dari total penduduk.
"Untuk menuju ideal, berarti kita butuh 1,7 juta pengusaha baru," ujarnya.
Bahlil menjelaskan, jumlah wirausaha di Indonesia masih kalah dengan
sejumlah negara anggota ASEAN. Semisal, Vietnam yang memiliki 3,4 persen
wirausaha dari total penduduk. "Kalau kita menggunakan standar bank dunia
yang minimal empat persen, artinya kita membutuhkan 5,8 juta generasi baru
untuk jadi pelaku usaha. Siapa yang harus mengisi ini?" kata Bahlil. Bahlil
menyebut, masih minimnya jumlah wirausaha disebabkan oleh bagaimana pola
pikir sarjana lulusan perguruan 2 tinggi saat ini. Berdasarkan survei BPP Hipmi,
83 persen responden mahasiswa cenderung ingin menjadi karyawan.
Sementara, yang berminat menjadi wirausaha hanya empat persen.
Kendati Indonesia dinyatakan masih banyak membutuhkan wirausahawan
baru, Badan Pusat Stastistik (BPS) pada tahun 2016 lalu telah mencatat data
pendaftaran sementara usaha Sensus Ekonomi (SE) sebanyak 26,7 juta
wirausahawan yang asrtinya naik sekitar 17,6 persen atau sekitar 4 juta
dibandingkan SE pada tahun 2006 yaitu 22,7 juta wirausahawan. Di pulau Jawa
sendiri jumlah usaha naik sebanyak 1,7 juta dari 14,5 juta pada tahun 2006 dan
naik menajdi 16,2 juta wirausaha (dalam Fauzi, 2016).
Ciputra (dalam Mopangga, 2014) mengemukakan bahwa wirausaha
merupakan solusi tepat untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan
kemiskinan di Indonesia, karena dengan hanya berbekal ijazah tanpa kecakapan
entrepreneurship, siapkanlah diri untuk antri pekerjaan karena saat ini pasokan
tenaga kerja lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan peluang kerja
yang tersedia. Saat ini, ketika Amerika Serikat sudah memiliki 11,5 hingga 12
persen, Singapura 7 persen serta Cina dan Jepang 10 persen, maka wirausaha
Indonesia baru mencapai 0,24 persen dari total 238 juta jiwa, dan itu berarti
masih dibutuhkan sekitar 4 juta wirausaha baru. Padahal bangsa ini
menghasilkan sekitar 700 ribu orang sarjana baru setiap tahunnya, dan memiliki
kemampuan untuk melipat gandakan pertumbuhan ekonomi, pendapatan total
maupun perkapita, menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan bilamana
mampu 3 meningkatkan jumlah wirausaha sukses dengan pemanfaatan
teknologi yang tumbuh pesat dewasa ini.
Pada zaman modern ini tidak hanya orang-orang dewasa atau tua yang
berani untuk memulai bisnis mereka, sekarang banyak terlihat generasi muda
yang sudah berani melangkah untuk memulai usaha mereka dan tidak sedikit
pula yang dapat meraih kesusksesan di usia muda. Banyak kita lihat disekitar
kita usaha-usaha yang ternyata di pelopori oleh anak muda yang notebene masih
menempuh pendidikan mereka. Entah itu usaha makanan, fashion, motivator
dan lain sebagainya. Mereka mulai berfikir untuk menghasilkan keuntungan
sendiri tanpa harus bekerja untuk orang lain. Dengan banyaknya wirausahawan
baru tanpa sadar dapat mengurangi jumlah pengangguran dimasyarakat.
Penduduk Indonesia pun tidaklah asing dengan sebutan wirausaha atau
wirausahawan sebagai pelaku. Tidak sedikit pula masyarakat yang lebih
memilih untuk mendirikan usaha mereka sendiri daripada menggantungkan
kehidupan mereka dengan bekerja sebagai karyawan swasta maupun negeri.
Dengan tekat dan 5 keuletan segala macam peluang dapat dijadikan sebuah
usaha yang menghasilkan pundi-pundi keuntungan. Tergantung bagaimana
mereka dapat memanfaatkan peluang tersebut serta memanfaatkan waktu,
tenaga dan uang untuk bisa menjadi seorang pengusaha sukses.
Untuk memulai langkah menjadi seorang wirausahawan, individu tersebut
harus berani mengambil resiko dan memiliki keyakinan dengan usaha yang
akan diambil. Karena dalam dunia bisnis, intensi berwirausaha dan keyakinan
akan kemampuan diri adalah kunci untuk menjadikan usaha tersebut sukses atau
akan menurun. Ketika seseorang terjun kedalam dunia wirausaha maupun
berorganisasi komitmen selaku pemilik dan karyawan sangatlah penting bagi
kemajuan usaha itu sendiri, tanpa komitmen yang pasti mereka tidak akan
mampu mempertahankan apa yang dimiliki pada saat tertimpa masalah.
Suparyanto (2013) mengemukakan dalam bukunya bahwa untuk meningkatkan
dan 10 menanamankan jiwa kewirausahaan pada masyarakat Indonesia
merupakan tugas dan tanggung jawab dari berbagai pihak, sseperti dari
pemerintah, pengusaha, akademisi, cendikiawan, dan semua unsur masyarakat
harus turut serta untuk mendukung terwujudnya pemanfaatan potensi yang
dimiliki pada diri setiap orang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah aspek dalam kewirausahaan?
2. Bagaimanakah aspek dalam kewirausahaan secara mandiri?
3. Bagaimankah aspek dalam kewirausahaan secara kelompok?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami aspek dalam kewirausahaan.
2. Mengetahui dan memahami aspek dalam kewirausahaan secara mandiri.
3. Mengetahui dan memahami aspek dalam kewirausahaan secara kelompok.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEWIRAUSAHAAN
Hamdani (2010: 47) mendefinisikan kewirausahaan sebagai suatu
kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan
kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai
tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk
mengambil risiko.
Fadiati dan Dedi (2011: 14) mengemukakan bahwa
entrepreneurship adalah sebagai kemampuan mengelola usaha sendiri
(menjadi bos atau atasan untuk dirinya sendiri). Kewirausahaan merupakan
suatu profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari pendidikan formal dan seni yang hanya dapat diperoleh dari
suatu rangkaian kerja yang didapat dalam praktik (Anoraga, 2011: 28).
Sedangkan menurut Hendro (2011: 5) kewirausahaan adalah sebuah ilmu,
seni, dan keterampilan untuk mengelola semua keterbatasan sumber daya,
informasi, dan dana yang ada guna mempertahankan hidup, mencari nafkah,
atau meraih posisi puncak dalam karir.
Menurut Wiyani (2012: 13) kewirausahaan adalah suatu sikap,
mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindakan seseorang
terhadap tugastugas yang menjadi tanggung jawabnya dan selalu
berorientasi kepada customers.
Menurut Suryana (2013: 2) kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan
(ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan
cara memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin
dihadapinya. Kewirausahaan.merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri,
memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan
kreativitas dan keinovasian.
Menurut Suryana (2013: 10) dalam kehidupan sehari-hari, masih
banyak orang yang memandang dan menafsirkan bahwa kewirausahaan
identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh para pengusaha atau
pelaku bisnis (businessman). Pandangan tersebut kurang tepat,
kewirausahaan tidak selalu identik dengan perilaku dan watak pengusaha
saja karena sifat ini dimiliki juga oleh mereka yang bukan pengusaha,
seperti petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, arsitektur,
seniman, artisan, pemimpin proyek, peneliti, dan pekerjaan lainnya yang
dilakukan secara kreatif dan inovatif.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa kewirausahaaan adalah proses
kegiatan usaha yang kreatif dan inovatif guna menciptakan nilai tambah
dalam memanfaatkan peluang yang ada dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan, dan tindakan yang menuntut untuk keberanian pengambilan
risiko yang seimbang, serta kemampuan dalam mengelola usaha yang
berorientasi pada customer yang dapat dilakukan dan dimiliki oleh semua
orang.

B. SIFAT DAN KEPRIBADIAN WIRAUSAHA


Menurut Roopke dikutip Suryana (2001) profil wirausaha dapat
dijabarkan sebagai berikut.
1. Kewirausahaan Rutin (Wirt)
Wirausaha yang melakukan kegiatan sehari-harinya cenderung
menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi
tradisional. Fungsi wirausaha rutin adalah mengadakan perbaikan-
perbaikan terhadap standar tradisional, bukan penyusunan dan pengalo-
kasian sumber-sumber. Wirausaha ini berusaha untuk menghasilkan
barang, pasar, dan teknologi.
2. Kewirausahaan Arbitase
Wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan
(pengetahuan) dan pemanfaatan (pembukaan). Kegiatan kewirausahaan
ini tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan tidak perlu menyerap
dana pribadi wirausaha, kegiatan-nya adalah spekulasi dalam
memanfaatkan perbedaan harga jual dan harga beli.
3. Kewirausahaan Inovatif
Wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan kreasi-kreasi
baru yang berbeda, ia merupakan promotor, tidak saja dalam
memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan
sumber pengadaan (pembekalan), peningkatan teknik manajemen, dan
metode distribusi baru. Ia mengadakan proses dinamis pada produk,
proses, hasil, sumber pembekalan, dan organisasi yang baru.

1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana
seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Menurut pengertian dari para Pakar-pakar, maka dapat disimpulkan
bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan
fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku)
yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan
penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan
tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.
Berikut ini adalah beberapa semangat dan pribadi seorang
wirausahawan yang memacunya untuk bisa menjadi sukses:
a. Tidak mudah putus asa
Menjalankan usaha, bukan perkara mudah. Pasti banyak tantangan
dalam menjalaninya.
b. Bekerja sama
Bila anda merupakan orang yang bisa berkomunikasi dengan baik
dan bekerja sama dengan orang lain, uang bukan lagi persoalan bagi
anda untuk memulai sebuah usaha. Anda bisa minta bantuan pada
kerabat atau teman anda untuk membuka usaha tersebut.
c. Jujur
Dalam bekerja sama, kejujura sungguh sangat penting. Bukan itu
saja. Kejujuran merupakan aspek penting dalam kehidupan. Begitu juga
dengan wirausaha.
d. Tidak cepat puas
Jangan menjadi orang yang cepat puas bila usaha anda sudah
terbilang cukup sukses.
e. Jangan takut salah / gagal
Kegagalan merupakan sebuah pelajaran dan pengalaman dalam
sebuah usaha. Bila anda takut gagal. Lebih baik anda tidak memulai
sama sekali usaha itu.

2. Sikap Seorang Wirausahawan


a. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus
memiliki kedisiplinan yang tinggi. Disiplin berarti ketepatan komitmen
wirusahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Hal tersebut berlaku
menyeluruh dalam ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem
kerja, dan sebagainya.
b. Komitmen Tinggi
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus
memiliki komitemen yang jelas, terarah, dan bersifat progresif
(berorientasi pada kemajuan), terlebih terhadap konsumennya. Seorang
wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya kepada konsumen
akan memiliki nama baik yang pada akhirnya, wirausahawan tersebut
mendapat kepercayaan dari konsumen.
c. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan
oleh seorang wirausahawan. Padahal, kejujuran seorang wirausahawan
akan berdampak langsung terhadap kepercayaan konsumen. Ketika
kejujuran sudah dijunjung tinggi oleh seorang wirausahawan, maka
kepercayaan konsumen juga akan semakin meninggi.
d. Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan
harus memliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut
sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju dan penuh dengan
gagasan-gagasan yang baru dan berbeda dengan produk-produk yang
telah ada saat ini.
e. Mandiri
Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya
ketergantungan pada pihak lain dalam mengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya
ketergantungan dari pihak lain.
f. Realistis
Seorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu
menggunakan fakta atau realita sebagai landasan yang berpikir yang
rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau
perbuatannya. Banyak wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun
pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena tidak bersikap
realistis, tidak objektif, dan tidak rasional dalam pengambilan keputusan
bisnisnya.

3. Fungsi Kewirausahaan
Wirausaha mempunyai dua fungsi, kedua fungsi tersebut adalah fungsi
makro dan fungsi mikro.
a. Fungsi Makro
Secara makro wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali,
dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Hasil-hasil dari penemuan
ilmiah, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang
dan jasa-jasa yang berskala global, yang merupakan hasil dari proses
dinamis wirausaha yang dinamis. Peranan wirausaha melalui usaha
kecilnya tidak diragukan lagi, karena ;
1) Usaha kecil dapat memperkokoh pereko-nomian nasional melalui
berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi
produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk
industri besar.
2) Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya
dalam menyerap sumber daya yang ada, dapat menyerap tenaga
kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya
manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh.
3) Usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan
nasional, alat pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan,
karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan.
b. Fungsi Mikro
Secara mikro peran wirausaha adalah penanggung risiko dan
ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara
yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-
usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya menurut marzuki
usman (1977) secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu
sebagai penemu (innovator) dan sebagai perencana (planner).
1) Innovator (Penemu)
Wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan ;
a) Produk baru (the new product)
b) Teknologi baru (the new technologi)
c) Ide-ide baru (the new image)
d) Organisasi usaha baru (the new organization)
2) Planner (Perencana)
Wirausaha berperan dalam merancang ;
a) Perencanaan usaha (corporate plan)
b) Strategi perusahaan (corporate strategy)
c) Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
d) Organisasi perusahaan (corporate organi-zation).

4. Karakteristik Kewirausahaan
Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan
konsep yang berbeda-beda. Geoffrey G. Meredith (1996 : 5-6), misalnya,
mengemukakan cirri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut :

KARAKTERISTIK WATAK
1. Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat,
ketidaktergantungan terhadap orang lain, dan
individualistis.
2. Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan
tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
3. Berani mengambil resiko dan Mampu mengambil resiko yang wajar
mempunyai tantangan
4. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan
orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.
5. Keorsinilan Inovatif, kreatif dan fleksibel
6. Berorientasi masa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan
Sumber : Geoffrey G. Meredith, et al. Kewirausahaan : Teori dan Praktek Ed. 5 hal 5-6

Authur Kurilof dan John M. Mempil (1993 : 20), mengemukakan


karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan
seperti :

NILAI-NILAI PERILAKU
1. Komitmen Menyelesaikan tugas hingga selesai
2. Resiko moderat Tidak melakukan spekulasi, melainkan berdasarkan
perhitungan yang matang
3. Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin
4. Objektivitas Melakukan pengamatan secara nyata untuk
memperoleh kejelasan
5. Umpan balik Menganalisis data kinerja waktu untuk memandu
kegiatan
6. Optimisme Menunjukkan kepercayaan diri yang besar walaupun
berada dalam situasi berat.
7. Uang Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan
tujuan akhir.
8. Manajemen proaktif Mengelola berdasarkan perencanaan masa depan.

Sumber : Fundamental Small Business Management, 1993, hal. 20

5. Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan


a. Memiliki motif berprestasi tinggi
b. Memiliki perspektif ke depan
c. Memiliki kreativitas tinggi
d. Memiliki sifat inovasi tinggi
e. Memiliki komitmen terhadap pekerjaan
f. Memiliki tanggung jawab
g. Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain
h. Memiliki keberanian menghadapi resiko
i. Selalu mencari peluang
j. Memiliki jiwa kepemimpinan
k. Memiliki kemampuan manajerial
l. Memiliki kemampuan personal

C. ASPEK DALAM KEWIRAUSAHAAN


1. Aspek Wirausaha Secara Mandiri
a) Peluang Usaha Baru
Adalah Kesempatan untuk menghasilkan kerja usaha, tidak
harus baru sama sekali dan tidak harus menguntungkan, karena
kerja merupakan dasar bagi pelaksanaan kegiatan ekonomi
selanjutnya.Tujuan utama dari proses mencari peluang usaha baru
adalah untuk dapat meningkatkan produktivitas dari SDM yang
ada.
Cara-cara yang dilakukan dalam pencapaian peluang usaha
baru:

1) Membuat usaha baru


Artinya kita mempunyai pelaku dan kegiatan usaha yang
benar-benar baru bukan merupakan kelanjutan atau mempunyai
keterkaitan dengan yang sebelumnya. Biasanya hal ini muncul
karena kita mempunyai modal uang dalam jumlah besar dan
mempunyai ide atau keinginan untuk usaha.
2) Melanjutkan usaha yang telah ada sebelumnya, atau dengan
kata lain merupakan usaha “warisan”.
Artinya kita melakukan kegiatan usaha yang lama tetapi
karena ketidakmampuan orang tua kita maka kemudian usaha
tersebut diserahkan kepada kita sebagai anaknya. Dalam hal ini
kondisi baru terjadi karena pelaku usahanya adalah orang baru,
walaupun pelaku baru tersebut adalah anak dari pemilik lama
akan tetapi proses pengelolaan (manajerial) yang akan dilakukan
oleh penerus usaha akan cenderung berbeda dari yang
sebelumnya.
3) Membeli usaha yang telah ada
4) Franchising, waralaba
5) Konsinyasi sebagai bentuk melakukan usaha baru, tanpa
membutuhkan modal uang hanya modal kepercayaan dari orang
lain kepada kita. Konsinyasi merupakan proses penjualan
produk di mana pembayaran kepada produsen atas barang yang
dijual dilakukan hanya setelah produk yang dijual itu laku dibeli
oleh konsumen, sedangkan jika tidak maka kita tidak perlu
membayarnya.
b) Pembiayaan

Dalam konteks ini, modal kerja dapat berupa uang maupun


bukan-uang. Pembiayaan usaha jika menggunakan saluran
perbankan maka biasanya memperhatikan unsur 5 C, yaitu :

1) Character : kemampuan diri dari peminjam


2) Capital : modal awal
3) Collateral : jaminan atas pinjaman yang diterima
4) Capacity to repay :kemampuan menerima atau memberi
5) Condition of economy : kondisi internal dan eksternal

Sumber-sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan


secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sumber internal dan sumber
eksternal. Rincian dari masing-masing sumber dana adalah sebagai
berikut:

1) Dana modal sendiri, baik dari pribadi maupun keluarga


2) Pinjaman dari kawan dan relasi
3) Pinjaman dari lembaga bank, baik bank pemerintah maupun
bank swasta
4) Hutang dagang
5) Pinjaman hipotik dan pembiayaan jangka menengah dapat
diperoleh dari berbagai lembaga keuangan untuk tujuan
tertentu, biasanya untuk membeli harta tetap
6) Pembiayaan sewa (leasing)
7) Modal usaha yang disediakan perusahaan khusus yang
bersedia memberikan dana untuk usaha yang lebih kecil
8) Di beberapa Negara terdapat pinjaman dari pemerintah melalui
pinjaman langsung atau jaminan, namun syarat-syaratnya
berbeda-beda.
c) Pemasaran

Adalah proses menyampaikan produk dari produsen kepada


konsumen. Ada unsur 4P dalam suatu proses pemasaran, terdiri
atas :

1) Product : Produk yaitu sesuatu yang dihasilkan, baik berupa


barang maupun jasa
2) Price : Harga yaitu nilai dari sesuatu yang diproduksi, baik
berupa nilai uang ataupun material
3) Place : Tempat atau proses distribusi yaitu proses di mana
produk disampaikan dari produsen kepada
konsumen, baik menggunakan tempat seperti toko
atau warung maupun bukan tempat seperti
e-commerce.
4) Promotion: Promosi yaitu proses memperkenalkan produk
kepada konsumen agar dikenal sampai dengan
disukai dan tujuan akhir membeli produk yang
diperkenalkan.

Strategi pemasaran berkembang dari yang konvensional


menjadi yang modern, uraiannya adalah sebagai berikut :

1) Model konvensional sering disebut sistem pemasaran


horisontal karena prosesnya berlangsung secara mendatar dari
produsen sampai dengan kepada konsumen akhir, di mana
penjualan kepada konsumen akhir hanya dilakukan oleh
lembaga perantara.
2) Model modern sering disebut sebagai sistem pemasaran
vertikal (Vertical Marketing System, VMS) yaitu proses
pemasaran di mana produsen maupun lembaga perantara bisa
sama-sama menjual langsung kepada konsumen akhir.
d) Kepemilikan

Adalah Penguasaan atas sumberdaya dilakukan secara


pribadi dan/atau kelompok. Secara umum kepemilikan dapat dibagi
menjadi kepemilikan pribadi dan kepemilikan kelompok. Dari segi
yang lain, kepemilikan juga dapat dibagi menjadi :

1) Kepemilikan di mana terdapat penguasaan sumberdaya secara


kongkrit, atau dalam istilah lain disebut sebagai “pemilikan
dalam genggaman”, yaitu kepemilikan di mana sumberdaya
yang dikuasai benar-benar dipegang oleh pemilik.
Misalnya : peralatan kerja, yang secara nyata dipegang oleh
pemiliknya sebagai yang menguasai sumberdaya alat tersebut.
2) Kepemilikan secara hukum, di mana sumberdaya dimiliki
akan tetapi keberadaannya tidak secara kongkrit dipegang.
Kepemilikan secara hukum pada galibnya lebih sulit untuk
mempertahankan kepemilikannya, karena sumberdaya yang
dimilikinya bisa saja berubah tanpa diketahui karena sebab-
sebab yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Misalnya : Kepemilikan akan sebidang tanah atau sebuah
rumah, tanah atau rumah tersebut tidak dipegang tetapi secara
hukum keduanya dimiliki dan pemanfaatan keduanya harus
dengan seizin pemilik sah secara hukum dari keduanya.

2. Aspek Wirausaha Secara Kelompok


a. Sumber Daya Manusia
Adalah pembahasan tentang manusia yang menjalankan
fungsi dan peranannya di dalam organisasi perusahaan atau
kelompok. Secara umum proses pengelolaan sumberdaya manusia
dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1) Perekrutan
2) Pendidikan, yang dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
a) pendidikan sebelum menjadi pegawai tetap
b) pendidikan setelah menjadi pegawai tetap

Bentuk dari pendidikan ini umumnya dibagi juga menjadi dua,

yaitu :

a) pendidikan, yaitu : proses peningkatan pengetahuan


pegawai yang biasanya dilakukan melalui proses belajar di
kelas
b) Pelatihan, yaitu : proses peningkatan ketrampilan pegawai,
biasanya dilakukan di luar kelas atau di bengkel
(workshop).
3) Pelaksanaan kerja
4) Pemberhentian, dibagi menjadi dua, yaitu :
a) pemberhentian sementara, biasanya jika seorang pegawai
dikenakan sangsi atas pelanggaran atau kesalahan yang
telah diperbuatnya. Bentuknya bisa berupa pemindahan ke
tempat lain yang lebih jauh atau ke pekerjaan yang lebih
sulit, atau pemberhentian tidak bekerja untuk jangka waktu
tertentu yang terbatas.
b) Pemberhentian permanen, dapat berupa pemberhentian
tidak hormat, pemberhentian terhormat atau pensiun.

b. Organisasi
Adalah strukturisasi sumberdaya manusia dan non-
manusia. Ada tiga struktur yang lazim dikenal yaitu :
1) Lini : Vertikal, artinya dalam organisasi ada orang yang
didudukkan sebagai ”atasan” dan ”bawahan”.
2) Staff : Horizontal, artinya semua tenaga kerja yang ada di
dalam organisasi didudukkan dalam posisi struktural yang
sama atau setara, sehingga tidak ada dalam organisasi orang
yang didudukkan sebagai ”atasan” dan ”bawahan”
3) Fungsional : Berdasarkan fungsi kerja dari masing-
masing unsur sumberdaya manusia yang ada. Bentuk
organisasi fungsional biasanya dapat dilihat pada suatu tim
kerja atau suatu gugus tugas (team-work). Pada tim tersebut
semua orang setara (tidak ada ’atasan’ - ’bawahan’) akan tetapi
harus ada seseorang yang dijadikan sebagai pemimpin dalam
tim tersebut.

c. Kepemimpinan

Adalah mengarahkan perilaku SDM. Kepemimpinan


terutama difokuskan pada SDM, dan bukan pada SD materi di
dalam satu kelompok atau organisasi.Dalam konteks
kepemimpinan, tidak dikenal adanya struktur ”atasan” dan
”bawahan”, semua anggota kelompok dianggap sama dan
seseorang dari anggota kelompok tersebut dipilih, ditentukan atau
ditunjuk sebagai pemimpin kelompok. Dalam konteks ini fungsi
utama dari pemimpin adalah mengkoordinasikan SDM agar
maksimal dalam bekerja bersama mencapai tujuan yang disepakati
bersama sebelumnya.

Kepemimpinan secara umum dikenal dalam dua bentuk


yaitu :

1) Kepemimpinan otoriter, yaitu yang melakukan koordinasi


berdasarkan perintah yang harus dilaksanakan, baik itu
melanjutkan kerja maupun memberhentikan kerja.
2) Kepemimpinan demokratis, yang mendasarkan pengambilan
keputusan oleh pemimpin berdasarkan musyawarah dengan
semua pihak yang dianggap terlibat dalam proses kegiatan.
d. Evaluasi Usaha

Adalah proses memonitoring, menilai hasil, dan melakukan


tindak-lanjut rencana dan kegiatan perusahaan /
kelompok. Evaluasi terutama harus dilakukan jika telah terjadi
transaksi antara produsen dengan konsumen.

Evaluasi dalam proses manajerial merupakan usaha untuk


membandingkan antara hasil yang kita peroleh dengan target yang
telah kita tentukan dalam proses perencanaan. Hal utama yang
menjadi fokus evaluasi dalam satu kegiatan wirausaha adalah
”cash-flow” atau aliran kas tunai. Cash-flow menjadi tolok ukur
utama apakah sebuah kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar
atau bahkan berkembang atau juga mati. Suatu kegiatan wirausaha
yang mendasarkan evaluasi perkembangan usahanya menggunakan
cash-flow akan dapat dengan lebih mudah mengontrol
perkembangan usaha yang dilakukannya.

Sebaliknya, jika evaluasi atas kegiatan usaha juga


disertakan dengan unsur kas yang berupa kredit maka evaluasi dan
kontrol atas usaha menjadi semakin sulit. Selain ragam kredit yang
sangat banyak, secara praktis kredit akan memberikan beban modal
yang lebih besar dan banyak kepada pelaku wirausaha. Seperti
diketahui saat ini semua transaksi yang dilakukan dengan
menggunakan kredit pada transaksi barang maka jumlah modal
uang yang harus disediakan oleh pelaku wirausaha biasanya
minimal sampai 3 (tiga) kali dari jumlah modal uang yang
seharusnya dikeluarkan untuk satu kali proses produksi.

e. Pengembangan Usaha

Adalah proses memperbesar usaha yang dilakukan skala


atau kedalamannya.Cara-cara pengembangan usaha antara lain:
1) Intensifikasi, yaitu memperdalam kerja yang sudah dilakukan
sebelumnya, misalnya :
a) jika berkembang, maka membuat modifikasi tanpa merubah
secara total dari produk yang telah dihasilkan sebelumnya
b) jika ”bangkrut”, memanfaatkan semua jejaring yang telah
dimiliki sebelumnya dan belum dimanfaatkan secara
maksimal. Misalnya dalam kondisi ”bangkrut” maka tidak
ada modal uang yang dimiliki dan kemudian pemasaran
dilakukan dengan konsinyasi yang didasarkan atas
kepercayaan dalam jejaring kerja di bidang yang dikerjakan
2) Ekstensifikasi, yaitu memperluas usaha yang telah ada
sebelumnya baik berupa perluasan lokasi usaha dan volumenya
maupun berupa penambahan outlet (tempat) usaha
3) Diversifikasi, yaitu meningkatkan keragaman dari usaha yang
telah dilakukan sebelumnya seperti membuat jenis usaha baru
yang berbeda dari usaha sebelumnya.
4) Integrasi, yaitu memadukan usaha yang telah ada sebelumnya
dengan usaha lain baik yang memang sudah ada sebelumnya
atau usaha lain yang memang baru sama sekali.
5) Franchise, yaitu usaha untuk memperluas usaha tetapi tidak
dengan usaha sendiri melainkan menjual usaha kita kepada
orang lain dan kemudian kita sebagai pemilik usaha (merek)
memperoleh bayaran ( biasanya disebut
sebagai royalty atau fee franchising) dengan kita tetap
melayani franchisee (pewaralaba) agar tetap dapat memberi
pelayanan seperti yang kita lakukan di ”pusat” atau merek kita.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kewirausahaaan adalah proses kegiatan usaha yang kreatif dan inovatif
guna menciptakan nilai tambah dalam memanfaatkan peluang yang ada
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, dan tindakan yang menuntut
untuk keberanian pengambilan risiko yang seimbang, serta kemampuan dalam
mengelola usaha yang berorientasi pada customer yang dapat dilakukan dan
dimiliki oleh semua orang.

B. SARAN
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Aspek – Aspek
Dalam Kewirausahaan, diharapkan masyarakat dapat mengembangakan
potensi yang ada dalam kewirausahaan secara mandiri maupun kewirausahaan
secara berkelompok dan dapat mengelola kewirausahaannya masing-masing
yang sebagaimana dengan aspeknya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Nur. 2015. Kewirausahaan: Suatu Alternatif Lain Menuju Kesuksesan.


Surakarta: BPK FEB UMS.
Achmad, Nur., Saputro, Edy Purwo dan Handayani, Sih. 2016. Kewirausahaan di
Era Digital. Jakarta: Direktorat Penelitian Pengabdian Masyarakat Dirjen
Dikti.
Kuratko & Hoodgets. 2007. Dalam Heru Kristanto. 2009. Kewirausahaan
(entrepreneurship) Pendekatan Manajemen dan praktik. Yogyakarta:Graha
Ilmu.
Saputro, Edy Purwo., Achmad, Nur dan Handayani, Sih. 2016. Identifikasi Faktor
yang Mempengaruhi Sukses Wirausaha. Benefit, Jurnal Manajemen dan
Bisnis. Volume 1, Nomor 1.
Sawitri, Angelina, Ajar. 2016. Pengangguran Terbuka di Indonesia Capai 702 Juta
Orang.https://m.tempo.co/read/news/2016/05/04/173768481/bpspengangg
uran-terbuka-di-indonesia-capai-7-02-juta-orang

Anda mungkin juga menyukai