Anda di halaman 1dari 18

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

BAB III
HUBUNGAN KONDISI GEOLOGI DAN GENESA ENDAPAN
DENGAN TEKNIK EKSPLORASI

Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, bahwa kegiatan eksplorasi


dilaksanakan berdasarkan data awal berupa indikasi/gejala/petunjuk geologi dan
proses pembentukan endapan bahan galian, sehingga diperoleh karakteristik
tertentu untuk daerah target tersebut.

Indikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil (produk) dari proses geologi
(asosiasi batuan, tektonik, dan siklus geologi) yang mengontrol pembentukan
endapan, yang kemudian dikaji dalam konteks genesa endapan berupa komposisi
mineral, asosiasi mineral, unsur-unsur petunjuk, pola tekstur mineral, ubahan
(alterasi), bentuk badan bijih (tipe endapan), dan lain-lain, menghasilkan elemen-
elemen yang harus ditemukan dan dibuktikan melalui penerapan metode
(teknologi) eksplorasi yang sesuai, sehingga dapat menjadi petunjuk untuk
mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide to ore). Secara skematis
hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.1 Geologi dan Genesa Bahan Galian

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa pembentukan suatu endapan


secara alami dikontrol oleh proses-proses geologi, dan hubungan antara proses
geologi dengan tipe endapan yang terbentuk dapat dijelaskan melalui genesa
bahan galian (genesa mineral).

Adapun hal-hal mendasar yang perlu diketahui adalah :


a. Konsep metallogenic province dan metallogenic epoch,
b. Endapan-endapan mineral yang berhubungan dengan konsep tektonik
lempeng,
c. Bentuk dan morfologi badan bijih,
d. Proses-proses pembentukan endapan.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 1


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

PROSES GEOLOGI
Magmatik
Tektonik
(Struktur geologi)
Pelapukan
Erosi & Sedimentasi

GEJALA GEOLOGI GENESA ENDAPAN


Tatanan Tektonik Regional/Lokal Metalogenic Province
Struktur Geologi Kontrol Pembentuk Bijih
Susunan Sratigrafi Komposisi Mineral/Alterasi
Geomorfologi-Fisiografi Unsur Asosias/Petunjuk
Jenis Batuan Struktur/Tekstur Mineral

TIPE DAN KARAKTERISTIK ENDAPAN


Bentuk, Ukuran, dan Pola Sebaran Bijih
Proses dan Zona Pengkayaan
Sifat Fisik dan Kimia Endapan
Karakteristik Mineralogi
Karakteristik Batuan Induk/Samping

PEMILIHAN DAN PENERAPAN


TEKNOLOGI (METODA) EKSPLORASI

Gambar 3.1 Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejala geologi, dan
genesa endapan untuk memperoleh tipe dan karakteristik endapan
dengan pemilihan metode eksplorasi

3.1.1 Konsep Metallogenic Province dan Metalogenic Epoch

Metallogenic Province merupakan suatu konsep dimana terkonsentrasikannya suatu


logam atau assosiasi beberapa logam tertentu pada suatu zona (secara regional)
akibat proses geologi tertentu.

Pada beberapa kasus, konsep metallogenic province ini sering digunakan sebagai
referensi awal untuk pencarian (eksplorasi) dan penemuan endapan-endapan
epigenetik/singenetik. Banyak kenyataan bahwa dalam kegiatan eksplorasi
berawal dari pengetahuan pada metallogenic province ini.

Berikut beberapa contoh metallogenic province yang ada di Indonesia :

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 2


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

 Jalur batuan granit pada sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara, tersingkap
mulai dari Birma, Siam, Malaya, terus ke Indonesia melewati P. Bangka dan P.
Belitung.
 Jalur batuan ultrabasa pada jalur endapan nikel lateritik di Sulawesi, yaitu
Soroako, Pomalaa, Halmahera, P. Gebe, P. Gag, P. Wageo, dan Peg. Cyclops
(Irian Jaya).
 Jalur deretan vulkanik purba (volcanic corridor) yang membawa endapan
emas di P. Kalimantan, yaitu Mirah, G. Mas, Mt. Muro, Kelian, Muyup, dan
Busang.

Terkonsentrasikannya endapan-endapan berharga pada suatu metallogenic


province dalam perioda waktu geologi dikenal dengan istilah metallogenic epochs.
Sebagai contoh dalam pembentukan endapan timah di dunia, dimana ± 63,1 %
merupakan endapan timah yang berasosiasi dalam batuan Granit Mesozoik, ± 18,1
% berasosiasi dengan batuan Granit Paleozoik Akhir, ± 6,6 % berasosiasi dengan
batuan Granit Paleozoik Tengah, dan ± 3,3 % berasosiasi dengan batuan Granit
Precambrian.

3.1.2 Endapan bijih yang berhubungan dengan rejim tektonik lempeng

Seperti yang telah diuraikan di atas, salah satu yang mengontrol pembentukan
mineral adalah siklus geologi.
 Di kerak bumi, lelehan batuan (magma) muncul mendekati permukaan bumi
akibat pendinginan dan perbedaan tekanan yang dikenal dengan
differensiasi magma. Proses magmatisme salah satunya dapat diamati
sebagai aktivitas volkanik.
 Daerah-daerah volkanik yang mengalami pelapukan dan proses penurunan
serta adanya media (fluida) membawa material-material klastik menuju
cekungan pengendapan.
 Penurunan kerak bumi di cekungan tersebut menyebabkan proses
metamorfisme di bawah kondisi tekanan dan temperatur yang mendekati titik
lelehnya, sehingga terbentuk magma baru.
 Akibat adanya proses tektonik (tatanan geologi) menimbulkan rekahan-
rekahan di kerak bumi sehingga dapat menjadi media untuk
terkonsentrasinya larutan pembawa bijih.

Pembentukan bijih dan endapan secara sederhana dapat dilihat pada sketsa
model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan mineral dan endapan di kerak
bumi (Gambar 3.2) di bawah ini.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 3


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Urat (Vein)
(Au - Ag - Hg)
(Cu - Pb - Zn)

Eksalatif - S
Placer Au - Sn

Sedimentary (Fe - Mn)


Ofiolit - Cu
Vulkanogenik
Porfiri Shale hosted (Cu-Pb-Zn)
Pb-Cu-Zn
Sandstone Host (Cu - Mo) Limestone Hosted (Pb - Zn - Cu)
(U - V - Cu)
Mafik - Ultramafik

Cr - Ni - Pt

KERAK SAMUDERA Skarn KERAK BENUA


Urat (Vein)
(Cu - Pb - Zn)
(Sn - W)
g
tin
el
lM
tia
r
Pa

ZONA REGANGAN
(RIFT ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)

Gambar 3.2 Sketsa model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan mineral dan
endapan di kerak bumi (Gocht et al., 1988)

Model tersebut di atas menjelaskan bagaimana kerak bumi terutama pada mid-
oceanic ridge (punggungan tengah samudera) yang baru terbentuk oleh
penambahan endapan magma akibat erupsi magma basaltik. Proses tersebut
dapat membentuk kerak samudera yang relatif homogen dengan segregasi bijih
logam (kromium, nikel, platinum) yang umumnya terletak pada bagian terdalam.
Selain itu juga terendapkan bijih logam lainnya akibat naiknya magma pembawa
bijih pada perangkap-perangkap alamiah yang ada sesuai karakteristik batuannya
(host rock).

Jika dilihat pada tatanan tektonik di Indonesia, maka terdapat beberapa zona
pengendapan bijih-bijih logam, sesuai dengan karakteristik batuan dan proses-
proses tektonik yang mempengaruhinya, seperti yang telah diberikan contoh pada
penjelasan metallogenic province.

3.1.3 Bentuk dan morfologi badan bijih

Secara umum parameter dimensional badan bijih (ukuran, bentuk, dan sebaran)
merupakan akibat dari variasi dan distribusi kadar mineral bijih. Secara teknik
penambangan, endapan yang mempunyai kadar relatif rendah (low grade)
namun tersebar luas di dekat permukaan dapat ditambang dengan lebih
menguntungkan daripada endapan dengan bentuk urat (vein - veinlets) dengan
kadar relatif lebih tinggi, yang hanya dapat ditambang dengan metode tambang
bawah tanah. Begitu juga dengan pola (bentuk) sebaran, dimana endapan
dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih mudah ditambang
daripada badan bijih yang tidak teratur (disseminated).

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 4


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Sebagai dasar dalam pengenalan bentuk dan morfologi badan bijih, maka
pemahaman pendiskripsian dimensi badan bijih menjadi sangat penting. Arah
sumbu panjang badan bijih dalam bidang horizontal yang sama dianggap sama
dengan jurus (strike). Iklinasi (penunjaman) bidang badan bijih dalam arah tegak
lurus jurus dianggap sama dengan kemiringan (dip), dan merupakan arah 3D dari
suatu badan bijih. Jika suatu badan bijih merupakan akibat struktur geologi
(misalnya sesar), yang juga merupakan suatu bidang, maka arah pitch dan plunge
menjadi penting. Untuk jelasnya masing-masing dimensi badan bijih tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini.

uk aan
Perm

D B

Shaft
A Dip Level
Plunge
Tebal
Pitch / rake
Level
E ar
Leb

Pa n
Level

jan
g se a
rah
AB dan CD sebidang dalam arah vertikal Level
jih
bi

plu
DB, AB, dan EB terletak dalam bidang
h
bu

ng e
horizontal yang sama Stope
tu

Level
bu

EB tegak lurus DB
m
Su

Gambar 3.3 Sketsa pendeskripsian dimensi badan bijih (dimodifikasi dari Evans, 1995)

Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran mineral bijihnya jika
dihubungkan dengan batuan sekitarnya (batuan samping/induk), maka endapan
bijih dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu :
 Diskordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang memotong perlapisan
batuan sekitarnya.
 Konkordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak memotong
perlapisan batuan sekitarnya.

A. Badan Bijih Diskordan

Berdasarkan pola badan bijih, maka dapat dikelompokkan menjadi badan


bijih yang mempunyai bentuk beraturan dan badan bijih dengan pola yang
tidak beraturan.

Badan bijih diskordan dengan bentuk yang beraturan,


 Badan Bijih Tabular
 Badan Bijih Tubular

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 5


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Sedangkan badan bijih diskordan dengan bentuk yang tidak beraturan,


 Bijih Disseminated (tersebar)
 Bijih Irregular Replacement (tidak teratur)

A.1 Badan bijih tabular (papan)

Badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D (panjang
dan lebar), tapi terbatas dalam arah 3D (tipis), berbentuk urat (vien ≈ fissure
veins) dan lodes. Vein dan lodes ini mempunyai arti yang sama, namun istilah
vein lebih sering digunakan untuk pola urat yang dikontrol oleh fractures
(rekahan-rekahan), sedangkan lode digunakan untuk urat yang dikontrol oleh
crack (bukaan). Vein umumnya terbentuk pada sistem fractures dan orientasi
(pola penyebarannya) dikontrol oleh pola sistem fractures tersebut.

Bentuk badan bijih tabular ini cukup kompleks sehingga membutuhkan


pendekatan eksplorasi yang cukup kompleks pula, dan mempunyai tingkat
kesulitan yang cukup tinggi. Penerapan teknologi eksplorasi lebih difokuskan
untuk menemukan, melokalisir, dan mendeskripsikan pola penyebaran urat
melalui pengenalan pola rekahan yang mengontrolnya.

Yang perlu diperhatikan bahwa mineralisasi yang terdapat pada sistem urat
jarang sekali yang merupakan mineral tunggal. Pada umumnya berupa
asosiasi dari beberapa kombinasi mineral bijih dan pengotor (gangue)
dengan komposisi yang sangat bervariasi. Batas dari penyebaran urat ini
umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi oleh dinding urat. Pada Gambar 3.4
berikut dapat dilihat sketsa badan bijih tabular tersebut.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 6


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

U r a t te r se b u t re la t if d a t a r p a d a b id a n g k o n t a k
d e n g a n s e r p ih
S e r p ih
D a ta r

B a t u g a m p in g

S e r p ih

B a t u g a m p in g

S e r p ih

B a t u la n a u

B a t u p a s ir

F o o tw a ll
H a n g in g w a ll
20 m
U r a t m in er a lisa s i m e n g isi b id a n g
se s ar
Gambar 3.4 Sketsa badan bijih berupa urat yang dikontrol oleh bidang sesar
(dimodifikasi dari Evans, 1995)

A.2 Badan bijih tubular (tabung)

Badan bijih dengan pola penyebaran yang relatif pendek (terbatas) dalam
arah 2D namun relatif menerus dalam arah 3D (arah vertikal). Jika
penyebaran badan bijih ini relatif vertikal - sub vertikal biasanya disebut
sebagai pipes (≈ chimneys), sedangkan jika relatif horizontal - sub horizontal
disebut sebagai mantos (≈ flat lying tabular bodies).

Kebanyakan badan bijih ini merupakan pipa kuarsa dengan mineralisasi


logam-logam bismut, molbdenit, tungsten, dan timah. Kadang-kadang bentuk
ini ditemukan juga berupa breksi (pipe breccia) dengan mineralisasi tembaga
(sulfida).

A.3 Badan bijih disseminated (tersebar)

Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang tersebar di dalam
host rock (batuan induk/asal), seperti (mirip dengan) penyebaran mineral-
mineral ikutan di dalam batuan beku (atau berupa urat-urat tipis yang
tersebar).

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 7


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Mineral-mineral bijih tersebut tersebar di dalam host rock berupa (dalam


bentuk) veinlet yang saling berpotongan menyerupai jaring-jaring yang saling
berkaitan membentuk sistem veinlet yang sering disebut dengan stockwork.
Model endapan seperti ini umumnya mempunyai batas yang berangsur
dengan batuan samping (country rock).

Stockwork umumnya muncul sebagai endapan porfiri pada batuan beku


asam-intermediate. Sistem stockwork ini dapat memotong batuan samping
atau kadang-kadang berada di dalam batuan samping atau batuan
induknya.

Badan bijih disseminated ini merupakan sistem endapan utama untuk


endapan Tembaga Porfiri dengan Molibdenum Disseminated (sistem porfiri
Cu-Mo). Juga merupakan sistem endapan yang penting untuk bijih timah,
emas, perak, air raksa, dan uranium. Pada umumnya endapan porfiri ini
mempunyai dimensi tubuh yang besar, dengan kadar umumnya 0,4-1,5 % Cu
dengan tonnase 50-5000 MT.

A.4 Badan bijih irreguler replacement (tak teratur)

Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang


sudah ada sebelumnya (umumnya pada batuan sedimen yang kaya
karbonat), contohnya endapan magnesit. Proses replacement ini umumnya
terjadi pada kondisi temperatur tinggi seperti pada daerah kontak dengan
intrusi batuan beku. Oleh sebab itu endapan hasil replacement ini disebut
juga dengan endapan metasomatisme kontak (pirometasomatik), contoh
yang penting adalah skarn (Gambar 3.5). Ciri dari badan bijih irregular
replacement ini adalah kaya akan (disusun oleh) mineral-mineral kalsium-
silikat, seperti diopsid, wolastonit, andrasit garnet, dan aktindit.

Adapun endapan bijih yang umum terdapat sebagai endapan skarn adalah
besi, tembaga, tungsten, grafit, seng, timbal, molibdenit, timah, uranium, dan
talk.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 8


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Tubuh replacement
Bijih Fe

Batugamping 100 m

Serpih
Batupasir

Bidang sesar

Tubuh intrusi
(Batuan beku)

Sketsa contoh model endapan skarn (replacement bijih besi pada batugamping)

Gambar 3.5 Sketsa endapan skarn, contoh replacement bijih besi pada
kontak batugamping (dimodifikasi dari Evans, 1995)

B. Badan Bijih Konkordan

Umumnya badan bijih ini terbentuk pada batuan induk (host rock) atau
sebagai endapan hasil proses pelapukan. Endapan-endapan yang
mempunyai badan bijih konkordan ini dikelompokkan sesuai dengan jenis
batuan induknya, yaitu :
 sedimentary host rock (dengan batuan induk adalah batuan sedimen),
 igneous host rock (dengan batuan induk adalah batuan beku),
 metamorphic host rock (dengan batuan induk adalah batuan
metamorf),
 residual deposit (endapan akibat pelapukan batuan induk).

B.1 Badan bijih dengan batuan induk berupa batuan sedimen

Endapan-endapan bijih yang terkonsentrasi di dalam batuan sedimen cukup


penting, terutama endapan-endapan logam dasar dan besi. Di dalam
batuan sedimen, mineral-mineral bijih dapat terbentuk (terkonsentrasi)
sebagai suatu bagian yang integral dari urutan stratigrafi, yang dapat
terbentuk secara “epigenetic filling” atau replacement pada rongga-rongga
(pori-pori). Endapan-endapan seperti ini pada umumnya tersebar sejajar
pada batuan induknya dengan bidang perlapisan batuan sekitarnya.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 9


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Beberapa batuan sedimen menghasilkan jenis atau tipe konsentrasi mineral


bijih yang khas, antara lain :

 Limestone host (batuan gamping sebagai batuan induk). Umumnya


merupakan mineral-mineral base metal sulfida, yang terkonsentrasikan
pada zona-zona dengan permeabilitas besar akibat dolomitisasi dan
fracturing. Badan bijih yang terbentuk umumnya merupakan bagian
kecil dari stratigrafi, karena bergantung pada tingkat pelarutan dan
reaktivitas.

 Argillaceous host (batuan dominan berukuran lempung sebagai batuan


induk). Serpih, batulumpur (mudstone), argillit, dan sabak merupakan
batuan induk yang penting untuk badan bijih konkordan yang menerus
dan ekstensif (tersebar luas). Contohnya adalah untuk bijih Cu dan Pb-
Zn. Juga penting untuk endapan bijih Ag, Sn, Cd, An, Bi, dan Cu-Au.

 Arenaceous host (batuan dominan batupasir sebagai batuan induk).


Batuan induk yang penting adalah batupasir feldspatoid. Akibat
pelapukan endapan bijih dapat terakumulasi sebagai endapan plaser
dengan konsentrasi berupa endapan-endapan mineral berat (high
density), seperti titanium, zirkonium, thorium, serium, dan yetrium.

 Rudaceous host (batuan dominan fragmen yang berukuran lebih besar


daripada pasir sebagai batuan induk). Batuan-batuan yang penting
sebagai host rock antara lain gravel aluvial dan konglomerat
membentuk endapan-endapan plaser aluvial recent. Endapan emas
plaser umumnya terkonsentrasi pada tipe plaser aluvial, sedangkan
endapan bijih uranium umumnya terkonsentrasi pada konglomerat.

 Sedimen kimia sebagai batuan induk. Endapan yang penting adalah


besi dan mangan berupa konkresi. Sedangkan pada tipe evaporit
mineral-mineral bijih akan cenderung tersebar.

B.2 Badan bijih dengan batuan induk berupa batuan beku

Secara umum badan bijih dengan host rock batuan beku ini dapat
dibedakan menjadi dua berdasarkan posisin terbentuknya batuan beku
tersebut, yaitu volkanik host (dekat permukaan) dan plutonik host (batuan
beku dalam).

 Volcanic host. Yang terpenting adalah endapan vulkanik yang


berasosiasi dengan sulfida masif hingga membentuk tipe oksida

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 10


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

(Gambar 3.6). Mineral-mineral bijih umumnya terbentuk berupa


stratiform, lentikular, s/d berlembar, yang umumnya berkembang pada
batas-batas antar unit vulkanik atau pada kontak batuan vulkanik
dengan batuan sedimen. Batuan induk yang terpenting adalah riolit
sebagai pembawa logam Pb dan Cu yang berasosiasi dengan vulkanik
mafik.

Andesit

Lapisan Batas,
biasanya kaya logam besi
Massive Sulphides
Py - sp - ga - cp (+ Ag,Au)

Stockwork
Py - cp
Low : sp, ga, Ag, Cu Riolit

Gambar 3.6 Endapan volkanik yang berasosiasi dengan sulfida masif (dimodifikasi
dari Evans, 1995)

 Plutonic host. Pada umumnya tersusun oleh mineral-mineral mafik-felsik,


dengan mineral bijih antara lain kromit, magnetit, ilmenit. Mineral bijih
tersebut umumnya tersebar terbatas berbentuk stratiform. Bentuk lain
yang sering muncul adalah berupa endapan ortomagmatik Ni-Cu
sulfida akibat naiknya magma ultrabasa – basa, dan terbentuk pada
dasar aliran lava yang membentuk intrusi plutonik.

B.3 Badan bijih dengan batuan induk berupa batuan metamorf

Umumnya membentuk endapan-endapan dengan morfologi yang tidak


beraturan, dan terbentuk di dalam kompleks metamorfik yaitu pada zona
kontak metamorfik. Mineral bijih yang sering terbentuk pada tipe ini adalah
wolastonit, andalusit, garnet, dan grafit.

Badan bijih endapan residual

Badan bijih yang terbentuk akibat perombakan batuan-batuan yang


mengandung mineral bijih dengan kadar rendah, kemudian mengalami
pelapukan dan pelarutan serta pelindian, dan selanjutnya mengalami

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 11


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

pengkayaan relatif hingga mencapai kadar yang ekonomis. Proses utama


yang terjadi adalah leaching (pelindian). Sebagai contoh endapan bauksit
(hidrous alumina oksida) yang terbentuk akibat pelindian silika-alkali pada
batuan asal berupa nephelin-syenit. Contoh lain adalah endapan nikel laterit
(residu) akibat pelindian (leaching) batuan beku peridotit dan diikuti oleh
proses pengkayaan supergen.

3.2 Proses Pembentukan Endapan

Merupakan urutan-urutan kejadian mulai dari aktivitas magma (magmatik cair)


sampai dengan injeksi larutan sisa magma pada dekat permukaan (hidrothermal),
dan selanjutnya mengalami proses-proses eksternal berupa proses sedimentasi atau
proses metamorfosa membentuk endapan-endapan sedimenter atau endapan
metamorfik.

Berdasarkan asal (sumber) dan proses pembentukannya, maka secara umum


endapan mineral (bahan galian) dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
endapan primer dan endapan sekunder.

3.2.1 Endapan primer

Endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk langsung dari magma
(segregrasi dan diferensiasi magma). Disebut endapan singenetik, jika endapan
terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan, dan disebut
epigenetik jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan

Berdasarkan urutan pembentukan (dari diferensiasi magma), maka endapan primer


ini dikelompokkan menjadi beberapa fase, yaitu :
❐ Magmatik Cair (early and late magmatic).
❐ Pegmatitik.
❐ Pneumatolitik.
❐ Hidrotermal.
❐ Vulkanik.

A. Endapan mineral yang terbentuk pada fase magmatik cair

Adalah endapan mineral yang terbentuk langsung pada magma (diferensiasi


magma), misalnya dengan cara gravitational settling. Contoh mineral yang
banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titanomagnetit, dan
petlandit. Sebelum terkonsolidasi, residual magma yang bebas bergerak

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 12


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

(mobile) dan kaya akan oksida besi tertekan keluar. Larutan yang mobile
inilah yang akan menjadi sumber fase selanjutnya (pegmatitik, pneumatolitik,
dan hidrotermal).

B. Endapan yang terbentuk pada fase pegmatitik

Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk sebagai hasil injeksi magma.
Akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma,
maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan
disekelilingnya sebagai dike, sill, dan stockwork. Kristal dari pegmatit akan
berukuran besar. Karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur
anatara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan
berjalan dengan lambat. Mineral-mineral yang dapat ditemui (terbentuk)
pada fase pegmatit ini, antara lain :
❐ Logam-logam ringan, seperti ; Li-silikat, Be-silikat (Be,Al-silikat), Al-rich
silikat.
❐ Logam-logam berat, Sn, Au, W, dan Mo.
❐ Unsur-unsur jarang (rare elements), seperti ; Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr,
La, Tantalum, Th, U, Ti.
❐ Batu mulia, seperti ; rubi, safir, beril, topaz, tourmalinrose, rose quartz,
smoky quartz, rock crystal.

C. Endapan yang terbentuk pada fase pneumatolitik

Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut
kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang
lebih tua dengan magma yang lebih muda. Gejala kontak metamorfisme
tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi dan
terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu baking (pemanggangan) dan
hardening (pengerasan).

Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari
magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak
yang terbentuk adalah : wolastonit (CaSiO3), kuarsa, garnet, tremolit, aktinolit,
diopsit, amfibol, epidot, vesuvianit, topaz, turmalin, dan batuan skarn.

Mineral bijih pada endapan pneumatolitik (kontak metasomatisme) umumnya


sulfida sederhana dan oksida misalnya sfalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan
beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis ini yang betul-betul tanpa
adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau magnetit

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 13


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-
Indonesia).

D. Endapan yang terbentuk pada fase hidrotermal

Larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma yang panas dan bersifat
"aqueous" sebagai hasil diferensiasi magma. Larutan hidrotermal ini kaya akan
logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari
proses pembentukan endapan bijih.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal 2 macam endapan


hidrotermal, yaitu :
❐ Cavity filing : mengisi rongga-rongga (openings) yang sudah ada di
dalam batuan.
❐ Metasomatisme : penggantian unsur-unsur yang telah ada dalam
batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrotermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal 3 macam endapan


hidrotermal, yaitu :

❐ Epitermal : Temperatur 00C-2000C


❐ Mesotermal : Temperatur 1500C-3500C
❐ Hpotermal : Temperatur 3000C-5000C

Mineral-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), bornit


(Cu2FeS4), fluorida-fluorida hampir selalu terdapat dalam ketiga tipe endapan
hidrotermal tersebut.

Paragenesis endapan hipotermal dan mineral gangue adalah : emas (Au),


magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirotit
(FeS), galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit [Fe (Mn)WO4], scheelit
(CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikelit (NiAs), sfalerit
(ZnS), dengan mineral-mineral pengotor antara lain : topaz, felspar, kuarsa,
turmalin, silikat, karbonat.

Sedangkan paragenesis endapan mesotermal dan mineral pengotor adalah :


stanite (Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb
sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2FeS4), galena (PbS),
dan kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral pengotornya : kabonat,
kuarsa, dan pirit.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 14


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Paragenesis endapan epitermal dan mineral pengotornya adalah : Cu-murni,


argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2),
sinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stanit (Cu2SnFeS4), dengan
mineral-mineral pengotornya : kalsedon (SiO2), Mg -karbonat, rodokrosit
(MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat)

E. Endapan yang terbentuk pada fase vulkanik

Endapan fase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan


bijih secara primer. Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan
ekonomis dari fase vulkanik adalah belerang, berupa kristal belerang atau
lumpur belerang dan oksida besi, misalnya hematit (Fe2O3). Sebagai hasil
kegiatan fase vulkanik adalah aliran lava, ekshalasi gas vulkanik, mata air
panas.

Gambar 3.7 Sketsa pembentukan endapan primer (Darijanto, 1997)

3.2.2 Endapan Sekunder

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 15


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Endapan sekunder adalah endapan yang terbentuk akibat konsentrasi bahan


galian berharga (bijih) akibat pengendapan kembali secara sekunder (berasal dari
perombakan batuan asal) melalui proses-proses pelapukan (kimia atau mekanik),
transportasi, pemilahan (sorting), dan proses pengkonsentrasian (pengkayaan),
sehingga menghasilkan endapan bijih tertentu.

Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan
sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama proses sedimentasi
berlangsung, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral
bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan
litologi tertentu (stratabound).

A. Pembentukan endapan sekunder (mekanis)

Terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih yang berasal dari
batuan/endapan lain (akibat pelapukan kimiawi maupun mekanik). Proses
pemilahan selama proses transportasi dan pengendapan, tergantung oleh
besar butir dan berat jenis (dikenal sebagai endapan plaser atau endapan
letakan). Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit, monasit,
ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.

Berdasarkan lokasi pengendapan, endapan plaser dapat dibagi menjadi


empat, yaitu :

❐ Endapan plaser eluvium (dekat atau di sekitar sumber mineral bijih


primer), yang terbentuk dengan hanya sedikit tertransportasi (material
mengalami pelapukan setelah pencucian).

❐ Endapan plaser aluvium, merupakan endapan plaser terpenting.


Terbentuk di sungai bergerak kontinu oleh air, sorting berdasarkan berat
jenis sehingga mineral bijih yang berat tertransport relatif lebih dekat.
Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran menurun,
seperti di sebelah dalam meander. Contoh endapan tipe ini adalah Sn
di Bangka dan Belitung.

❐ Endapan plaser pantai, terbentuk karena adanya aktivitas gelombang


memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral
yang umum di sini adalah ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan
intan, tergantung dari batuan terabrasi.
❐ Endapan plaser fosil, merupakan endapan primer purba yang telah
mengalami pembatuan dan kadang-kadang telah mengalami

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 16


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

metamorfisme. Sebagai contoh endapan emas dan uranium terjadi


dalam beberapa lapisan konglomerat.

Laterit
Eluvium
Kolovium
Aluvium
Endapan rawa
Endapan pantai
Mineralisasi primer
(pada batuan beku) Endapan laut
Metasomatisme Nodul

Gambar 3.8 Sketsa letak (keterdapatan) endapan sekunder mekanis

B. Pembentukan endapan sekunder hasil rombakan dan proses kimia

Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan kestabilannya serta


akan mengalami pelapukan dan terdistribusi kembali dan bercampurnya unsur-
unsur (ion) dengan material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi
dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia.

Bahan terangkut pada proses sedimentasi (transportasi/mobilisasi) dapat berupa


partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Dispersi sangat
dipengaruhi oleh mobilitas unsur yang bersangkutan. Unsur dengan mobilitas yang
rendah cenderung berada dekat dengan badan bijihnya, sedangkan unsur-unsur
dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari badan bijihnya.

Selain itu juga tergantung dari sifat kimia, Eh (potensial redoks), dan Ph (tingkat
keasaman) suatu lingkungan, seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai
mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.

Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada


endapan lateritik (Gambar 3.9). Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan
sumber oksigen dari udara atau air permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah
sampai batas air tanah. Akibat proses oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan
larut dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah, kemudian terendapkan
pada zona reduksi. Bagian permukaan yang tidak larut, akan jadi berongga,
berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh endapan
ini adalah endapan nikel laterit.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 17


Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Lapisan penutup atau gossan


(cap of iron oxides) unsur sukar larut
Lapisan berisi nodul-nodul unsur
immobile (nodul-nodul oksida besi)
Zona akumulasi unsur-unsur
immobile membentuk
endapan residual
Lapisan porous lateritik
(zona ambang)

Lapisan dimana unsur-unsur mobile


terkonsentrasi setelah mengalami
pelindian (leaching)
unsur dapat larut
Zona akumulasi alterasi
batuan dasar dan
unsur-unsur hasil pelindian

Lapukan batuan
dasar

Zona batuan dasar


(segar)

Gambar 3.9 Sketsa pembentukan endapan sekunder hasil rombakan kimiawi,


contoh endapan lateritik.

Hubungan Gelogi dan Genesa Endapan dengan Teknik Eksplorasi : III - 18

Anda mungkin juga menyukai