Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum

hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu. Secara psikologi,

pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Meskipun demikian,

adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami

tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.

Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara

ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan mengalami atau

merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa ibu setelah melahirkan

akan mengalami masa–masa sulit, ibu akan terpengaruh dengan lingkungan

sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan hal yang baru seperti adanya bayi.

Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian

psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan

asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari

penyesuaian yang normal yang umum terjadi.

Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan,

banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi

diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa

takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal
2

sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat

obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan

riwayat penyakit lainya.

Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan

pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit

jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan

berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa

pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga

baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung

jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta

perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas?

2. Apa saja gangguan psikologi pada masa nifas?

3. Bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada masa nifas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas.

2. Untuk mengetahui gangguan psikologi pada masa nifas.

3. Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan gangguan psikologis ibu nifas


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang

proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan

seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah

persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan

dan pembelajaran. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Perubahan mood seperti

sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang

merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara

satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi

yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur

dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar

lagi akan dijalani. Perubahan tubuh yang biasanya terjadi juga dapat

mempengaruhi kondisi psikologis ibu.

Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita dapat bertambah.

Gambaran tentang proses persalinan yang diceritakan orang lain dapat menambah

kegelisahannya. Kehadiran suami dan keluarga yang menemani selama proses

berlangsung merupakan dukungan yang tidak ternilai harganya untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan tersebut.

Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu,

masa nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis.
4

Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan

semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya

rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumpahkan

segala kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui,

mengganti popok saja, tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium,

sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.

Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Periode masa

nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama

pada ibu primipara.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas

adalah sebagai berikut :

1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi

orang tua.

2. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

4. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.

Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap

berikut ini.

1. Taking in period

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 1-2

hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,

fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan


5

dan persalinan yang dialami. Ibu akan berulang kali menceritakan proses

persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang

dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan

kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.

2. Taking hold period

Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu lebih

berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif seperti mudah

tersinggung dan gampang marah, sehingga membutuhkan bimbingan dan

dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. Kita perlu berhati-

hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk

menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

3. Letting go period

Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai secara penuh

menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa

kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai

berikut.

1. Fisik

Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara yang segar,

dan lingkungan yang bersih.

2. Psikologi
6

Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari

keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.

3. Sosial

Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,

menanggapi dan memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat

sedih.

4. Psikososial

B. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas

Post Partum Blues

Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby

blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering

tampak dalam minggu pertama pasca persalinan atau merupakan kesedihan atau

kemurungan pascapersalinan, yang biasanya hanya muncul sementara waktu

yakni sekitar 2 hari – 2 minggu sejak kelahiran bayi. Biasanya disebabkan oleh

perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima

kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa

lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional

selama beberapa bulan kehamilan. Gejala-gejalanya sebagai berikut :

1. Cemas tanpa sebab.

2. Reaksi depresi/sedih/ disforia.

3. Menangis tanpa sebab.

4. Tidak sabar.

5. Tidak percaya diri.


7

6. Sensitif, cepat marah dan mudah tersinggung (iriabilitas).

7. Merasa kurang menyayangi bayinya.

8. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira.

9. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya.

10. Cenderung menyalahkan diri sendiri.

11. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

12. Kelelahan.

13. Sangat pelupa.

Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues adalah sebagai

berikut:

1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen progesterone, prolaktin, serta

estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara tajam setelah melahirkan

dan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim non-adrenalin maupun

serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

2. Ketidaknyaman fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada

wanita pasca melahirkan misalnya, rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada

payudara.

3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,

seperti perubahan fisik dan emosional yang kompleks.

4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak).

5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.


8

6. Latar belakang psikososial wanita tersebut misalnya, tingkat pendidikan,

kehamilan yang tidak diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa

pada wanita tersebut.

7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua dan

keluarga.

8. Stres dalam keluarga misalnya, faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan

suami, problem dengan mertua atau orang tua.

9. Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya, karena belum bisa

menyusui bayinya atau ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, rasa

bosan terhadap rutinitas barunya.

10. Kelelahan pasca melahirkan.

11. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang dialami ibu dan adanya rasa cemas

terhadap kemampuan merawat bayi

12. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut yang

berlebihan akan kehilangan bayinya.

13. Problem anak setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari

anak sebelumnya, sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.

Post Partum Depression/Neurosa Post Partum

Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan

mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa

serba kurang mampu, tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi

dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan

itu. Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan
9

berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama

saja tetapi di samping itu, ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan

kemampuanya sebagai seorang ibu.

Walaupun banyak wanita yang mengalami depresi post partum segera

setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi sampai

beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam

kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi post partum mungkin saja

berkembang menjadi post partum psikosis, walaupun jarang terjadi.

Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat

pada kelainan depresi lainnya. Gejala-gejala yang mungkin diperlihatkan pada

penderita depresi post partum adalah sebagai berikut :

1. Perasaan sedih dan kecewa.

2. Sering menangis.

3. Merasa gelisah dan cemas.

4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan dan sukar

konsentrasi.

5. Nafsu makan menurun.

6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.

7. Phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak

dapat dihilangakan (paranoid).

8. Tidak bisa tidur (insomnia) dan terkadang mimpi buruk.

9. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless), hingga pikiran mau bunuh diri.

10. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
10

11. Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya dan terkadang

ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah, kurangnya

dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran akan bayi yang

sebetulnya sehat, kesulitan selama persalinan dan melahirkan, merasa

terasing, masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan, kehamilan yang tidak

diinginkan. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya neurosa post

partum, antara lain :

1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat

kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau

terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu

cepat atau terlalu lambat.

2. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi

seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini

mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu.

Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan

seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi

seorang ibu.

3. Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada

primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan

bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat

menimbulkan stres.
11

4. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi, menghadapi tekanan

sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki

dorongan untuk bekerja atau melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran

mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.

5. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta

intervensi medis yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar

trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula

trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan

menghadapi depresi pasca persalinan.

6. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat

kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena

kehamilannya sedikit banyak berkurang.

Psikosis Post Partum (Post Partum Psychosis)

Insiden terjadinya psikosis port partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran.

Pada kasus tersebut sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala

yang membahayakan seperti, menyakiti diri sendiri atau bayinya. Hal tersebut

merupakan penyakit yang sangat serius dan merupakan depresi yang paling berat,

bahkan bisa sampai membunuh anak-anaknya.

Gejala psikosis port partum, diantaranya :

1. Gangguan tidur.

2. Gaya bicara yang keras dan cepat marah.

3. Inkoheren (berbicaranya kacau).

4. Menarik diri dari pergaulan.


12

5. Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang).

6. Impulsif (bertindak diluar kesadaran).

7. Curiga berlebihan.

8. Delusi dan halusinasi.

9. kebingungan.

10. Sulit konsentrasi.

Faktor pemicu psikosis post partum, antara lain :

1. Faktor keturunan atau adanya riwayat keluarga menderita kelainan psikiatri.

2. Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri.

3. Adanya masalah keluarga dan perkawinan

4. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)

5. Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)

6. Faktor psikososial (adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat

mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional, dll)

7. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.

8. Perubahan hormonal yang cepat.

9. Masalah medis dalam kehamilan (pre eklampsia, DM).

10. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain

yang mengakibatkan kurangnya dukungan.

11. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan

12. Merasa terisolasi dan adanya ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak

sempurna.
13

C. Cara Mencegah dan Menangani Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas

a. Pencegahan

Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari

ancaman depresi setelah melahirkan.

Pelajari Diri Sendiri

Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum,

sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi,

maka ibu akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

Tidur dan Makan yang Cukup

Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik

dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode post

partum dan kehamilan.

Olahraga

Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi post partum. Lakukan

peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga

membuat ibu merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam dirinya.

Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau Sesudah Melahirkan

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli

rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara

sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah

menyembuhkan depresi post partum yang diderita.

Beritahukan Perasaan Ibu


14

Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan

yangibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika memiliki masalah dan

merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan kepada pasangan atau

orang terdekat.

Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan

Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan

sangat diperlukan. Ceritakan kepada pasangan atau orang tua, atau siapa saja yang

bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri, bahwa mereka akan selalu

berada di sisi ibu setiap mengalami kesulitan.

Persiapkan Diri dengan Baik

Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah kelas senam

hamil yang sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yangibu perlukan.

Kelas senam hamil akan sangat membantu ibu dalam mengetahui berbagai

informasi yang diperlukan, sehingga nantinya ibutidak akan terkejut setelah keluar

dari kamar bersalin. Jika ibu tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat

melahirkan akan dapat dihindari.

Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga

Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu ibu melupakan

gejolak perasaan yang terjadi selama periode post partum. Kondisi ibuyang belum

stabil bisa dicurahkan dengan memasak atau membersihkan rumah.

Dukungan Emosional

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan

membantu ibu dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada
15

mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan yang ibu

alami, sehingga ibu merasa lebih baik setelahnya.

Dukungan Kelompok Depresi Post Partum

Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan

merasakan hal yang sama dengan ibu. Carilah informasi mengenai adanya

kelompok depresi post partum yang bisa diikuti, sehingga ibu tidak merasa

sendirian menghadapi persoalan ini.

b. Penanganan

Cara untuk menangani gangguan psikologi post partum, antara lain :

Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik

antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

2) Dapat memahami dirinya

3) Dapat mendukung tindakan konstruktif

Dengan cara peningkatan suport mental/dukungan keluarga kepada ibu dan

jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih agar tidak merasa kehilangan

perhatian.

Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat

untuk menghilangkan kelelahan.


16

Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakan ibu, mintalah dukungan

dan pertolongannya.

Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan

kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin

terampil dan percaya diri.

Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri

sendiri

Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang

ringan, berbagi cerita dengan orang lain, bersikap fleksibel, bergabung dengan

orang-orang baru.

Respon yang terbaik dalam menangani kasus post partum depressionadalah

kombinasi antara psikoterapi, dukungan sosial, dan medikasi seperti anti depresan.

Suami dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling,

sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa

yang dirasakan dan dibutuhkannya.

D. Kesedihan dan Dukacita

Kesedihan adalah reaksi emosi, mental dan fisik dan social yang normal dari

kehilangan sesuatu yang dicintai dan diharapkan. Berduka sangat bervariasi

tergantung pada apa yang hilang dan respon terhadap suatu kehilangan. Dukacita

adalah suatu respon fisiologis terhadap kehilangan.

Tahap kesedihan menurut Kubler Rose, tahap kesedihan dibagi menjadi


17

1) Penyangkalan (Denial)

Menyangkal apa yang sebenarnya terjadi dan berharap pada apa yang mereka

impikan sehingga membuat perasaan sedih.

2) Kemarahan (anger)

Marah serta emosi yang tidak stabil seperti menyalahkan orang lain atau pihak

yang terlibat seperti pihak rumah sakit dan tenaga kesehatan atas apa yang terjadi.

3) Menerima (acceptance)

Kesedihan yang dialami seorang ibu saat kehilangan sesuatu, seperti kematian

bayinya, akan tetapi seiring berjalannya waktu ibu bias menerima kenyataan

tersebut meskipun masih merasa sedih.

Tanda dan gejala berduka:

1) Ibu akan merasa sulit tidur, sulit makan dan terkadang susah tidur.

Berpengaruh pada fisik ibu

2) Merasa bersalah ataupun menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi.

Berpengaruh terhadap emosional ibu

3) Ibu cenderung menarik diri dan menyendiri. Berpengaruh terhadap social

ibu

Dalam upaya membantu klien atau ibu yang bersedih dan berduka anda sebagai

bidan dapat dapat memfasilitasi penerimaan mereka terhadap kondisi:

Kehilangan bayi:

a) Mengajak untuk melihat, menyentuh dan memegang bayi yang meninggal.

b) Memberikan harapan kepada mereka bahwa berdoa dan meminta petunjuk

yang maha kuasa serta berserah kepadanya, adalah hal terbaik.


18

c) Memberi saran serta masukan positif bahwa ada rencana terbaik dari yang

maha kuasa untuk kejadian yang dialami, serta membantu ibu dan keluarga

untuk tetap bersabar dan lapang dada.

Anak yang tidak sempurna:

a) Memberikan rasa aman dan sabar

b) Mendengarkan keluhannnya

c) Menganjurkan ibu untuk tidak menyalahkan siapa-siapa

d) Menghindari lingkungan yang dapat memberikan pengaruh negatif kepada

ibu, seperti ada anggota keluarga yang ingin memperkeruh keadaan


19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang

juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan

psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas

menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga

terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga

tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu

nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.

Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu

periode taking in, periode talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-faktor

yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada

saat post partum antara lain, respon dan dukungan keluarga dan teman, hubungan

dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi, dan membesarkan

anak yang lalu, serta pengaruh budaya.

Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan

hadirnya bayi yang baru lahir, sehingga dalam proses adaptasi masa nifas, ibu

dapat mengalami gangguan psikologi post partum diantaranya, post partum

blues,post partum depression, dan psikosis post partum. Saat hal tersebut terjadi

maka,dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya maupun petugas

kesehatan merupakan dukungan positif bagi ibu.


20

B. Saran

Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan

agar persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat

melakukan proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada

masa nifas, ibu juga harus sangat diperhatikan, baik keluarga maupun

bidan. Peranbidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai pembimbing dan pemberi

nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.


21

DAFTAR PUSTAKA

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Suherni, dkk.2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
http://andinurfitri27.blogspot.com/2013/04/makalah-prose-adaptasi-psikologi-
ibu.html
http://yolandavivian.blogspot.com/2014/06/gangguan-psikologis-ibu-pada-masa-
nifas.html
http://himmah-atika.blogspot.com/2012/07/gangguan-psikologis-pada-masa-
nifas.html
http://bnhina.blogspot.com/2013/10/gangguan-psikologi-pada-masa-nifas.html
http://yunivia88.blogspot.com/2013/03/nifas.html
http://khalilaturrozha.blogspot.com/2013/12/gangguan-psikologis-pada-masa-
nifas.html
http://wwwnyantai.blogspot.com/2011/04/artikel-psikologi-depresi-post-
partum.html

Anda mungkin juga menyukai