Anda di halaman 1dari 17

Makalah Kapita Selekta Kimia Organik

Terpenoid Laut
Skualena Dari Ikan Hiu

OLEH :

TIMOTIUS MICHAEL LIADY


(H311 16 303)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Terpenoid Laut: Skualena dari Ikan
Hiu.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai salah satu senyawa
golongan terpenoid yang berasal dari laut, yakni skualena yang didapatkan dari
ikan hiu.
Kita menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, 8 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terpenoid...............................................................................................3
2.2 Skualena……………….........................................................................4
2.3 Isolasi dan Elusidasi Isolat Skualena dari Ikan Hiu.............................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan dan tumbuhan menghasilkan berbagai macam zat kimia.
Kebanyakan zat tersebut terbentuk dari kerangka karbon yang dapat
diklasifikasikan ke dalam metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit
primer merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu organisme sebagai komponen
dasar untuk proses kehidupannya misalnya protein, asam nukleat, polisakarida,
dan sebagainya. Berbeda dengan metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid,
dan poliketida, yang tidak secara langsung dibutuhkan dalam mempertahankan
hidupnya namun sangat berguna. Seringkali metabolit sekunder ini disebut juga
dengan bahan alam.
Salah satu golongan dari metabolit sekunder ini ada yang disebut
terpenoid. Golongan terpenoid ini umumnya didapatkan dari tumbuh-tumbuhan
dalam bentuk campuran (minyak atsiri), tetapi, sekarang didapatkan juga terdapat
dari hewan laut contohnya ikan hiu, dalam bentuk minyak hati. Ikan hiu sendiiri
merupakan makhluk hidup yang tinggal kedalaman laut dengan suasana hidup
yang cukup ektrim seperti suhu yang rendah pada musim dingin sehingga
memerlukan mekanisme pertahanan diri. Minyak hati ikan hiu ini dapat mencegah
hiu agar dapat menjalankan metabolism tubuh dalam suhu rendah.
Minyak ikan hiu mengandung senyawa aktif salah satunya adalah skualena
yang memiliki beberapa manfaat lain seperti menghambat efek dari paparan sinar
ultraviolet, meningkatkan penyerapan oksigen dalam darah, membantu system
kekebalan tubuh, membantu pembentukan vitamin D dan antioksidan. Manfaat
yang beragam dalam bidang kosmetik, industri, kedokteran dan kesehatan dari
skualena tidak terlepas dari struktur dan sifat kimia dari skualena. Karena itu,
disusunlah makalah ini untuk meninjau kembali cara mengisolasi dan
mengelusidasi struktur dari senyawa skualena dari ikan hiu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mengisolasi skualena dari minyak hati ikan hiu?
2. Bagaimana elusidasi struktur skualena?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terpenoid
Molekul dari golongan senyawa terpenoid adalah polimer hidrokarbon dari
isoprena (C5) yang berikatan, maka umumnya disebut “isoprenoid”. Terpena
memiliki rumus dasar (C5H8)n, dengan n merupakan penentu kelompok tipe
terpena. Modifikasi terpena (disebut terpenoid, berarti "serupa dengan terpena")
adalah senyawa dengan struktur serupa tetapi tidak dapat dinyatakan dengan
rumus dasar. Penentuan struktur paling sederhana untuk senyawa terpenoid
dengan cara perbandingan jumlah atom C dengan H, yaitu 5:8.

Gambar 1. Struktur isoprena


Isoprena saling berikatan dan membentuk golongan terpenoid tergantung
dari jumlah isoprena yang terdapat dalam terpenoid tersebut. Ikatan antar isoprena
dapat terjadi melalui dehidrogenasi atau oksigenasi membentuk terpen
(2 isoprena), ikatan yang terbentuk bias antara bagian kepala (C1) dengan ekor
(C4), kepala (C1) dengan kepala (C1) atau antara ekor (C4) dengan ekor (C4).

Gambar 2. Ikatan antar isoprena


Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama
serangga dan beberapa hewan laut yang disintesis melalui jalur asam mevalonat.
Di samping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun
sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-
senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan
retinol. Nama "terpena" (terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin
(turpentine).
Golongan terpenoid yang umumnya terkandung dalam hewan adalah
triterpenoid (C60), sebagai steroid yang membentuk siklik. Steroid yang menjadi
bahan baku untuk bahan dasar pembentukan hormon. Tetapi, terdapat juga
senyawa triterpenoid yang non-siklik, salah satu contohnya yaitu skualena yang
bersifat aktif.
2.2 Skualena
Triterpena adalah kelompok senyawa kimia yang terbentuk dari tiga unit
terpena dengan rumus molekul C30H48; sering dikaitkan sebagai senyawa yang
tersusun dari enam unit isoprena. Binatang, tumbuhan dan jamur, semua dapat
menghasilkan triterpena. Contoh yang paling penting adalah skualena sebagai
bentuk paling dasar untuk semua steroid. Skualena merupakan senyawa
organik jenis triterpena yang sangat vital dalam sintesis hormon, vitamin
D, kolesterol dan substansi lain di dalam tubuh. Terkadang skualena digunakan
sebagai adjuvant untuk meningkatkan sistem kekebalan.

Gambar 3. Struktur skualena dan struktur steroid


Berdasarkan strukturnya skualena dapat menjadi prekursor untuk steroid
melalui siklisasi. Selain itu, skualena memiliki beberapa turunan lainnya.
Gambar 4. Turunan skualena
2.2.1. Isolasi Skualena
Isolasi dilakukan dari minyak hati ikan hiu cucut botol (Centropus sp.).
Minyak hati ikan Hiu ditimbang dengan teliti sebanyak 5 gram; dimasukkan ke
dalam labu alas bulat 125 ml, kemudian ditambahkan berturut-turut 3 ml KOH
pekat ( 60 gram KOH dilarutkan dalam 40 ml aquades) dan 20 ml etanol.
Campuran tersebut direfluk selama 30 menit. Dalam keadaan masih hangat,
ditambahkan 50 ml heksana, kemudian larutan dipindahkan dalam corong pisah
125 ml (1), labu alas bulat dibilas dengan campuran 20 ml etanol dan 40 ml
aquades, cairan bilasan dicampurkan pada corong (1). Corong pisah dikocok baik-
baik kemudian dibiarkan cairan memisah. Fase heksana dituang ke dalam corong
pisah (2) yang berisi 20 ml air, fase air corong (1) dibilas dengan heksana 50 ml
dikocok, dibiarkan terpisah, mencampur fase heksana dengan fase heksana pada
corong (2). Corong (2) dikocok-kocok dan membiarkan memisah. Fase air
dibuang dan fase heksana yang tertinggal dicuci dengan 20 ml KOH encer ( 28
gram KOH ditambah aquades sampai 1 liter), fase air dibuang.
Fase heksana dicuci berulang-ulang sampai bebas basa. Fase heksana
adalah ekstrak skualena kasar, heksana diuapkan dengan rotavapor sampai tidak
menetes lagi heksananya. Residu dimurnikan dengan cara dimasukkan dalam
kolom berisi Florisil F-9127 dengan derajat kehalusan mesh 60–100 PR kemudian
dielusi dengan heksana sampai diperoleh larutan 100 ml. Hasil diuapkan
heksananya sampai benar - benar terbebas dari heksana. Isolat dialiri gas nitrogen
untuk menghilangkan oksigen atau sisa heksana Isolasi dilakukan 3 kali.

2.2.2. Elusidasi Struktur Skualena


Kromatografi Lapis Tipis
Ditotolkan skualena baku dan isolat masing-masing (5μl) pada plat silika gel-254F yang
sama dengan jarak 2,0 cm dari batas bawah dan jarak antara 2 skualena tersebut 1,5 cm, dimana
plat tersebut sebelum digunakan diaktifkan terlebih dahulu dengan pemanasan dalam oven
selama 3 jam pada suhu 100–120 °C, kemudian dimasukkan dalam bejana pengembang yang
berisi n-heksana sampai garis batas 7,0 cm. Plat diambil dan dibiarkan pada suhu kamar untuk
menghilangkan sisa eluen, kemudian dideteksi dengan sinar ultraviolet dan noda yang terlihat
ditandai serta diukur Rf-nya.

Gambar 5. Kromatografi lapis tipis isolate (sp) dan baku (st)


Identifikasi isolat dengan KLT diperoleh harga Rf = 3,20/7,00 = 0,457, sedangkan baku
Rf = 3,20/7,00 = 0,457, adisi isolat dengan baku = 3,20/7,00 = 0,457 jadi isolat identik dengan
baku.
FTIR (Fuorier Transform Infra Red)
Pertama- tama ditimbang serbuk KBr 50 mg, kemudian dibuat pelet KBr dengan alat
pengempa, setelah pelet jadi, isolat diteteskan 10μl pada pelet tersebut dan diamati, hal tersebut
juga dilakukan untuk skualena baku.
RMI (Resonansi Magnetik Inti)
Isolat ± 0,25 ml dilarutkan dalam tabung gelas dengan 0,50 ml CDCl3

kemudian dimasukkan alat dan diamati. Hal tersebut juga dilakukan untuk
skualena baku.
Identifikasi dengan resonansi magnetik inti (RMI), menghasilkan
pergeseran kimia (d) yang sama antara isolat dan baku terlihat pada Tabel 4 dari
Gambar 8 (baku) dan Gambar 9 (isolat).

Dari hasil RMI terlihat masih ada heksana sebagai bahan untuk ekstraksi skualena dari
kolom pada waktu pemurnian isolat, sehingga perlu diuapkan lagi dengan menggunakan gas
nitrogen yang bersifat netral.
Besar geseran kimia karbon:

1. 17,50 (cis); 5. 39,90; 10. 134,60;

1c. 25,50 (trans); 6. 134,80;
 11. 124,60;

2. 130,60; 7. 124,60; 12. 28,40;

3. 124,80; 8. 26,90; 13. 15,90;

4. 27,00; 9. 39,90; 14. 15,90.


Dari hasil elusidasi terbukti bahwa isolat yang diperoleh murni.

GS-MS (kromatografi gas dan spektrum massa)

1. Kolom yang digunakan : 
 OV-1


2. Suhu injektor : 
 280 °C


3. Suhu detektor : 
 280 °C


4. Suhu oven : 
 240 °C

5. Laju dan gas pembawa : 
 udara = 2,1 kg/cm2;

H2 = 2,7 kg/cm2; dan

N2 = 2,6 kg/cm2

6. Volume injeksi
 Skualena isolat dan baku masing-masing diinjeksikan 0,2 μl.
Identifikasi dengan kromatografi gas (GC) diperoleh tR isolat –9,065 menit
(Gambar 2), sedang baku = 9,124 menit (Gambar 3), sehingga dapat disimpulkan
bahwa isolat identik dengan baku.

Identifikasi dengan kromatografi gas dan spektrum massa (GC-MS), dapat


dilihat pada Gambar 4 (isolat) dan Gambar 5 (baku), serta hasil fragmentasi pada
Tabel 2.
Fragmentasi tertinggi adalah m/e = 69 yaitu satu unit isoprena (C5H9) di
mana molekul skualena terdiri dari 6 unit isoprena. Dari Tabel 2 menggambarkan
bahwa fragmentasi isolat sama dengan standar yang ada diinstrumen (Library)
sehingga dapat disimpulkan isolat sama dengan baku.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Skualena dapat disolasi dari minyak hati ikan hiu cucut botol.
2. Elusidasi isolat dapat menggunakan KLT, FTIR, RMI, dan GS-MS.
DAFTAR PUSTAKA

Pogliani, L, dkk, 1994, An NMR and molecular mechanics study af squalene and
squalene derivatives, Chemistry and Physics of Lipids, 70: 21-34.
"The facts on Squalene”. U.S Food and Drug Administration, U.S. Department of
Health and Human Services.

Anda mungkin juga menyukai