PENDAHULUAN
Dalam menjaga mutu proses tersebut, diperlukan adanya quality controll yang
mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendudkungnya, meskipun demikian
pengawasan mutu dalam dunia pendidikan tentu berbeda dengan perusahaan yang
memprodiksi barang/jasa. Madrasah adalah sebuah people changing institusion, yang
dalam proses kerjanya selalu berhadapan dengan uncertainty and interdepedence
(McPherson, Chowson and Pitner, 186: 33-40). Maksudnya mekanisme kerja (Produksi)
dilembaga pendidikan secara tekhnologis tidak dapat dipastikan karena kondisi input
dan lingkungan yang tidak sama. Selain itu proses pendidikan di Madrasah juga tidak
terpisahkan dengan lingkungan keluarga maupun pergaulan peserta didik.
Dalam posisi demikian, dituntut sosok guru yang professional yang mampu
mengaplikasikan berbagai model pembelajarandengan memanfaatkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam mengelola pembelajaran. Untuk memwujudkan
harapan tersebut peran Pengawas Madrasah sangat dibutuhkan untuk membina
peningkatan kemampuan guru melalui supervisi akademik sehingga penulis melakukan
Penilitian Tindakan Kelas dengan judul : “Revitalisasi Kompetensi Methoda Jigsaw
Melalui Supervisi Akademik di MTs. Darul Falah Cijati dan MTs An-Nawawiyah Kawung
Girang Kab. Majalengka”.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun mengenai tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan supervisi akademik sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran
jigsaw.
2. Menyusun materi pembinaan guru dalam menerapkan model pembelajaran jigsaw.
3. Meningkatkan kemampuan guru menerapkan modfel pembelajaran Jigsaw melaui
pembinaan terprogram oleh pengawas madrasah.
D. Manfaat Penelitian
1. Para Pengawas
Melalui Penelitian Tindakan Sekolah Wilayah ini, para pengawas diharapkan dapat
mengambil manfaat sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam memberikan
bahan binaan sebagai rujukan materi ajar dalam melakukan binaan.
2. Para Kepala Madrasah
Hasil Penelitian Tindakan Sekolah Wilayah yang penulis lakukan ini dapat
memberikan gambaran dalam mengambil kebijakan tentang penyediaan alatalat
pembelajarn yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
3. Para Guru
Melalui Penelitian Tindakan Sekolah Wilayah yang penulis lakukan ini, para guru bisa
mengambil manfaat tentang tata cara penggunaan metode jigsaw, untuk dapat
digunakan dalam proses pembelajaran dengan para siswanya.
4. Para Siswa
Hasil penelitian yang diperoleh, manfaatnya tidak sebatas untuk para guru, tetapi
bermanfaat pula bagi para siswanya dimana mereka akan memperoleh pengalaman
proses pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya.
5. Pihak Dinas
Berkaitan dengan program peningkatan Sumberdaya para Guru sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, hendaknya lebih komitmen lagi dalam menyalurkan
pembiyaan pendidikan baik bagi para gurunya atau segi bantuan sarana dan
prasarana yang konon masih banyak yang kurang tersentuh oleh yang disebut
dengan standar sarana dan prasarana yang memadai baik dilingkungan perkotaan
atau dipelosok-pelosok daerahnya. Sebagaimana yang penulis saksikan ketika
melakukan pembinaan atau dinas luar dalam melaksanakan tugas-tugas penilaian
pembinaan atau dinas luar dalam melaksanakan tugas-tugas penilaian keluar
daerah.
BAB II
ANALISIS TEORI KOMPETENSI METODA JIGSAW DAN SUPERVISI AKADEMIK
C. Kompetensi Guru
Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest
yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulumtingkat satuan pendidikan masing-masing dan disesaikan
dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik
untuk mengatualisasikan kemampuannya dikelas, dan harus mampu melakukan
kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
1. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek , moral, sosial, kultural,
dan intelektual.
2. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang dipahami.
4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun terhadap peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
9. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri.
e. Menjungjung tinggi kode etik profesi guru.
Guru dimata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh
dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru perlu memiliki
kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran
yang efektif. Dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis hubungan Madrasah
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Sedangkan yang berkaitan dengan kompetensi sosial meliputi kemampuan
guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang
menyenangkan. Kriteria kinerja guru yang harus dilakukan adalah :
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaftasi di tempat bertugas di seluruh wilayah republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
Kemampuan guru yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat
diamati dari aspek profesional adalah:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendudkung
mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang
pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. Mengembangkan
keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
d. Memanfaatkan tekhnologi informasi dan kominikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
Penelitian direncanakan selama tiga bulan dari bulan agustus 2017
sampai dengan bulan nopember 2017. Tempat penelitian dilakukan di MTs.
Darul Falah Cijati dan MTs An-Nawaiyah Kawunggirang di Kab. Majalengka
dimana kedua lembaga pendidikan tersebut adalah Madrasah binaan penulis
sebagai pengawas Madrasah di Kementerian Agama Kab. Majalengka. Adapun
yang menjadi alasan penulis mengadaakan penelitian di kedua lembaga
dimaksud karena sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian
serupa di tempat ini. Disamping tempat yang tidak terlalu jauh dalam melakukan
pengamatan atau observasi penelitian. Adapun kedua lembaga tersebut adalah
lembaga pendidikan swasta yang keduanya didirikan oleh masyarakat, yang
sedang berkembang dan memiliki potensi dan keinginan untuk maju, seiring
dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
2. Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian dimaksud disini para guru dikedua madrasah
dimaksud, yang masing-masing adalah para guru yang mengajar di kedua
madrasah dengan rincian guru di Madrasah Tsanawiyah Darul Falah Cijati
sebanyak 15 orang guru dan di Madrasah Tsanawiyah Kawunggirang sebanyak
12 orang guru dengan jumlah totalitas subjek guru dari kedua madrasah
dimaksud sebanyak 17 orang guru, suatu jumlah yang terjangkau dalam model
penelitian.
C. Analisis Data
Mengguakan analisis deskriftif komparatif yaitu membandingkan data
penilitian antara A siklus dan dengan indikator kerja yang diharapkan dengan indikator
ini dalam hal ini guru yang menjadi subjek penelitian dapat menerapkan penelitian
dapat menerapkan model pembelajaran Jigsaw dengan kategori kemampuan rata-rata
baik. Sedangkan aspek yang dinilai hal-hal berikut :
1. Kemampuan guru membagi kelompok belajar
2. Kemampuan guru menyiapkan tugas kelompok
3. Kemampuan guru mengelola diskusi kelompok
4. Kemampuan guru menyimpulkan hasil diskusi kelompok
5. Kemampuan guru melakukan evaluasi, dan
6. Kemampuan guru memberikan reward kepada kelompok yang berprestasi
Kategori Penilaian
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti merencanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi permasalahan melalui eksplorasi kemampuan guru
menerapkan model pembelajaran jigsaw dengan pendekatan androgogi dan
pretest.
b. Merumuskan alternatif pemecahan masalah dan membuat skenario pembinaan
guru serta bahan-bahan/materi/model yang diperlukan dalam pembinaan
tersebut.
c. Merumuskan indikator keberhasilan pembinaan guru.
d. Menentukan jadwal kegiatan pembinaan guru.
e. Menyiapkan instrumen untuk mengatur keberhasilan pembinaan guru.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan pendekatan androgogi, yaitu lebih
menutamakan pengungkapan kembali pengalaman guru menerapkan model
pembelajaran jigsaw, menganalisis, menyimpilkan, dan mengeneralisasikan dalam
suasana pembinaan yang aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan, dan bermakna.
Peranan pengawas madrasah sebagai pembina lebih menenkankan sebagai
fasilitator. Selanjutnya dilakukan diskusi tentang indikator keberhasilan
pembelajaran. Pada akhir pembinaan dilakukan praktik/simulasi didalam dan diluar
kelas.
3. Observasi
Observasi dilakukan menggunakan instrumen melalui supervisi akademik
sebagai tindak lanjut dari pembinaan yang telah dilakukan sebelumnya. Fokus
observasi ditekankan pada aspek kemampuan guru menerapkan model
pembelajaran jigsaw dalam praktek mengajar berdasarkan indikator kinerja yang
telah ditetapkan. Untuk validasi data yang diperoleh peneliti juga melakukan
wawancara dengan guru membuat catatan-catatan tentang asal penilaian yang tidak
muncul dalam instrumen.
4. Refleksi
Semua data yang terjaring dalam instrumen, hasil wawancara dan catatan-
catatan selama proses penelitian tindakan dikumpulkan kemudian diklasifikasikan
dan dianalisis dengan model deskriptif, sehingga dapat diketahui aspek keberhasilan
dan aspek kelemahan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran jigsaw
pada siklus tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan aspek keberhasilan dan
aspek kelemahan peneliti melakukan kembali melakukan program pembinaan pada
siklus berikutnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mereview rangkuman hasil observasi
b. Apabila ternyata pembinaan tidak tercapai sama sekali atau tidak ada
peningkatan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran jigsaw maka
sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan, dan
sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.
c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai semua ada peningkatan
kemampuan guru menerapkan model pembelajaran jigsaw walaupun belum
memuaskan maka mulailah kembali program pembinaan dan
mengimplementasikan pada siklus berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Pada Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti melaksanakan tugas
kepengawasan selama satu tahun dilokasi penelitian ini dapat diketahui bahwa
kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran jigsaw belum optimal.
Hal ini berdasarkan kenyataan dilapangan bahwa masih ada guru yang mengajar
dengan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran yang
disajikan. Ada bermacam-macam alasan yang dikemukakan guru tentang
permasalahan ini, ada yang mengatakan kurang memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang model-model pembelajaran, ada pula yang mengatakan sarana
sangat minim di Madrasah. Fakta tersebut semakin diyakini setelah peneliti
melakukan wawancara dengan sejumlah guru untuk mengidentifikasi kesulitan
yang dialami dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran jigsaw. Dari
hasil wawancara tersebut diketahui bahwa masih banyak guru yang belum
memahami betapa pentingnya fungsi model pembelajaran sebagai strategi belajar
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kesulitan yang dihadapi guru antara lain adalah dalam memilih dan
menetapkan : 1) Pendekatan Pengajaran, 2) Metode mengajar, 3) Pengelolaan
kelas, 4) Media dan alat pengajaran, 5) penampilan dan gaya mengajar, dan 6)
interaksi antara guru dan siswa. Bertitik tolak dari masalah tersebut, peneliti
mencoba melaksanakan pembinaan secara terprogram terhadap guru-guru melalui
tekhnik-tekhnik supervisi akademik.
TABEL I
Skor rata-rata 60 C
TABEL 2
Skor rata-rata 88 A
C. Pembahasan
Dengan membandingkan hasil analisis data yang diperoleh selama penelitian
tindakan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan
kemampuan guru menerapkan metode pembelajaran jigsaw setelah mengikuti
pembinaan terprogram. Indikasi tersebut dapat dilihat berdasarkan peningkatan
jumlah guru yang mengalami perbaikan kualitas kemampuan menerapkan metode
pembelajaran jigsaw. Pada siklus I jumlah guru yang memiliki kemampuan menerapkan
model pembelajaran jigsaw dalam kategori A (Sangat Baik) hanya 2 orang, kategori B =
12 orang, kategori C=11 orang, dan kategori D=2 Orang, dengan nilai totalitas sebesar
= 1620 dengan rata-rata 60.
Adapun siklus II, jumlah guru yang memiliki kompetensi menerapkan metode
jigsaw dalam kategori A=22 orang, kategori B=5 orang, kategori C=0 orang, kategori
D=0 Orang, dengan perolehan nilai sebesar = 2380, dengan rata-rata =88. Dengan
demikian ada peningkatan nilai perolehan sebesar = 760 dengan rata-rata peningkatan
sebesar = 28. Berdasarkan perhitungan sajian data-data hasil penelitian tersebut maka
dapat dikatakan bahwa terjadinya peningkatan kompetensi penguasaan model
metode Jigsaw dikalangan para guru madrasah binaan yang disajikan objek penelitian
setelah dilakukan pembinaan oleh peneliti/penulis sebagai pengawas pembinanya
secara bertahap dan sistematis dari siklus I ke siklus berikutnya.
A. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian menunjukan bahwa :
Kemampuan pengawas madrasah membina guru-guru melalui supervisi
akademik mengalami perbaikan secara signifikan, terbukti dari hasi penelitian :
1. Telah terjadi peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi menerapkan
model pembelajaran jigsaw setelah penulis melakukan langkah supervisi akademis,
yang sebelumnya pada siklus I dalam kategori A (sangat baik) hanya 2 orang, tetapi
pada siklus II bertambah menjadi 22 orang. Sebagai akibat dari peningkatan kualitas
kompetensi penguasaan model dan metode pembelajaran jigsaw dalam kategori B
(baik) terdapat 12 orang pada siklus I menjadi 5 orang pada siklus II. Demikian juga
jumlah guru yang memiliki kemampuan menerapkan model pembelajaran jigsaw
dalam kategori C (cukup) berkurang dari 11 orang pada siklus I menjadi tidak ada
pada siklus II. Dan jumlah guru yang memiliki kemampuan menerapkan model
pembelajaran jigsaw dalam kategori D (Kurang) mengalami pengurangan dari 2
orang pada siklus i menjadi tidak ada pada siklus II.
2. Telah terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menerapkan model metoda
pembelajaran jigsaw jika dilihat berdasarkan hasil observasi antara siklus pada aspek
: 1) Kemampuan guru membagi kelompok, 2) kemampuan guru menyiapkan tugas
kelompok, 3) kemampuan guru mengelola diskusi kelompok, 4) kemampuan guru
menyimpulkan hasil diskusi kelompok, 5) kemampuan guru melakukan evaluasi, dan
6) Kemampuan guru memberikan reward kepada kelompok yang berprestasi.
B. Saran
1. Kepada pengawas madrasah disarankan agar terus menerus secara
berkesinambungan melakukan pembinaan secara terprogram melalui
penelitian tindakan madrasah kepad guru-guru di Madrasah binaannya.
2. Kepada pemerintah c/q Kementerian Agama Kabupaten Majalengka agar
memberikan motivasi dan mengalokasikan anggaran untuk penelitian tindakan
guru melalui supervisi akademik.
3. Kepada guru di kedua Madrasah objek penelitian, agar senantiasa terus
mengembangkan metoda-metoda pembelajaran yang inovatif agar proses
pembelajaran tidak membosankan.
DAFTAR PUSTAKA
BR. Amin Thaib, 2005, sTandar Supervisi Pendidikan, Depag, RI, Jakarta.
Cepi Riyana. 2004. Strategi Implementasi Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Dengan
Menerapkan Konsep Instructional Technology. Jurnal edutech, Jurusan Kurtek Bandung.