SKRIPSI
Diajukan untuk Memnuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh :
IRMANSYAH
NIM. 107043102190
SKRIPSI
Diajukan untuk Memnuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Disusun oleh :
IRMANSYAH
NIM. 107043102190
Dibawah bimbingan
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2014-06-26
Irmansyah
iii
ABSTRAK
IRMANSYAH, NIM 107043102190. Konsep Ibadah Abdul Qadir Al-Jailani Dalam Tinjauan
Maqashid Syari’ah Al-Syatibi. Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH),
Konsentrasi Perbandingan Madzhab Fiqh, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 / 2014 M. Dibimbing oleh Bapak Dr. H. Muhammad
Taufiki, M.Ag (196511191998031002).
Isi vii + 68 halaman + 41 literatur.
Abdul Qadir al-Jailani adalah seorang faqih sekaligus sufi, dalam buku sirr al-asrar beliau
bercerita tentang konsep ibadah yang mempunyai yang mempunyai dimensi syariat, tarekat dan
hakikat. Bagaimana kerangka teori maqashid syari’ah al-Syatibi meninjau konsep ibadah Abdul
Qadir al-Jailani.
Penelitian ini untuk menganalisis bagaimana konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani di
kitab Sirr – Al-Asrar dengan kerangka teori pemikiran al-Syatibi tentang maqashid -syari’ah dan
adakah kesesuaian praktik ibadah Abdul Qadir al-Jailani dengan maqashid syar’iah al-Syatibi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan melakukan pendekatan
normatif filosofis. Adapun sumber data yang didapat melalui data primer dan data sekunder
dengan pengumpulan data melalui studi pustaka (Librari Reasearch), Data yang diperoleh
tersebut disusun secara teratur dan sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif normatif
filosofis.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani yang
ditijau dari maqashid syari’ah al-syatibi mempunyai keseuaian dan mewujudkan maqashid
syari’ah.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat ilahi Rabbi, yang telah menurunkan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan
salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya Muhammad SAW. Di balik
terselesaikannya skripsi dengan judul “konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani ditinjau dari
maqashid syariah al-syatibi”, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1. Bapak H. JM. Muslimin, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
2. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag, sebagai Ketua Program Studi Perbandingan
Mazhab Hukum dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si, sebagai Sekretaris
Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
3. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya selama penulis menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran,
keramahan hati, dan nasehat-nasehat yang berharga yang telah bapak berikan.
v
4. Segenap dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini memberikan
5. Segenap pimpinan dan staf perpustakaa utama dan perpustakaan Fakultas Syari’ah Dan
6. Kepada kedua orang tua yang penulis hormati dan cintai, penulis persembahkan skripsi ini
kepada ayahanda H.Zulkifli (alm) dan Ibunda Hj. Nurhasanah, yang telah membimbing dan
mendidik. Atas dukungan moril, materil, kesabaran, perhatian, cinta, keikhlasan serta kasih
sayang yang tiada habisnya, semoga Allah membalas dengan seluruh kebaikan, ananda sadar
bahwa semua yang kalian berikan tak akan mungkin tergantikan oleh apapun.
7. Untuk guru-guruku Ust. Cipta Bakti Gama, Lc, KH.Muhyidin, Ust.Syarif, Lc, Ust.
Noer, Om Bagus, Ibu Ida farida, Ibu Sumarni, dan yang tak tersebutkan tanpa bimbingan
dan ilmu dari kalian, muridmu bukanlah apa-apa. Semoga Allah membalas dengan pahala
8. Untuk teman-teman yang pernah hadir dalam hidupku fajar anugrah ramadhan, mahatir, cb
gama, ahmad jaelani, adnan syafi’i, akmal, andiyanto,iyus, syahiru, ujang, agus, syahirul,
mulyani azam,rio sulaeman, zaenal ali muslim hidayat, subhan, arman, bimma, elvin
gunawan, aris, vera, maria, siti khoiriyah, ani rohimah,latifah nuzuli, nurhayati, jumiatun
diniah, betie febriana, teh dini retno utami, fikriyah, dan semua yang pernah kenal baik
vi
9. Teman-teman seperjuangan jurusan PMF (Perbandingan Mazhab Fiqh) angkatan 2007 kelas
B, Kahfi Ust angkatan 10, forum diskusi LSIK gang solo ciputat, mahasantri nurul hikmah
angkatan 2010, multidimensi institute ciputat, LSIA bogor angkatan 2010, dan teman-teman
10. Untuk istri tercinta yanah abdul hamid yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan tugas
akhir ini, putriku tersayang naila khairina yang selalu membuat hatiku damai dengan melihat
senyum dan tawanya, semoga Allah selalu satukan kita sampai surga.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak-pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga selesainya skripsi ini,
semoga segala bantuan tersebut diterima sebagai amal baik dan memperoleh balasan pahala
yang berlimpah ganda dari Allah Swt, (Aamiin) maka akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya.
vii
IRMANSYAH
viii
DAFTAR ISI
Halaman
E. Metode Penelitian…………………………………………….. 10
F. Sistematika Penulisan…………………………………………. 10
ix
BAB III ABDUL QADIR AL-JAILANI DAN KONSEP IBADAH DALAM
SIRR AL-ASRAR ... ...................................................................................... 30
A. Biografi Abdul Qadir al-Jailani................................................ 30
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kata maqshid yang berarti kesulitan dari apa yang ditujukan atau
4
Suaidah, Idah, “Ibadah Dalam Al-Qur’an, Vol 1. No. 1(Oktober 2012): h. 169-170.
2
3
syar’ah dan asy-syari’ah dengan arti tempat sumber air yang tidak
alat. Terkadang bisa juga diartikan sumber air, di mana orang ramai
mengambil air. Selain itu asy-syari’ah berasal dari akar kata syara’a,
yaitu sumber tempat air minum, jalan yang lurus dan terang dan juga
Jika Syari’ah adalah jalan maka pasti ada tujuan mengapa harus
melalui jalan ini dan maqashid syari’ah adalah tujuan hukum islam
5
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Penerbit Pustaka Progressif, 1997., cet. 14, hal. 712.
3
4
pada kemaslahatan.6
dan akhirat.7
6
Ramin Abd. Wahid, Maqashid al-Syari'ah dan Penerapan Hak Asasi Manusia
dalam Masyarakat Islam, Volume 15 Nomor 1, Juni 2012, h.126
7
Rahmat Sadchalis, Maqashid asy-Syari’ah,
http://sadchalis15.wordpress.com/2013/09/09/maqashid-asy-syariah/, (diakses
15/02/2014)
4
5
tujuan syara’9.
ibadah seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat dan lain sebagainya.
8
Yudian Wahyudi, Maqashid Syari’ah dalam Pergumulan Politik,
(yogyakarta,nawesea,2007), cet. II, h.28
9
Doni Darmawan, Pendekatan Maqashid al-Syari’ah Dalam Memeriksa dan
Memutuskan Perkara, http://www.pa-sijunjung.go.id/-index/index-artikel/395-
pendekatan-maqashid-al-syariah-dalam-memeriksa-dan-memutuskan-perkara-oleh-
doni-dermawan-sag-mhi--1312.html. (diakses 15/02/2014)
5
6
diterapkannya syariat.10
1. Perumusan Masalah
berikut:
2. Pembatasan Masalah
10
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, (Ciputat, Salima, 2013), cet. II, h.xxiii
6
7
bersuci dan shalat pada buku Sirrul-Asrar karya Abdul Qadir al-Jailani
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
7
8
penulisan skripsi ini, Penelitian seputar kitab sirr al-asrar abdul qadir
8
9
sebelumnya.
E. Metode Penelitian
artikel, dan karya ilmiah lainnya yang berkenaan dengan tema bahasan
ini.
F. Sistematika Penulisan
9
10
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan.
Syatibi.
SYATIBI
aplikasi prinsip umum ibadah (bersuci, shalat, zakat, puasa, dan haji)
10
11
BAB V : PENUTUP
11
12
BAB II
SYARI’AH
A. Biografi al-Syatibi
pada masa pemerintahan Ismail ibn Farraj yang berkuasa tahun 713
ibn Yusuf ibn Ismail berkuasa pada tahun 734 H dan Muhammad al-
1
Imam Asy-Syathibi, Al-I’tisham (buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah),
(Jakarta, Pustaka Azzam, 2006), Cet. I, h. 15
2
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, (jakarta,
RajaGrafindo, 1996), Cet.I, h. 17
12
13
dan faqih ternama Ibn Rusyd (w.594 H/1198 M). Istana Hamra
Hazim.
3
Sidik Tono, “Pemikiran dan Kajian Teori Hukum Islam Menurut al-Syatibi”.
Al-Mawarid Edisi XIII. (t.p 2005): h. 104.
13
14
yang dikenal dengan sebutan Abu Said bin Lub. Imam yang
ushul.
pengarang.
darinya.
fikih.
debat dan sastra. Pengetahuan sastra ia terima dari Abu Bakar al-
14
15
2. Karya-Karya
seorang imam.
5
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 23-25.
6
Imam Asy-Syathibi, Al-I’tisham (buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah),
h. XX.
15
16
Ushul fiqh.7
Sengaja.9
7
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 31.
8
Lihat Hans Wehr, a dictionary of modern written arabic,J. Milton Cowan (ed)
(new york, spoken english service, 1976), h. 767
9
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
Penerbit Pustaka Progressif, 1997), cet. 14, h. 1123.
16
17
hanya berarti fikih dan hukum, tetapi mencakup pula akidah dan
والدنيا معا
10
Mahmud Syaltut, Islam Akidah dan Syariah, (jakarta, pustaka amani, 1966),
Cet.III, h. 5.
11
Hamka haq, Al-Syatibi Aspek Teologis Konsep Maslahah dalam Kitab al-
Muawafaqat, (t.t, Erlangga, 2007), Cet.I, h.14.
12
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,(Beirut, Ibrahim ibn Musa al-
Maliki, t.t) Jilid I, h. 3.
17
18
(pelengkap).14
kelangsungan hidup manusia jika tidak ada manusia tak akan hancur
dalam Al-Qur’an dan Sunnah sebagai alasan kuat bagi rumusan satu
13
Asmuni Mth, Studi Pemikiran Al-Maqashid, Al-Mawarid Edisi XIV thn
2005.h. 167.
14
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,(Darul ibn Affan, Abu Ubaidah
Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, h. 18.
15
Yudian Wahyudi, Maqashid Syari’ah dalam Pergumula Politik, (yogya,
nawesea, 2007) Cet.II, h.27-28.
18
19
kemaslahatan.16
berfirman:
maksud-maksud Tuhan.
16
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,( Darul ibn Affan, Abu Ubaidah
Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, hlm. 12.
19
20
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
17
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,( Darul ibn Affan, Abu Ubaidah
Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, h. 12.
20
21
penelitian para ahli ushul fiqih, ada lima unsur yang harus dipelihara
dan diwujudkan.18
eksistensi agama.
18
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
1997), Cet. 1, h.125.
19
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,( Darul ibn Affan, Abu Ubaidah
Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, hlm. 12.
20
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
1997), Cet. 1, h.128-130
21
22
manusia.
21
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah Peran dan Relevansinya Dalam
Pengembangan Hukum Islam Kontemporer” Ahkam XI, No.2 (juli 2011): h.171.
22
Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta, Amzah, 2009), Cet.II, h.
23.
22
23
mempersulit hidupnya.
eksistensi akal.
23
24
pernikahan. 26
25
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172.
26
Anita Masduki, “Pemikiran beda agama menurut persfektif femiis liberal”
Islamia III, No.5 (2010): h.99.
27
Yudian Wahyudi, Ushul Fiqh Vs hermeneutika : membaca islam dari kanada
dan amerika, (yogyakarta, nawesea, 2007) Cet.IV, h.51.
24
25
28
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172.
29
Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syariah), Cet.II, h. 167.
25
26
aksistensi harta.
tentang jual beli dengan cara salam. Apabila cara ini tidak
modal.
30
Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172.
31
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 72.
26
27
Syatibi
yaitu:
32
Hamka Haq, Al-Syathibi : Aspek Teologis Konsep Maslahah Dalam Kitab Al-
Muwafaqat, Cet.I, h. 109.
33
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 74.
27
28
sering ditulis dan disebut dengan kata maslahat (lawan kata dari
mas lah ah, sehingga tidak ada maslahah diluar petunjuk teks
syari’ah dan karena itu tidak ada pertentangan antara mashlahah dan
teks syari’ah.35
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kekayaan. Setiap sesuatu yang
lebih dulu meninjaunya dari segi ada atau tidaknya kesaksian syara’
terhadapnya.
34
Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang, UIN malang Press, 2007) Cet.
1, h.113.
35
Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 (juli
2011): h.142.
36
Ibid.
28
29
menolaknya.
mas lah ah mulgha ini batil artinya tidak dapat dijadikan hujjah
adalah murni akal tetapi ulama membuat tiga katagori ini agar jelas
mana maslahat yang bisa di ambil dan yang tidak. Sehingga jelas
disepakati.
37
Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 (juli
2011): h.143.
38
Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, Cet. 1, h. 129
29
30
BAB III
SIRR AL-ASRAR
470 Hijriah atau 1077 Masehi di Jailan, Persia. Ibunya seorang yang
bin Abdullah bin Musa al-jun bin Abdullah al-Mahdh bin Abu
Muhammad Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib
1
Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia,( Jakarta, Prenada Media, 2005), Cet.2, h. 26 .
2
Syukron Maksum, Wirid-Wirid Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, (yogyakarta,
mutiara media, 2014), Cet. I, H. 201.
3
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar ...Rasaning Rasa, (Ciputat, Salima,
2013), cet. II, h.xxv
30
31
Ali bin Aqil Abul Wafa‟ bin Aqil (w. 513 H), Mahfudz bin
Ahmad bin Hasan Abul Khattab al-Kalwadzaniy (w. 510 H), Yahya
4
Shaih Ahmad al-Syami, terjemah Mawaa‟izh al-Syekh „Abd al-Qadir al-
Jaylani, (Jakarta, Zaman, 2012), Cet. IV, h. 16.
5
Abdul Qadir Al-Jailani, Kitab Para Pencari Tuhan, (Yogyakarta, Citra Media
Pustaka, 2013), Cet. I, h. XV
6
Ibid., h.XV
7
Ibid, h.XVi
31
32
Dalam hal fikih, beliau memberi fatwa menurut mazhab imam Asy-
rohani dan ini sudah ada sejak sekolah didirikan, kedua materi
dalm 3 sesi, (1). Jumat pagi (2) selasa sore (3) ahad pagi. Pada jumat
32
33
Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid bin Ali bin Surur
meneliti semua amal shaleh, dan tidak ada yang melebihi keutamaan
amal memberi makan.” Dan dikalangan kaum Sufi Abdul Qadir al-
terhitung jumlahnya. 12
itu, semua tanah lapang, jalan, pasar, penuh oleh lautan manusia,
hari.
10
Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani,
(Jakarta, Darul Falah, 2003), Cet. I, h. 16
11
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h. xxv
12
Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, h. 16.
33
34
2. Karya – karya
1) Karya-Umum
b. Futuhul Ghaib,
c. Al-Fath ar-Rabbani,
d. Jalâ‟ Al-Khâthir,
f. Ar-Rasâil,
h. Ushûl Ad-dîn
i. Ushûl-As-Saba‟
j. Ash-Shalawât wa al-Aurâd
k. Al-Amr al-Muhkam
l. Tafsîr Al-Jailâni.
m. Asrâr-Al-Asrâr
13
Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir Al-Jailani, (pentahkik Dr. Muhammad Fadhil
Jailani Al-Hasani), (Ciputat, Salima Publika, 2013), Cet I, h. X.
15
Ibid, h. ix
34
35
beliau tahkik.17
16
Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, h.30-35.
17
Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir al-Jailani, h. ix-xxvi.
35
36
(tasawuf).
berfikir yang unik dalam menjelaskan ajaran islam. Abdul Qadir al-
Jailani memandang realitas dunia ini tidak hanya secara fisik yang bisa
Dalam kitab Sirr Al- Asrâr dijelaskan manusia yang terdiri dari
jasad serta ruh dan sesungguhnya ruh-ruh itu berasal dari Nur
18
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h. xxi
19
ibid
36
37
jabarut sebagai pakaian antara dua haram (dua tempat antara dimensi
ini disebut Ruh Sulthani. Lalu diturunkan lagi ke alam Malakut dan
alam Mulki tadi) agar masuk ke dalam jasad-jasad itu dan Ruh pun
masuk kedalamnya.21
ada hirarki transendental dari alam Mulki, alam Malakut, alam Jabarut,
tentang hirarki ini bisa di capai dengan menjalankan syariat, tariqat dan
hakikat.
20
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h. 10
21
Ibid, h. 13-14.
37
38
khususnya pada bab tentang ibadah yaitu konsep thaharah dan shalat.
1. Thaharah
Bersuci ada dua macam yakni bersuci secara lahir; dan bersuci
wudhunya.22
22
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169.
38
39
dan akhlak yang hina, seperti (dosa kalbu yakni) sombong, „ujub
ikhlas dari semua dosa kalbu dan badan di atas dan dengan
23
Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,
Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz I, hlm.148.
24
Ahmad ibn Hambal, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, (Kairo, Yayasan
Cordova, t.t), juz II, hlm. 344.
39
40
setiap satu hari satu malam, maka wudhu batin dan shalat batin
akan meghasilkan buah yaitu akhlak seperti lebih rendah hati, lebih
2. Shalat
25
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169.
26
Ahmad Saiful Islam Hasan Al-Banna, Tafsir Hasan Al-Banna, (Jakarta, Suara
Agung, 2010), cet. 1, h. 134
40
41
yang suci, bertempat di tempat yang suci, menghadap kiblat, niat, dan
anggota badan yang lahir, seperti berdiri, membaca ayat atau surah,
waktu.
shalat al-wustha yaitu shalat kalbu karena hati berada di tengah (al-
wasth) badan; antara kanan dan kiri; antara atas dan bawah; juga
27
Abdul Qadir Al-Jailani, Rahasia Muslim Sejati : menyelami jalan tasawuf
(suluk) menjadi kekasih Allah, (jogjakarta, Bening, 2010), Cet.I, h.13
41
42
Maksud dari dua jari Allah SWT ialah dua sifat Allah, yaitu
Lathif). Dari ayat dan hadits di atas diketahui bahwa shalat yang
kalbu. Bila kalbu lupa maka “batallah” shalat kalbu sekaligus shalat
badannya karena kalbu merupakan inti, dan anggota badan yang lain
waktu tertentu, dalam satu hari satu malam wajib dikerjakan lima
28
Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,
Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz 8, hlm.51.
29
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.174.
30
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-
Bukhari , al-Jami‟ al-Shahih (Kairo, Darul Aswab, 1987), juz 1, h. 20.
42
43
tauhid melalui lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu di dalam kalbu
Ahadiyah (fase tertinggi dari maqam ruh) yakni hadirat Allah yang
Maha Tunggal dan Keindahan Allah SWT. Itulah kiblat yang hakiki.
Selamanya, kalbu dan ruh tidak boleh lepas dari shalat ini.31
dan tidak boleh mati. Ia selalu punya kegiatan, saat tidur maupun
31
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.175.
32
Ibid
43
44
(fase tertinggi dari maqam ruh). Ini, sesuai dengan sabda Rasulullah
SAW,”
Artinya : “Para Nabi dan para wali selalu shalat di alam kuburnya,
seperti halnya mereka shalat di rumahnya.” (HR. Al-Bazzar)33
Bagi Abdul Qadir al-Jailani Bila dua shalat syari‟at dan shalat
tarekat ini telah berpadu secara lahir dan batin, maka sempurnalah
shalat itu dan pahalanya pun sangat besar. Pahalanya berupa Al-
dan pahala derajat (surga) yang diraih oleh shalat badannya. Maka
ibadah, dan batinnya „arif billah (makrifat kepada Allah). Dan, bila
pahala Al-Qurbah.34
33
al-Imam al-Hafidz al-Kabir Abu Bakrin Ahmad ibn Abdi al-Kholiqi al-Basharyi
Al-Bazzar, Musnad al-Bazzar, (Madinah, Maktabah Ulum wal Hikmah, 2009), juz
13, h.62.
34
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169.
44
45
BAB IV
sesuai dengan Nabi Muhammad Saw laksanakan, tetapi ada aspek batin
yang dengan itu kita dapat meraih realitas tertinggi. Dan ini bisa di capai
ruhaniyah dengan tujuan ridha Allah tanpa riya (ingin dipuji orang) dan
1
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar ...Rasaning Rasa, (Ciputat, Salima, 2013), cet. II,
h.23.
45
46
konsep maslahah di bagi tiga dari segi ketegasan justifikasi syara‟; bagian
bangkai jika tidak ada makanan lain atau dalam kondis yang darurat, jika
tidak makan bangkai akan mati. Hal ini merealisasikan penjagaan terhadap
2
Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 (juli 2011):
h.143.
46
47
ada larangan mengambil riba pada al-qur’an seperti pada surat al-Baqarah
ayat 275-281, jika dilihat maqashid larangan mengambil riba jelas hifdz
al-mal tapi sekarang riba adalah salah satu bentuk sistem perbankan,
sehingga bunga bank dianggap sebagai maslahah juga dengan alasan hifdz
di ayat diatas dan juga fatwa MUI no.1 tahun 2004 tentang keharaman
bunga bank.
sebenarnya aspek hajiyyah dan tahsiniyyah juga terwujud. Seperti dari sisi
kota.
menghilangkan kesulitan. Selain itu juga ada contoh hajiyyah yang lain
47
48
itu juga tahsiniyyah ini memperindah sekaligus sebagai adab seperti shalat
memakai pakaian yang bersih dan wangi, walaupun sebenarnya sah – sah
saja memakai pakaian bau dan kucel ketika shalat tapi tentu kurang indah
Berikut ini uraian konsep thaharah dan shalat menurut Abdul Qadir al-
1. Thaharah
thaharah (bersuci) menjadi dua macam yakni bersuci secara lahir; dan
48
49
memperbaharui wudhunya.
contoh hifdz aql, kita bisa melihat orang-orang sufilah yang pada
Dalam hal thaharah atau bersuci kita bisa lihat manusia yang
syari‟ah yang dharuriyyah yaitu hifdz ad-din. Apalagi wudhu batin ini
Pada saat kita bisa melihat kenapa orang – orang banyak yang
orang lain sehingga dia korupsi. Tapi secara batin mereka melakukan
4
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, (Ciputat, Salima, 2013), cet. II, h.170
49
50
ibadah yang ingin mencapai realitas yang lebih tinggi dari drajat
karena melakukan amalan yang tercela dan akhlak yang hina, seperti
ikhlas dari semua dosa kalbu dan badan di atas dan dengan
50
51
macam yakni bersuci secara lahir dan bersuci secara batin. Bersuci
secara lahir mengunakan air dan bersuci secara batin dengan tobat.7
yaitu air mutlak, yaitu air yang suci dan mensucikan , seperti mata
air, air hujan, air sungai, air zamzam, dan air laut8, berdasarkan
dalil-dalil berikut.
7
Ibid. h.169.
8
Sayid Sabiq, fiqh as-sunnah,(Beirut, Darul Kutub, t.t)juz 1, h.18.
51
52
Artinya : “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat suci.”
(Al-Furqan: 48). Dan Rasulullah saw. Bersabda :
Bukhori)10.
Tanah dijadikan sebagai alat thaharah jika tidak ada air, atau
tidak bisa menggunakan air karena sakit, dan karena sebab lain.
Allah berfirman,
9
Abu Dawud Sulayman ibn al-Ashʿath al-Azdi al-Sijistani, Sunan Abu Daud,
(Beirut, Darul Kutub, t.t), juz I, h. 25
10
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-
Bukhari , Al-Jami‟ As-Shahih, (Kairo, Darul Aswab, 1987), juz I, h.119.
52
53
lainnya.
secara batin adalah dengan bertobat dan wudhu ini batal jika
dengki dan sifat buruk lainnya tentu orang seperti itu tidak akan
jabatan dia tak akan mungkin berbohong atau korupsi maka dengan
apapun yang terjadi dalam hidup ini bisa dilihat sulit ataupun bisa
11
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169.
53
54
bersuci atau wudhu batin adalah dengan tobat yang ikhlas dari
memohon ampunan.12 Dari sini kita bisa melihat bahwa tobat tadi
12
Ibid, h.169-170.
54
55
mensucikan batinnya dengan wudhu secara lahir dan batin dia tidak
akan gila hormat tapi akan bersikap rendah hati karena bagi dia
hormat.
2. Shalat
13
Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syari’ah, (Jakarta, Amzah, 2010)Cet. II,
h.xvi.
55
56
memadukan antara shalat syariat dan shalat tarekat secara lahir dan
sufi lainya justru mereka faham dimana posisi suatu teks itu.
Bahwa teks itu ada lahir dan batinnya, bahwa penafsiran terhadap
14
Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak at-Tirmizi,, Sunan
at-Tirmidzi (t.p, t.t),juz 10, h. 101.
15
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.177.
56
57
Dengan seperti ini para sufi terbukti bisa mengapresiasi filsafat dan
makna hadis nabi shalat adalah tiang agama menjadi lebih bisa di
tujuannya.
16
Beberapa sumber mengatakan as-shalatu mi’rajul muslim adalah hadis tapi
penulis belum menemukan matan hadis tersebut.
57
58
agama.
17
Abdul Wahab Khalaf, Ulum Ushul Fiqh, (Kairo, Maktabah Ad-da’wah,t.t), juz I,
h. 206.
58
59
akan menjadikan hatinya tenang dan selalu ingat kepada Allah Swt
melakukannya.
tempat.
18
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.176.
59
60
tahsiniyyah.
Maqashid Syari’ah
1. Analisa Umum
itu sendiri yang berarti jalan untuk mengantarkan kita pada tujuan.
60
61
syari‟ah dimana orang yang suci secara lahir dan batin dia tidak
korupsi dan melakukan dosa yang lain, padahal setiap hari dia
mulut, tangan, wajah, kepala dan kaki. kemudian jika mata melihat
aurat tentu akan berdosa tapi apakah wudhunya batal. secara syariat
jelas tidak batal tapi secara tarekat dan hakekat batal sehingga
19
Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,
Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz I, hlm.151.
61
62
beribadah tapi juga agar menjadikan hati kita suci setiap saat. Dan
Allah menginginkan kita beribadah dengan raga dan hati yang suci
yang ternoda oleh dosa kalbu dan dosa badan, menjadi pelengkap
20
Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,
Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz I, hlm.140.
62
63
shalat tarekat telah berpadu secara lahir dan batin maka dia akan
dalam satu hari satu malam wajib dikerjkan lima kali. Dan, shalat
asma – asma tauhid melalui lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu
21
Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.175.
63
64
dogma.
realitas.
syari‟ah.
64
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pertama Abdul Qadir al-Jailani sebagai seorang yang faqih dan juga
syari’ah.
ajaran agama itu ada tujuan-tujuan sebagaimana akar kata syari’ah itu
65
66
sendiri yang berarti jalan untuk mengantarkan kita pada tujuan. al-
ushul fiqh sedangakan Abdul Qadir al-Jailani sebagai faqih yang sufi
lebih jauh konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani secara tidak langsung
B. Saran
seperti apa tentang konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab
tentang konsep ibadah yang lainnya seperti zakat, puasa dan haji.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Al-Banna , Ahmad Saiful Islam Hasan, Tafsir Hasan Al-Banna, cet. 1, Jakarta, Suara
Agung, 2010.
Al-Bazzar al-Imam al-Hafidz al-Kabir Abu Bakrin Ahmad ibn Abdi al-Kholiqi al-
Basharyi, Musnad al-Bazzar, Madinah, Maktabah Ulum wal Hikmah, 2009, juz
13.
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Jilid I, Beirut, Ibrahim ibn Musa al-
Maliki, t.t.
Asy-Syathibi, Imam, Al-I’tisham (buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah), Cet. I,
Jakarta, Pustaka Azzam, 2006.
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam Jilid I, Darul ibn Affan, Abu Ubaidah
Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t.
At-Tirmizi, Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak, Sunan at-Tirmidzi
(t.p, t.t),juz 10,.
Al-Qathani , Said bin Musfir, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Cet. I, Jakarta,
Darul Falah, 2003.
Abu Dawud Sulayman ibn al-Ashʿ ath al-Azdi al-Sijistani, Sunan Abu Daud, (Beirut,
Darul Kutub, t.t), juz I,.
Ahmad al-Syami ,Shaih, terjemah Mawaa’izh al-Syekh ‘Abd al-Qadir al-Jaylani, Cet.
IV, Jakarta, Zaman, 2012.
Ahmad ibn Hambal, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, Kairo, Yayasan Cordova, t.t,
juz II.
Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 juli 2011.
67
68
al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi,
Al-Jami’ As-Shahih, Kairo, Darul Aswab, 1987, juz I.
Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Cet. 1, Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
1997.
Haq, Hamka, Al-Syatibi Aspek Teologis Konsep Maslahah dalam Kitab al-Muawafaqat,
Cet.I, t.t, Erlangga, 2007.
Jaya Bakri, Asafri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, Cet.I , jakarta,
RajaGrafindo, 1996.
Jauhar, Ahmad Husain, Maqashid Syariah, Jakarta, Amzah, 2009, Cet.II, h. 23.
Khalaf, Abdul Wahab, Ulum Ushul Fiqh, Kairo, Maktabah Ad-da’wah,t.t, juz I.
Muslim, Abū al-Ḥusayn ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī, Shahih
Muslim, Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t, juz I
Masduki, Anita “Pemikiran beda agama menurut persfektif femiis liberal” Islamia III,
No.5 2010.
Mth, Asmuni, Studi Pemikiran Al-Maqashid, Al-Mawarid Edisi XIV thn 2005.
Qadir Al-Jailani, Abdul, Kitab Para Pencari Tuhan, Cet. I, Yogyakarta, Citra Media
Pustaka, 2013.
68
69
Qadir al-Jailani , Abdul, Tafsir Al-Jailani, (pentahkik Dr. Muhammad Fadhil Jailani Al-
Hasani), Cet I, Ciputat, Salima Publika, 2013.
Qadir Al-Jailani, Abdul, Rahasia Muslim Sejati : menyelami jalan tasawuf (suluk)
menjadi kekasih Allah, CET.1, jogjakarta, Bening, 2010.
Qadir al-Jailani, Abdul, Sirrul – Asrar, Ciputat, Salima, cet. II, 2013.
Sayid Sabiq, fiqh as-sunnah, Beirut, Darul Kutub, t.t, juz 1,.
Syaltut, Mahmud, Islam Akidah dan Syariah, Cet.III, jakarta, pustaka amani, 1966.
Tamrin, Dahlan, Filsafat Hukum Islam, Cet. 1, Malang, UIN malang Press, 2007.
Tono, Sidik, Pemikiran dan Kajian Teori Hukum Islam Menurut al-Syatibi. Al-Mawarid
Edisi XIII. 2005
Wahid, Ramin Abd, Maqashid Al-Syari’ah Dan Penerapan Hak Asasi Manusia Dalam
Masyarakat Islam, vol 15 no 1 2012.
Wehr, Hans, a dictionary of modern written arabic,J. Milton Cowan (ed), new york,
spoken english service, 1976.
Wahyudi, Yudian, Ushul Fiqh Vs hermeneutika : membaca islam dari kanada dan
amerika, Cet.IV, yogyakarta, nawesea, 2007.
69