“ TEKNIK MODELING”
Dosen Pembimbing :
Fatimatuz Zahro, M. Pd
Disusun oleh :
Kelompok
BANJARMASIN
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan
selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih
lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang
ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul “TEKNIK MODELLING“ sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
BAB II................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Definisi Teknik Modeling ........................................................................ 3
B. Tujuan Teknik Modeling ......................................................................... 3
C. Jenis-Jenis Teknik Modeling ................................................................... 4
D. Prinsip Teknik Modeling ......................................................................... 6
E. Macam-macam Penokohan ...................................................................... 6
F. Tahap-tahap atau Langkah-langkah Modeling ........................................ 6
G. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Modeling ............. 8
H. Prosedur, Variasi dan Contoh .................................................................. 9
I. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Modeling ....................................... 11
BAB III ............................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................ 14
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mendidik anak untuk bisa pintar mungkin bisa dilakukan oleh siapa
saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak
semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua dan guru yang
sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi dalam
memahami dinamika kepribadian anak. Perilaku siswa usia sekolah saat
ini banyak dikeluhkan guru.
Para guru mengeluh sikap anak- anak yang sangat sulit di atur
(hiperaktif) emosinya di kelas. Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping
karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran
guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang
diajarkan guru kepadanya.
Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa
maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu
anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan
potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan
adanya bimbingan konseling berupa layanan atau treatment yang sesuai
dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak
akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik
tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan
dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
Banyak perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model, yaitu
dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk
perilaku baru dalam dirinya (Bandura, 1977). Secara sederhana prosedur
1
dasar meneladani (modeling) adalah menunjukkan perilaku seseorang atau
perilaku beberapa orang kepada subyek untuk ditiru.
Prosedur meneladani adalah prosedur yang memanfaatkan proses
belajar melalui pengamatan, dimana perilaku seseorang atau beberapa
orang teladan, berperan sebagai perangsang terhadap pikiran, sikap, atau
perilaku subyek pengamatan tindakan untuk ditiru atau diteladani
(Bandura, 1977; Soetarlinah Soekatji, 1983).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana teknik modeling itu menurut definisi ahli?
2. Bagaimana tujuan teknik modeling?
3. Apa saja jenis-jenis teknik modeling?
4. Apa saja prinsip teknik modeling?
5. Bagaimana tahap pelaksanaan teknik modeling?
6. Didalam teknik modeling apakah ada kelemahan dan kelebihan dari
pelaksanaan teknik tersebut?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana
konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan.
3
4. Melaksanakan tekun respon- respon yang semula terhambat/
terhalang
5. Mengurangi respon- respon yang tidak layak
3. Modeling simbolik
Modeling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model
film atau televisi yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat
mempengaruhi pengamatnya.
4. Modeling kondisioning
Modeling ini banyak dipakai untuk mempelajari respon
emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional
yang mendapat penuatan. Muncul respon emosional yang sama di
4
dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada
didekatnya saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap
mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional
model yang diamati.
1. Proses Mediasi
Yaitu proses terapeutik yang memungkinkan penyimpanan dan
recall asosiasi antara stimulus dan respon dalam ingatan. Dalam
prosesnya, mediasi melibatkan empat aspek yaitu atensi, retensi,
reproduksi motorik, dan insentif. Atensi pada respon model akan
diretensi dalam bentuk simbolik dan diterjemahkan kembali dalam
bentuk tingkah laku (reproduksi motorik) yang insentif.
2. Live Model dan Symbolic Model
Yaitu model hidup yang diperoleh klien dari konselor atau
orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan
nilai-nilai keahlian kemasyarakatan. Keberadaan konselor pun dalam
keseluruhan proses akan membawa pengaruh langsung (live model)
baik dalam sikap yang hangat maupun dalam sikap yang dingin.
Sedangkan symbolic model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan
media rekaman lainnya.
3. Behavior Rehearsal
Yaitu latihan tingkah laku dalam bentuk gladi dengan cara
melakukan atau menampilkan perilaku yang mirip dengan keadaan
sebenarnya. Bagi klien teknik ini sekaligus dapat dijadikan refleksi,
koreksi, dan balikan yang ia peroleh dari konselor dalam upaya
mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan dan ia katakana.
4. Cognitive Restructuring
Yaitu proses menemukan dan menilai kognisi seseorang,
memahami dampak negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku,
dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih
5
realistic dan lebih cocok. Teknik ini dapat dilakukan dengan
memberikan informasi yang korektif, belajar mengendalikan pemikiran
sendiri, menghilangkan keyakinan irrasional, dan menandai kembali
diri sendiri.
5. Covert Reinforcement
Yaitu teknik yang memakai imajinasi untuk menghadiahi diri
sendiri. Teknik ini dapat dilangsungkan dengan meminta klien untuk
memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan
sesuatu yang sangat negatif, dan memasangkan imaji sesuatu yang
dikehendaki dengan imaji sesuatu yang ekstrim positif.
E. Macam-macam Penokohan
Penokohan nyata (live model) seperti: terapis,guru,anggota keluarga
atau tokoh yang dikagumi dijadikann model oleh konseli.
Penokohan simbolik (syimbolic model) seperti: tokoh yang dilihat
melaui film,video atau media lain.
Penokohan ganda (multiple model seperti: terjadi dalam
kelompok,seorang anggota mengubah sikap dan mempelajarfi sikap
baru setelah mengamati anggota lain bersikap.
6
model).
Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya
konseli yang memiliki kesamaan seperti:usia,status ekonomi, dan
penampilan fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.
Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.
Kompeksitas perilaku yang modelnya harus sesuai dengan tingkat
perilaku konseli.
Kombinasikan modeling dengan aturan, intruksi,behavioral reharsal,
dan penguatan.
Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan
alamiah.
Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model
secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan
alamiah.
Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan
mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.
Skenario modeling harus dibuat realistik.
Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukkan perilaku yang
menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian
bahas yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli).
1. Tahap Pemilikan.
Tahap pemilikan adalah tahap masuknya perilaku dalam
perbendaharaan perilaku subjek, ialah subjek memperoleh dan
memepelajari perilaku teladan yang diamati. Pengamatan intensif dan
mengesankan, mempercepat pemilikan perilaku ini. Namun
pengamatan tidak intensifpun bila berulang-ulang dapat menimbulkan
perilaku meniru. Karena itu, orang-orang dalam suatu kelompok
pergaulan cenderung berperilaku serupa, salah satu sebab karena saling
meniru, sengaja atau tidak sengaja
7
2. Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap ini subjek melakukan perilaku yang telah dipelajari
dari teladan. Pada tahap pelaksanaan, subjek sudah memiliki perilaku
yang dicontoh tapi belum melaksanakan sebagai perilakunya sendiri.
Pelaksanaan baru dapat diwujudkan bila faktor-faktor penunjang ada.
Faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan adalah faktor pengukuhan,
baik yang dialami subjek sendiri, maupun yang diperoleh lewat
pengamatan, ialah melihat orang lain yang melaksanakan perilaku
teladan mendapat pengukuh (vicarious reinforcement).
8
reinforcement). Menurut Bandura, punishment tidak bekerja dengan
baik dan seefektif reward dalam modeling ini (Sadmoko:2010).
9
7. Terapis perlu mengintruksikan pada klien untuk mengulangi tahap 6
yang sesuai dengan model-model yang dilakukan oleh model peran.
8. Terapis perlu menyusun latihan tindakan saat model peran hadir.
Instruksi tersebut diberikan pada sajian kedua atau pada akhir sajian,
sebagai evaluasi dari sajian pertama. Sajian model peran merupakan
koreksi dari sajian pertama yang bisa disajikan oleh model peran atau
oleh klien.
9. Terapis dapat memiliki alasan untuk percaya bahwa klien memiliki
kesulitan dalam meniru tindakan-tindakan yang dilakukan. Terapis
dapat menyentuh bagian-bagian dari tubuh klien dan memandu klien
agar bertindak sesuai harapan.
10. Terapis dapat meminta pada klien untuk mempraktikkan perilaku yang
diperagakan model peran saat model peran tidak hadir.
11. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh klien secara mandiri, harus
segera diberitahukan kepada supervisi atau terapis.
12. Bila dimungkinkan, terapis perilaku perlu menggunakan model peran
yang bergengsi, agar klien lebih termotivasi.
13. Bila dimungkinkan, terapis menggunakan model yang memiliki latar
belakang penyakit atau penyimpangan yang dimiliki klien.
14. Terapis perlu menyusun perawatan, sehingga klien dapat mengamati
model peran.
15. Terapis perlu menjalakan beberapa sesi-sesi model untuk
mengarahakan tiap klien.
16. Harus pasti dapat melakukan perilaku dasar yang diperagakan, guna
memastikan klien melakukan hal yang sama dengan model peran.
17. Klien yang menjadi lebih terampil atau dapat melakukan perilakunya
dengan baik, terapis harus dapat menyesuaikan perilaku-perilaku yang
diperagakan dengan tingkatan yang lebih sulit.
18. Terapis perlu melatih klien untuk terlibat pengamatan pada dirinya
sendiri dan menguatkan dirinya, agar klien dapat berangsur-angsur
memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan program perawatan
dirinya.
10
I. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Modeling
1. Kelebihan Teknik Modeling
Dengan teknik modeling konseli bisa mengamati secara
langsung seseorang yang dijadikan model baik dalam bentuk live
model ataupun symbolic model , sehingga konseli bisa dengan cepat
memahami perilaku yang ingin diubah dan bisa mendapatkan perilaku
yang lebih efektif.
2. Kekurangan Teknik Modeling
a. Keberhasilan teknik modeling tergantung persepsi konseli terhadap
model. Jika konseli tidak menaruh kepercayaan pada model, maka
konseli akan kurang mencontoh tingkah laku model tersebut.
b. Jika model kurang bisa memerankan tingkah laku yang
diharapkan, maka tujuan tingkah laku yang didapat konseli bisa
jadi kurang tepat.
c. Bisa jadi konseling menganggap modeling ini sebagai keputusan
tingkah laku yang harus ia lakukan, sehingga konseli akhirnya
kurang begitu bisa mengadaptasi model tersebut sesuai dengan
gayanya sendiri.
11
secara langsung diikuti dengan konsekuensi hokuman bila dijadikan
teladan cenderung perilaku tersebut tidak diulang.
12
3. Efek Menahan Perilaku
Berbeda dengan pelepasan perilaku tertahan, menahan perilaku
adalah menunda munculnya perilaku yang telah dimiliki karena
mengamati konsekuesi perilaku tersebut bila dilakukan. Perilaku yang
pada awalnya dikuasainya bebas atau ragu-ragu, ditahan untuk tidak
dilakukan akibat mengamati perilaku seorang teladan.
4. Efek mempermudah timbulnya perilaku
Seseorang cenderung akan mudah perilaku yang sudah dikuasai
orang lain manakala orang tersebut menjadi teladan. Kekuatan teladan
ini akan menjadi lebih efektif bila orang tersebut merupakan
significance other’s bagi orang yang meneladaninya.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teknik modeling ini relevan untuk diterapkan pada konseli yang
mengalami gangguan-gangguan reaksi emosional atau pengendalian
diri, kekurangterampilan kecakapan-kecakapan sosial, keterampilan
wawancara pekerjaan, ketegasan, dan juga mengatasi berbagai
kecemasan dan rasa takut seperti phobia, kecemasan dengan serangan-
serangan panik, dan obsesif kompulsif. Teknik ini sesuai diterapkan
pada konseli yang mempunyai kesulitan untuk belajar tanpa contoh,
sehingga dia memerlukan contoh/ model perilaku secara konkret untuk
dilihat/ diamati sebagai pembelajaran pembentukan tingkah laku
konseli. Jadi, konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perilaku yang
dikehendaki tanpa harus mengalaminya langsung (trial and error).
14
DAFTAR PUSTAKA
Gantina, Eka w, & Karsih. 2011. Teori dan Tehnik Konseling. Jakarta : PT
Indeks
http://www.sandiman.org/index.php/more-about-joomla/32-karya-tulis-
seminar-jabfung/38-pengenalan-structural-equation-modeling
http://hariadimemed.blogspot.com/2010/03/analisis-pengubahan-tingkah-
laku.html
15