ABSTRAK
Tujuan penelitian: untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola pemberian makanan
terhadap status gizi anak usia toddler. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 1–3 tahun di Desa Kunden, Karanganom,
Klaten. Sampel berjumlah 56 orang yang diambil dengan teknik concecutive sampling. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni–Juli 2016. Instrumen yang digunakan ialah kuesioner pengetahuan ibu tentang status gizi, kuesioner pola
pemberian makanan, timbangan berat badan, serta stature meter. Pengukuran status gizi menggunakan indeks BB/TB.
Analisis data menggunakan uji koefisien kontingensi untuk mengetahui korelasi. Hasil: Ibu yang memiliki pengetahuan
tentang gizi balita cukup baik sejumlah 41,1% dan ibu yang memiliki pengetahuan tentang pola pemberian makanan
baik sejumlah 78,6%. Balita di Desa Kunden sebagian besar memiliki status gizi normal, yaitu sejumlah 62,5%. Hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan ibu (p=0,166) dan pola pemberian makanan (p=0,313) terhadap
status gizi balita (α=0,05). Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi anak usia toddler dan
pola pemberian makanan terhadap status gizi anak usia toddler.
Kata Kunci: pengetahuan ibu, pola pemberian makanan, status gizi, toddler
53
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017
54
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan
Kedua kuesioner telah diuji validitas pada Peneliti membagikan kuesioner kepada
20 ibu yang memiliki anak usia 1–3 tahun di ibu dan mengukur berat badan dan tinggi
Desa Brangkal dengan hasil nilai r hitung badan anak. Timbangan berat badan yang
kuesioner pengetahuan gizi ibu 0,461–0,737 digunakan timbangan OneMed® dengan
sehingga r hitung > r tabel 0,444 dan hasil nomor sertifikat ONE MED/BR 2016/
uji validitas kuesioner pola pemberian makan J1504249128. Status gizi diukur melalui
didapatkan r hitung 0,491–0,751 (r hitung > r pengukuran berat badan dan tinggi badan.
tabel). Kuesioner pengetahuan gizi ibu telah Status gizi dikategorikan menjadi dua, yaitu
diuji reliabilitas dengan uji Kuder Richardson tidak normal dan normal. Status gizi normal
20 karena berbentuk skala Guttman dengan apabila nilai Z-score antara –2 SD sampai
nilai r=0,778 (reliabel). Kuesioner pola dengan 2 SD, sedangkan status gizi tidak
pemberian makanan juga telah diuji reliabilitas normal apabila nilai Z-score < –2 SD atau
dengan uji alfa Cronbach karena berbentuk > 2 SD. Analisis univariat dalam penelitian
skala Likert dengan hasil r=0,901 (reliabel). ini menggunakan frekuensi dan persentase,
Status gizi diukur melalui antropometri dan sedangkan analisis bivariat menggunakan uji
menggunakan indeks BB/TB yang kemudian statistik koefisien kontingensi.
dihitung nilai Z-score.
Peneliti mencari daftar nama anak usia HASIL
toddler di bidan desa untuk menyeleksi anak Analisis univariat dalam penelitian ini
yang memiliki masalah kekurangan energi dilakukan untuk menggambarkan distribusi
protein, yodium, dan vitamin A. Kemudian, frekuensi karakteristik responden dan
peneliti melakukan penelitian secara door variabel yang diteliti.
to door dan memberikan informed consent.
55
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik responden di Desa Kunden, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten tahun 2016
(n =56)
Frekuensi Persentase
Variabel
(f) (%)
Usia Anak
12–24 bulan 34 60,7
25–36 bulan 22 39,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 46,4
Perempuan 30 53,6
Usia Ibu
20–35 tahun 44 78,6
>35 tahun 12 21,4
Pendidikan Ibu
SD 5 8,9
SMP 12 21,4
SMA 32 57,2
Perguruan tinggi 7 12,5
Status Bekerja Ibu
Tidak bekerja 26 46,4
Buruh pabrik 18 32,1
Wiraswasta 8 14,3
PNS 4 7,2
Pendapatan Keluarga
< Rp500.000,00 13 23,2
Rp500.000,00–
11 19,6
Rp1.000.000,00
> Rp1.000.000,00 32 57,1
Pengetahuan Ibu
Baik 19 33,9
Cukup 23 41,1
Kurang 14 25,0
Pola Pemberian Makanan
Baik 44 78,6
Cukup 12 21,4
Kurang 0 0
Status Gizi
Tidak normal 21 37,5
Normal 35 62,5
Total 56 100,0
Sebagian besar anak yang menjadi ibu rumah tangga (tidak bekerja) dengan
responden dalam penelitian ini ialah anak persentase sebesar 46,4%. Pendapatan
berusia 12–24 bulan dengan persentase rata-rata keluarga per bulan berdasarkan
sebesar 60,7%. Sebagian besar anak yang jumlah anggota keluarga sebagian besar Rp.
menjadi responden dalam penelitian ini 500.000-Rp1.000.000,00 dengan persentase
berjenis kelamin perempuan, yaitu sejumlah sebesar 57,1%.
53,6%. Sebagian besar ibu-ibu di Desa Kunden
Sebagian besar ibu yang menjadi memiliki pengetahuan tentang gizi anak
responden penelitian berusia 20–35 tahun yang cukup baik dengan persentase sebesar
dengan persentase sebanyak 78,6%. 41,1%. Sebesar 78,6% ibu di Desa Kunden
Sebagian besar tingkat pendidikan ibu telah melakukan pola pemberian makanan
sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 57,1% yang baik. Sebagian besar anak di Desa
ibu merupakan lulusan SMA. Ibu-ibu di Kunden memiliki status gizi normal, yaitu
Desa Kunden sebagian besar merupakan sebesar 62,5%.
56
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan
2. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi Anak Usia Toddler terhadap Status Gizi
Anak Usia Toddler
Tabel 2. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi anak usia toddler terhadap status gizi anak usia toddler
(n=56)
Status Gizi Anak Usia Toddler
Berdasarkan Indeks BB/TB
Variabel p value r
Tidak Normal Normal Total
F % F % f %
Pengetahuan Kurang 8 38,1 6 17,1 14 25,0
Ibu tentang Gizi Cukup 6 28,6 17 48,6 23 41,1 0,166 0,245
Balita Baik 7 33,3 12 34,3 19 33,9
Total 21 100,0 35 100,0 56 100,0
Hasil uji koefisen kontingensi pada Tabel didukung dengan nilai p value yang lebih
2 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan besar dari nilai α=0,05, yaitu 0,166 sehingga
antara pengetahuan ibu tentang gizi anak menerima hipotesis nol (Ho).
usia toddler terhadap status gizi anak yang
3. Hubungan Pola Pemberian Makanan terhadap Status Gizi Anak Usia Toddler
Tabel 3. Hubungan pola pemberian makanan terhadap status gizi anak usia toddler (n=56)
Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks BB/
TB
Variabel Tidak Normal Normal Total p value r
f % F % f %
Pola PemberianCukup 3 14,3 9 25,7 12 21,4
0,313 0,134
Makanan Baik 18 85,7 26 74,3 44 78,6
Total 21 100,0 35 100,0 56 100,0
57
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017
kurang gizi dapat dilihat dari berat dan tinggi perkembangan yang perlu dilakukan agar
badan yang kurang dari normal. Anak yang dapat bertanggung jawab dalam kehidupan
tinggi badannya tidak bertambah atau kurang berkeluarga (Morks, Knoers, & Haditono,
dari normal menandakan kurang gizinya telah 2001).
berlangsung lama (Maryunani, 2010). Hasil penelitian di Desa Kunden ialah
Hasil penelitian di Desa Kunden sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan
menunjukkan sebagian besar anak usia yang tinggi dengan persentase sebesar
toddler yang menjadi responden dalam 69,6%. Pendidikan merupakan kebutuhan
penelitian ini adalah balita berjenis kelamin dasar manusia yang sangat diperlukan untuk
perempuan dengan persentase sebesar mengembangkan diri. Tingkat pendidikan ibu
53,6%. Bardosono (2009) menjelaskan sangat memengaruhi cara ibu memahami
bahwa dari aspek kelompok dalam penduduk, masalah gizi dan kesehatan balita.
perempuan dan anak-anak perempuan Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa
merupakan kelompok yang berisiko terkena salah satu faktor yang berhubungan dengan
kurang gizi karena masyarakat tertentu status gizi balita ialah tingkat pendidikan ibu.
secara kultural lebih mementingkan alokasi Miller & Rodgers (2009) menyebutkan bahwa
makanan untuk laki-laki dewasa dan anak ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi
laki-laki. Ayu (2008) juga menjelaskan anak akan lebih mudah memahami dan menerima
bahwa perempuan usia balita memiliki nafsu informasi, termasuk informasi tentang gizi
makan yang kurang sehingga memengaruhi dan kesehatan sehingga dapat meningkatkan
pola konsumsi dan tingkat konsumsi yang pengetahuan gizi dan kesehatan yang
bisa berakibat pada status gizi balita. selanjutnya akan menimbulkan sifat positif
Hasil penelitian di Desa Kunden di bidang kesehatan.
menunjukkan ibu yang paling banyak menjadi Hasil penelitian di Desa Kunden
responden dalam penelitian ini adalah ibu- menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
ibu yang termasuk dalam masa reproduksi yang menjadi responden dalam penelitian
sehat, yaitu ibu berusia 20–35 tahun dengan ini adalah ibu-ibu pekerja dengan persentase
persentase sebesar 78,6%. Usia merupakan sebesar 53,6%. Usia balita adalah usia
salah satu faktor yang dapat memengaruhi ketika anak belum dapat menyebutkan nama
kemampuan seseorang. Notoatmodjo (2010) makanan yang diinginkan. Oleh sebab itu,
menjelaskan bahwa umur, pendidikan orangtua bertugas mengatur dan memilihkan
dan pekerjaan merupakan faktor yang makanan yang bergizi untuk anaknya.
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Ibu yang tidak bekerja dalam keluarga
Mubarak (2011) menyebutkan bahwa dapat memengaruhi asupan gizi balita
semakin dewasa usia seseorang, tingkat karena ibu yang lebih banyak meluangkan
kemampuan dan kematangan dalam berpikir waktunya di rumah dapat memberikan
dan menerima informasi akan lebih baik pengasuhan yang maksimal kepada anaknya
daripada seseorang yang berusia lebih muda. (Agustina, 2015). Seorang ibu yang bekerja
Santrock (1999/2002) menyebutkan bahwa di luar rumah mempunyai risiko tidak dapat
usia 20–35 tahun merupakan usia dewasa langsung menyiapkan dan memberi makanan
awal. Dewasa awal memiliki beberapa untuk keluarga dan anak-anaknya karena
tugas perkembangan, di antaranya merawat waktunya tersita oleh pekerjaan. Seorang
dan mengasuh anak. Seorang ibu yang ibu yang bekerja di luar rumah hendaknya
berada di usia dewasa awal memiliki tugas dapat membagi waktu dengan baik antara
58
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan
pekerjaan dan tugas penyelenggaraan serta terganggunya status gizi balita (Lestari,
makanan keluarga (Miller & Rodgers, 2009). 2006).
Hasil penelitian ini menunjukkan Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi
bahwa sebagian besar keluarga di Desa semakin baik akan semakin memperhitungkan
Kunden memiliki pendapatan yang tinggi, jenis dan kuantum makanan yang dipilih
yaitu sebesar 57,1%. Kebutuhan gizi untuk dikonsumsi (Putra, 2013). Notoatmodjo
sangat ditentukan oleh asupan makanan (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan
yang dikonsumsi. Kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
makanan yang dikonsumsi anggota keluarga lain pendidikan dan motivasi. Observasi
dipengaruhi oleh tersedia atau tidaknya yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
makanan dalam keluarga yang nantinya akan teori yang disampaikan oleh Notoadmojo.
memengaruhi asupan zat gizi. Karakteristik Hasil observasi yang diperoleh peneliti
keluarga yang menjadi pertimbangan dan saat melakukan kunjungan ke rumah ibu
dapat memengaruhi pemenuhan nutrisi ialah yang memiliki anak usia 1–3 tahun ialah
pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan ibu-ibu di Desa Kunden mayoritas memiliki
ibu (Rahardjo, 2012). pendidikan tinggi, yaitu lulusan SMA dan
Handayani, Mulasari, & Nurdianis (2008) perguruan tinggi. Pendidikan yang tinggi akan
menjelaskan bahwa jika keluarga memiliki membuat seseorang mudah dalam menyerap
pendapatan yang besar serta cukup untuk informasi yang diperoleh. Pendidikan yang
memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga, tinggi juga memengaruhi seseorang untuk
pemenuhan kebutuhan gizi pada balita mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya ke
dapat terjamin. Pendapatan yang rendah dalam kehidupan sehari-hari. Ibu-ibu di Desa
menyebabkan daya beli rendah sehingga Kunden menerapkan pengetahuan tentang
tidak mampu membeli pangan dalam jumlah gizi untuk memberikan makanan yang sesuai
yang diperlukan dan pada akhirnya berakibat dengan kecukupan gizi anak sehingga anak
buruk terhadap status gizi anak balita. memiliki status gizi yang optimal.
Hasil penelitian di Desa Kunden Hasil yang diperoleh dari penelitian di
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu Desa Kunden ialah sebanyak 44 responden
yang memiliki anak usia 1–3 tahun memiliki (78,6%) telah menerapkan pola pemberian
pengetahuan tentang gizi anak usia toddler makanan yang baik. Tidak ada responden
yang cukup baik dengan persentase yang melakukan pola pemberian makanan
sebesar 41,1%. Sebanyak 19 responden yang kurang baik dan sisanya melakukan
(33,9%) memiliki pengetahuan yang baik pola pemberian makanan yang cukup baik.
tentang gizi anak usia toddler dan sisanya Usia balita merupakan usia ketika seorang
memiliki pengetahuan yang kurang baik. Ibu anak akan mengalami tumbuh kembang dan
merupakan orang yang berperan penting aktivitas yang sangat pesat dibandingkan
dalam penentuan konsumsi makanan dalam dengan ketika masih bayi sehingga
keluarga khususnya anak balita. Pengetahuan kebutuhan zat gizi akan meningkat dan
yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola pemberian makanan juga akan lebih sering.
konsumsi makanan keluarga. Pengetahuan Anak usia batita mempunyai sifat konsumen
ibu yang kurang baik tentang gizi berakibat pasif, yaitu anak belum dapat menyebutkan
pada rendahnya anggaran untuk belanja, nama makanan yang diinginkan. Oleh
mutu pangan, keanekaragaman makanan, sebab itu, orangtua bertugas mengatur dan
59
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017
60
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan
praktik dan perilaku yang berkaitan dengan sedikit dan belum mencakup keseluruhan
gizi (Lestari, 2006). materi tentang gizi balita sehingga perlu
Salah satu sebab terjadinya masalah dilakukan perbaikan kuesioner. Lestari (2006)
gizi ialah kurangnya pengetahuan tentang menawarkan kuesioner terkait pengetahuan
gizi atau kurangnya kemampuan untuk ibu tentang gizi balita dengan item soal
menerapkan informasi tentang gizi dalam berbentuk multiple choice yang memiliki
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan ibu kelebihan, yaitu bersifat representatif dalam
tentang gizi sangat diperlukan untuk dapat mencakup dan mewakili materi tentang gizi
mengasuh anak dengan baik sehingga balita sehingga kuesioner tersebut dapat
kebutuhan dan kecukupan gizi anak dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
terpenuhi dan anak memiliki status gizi yang penelitian selanjutnya.
baik. Ibu yang mempunyai pengetahuan Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
tentang gizi balita yang baik cenderung Kunden terkait pola pemberian makanan
memiliki anak dengan status gizi yang baik yang dilakukan ibu kepada anaknya ialah
pula (Putra, 2013). sebanyak 78,6% ibu melakukan praktik
Hasil penelitian itu sejalan dengan pemberian makanan baik memiliki balita
penelitian Lestari, Lucia Endang, & Budiyati dengan status gizi normal. Hasil penelitian ini
(2013) juga menunjukkan hasil tidak ada didukung dengan hasil uji statistik koefisien
hubungan antara pengetahuan ibu dan kontingensi yang menunjukkan bahwa pola
status gizi balita. Peneliti berasumsi bahwa pemberian makanan yang dilakukan ibu tidak
penyebab perbedaan hasil penelitian ini berpengaruh terhadap status gizi balita.
dengan teori yang menyebutkan bahwa Orangtua berperan penting dalam
pengetahuan ibu berpengaruh terhadap memberikan makanan yang bergizi pada
status gizi balita, yaitu ibu yang menjadi anak balita, khususnya pada anak usia batita.
responden kurang fokus dalam menjawab Usia batita merupakan usia ketika anak
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. bersifat konsumen pasif dan rentan terhadap
Kurang fokusnya ibu menjawab pertanyaan penyakit gizi. Pola pemberian makanan
terjadi karena saat penelitian berlangsung yang dilakukan ibu berkaitan dengan cara
anak sering rewel dan menangis. dan situasi makan. Prinsip pemberian
Program penyuluhan terkait gizi balita makanan juga harus disesuaikan dengan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan di jenis makanan yang diberikan dan frekuensi
Puskesmas Karanganom belum dilakukan makan dalam sehari. Kuantitas dan kualitas
secara rutin sehingga ibu jarang memperoleh makanan yang dibutuhkan untuk konsumsi
pengetahuan tambahan tentang gizi balita. anak penting sekali dipikirkan, direncanakan,
Peneliti juga berasumsi bahwa ibu kurang dan dilaksananakan oleh ibu. Pola pemberian
memiliki motivasi untuk menambah kembali makanan erat kaitannya dengan status gizi
informasi mengenai gizi balita karena terlalu seorang anak.
lelah bekerja sehingga pengetahuan ibu Rusilanti & Yulianti (2015) menyebutkan
tentang gizi balita hanya cukup baik. bahwa faktor yang cukup dominan
Peneliti juga berasumsi bahwa kuesioner menyebabkan masalah gizi kurang adalah
yang digunakan dalam penelitian ini kurang praktik yang kurang benar di kalangan
dapat menggambarkan pengaplikasian masyarakat dalam memilih dan memberikan
pemahaman ibu tentang gizi balita secara makanan kepada anggota keluarga, terutama
menyeluruh karena jumlah pertanyaan yang kepada anak-anak. Data Riskesdas-Depkes
61
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017
RI (2010) menunjukkan bahwa perilaku buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sehingga
pemberian makanan yang benar kepada data lebih valid.
anak hanya 41,2% (Badan Penelitian dan Peneliti juga berasumsi bahwa status gizi
Pengembangan Kesehatan Kementerian tidak normal yang terjadi pada anak balita
Kesehatan RI, 2010). di Desa Kunden bukan disebabkan oleh
Sulistyoningsih (2011) menyatakan pola pemberian makanan. Faktor genetik
bahwa ibu yang menanamkan kebiasaan atau faktor yang dibawa anak dari orangtua
makan yang baik balitanya akan memiliki merupakan faktor yang menyebabkan anak
status gizi yang baik pula. memiliki status gizi tidak normal.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Pada penelitian ini tidak terdapat
penelitian Hutagalung (2012). Hasil penelitian hubungan yang signifikan secara statistik
Hutagalung menyebutkan bahwa tidak antara pengetahuan ibu dan pola pemberian
ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi pada balita. Hal
pemberian makanan yang dilakukan ibu dan ini dimungkinkan karena besar sampel yang
status gizi balita. Penelitian Istiono et al. relatif kecil dan jumlah item pertanyaan dalam
(2009) juga menunjukkan hasil yang sama kuesioner yang sedikit. Kelemahan penelitian
dengan penelitian ini bahwa perilaku ibu dan ini ialah tidak mendatangi responden yang
pengetahuan ibu tidak mempunyai korelasi tidak hadir saat penelitian atau tidak sedang
signifikan dengan status gizi balita. di rumah saat penelitian.
Sebagian besar ibu yang menjadi
responden dalam penelitian ini merupakan ibu SIMPULAN
pekerja. Ibu yang bekerja sering menitipkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anaknya pada nenek. Peneliti berasumsi pengetahuan ibu tentang gizi anak usia toddler
ibu tidak menjawab pertanyaan di kuesioner dan pola pemberian makanan tidak memiliki
sesuai dengan pola pemberian makanan hubungan yang bermakna terhadap status
yang dilakukan oleh nenek sehingga data gizi anak usia toddler di Desa Kunden. Saran
yang diperoleh tidak valid. Peneliti juga bagi petugas kesehatan ialah meningkatkan
berasumsi bahwa ibu tidak menjawab kegiatan penyuluhan tentang gizi anak
pertanyaan sesuai dengan keseharian yang usia toddler pada ibu. Saran bagi peneliti
dilakukan. Jawaban responden yang tidak selanjutnya ialah melakukan penelitian lebih
sesuai dengan keseharian disebabkan ibu lanjut dengan jumlah sampel lebih besar,
tidak ingin memperlihatkan bahwa pola jumlah pertanyaan lebih banyak.
pemberian makanan yang dilakukan pada
balita tidak tepat. DAFTAR PUSTAKA
Peneliti juga berasumsi bahwa kuesioner Agustina, R. (2015). Hubungan dukungan
yang digunakan dalam penelitian ini keluarga dengan peningkatan berat
belum mencakup semua komponen yang badan balita gizi kurang di wilayah
terdapat dalam pola pemberian makanan Puskesmas Jatinom (Skripsi). STIKES
sehingga hasil yang diperoleh kurang dapat Muhammadiyah Klaten, Jawa Tengah,
menggambarkan kebiasaan ibu dalam Indonesia.
memberikan makanan pada balita. Kuesioner Ayu, S. D. (2008). Pengaruh program
yang baik digunakan dalam pola pemberian pendampingan gizi terhadap pola asuh,
makanan sebaiknya disesuaikan dengan kejadian infeksi dan status gizi balita
komponen-komponen yang terdapat dalam kurang energi protein (Tesis). Program
62
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan
63
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017
64