Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA PEMBERIAN MAKANAN

TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER


Fitriana Noor Khayati*, Ririn Munawaroh
Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Klaten, Klaten, 57419, Jawa Tengah, Indonesia
*) E-mail : fnoorkhayati@@gmail.com

Dikirim: Maret 2017, diterbitkan: April 2017

ABSTRAK
Tujuan penelitian: untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola pemberian makanan
terhadap status gizi anak usia toddler. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 1–3 tahun di Desa Kunden, Karanganom,
Klaten. Sampel berjumlah 56 orang yang diambil dengan teknik concecutive sampling. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni–Juli 2016. Instrumen yang digunakan ialah kuesioner pengetahuan ibu tentang status gizi, kuesioner pola
pemberian makanan, timbangan berat badan, serta stature meter. Pengukuran status gizi menggunakan indeks BB/TB.
Analisis data menggunakan uji koefisien kontingensi untuk mengetahui korelasi. Hasil: Ibu yang memiliki pengetahuan
tentang gizi balita cukup baik sejumlah 41,1% dan ibu yang memiliki pengetahuan tentang pola pemberian makanan
baik sejumlah 78,6%. Balita di Desa Kunden sebagian besar memiliki status gizi normal, yaitu sejumlah 62,5%. Hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan ibu (p=0,166) dan pola pemberian makanan (p=0,313) terhadap
status gizi balita (α=0,05). Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi anak usia toddler dan
pola pemberian makanan terhadap status gizi anak usia toddler.
Kata Kunci: pengetahuan ibu, pola pemberian makanan, status gizi, toddler

CORRELATION OF MOTHER’S KNOWLEDGE AND FEEDING PATTERN WITH NUTRITIONAL


STATUS IN TODDLERS
ABSTRACT
Objective: to analyze the correlation of mother’s knowledge about toddler’s nutrition and feeding pattern with nutritional
status of toddlers. Methods: This research was analytical descriptive with cross sectional approach. The population
was mothers who had children aged 1-3 years in Kunden, Karanganom Village, Klaten. Samples consisted of 56 people
taken using consecutive sampling technique. The research was conducted in June-July 2016. The instruments used were
a questionnaire of mother’s knowledge about nutritional status, feeding pattern questionnaire, body weight scales, and
stature meter. The nutritional status was measured using Weight/Height index. Data were analyzed using contingency
coefficient test to figure out the correlation. Results: 41.1% of mothers had relatively good knowledge about nutrition
of toddler and 78.6% mothers had good knowledge about feeding pattern. 62.5% of toddlers in Kunden Village mostly
had normal nutritional status. The results of statistical test showed that there was no correlation of mother’s knowledge
(p=0.166) and feeding pattern (p=0.313) with nutritional status of toddles (α=0.05). Conclusion: There is no correlation
of mother’s knowledge about toddlers’ nutrition and feeding pattern with nutritional status of toddlers.
Keywords: mother’s knowledge, feeding pattern, nutritional status, toddlers
LATAR BELAKANG usia ini merupakan masa yang berlangsung
Masa balita merupakan periode yang cepat dan tidak akan pernah terulang. Karena
sangat penting dalam proses tumbuh itu, masa balita sering disebut golden age
kembang manusia. Masa tumbuh kembang di atau masa keemasan. Proses pertumbuhan
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan

dan perkembangan pada balita dipengaruhi gizi kurang di Kecamatan Karanganom


oleh beberapa faktor, salah satunya gizi atau menunjukkan peningkatan dari 87 balita atau
nutrisi (Depkes, 2009). Nutrisi yang tidak 3,96% pada tahun 2012 menjadi 283 balita
terpenuhi dengan baik akan menghambat atau 12,62%.
pertumbuhan dan perkembangan anak serta Status gizi seseorang dipengaruhi oleh
menyebabkan berbagai masalah kesehatan beberapa faktor, baik secara langsung
terkait gizi (Hidayat, 2009). maupun tidak langsung. Ketidaksesuaian
United Nation of Childrens Fund antara jumlah gizi yang diperoleh dan
(UNICEF) pada tahun 2012 menyebutkan kebutuhan gizi serta penyakit infeksi, seperti
bahwa sebanyak 152.000 balita di Indonesia diare dapat memengaruhi status gizi secara
meninggal setiap tahunnya. UNICEF langsung, tergantung pada besarnya dampak
(2012) menjelaskan bahwa 32% penyebab yang ditimbulkan. Faktor yang secara tidak
kematian bayi dan balita ialah penyakit langsung memengaruhi status gizi ialah
infeksi, seperti pneumonia dan diare, pengetahuan, persepsi, kebiasaan makan,
sedangkan World Health Organisation (2016) dan kondisi sosial ekonomi (Proverawati &
menjelaskan bahwa kondisi kekurangan Kusumawati, 2011). Prevalensi balita dengan
nutrisi berhubungan dengan 45% kematian status gizi kurang yang cenderung meningkat
anak. Indonesia tercatat sebagai negara apabila tidak diatasi akan menyebabkan
yang memiliki masalah kekurangan gizi masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh
nomor 5 di dunia pada tahun 2012. Data sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun menekan prevalensi balita dengan status gizi
2013 menyebutkan bahwa jumlah balita gizi kurang.
buruk dan kurang di Indonesia mengalami Upaya yang dapat dilakukan untuk
peningkatan menjadi 19,6% atau sekitar menekan kejadian balita dengan status
4,5 juta dibanding tahun 2010. Riskesdas gizi kurang ialah meningkatkan mutu gizi
2013 menunjukkan Provinsi Jawa Tengah perorangan dan masyarakat dengan cara
termasuk dalam salah satu provinsi yang memperbaiki pola konsumsi makanan yang
mengalami peningkatan prevalensi balita gizi sesuai dengan gizi seimbang, memperbaiki
kurang dan balita pendek menjadi 17,6% dan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik,
37% (Badan Penelitian dan Pengembangan meningkatkan akses dan mutu pelayanan gizi
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
2013). dan teknologi, serta meningkatkan sistem
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten kewaspadaan pada pangan dan gizi
(2015) menunjukkan prevalensi balita yang (Kusharto & Supariasa, 2014).
mengalami gizi kurang meningkat dari 3,65% Peran masyarakat, terlebih keluarga yang
atau 2.496 balita pada tahun 2012 menjadi memiliki anak balita sangat dibutuhkan dalam
4,81% atau 3.306 balita, sedangkan balita upaya menekan angka kejadian balita dengan
yang mengalami gizi lebih meningkat dari status gizi kurang, mengingat anak balita
0,99% pada tahun 2012 menjadi 1,69%. masih banyak bergantung pada orangtua
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten atau pengasuhnya dalam pemenuhan
(2015) menyebutkan daerah yang paling kebutuhan nutrisi. Anak usia balita belum
banyak memiliki balita dengan masalah gizi dapat menyebutkan nama makanan yang
kurang di Kabupaten Klaten ialah Kecamatan diinginkan. Oleh sebab itu, orangtualah yang
Karanganom. Prevalensi balita dengan bertugas mengatur dan memilihkan makanan

53
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017

yang bergizi untuk anaknya (Rusilanti & METODE


Yulianti, 2015). Pola pemberian makanan Penelitian ini merupakan penelitian
yang dilakukan orangtua sangat penting deskriptif analitik dengan menggunakan
bagi status kesehatan gizi balita. Karena pendekatan cross sectional. Penelitian
itu, dalam pemilihan, penyusunan, dan dilaksanakan pada bulan Juni–Juli 2016 di
penyajian makanan yang adekuat diperlukan Desa Kunden, Kecamatan Karanganom,
pengetahuan (Santoso, 2008). Kabupaten Klaten. Populasi dalam penelitian
Berdasarkan hasil wawancara ini ialah ibu yang memiliki anak usia 1–3 tahun
dengan petugas kesehatan di Puskesmas di Desa Kunden yang berjumlah 66 orang.
Karanganom pada tanggal 4 Maret 2016, Pengambilan sampel dalam penelitian ini
desa dengan masalah gizi paling banyak menggunakan teknik consecutive sampling
selama periode Agustus–Oktober 2015 ialah dan didapatkan besar sampel sebanyak 56
Desa Kunden. Sebanyak 12,33% atau 17 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan
balita memiliki status gizi kurang, 0,75% eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
atau satu balita memiliki status gizi lebih, ialah ibu yang memiliki anak usia 1–3 tahun,
0,75% atau satu balita memiliki status gizi dapat berkomunikasi secara verbal, dan aktif
buruk, dan sebanyak 86,46% atau 114 balita mengikuti posyandu (selama 3 bulan berurut-
memiliki status gizi baik. turut). Sementara itu, kriteria eksklusi dalam
Hasil yang didapatkan dari wawancara penelitian ini ialah ibu yang anaknya memiliki
dengan 10 ibu yang memiliki balita dengan penyakit gizi seperti kekurangan energi,
status gizi bermasalah pada tanggal 19 protein, yodium, dan vitamin A.
Maret 2016 di Dukuh Sayuran, Desa Kunden Instrumen yang digunakan dalam
terkait pengetahuan gizi ialah 6 dari 10 ibu penelitian ini ialah kuesioner pengetahuan
mengetahui zat gizi yang diperlukan oleh ibu tentang status gizi balita dan kuesioner
tubuh, makanan yang perlu diberikan sesuai pola pemberian makan, timbangan, dan
usia anak, dan akibat yang ditimbulkan stature meter. Kuesioner pengetahuan gizi
apabila kebutuhan gizi tidak tercukupi. ibu diambil dari penelitian Prasetya (2012).
Hasil yang didapatkan dari wawancara Kuesioner ini terdiri atas sepuluh pertanyaan
terkait pola pemberian makanan ialah 4 dari dengan skala Guttman (benar atau salah)
10 ibu memberikan makanan sesuai dengan tentang status gizi, manfaat gizi, komponen
kebutuhan anak, memberikan makanan zat gizi, dan pemberian makan. Ibu dinilai
dengan frekuensi sedikit tapi sering, juga pengetahuannya kurang bila nilai <60%,
memberikan makanan yang disukai anaknya, cukup bila nilai 60–75% dan baik bila nilai
serta memberikan makanan yang beraneka >75%.
ragam sehingga anak mau makan. Sementara Kuesioner pola pemberian makanan
itu, 6 ibu masih memaksa anak menghabiskan balita diambil dari penelitian Lestari (2006).
makanan dalam jumlah banyak, juga hanya Kuesioner ini terdiri atas 15 pertanyaan dengan
membiarkan jika anak tidak mau makan. skala Likert (selalu, sering, kadang-kadang,
Tujuan penelitian ini ialah untuk dan tidak pernah) tentang penyusunan menu,
menganalisis hubungan pengetahuan ibu pemilihan bahan makanan, pengolahan dan
dan pola pemberian makan terhadap status penyajian makanan, serta cara pemberian
gizi anak usia toddler. makanan pada anak. Pola pemberian makan
dikategorikan baik bila nilai >75%, cukup bila
nilai 60–75%, dan kurang bila nilai <60%.

54
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan

Kedua kuesioner telah diuji validitas pada Peneliti membagikan kuesioner kepada
20 ibu yang memiliki anak usia 1–3 tahun di ibu dan mengukur berat badan dan tinggi
Desa Brangkal dengan hasil nilai r hitung badan anak. Timbangan berat badan yang
kuesioner pengetahuan gizi ibu 0,461–0,737 digunakan timbangan OneMed® dengan
sehingga r hitung > r tabel 0,444 dan hasil nomor sertifikat ONE MED/BR 2016/
uji validitas kuesioner pola pemberian makan J1504249128. Status gizi diukur melalui
didapatkan r hitung 0,491–0,751 (r hitung > r pengukuran berat badan dan tinggi badan.
tabel). Kuesioner pengetahuan gizi ibu telah Status gizi dikategorikan menjadi dua, yaitu
diuji reliabilitas dengan uji Kuder Richardson tidak normal dan normal. Status gizi normal
20 karena berbentuk skala Guttman dengan apabila nilai Z-score antara –2 SD sampai
nilai r=0,778 (reliabel). Kuesioner pola dengan 2 SD, sedangkan status gizi tidak
pemberian makanan juga telah diuji reliabilitas normal apabila nilai Z-score < –2 SD atau
dengan uji alfa Cronbach karena berbentuk > 2 SD. Analisis univariat dalam penelitian
skala Likert dengan hasil r=0,901 (reliabel). ini menggunakan frekuensi dan persentase,
Status gizi diukur melalui antropometri dan sedangkan analisis bivariat menggunakan uji
menggunakan indeks BB/TB yang kemudian statistik koefisien kontingensi.
dihitung nilai Z-score.
Peneliti mencari daftar nama anak usia HASIL
toddler di bidan desa untuk menyeleksi anak Analisis univariat dalam penelitian ini
yang memiliki masalah kekurangan energi dilakukan untuk menggambarkan distribusi
protein, yodium, dan vitamin A. Kemudian, frekuensi karakteristik responden dan
peneliti melakukan penelitian secara door variabel yang diteliti.
to door dan memberikan informed consent.

55
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017

1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik responden di Desa Kunden, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten tahun 2016
(n =56)
Frekuensi Persentase
Variabel
(f) (%)
Usia Anak
12–24 bulan 34 60,7
25–36 bulan 22 39,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 46,4
Perempuan 30 53,6
Usia Ibu
20–35 tahun 44 78,6
>35 tahun 12 21,4
Pendidikan Ibu
SD 5 8,9
SMP 12 21,4
SMA 32 57,2
Perguruan tinggi 7 12,5
Status Bekerja Ibu
Tidak bekerja 26 46,4
Buruh pabrik 18 32,1
Wiraswasta 8 14,3
PNS 4 7,2
Pendapatan Keluarga
< Rp500.000,00 13 23,2
Rp500.000,00–
11 19,6
Rp1.000.000,00
> Rp1.000.000,00 32 57,1
Pengetahuan Ibu
Baik 19 33,9
Cukup 23 41,1
Kurang 14 25,0
Pola Pemberian Makanan
Baik 44 78,6
Cukup 12 21,4
Kurang 0 0
Status Gizi
Tidak normal 21 37,5
Normal 35 62,5
Total 56 100,0

Sebagian besar anak yang menjadi ibu rumah tangga (tidak bekerja) dengan
responden dalam penelitian ini ialah anak persentase sebesar 46,4%. Pendapatan
berusia 12–24 bulan dengan persentase rata-rata keluarga per bulan berdasarkan
sebesar 60,7%. Sebagian besar anak yang jumlah anggota keluarga sebagian besar Rp.
menjadi responden dalam penelitian ini 500.000-Rp1.000.000,00 dengan persentase
berjenis kelamin perempuan, yaitu sejumlah sebesar 57,1%.
53,6%. Sebagian besar ibu-ibu di Desa Kunden
Sebagian besar ibu yang menjadi memiliki pengetahuan tentang gizi anak
responden penelitian berusia 20–35 tahun yang cukup baik dengan persentase sebesar
dengan persentase sebanyak 78,6%. 41,1%. Sebesar 78,6% ibu di Desa Kunden
Sebagian besar tingkat pendidikan ibu telah melakukan pola pemberian makanan
sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 57,1% yang baik. Sebagian besar anak di Desa
ibu merupakan lulusan SMA. Ibu-ibu di Kunden memiliki status gizi normal, yaitu
Desa Kunden sebagian besar merupakan sebesar 62,5%.

56
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan

2. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi Anak Usia Toddler terhadap Status Gizi
Anak Usia Toddler
Tabel 2. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi anak usia toddler terhadap status gizi anak usia toddler
(n=56)
Status Gizi Anak Usia Toddler
Berdasarkan Indeks BB/TB
Variabel p value r
Tidak Normal Normal Total
F % F % f %
Pengetahuan Kurang 8 38,1 6 17,1 14 25,0
Ibu tentang Gizi Cukup 6 28,6 17 48,6 23 41,1 0,166 0,245
Balita Baik 7 33,3 12 34,3 19 33,9
Total 21 100,0 35 100,0 56 100,0

Hasil uji koefisen kontingensi pada Tabel didukung dengan nilai p value yang lebih
2 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan besar dari nilai α=0,05, yaitu 0,166 sehingga
antara pengetahuan ibu tentang gizi anak menerima hipotesis nol (Ho).
usia toddler terhadap status gizi anak yang
3. Hubungan Pola Pemberian Makanan terhadap Status Gizi Anak Usia Toddler
Tabel 3. Hubungan pola pemberian makanan terhadap status gizi anak usia toddler (n=56)
Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks BB/
TB
Variabel Tidak Normal Normal Total p value r
f % F % f %
Pola PemberianCukup 3 14,3 9 25,7 12 21,4
0,313 0,134
Makanan Baik 18 85,7 26 74,3 44 78,6
Total 21 100,0 35 100,0 56 100,0

Berdasarkan Tabel 3, hasil uji koefisien


bulan dengan persentase sebesar 60,7%.
kontingensi menunjukkan bahwa tidak ada Usia batita merupakan usia ketika anak
hubungan antara pola pemberian makanan berperan sebagai konsumen pasif dan
terhadap status gizi anak usia toddler yang
kelompok umur yang rawan gizi karena pada
didukung dan nilai p value yang lebih besar
masa itu anak mudah sakit dan mengalami
dari nilai α=0,05 yaitu 0,313 sehingga kurang gizi (Kusharto & Supariasa, 2014).
menerima Ho. Anak balita merupakan kelompok usia yang
DISKUSI menunjukkan pertumbuhan badan yang
pesat sehingga anak memerlukan zat gizi
1. Pengetahuan Ibu tentang Gizi Anak yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Usia Toddler dan Pola Pemberian Rusilanti & Yulianti (2015) menyebutkan
Makanan terhadap Status Gizi Anak bahwa semakin bertambah usia anak,
Usia Toddler keterampilan motorik anak akan semakin
Hasil penelitian di Desa Kunden meningkat sehingga makanan yang disajikan
menunjukkan sebagian besar anak usia harus bervariasi. Asupan makanan yang tidak
toddler yang menjadi responden dalam terpenuhi dengan baik akan menyebabkan
penelitian ini ialah balita berusia 12–24 anak mengalami masalah gizi. Anak yang

57
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017

kurang gizi dapat dilihat dari berat dan tinggi perkembangan yang perlu dilakukan agar
badan yang kurang dari normal. Anak yang dapat bertanggung jawab dalam kehidupan
tinggi badannya tidak bertambah atau kurang berkeluarga (Morks, Knoers, & Haditono,
dari normal menandakan kurang gizinya telah 2001).
berlangsung lama (Maryunani, 2010). Hasil penelitian di Desa Kunden ialah
Hasil penelitian di Desa Kunden sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan
menunjukkan sebagian besar anak usia yang tinggi dengan persentase sebesar
toddler yang menjadi responden dalam 69,6%. Pendidikan merupakan kebutuhan
penelitian ini adalah balita berjenis kelamin dasar manusia yang sangat diperlukan untuk
perempuan dengan persentase sebesar mengembangkan diri. Tingkat pendidikan ibu
53,6%. Bardosono (2009) menjelaskan sangat memengaruhi cara ibu memahami
bahwa dari aspek kelompok dalam penduduk, masalah gizi dan kesehatan balita.
perempuan dan anak-anak perempuan Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa
merupakan kelompok yang berisiko terkena salah satu faktor yang berhubungan dengan
kurang gizi karena masyarakat tertentu status gizi balita ialah tingkat pendidikan ibu.
secara kultural lebih mementingkan alokasi Miller & Rodgers (2009) menyebutkan bahwa
makanan untuk laki-laki dewasa dan anak ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi
laki-laki. Ayu (2008) juga menjelaskan anak akan lebih mudah memahami dan menerima
bahwa perempuan usia balita memiliki nafsu informasi, termasuk informasi tentang gizi
makan yang kurang sehingga memengaruhi dan kesehatan sehingga dapat meningkatkan
pola konsumsi dan tingkat konsumsi yang pengetahuan gizi dan kesehatan yang
bisa berakibat pada status gizi balita. selanjutnya akan menimbulkan sifat positif
Hasil penelitian di Desa Kunden di bidang kesehatan.
menunjukkan ibu yang paling banyak menjadi Hasil penelitian di Desa Kunden
responden dalam penelitian ini adalah ibu- menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
ibu yang termasuk dalam masa reproduksi yang menjadi responden dalam penelitian
sehat, yaitu ibu berusia 20–35 tahun dengan ini adalah ibu-ibu pekerja dengan persentase
persentase sebesar 78,6%. Usia merupakan sebesar 53,6%. Usia balita adalah usia
salah satu faktor yang dapat memengaruhi ketika anak belum dapat menyebutkan nama
kemampuan seseorang. Notoatmodjo (2010) makanan yang diinginkan. Oleh sebab itu,
menjelaskan bahwa umur, pendidikan orangtua bertugas mengatur dan memilihkan
dan pekerjaan merupakan faktor yang makanan yang bergizi untuk anaknya.
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Ibu yang tidak bekerja dalam keluarga
Mubarak (2011) menyebutkan bahwa dapat memengaruhi asupan gizi balita
semakin dewasa usia seseorang, tingkat karena ibu yang lebih banyak meluangkan
kemampuan dan kematangan dalam berpikir waktunya di rumah dapat memberikan
dan menerima informasi akan lebih baik pengasuhan yang maksimal kepada anaknya
daripada seseorang yang berusia lebih muda. (Agustina, 2015). Seorang ibu yang bekerja
Santrock (1999/2002) menyebutkan bahwa di luar rumah mempunyai risiko tidak dapat
usia 20–35 tahun merupakan usia dewasa langsung menyiapkan dan memberi makanan
awal. Dewasa awal memiliki beberapa untuk keluarga dan anak-anaknya karena
tugas perkembangan, di antaranya merawat waktunya tersita oleh pekerjaan. Seorang
dan mengasuh anak. Seorang ibu yang ibu yang bekerja di luar rumah hendaknya
berada di usia dewasa awal memiliki tugas dapat membagi waktu dengan baik antara

58
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan

pekerjaan dan tugas penyelenggaraan serta terganggunya status gizi balita (Lestari,
makanan keluarga (Miller & Rodgers, 2009). 2006).
Hasil penelitian ini menunjukkan Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi
bahwa sebagian besar keluarga di Desa semakin baik akan semakin memperhitungkan
Kunden memiliki pendapatan yang tinggi, jenis dan kuantum makanan yang dipilih
yaitu sebesar 57,1%. Kebutuhan gizi untuk dikonsumsi (Putra, 2013). Notoatmodjo
sangat ditentukan oleh asupan makanan (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan
yang dikonsumsi. Kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
makanan yang dikonsumsi anggota keluarga lain pendidikan dan motivasi. Observasi
dipengaruhi oleh tersedia atau tidaknya yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
makanan dalam keluarga yang nantinya akan teori yang disampaikan oleh Notoadmojo.
memengaruhi asupan zat gizi. Karakteristik Hasil observasi yang diperoleh peneliti
keluarga yang menjadi pertimbangan dan saat melakukan kunjungan ke rumah ibu
dapat memengaruhi pemenuhan nutrisi ialah yang memiliki anak usia 1–3 tahun ialah
pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan ibu-ibu di Desa Kunden mayoritas memiliki
ibu (Rahardjo, 2012). pendidikan tinggi, yaitu lulusan SMA dan
Handayani, Mulasari, & Nurdianis (2008) perguruan tinggi. Pendidikan yang tinggi akan
menjelaskan bahwa jika keluarga memiliki membuat seseorang mudah dalam menyerap
pendapatan yang besar serta cukup untuk informasi yang diperoleh. Pendidikan yang
memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga, tinggi juga memengaruhi seseorang untuk
pemenuhan kebutuhan gizi pada balita mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya ke
dapat terjamin. Pendapatan yang rendah dalam kehidupan sehari-hari. Ibu-ibu di Desa
menyebabkan daya beli rendah sehingga Kunden menerapkan pengetahuan tentang
tidak mampu membeli pangan dalam jumlah gizi untuk memberikan makanan yang sesuai
yang diperlukan dan pada akhirnya berakibat dengan kecukupan gizi anak sehingga anak
buruk terhadap status gizi anak balita. memiliki status gizi yang optimal.
Hasil penelitian di Desa Kunden Hasil yang diperoleh dari penelitian di
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu Desa Kunden ialah sebanyak 44 responden
yang memiliki anak usia 1–3 tahun memiliki (78,6%) telah menerapkan pola pemberian
pengetahuan tentang gizi anak usia toddler makanan yang baik. Tidak ada responden
yang cukup baik dengan persentase yang melakukan pola pemberian makanan
sebesar 41,1%. Sebanyak 19 responden yang kurang baik dan sisanya melakukan
(33,9%) memiliki pengetahuan yang baik pola pemberian makanan yang cukup baik.
tentang gizi anak usia toddler dan sisanya Usia balita merupakan usia ketika seorang
memiliki pengetahuan yang kurang baik. Ibu anak akan mengalami tumbuh kembang dan
merupakan orang yang berperan penting aktivitas yang sangat pesat dibandingkan
dalam penentuan konsumsi makanan dalam dengan ketika masih bayi sehingga
keluarga khususnya anak balita. Pengetahuan kebutuhan zat gizi akan meningkat dan
yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola pemberian makanan juga akan lebih sering.
konsumsi makanan keluarga. Pengetahuan Anak usia batita mempunyai sifat konsumen
ibu yang kurang baik tentang gizi berakibat pasif, yaitu anak belum dapat menyebutkan
pada rendahnya anggaran untuk belanja, nama makanan yang diinginkan. Oleh
mutu pangan, keanekaragaman makanan, sebab itu, orangtua bertugas mengatur dan

59
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017

memilihkan makanan yang bergizi untuk Pertumbuhan dan perkembangan balita


anaknya (Rusilanti & Yulianti, 2015). dipengaruhi oleh dua faktor determinan yang
Pola pemberian makanan sangat saling berinteraksi, yaitu faktor genetik dan
penting diperhatikan oleh ibu. Ibu yang telah faktor lingkungan. Faktor genetik mengacu
menanamkan kebiasaan makan dengan gizi pada faktor statik yang menyertai anak sejak
yang baik pada usia dini tentunya sangat pembuahan, sedangkan faktor lingkungan
mudah mengarahkan makanan anak karena lebih berfokus pada kecukupan gizi dan
anak telah mengenal makanan yang baik kesehatan balita (Supariasa & Fajar, 2012).
pada usia sebelumnya (Sulistyoningsih, Berat badan dan tinggi badan merupakan
2011). Pola pemberian makanan pada balita parameter antropometri yang memberikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah gambaran massa tubuh. Balita dalam kondisi
satunya pengetahuan gizi (Lestari, 2006). kesehatan yang baik dan seimbang antara
Observasi yang dilakukan oleh peneliti sesuai konsumsi dan kebutuhan gizi akan memiliki
dengan teori yang disampaikan oleh Lestari. berat badan yang linier dengan tinggi badan
Hasil observasi yang diperoleh peneliti ialah ketika perkembangan berat badan searah
sebagian besar ibu yang bekerja menitipkan dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
anak pada neneknya. Pengalaman nenek kecepatan tertentu (Supariasa & Fajar,
dalam merawat dan mengasuh anak lebih 2012). Prevalensi balita yang mengalami
banyak dibandingkan ibu sehingga pola status gizi tidak normal apabila tidak
pemberian makanan yang dilakukan baik. segera diatasi dapat menurunkan derajat
Salah satu cara memperoleh pengetahuan kesehatan serta menghambat pertumbuhan
ialah dengan pengalaman sehingga peneliti dan perkembangan anak (Hidayat, 2009).
memiliki pendapat yang sejalan dengan Masalah gizi pada balita dapat diatasi
Lestari (2006). dengan memberikan zat gizi yang adekuat
Penelitian ini menggunakan indeks sehingga dapat memperlancar pertumbuhan
antropometri BB/TB yang baik untuk menilai yang seimbang untuk pengangkutan oksigen
status gizi saat ini. Penelitian ini menunjukkan dan nutrisi agar sel-sel dapat tumbuh untuk
responden yang memiliki status gizi tidak menjalankan fungsinya dengan normal
normal sebanyak 21 balita (37,5%). Angka (Hardiko, 2007).
tersebut lebih besar jika dibandingkan Hasil penelitian di Desa Kunden ialah
dengan hasil survei yang dilakukan bidang ibu dengan pengetahuan cukup baik yang
gizi Puskesmas Karanganom pada Oktober memiliki balita dengan status gizi normal
2015, yaitu 13,2% balita yang memiliki sebesar 48,6%. Hasil uji koefisien kontingensi
status gizi tidak normal. Masa balita menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
merupakan periode penting dalam proses antara pengetahuan ibu tentang gizi balita
tumbuh kembang manusia. Perkembangan terhadap status gizi balita. Pengetahuan
dan pertumbuhan di masa balita menjadi gizi adalah segala sesuatu yang diketahui
penentu keberhasilan pertumbuhan dan seseorang tentang sikap dan perilaku dalam
perkembangan anak di periode selanjutnya. memilih makanan, serta pengetahuan
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan dalam mengolah dan menyiapkan makanan.
masa yang berlangsung cepat dan tidak akan Pengetahuan pangan dan gizi orangtua,
pernah terulang sehingga sering disebut terutama ibu berpengaruh terhadap jenis
golden age atau masa keemasan (Depkes, pangan yang dikonsumsi sebagai refleksi dari
2009).

60
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan

praktik dan perilaku yang berkaitan dengan sedikit dan belum mencakup keseluruhan
gizi (Lestari, 2006). materi tentang gizi balita sehingga perlu
Salah satu sebab terjadinya masalah dilakukan perbaikan kuesioner. Lestari (2006)
gizi ialah kurangnya pengetahuan tentang menawarkan kuesioner terkait pengetahuan
gizi atau kurangnya kemampuan untuk ibu tentang gizi balita dengan item soal
menerapkan informasi tentang gizi dalam berbentuk multiple choice yang memiliki
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan ibu kelebihan, yaitu bersifat representatif dalam
tentang gizi sangat diperlukan untuk dapat mencakup dan mewakili materi tentang gizi
mengasuh anak dengan baik sehingga balita sehingga kuesioner tersebut dapat
kebutuhan dan kecukupan gizi anak dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
terpenuhi dan anak memiliki status gizi yang penelitian selanjutnya.
baik. Ibu yang mempunyai pengetahuan Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
tentang gizi balita yang baik cenderung Kunden terkait pola pemberian makanan
memiliki anak dengan status gizi yang baik yang dilakukan ibu kepada anaknya ialah
pula (Putra, 2013). sebanyak 78,6% ibu melakukan praktik
Hasil penelitian itu sejalan dengan pemberian makanan baik memiliki balita
penelitian Lestari, Lucia Endang, & Budiyati dengan status gizi normal. Hasil penelitian ini
(2013) juga menunjukkan hasil tidak ada didukung dengan hasil uji statistik koefisien
hubungan antara pengetahuan ibu dan kontingensi yang menunjukkan bahwa pola
status gizi balita. Peneliti berasumsi bahwa pemberian makanan yang dilakukan ibu tidak
penyebab perbedaan hasil penelitian ini berpengaruh terhadap status gizi balita.
dengan teori yang menyebutkan bahwa Orangtua berperan penting dalam
pengetahuan ibu berpengaruh terhadap memberikan makanan yang bergizi pada
status gizi balita, yaitu ibu yang menjadi anak balita, khususnya pada anak usia batita.
responden kurang fokus dalam menjawab Usia batita merupakan usia ketika anak
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. bersifat konsumen pasif dan rentan terhadap
Kurang fokusnya ibu menjawab pertanyaan penyakit gizi. Pola pemberian makanan
terjadi karena saat penelitian berlangsung yang dilakukan ibu berkaitan dengan cara
anak sering rewel dan menangis. dan situasi makan. Prinsip pemberian
Program penyuluhan terkait gizi balita makanan juga harus disesuaikan dengan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan di jenis makanan yang diberikan dan frekuensi
Puskesmas Karanganom belum dilakukan makan dalam sehari. Kuantitas dan kualitas
secara rutin sehingga ibu jarang memperoleh makanan yang dibutuhkan untuk konsumsi
pengetahuan tambahan tentang gizi balita. anak penting sekali dipikirkan, direncanakan,
Peneliti juga berasumsi bahwa ibu kurang dan dilaksananakan oleh ibu. Pola pemberian
memiliki motivasi untuk menambah kembali makanan erat kaitannya dengan status gizi
informasi mengenai gizi balita karena terlalu seorang anak.
lelah bekerja sehingga pengetahuan ibu Rusilanti & Yulianti (2015) menyebutkan
tentang gizi balita hanya cukup baik. bahwa faktor yang cukup dominan
Peneliti juga berasumsi bahwa kuesioner menyebabkan masalah gizi kurang adalah
yang digunakan dalam penelitian ini kurang praktik yang kurang benar di kalangan
dapat menggambarkan pengaplikasian masyarakat dalam memilih dan memberikan
pemahaman ibu tentang gizi balita secara makanan kepada anggota keluarga, terutama
menyeluruh karena jumlah pertanyaan yang kepada anak-anak. Data Riskesdas-Depkes

61
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017

RI (2010) menunjukkan bahwa perilaku buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sehingga
pemberian makanan yang benar kepada data lebih valid.
anak hanya 41,2% (Badan Penelitian dan Peneliti juga berasumsi bahwa status gizi
Pengembangan Kesehatan Kementerian tidak normal yang terjadi pada anak balita
Kesehatan RI, 2010). di Desa Kunden bukan disebabkan oleh
Sulistyoningsih (2011) menyatakan pola pemberian makanan. Faktor genetik
bahwa ibu yang menanamkan kebiasaan atau faktor yang dibawa anak dari orangtua
makan yang baik balitanya akan memiliki merupakan faktor yang menyebabkan anak
status gizi yang baik pula. memiliki status gizi tidak normal.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Pada penelitian ini tidak terdapat
penelitian Hutagalung (2012). Hasil penelitian hubungan yang signifikan secara statistik
Hutagalung menyebutkan bahwa tidak antara pengetahuan ibu dan pola pemberian
ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi pada balita. Hal
pemberian makanan yang dilakukan ibu dan ini dimungkinkan karena besar sampel yang
status gizi balita. Penelitian Istiono et al. relatif kecil dan jumlah item pertanyaan dalam
(2009) juga menunjukkan hasil yang sama kuesioner yang sedikit. Kelemahan penelitian
dengan penelitian ini bahwa perilaku ibu dan ini ialah tidak mendatangi responden yang
pengetahuan ibu tidak mempunyai korelasi tidak hadir saat penelitian atau tidak sedang
signifikan dengan status gizi balita. di rumah saat penelitian.
Sebagian besar ibu yang menjadi
responden dalam penelitian ini merupakan ibu SIMPULAN
pekerja. Ibu yang bekerja sering menitipkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anaknya pada nenek. Peneliti berasumsi pengetahuan ibu tentang gizi anak usia toddler
ibu tidak menjawab pertanyaan di kuesioner dan pola pemberian makanan tidak memiliki
sesuai dengan pola pemberian makanan hubungan yang bermakna terhadap status
yang dilakukan oleh nenek sehingga data gizi anak usia toddler di Desa Kunden. Saran
yang diperoleh tidak valid. Peneliti juga bagi petugas kesehatan ialah meningkatkan
berasumsi bahwa ibu tidak menjawab kegiatan penyuluhan tentang gizi anak
pertanyaan sesuai dengan keseharian yang usia toddler pada ibu. Saran bagi peneliti
dilakukan. Jawaban responden yang tidak selanjutnya ialah melakukan penelitian lebih
sesuai dengan keseharian disebabkan ibu lanjut dengan jumlah sampel lebih besar,
tidak ingin memperlihatkan bahwa pola jumlah pertanyaan lebih banyak.
pemberian makanan yang dilakukan pada
balita tidak tepat. DAFTAR PUSTAKA
Peneliti juga berasumsi bahwa kuesioner Agustina, R. (2015). Hubungan dukungan
yang digunakan dalam penelitian ini keluarga dengan peningkatan berat
belum mencakup semua komponen yang badan balita gizi kurang di wilayah
terdapat dalam pola pemberian makanan Puskesmas Jatinom (Skripsi). STIKES
sehingga hasil yang diperoleh kurang dapat Muhammadiyah Klaten, Jawa Tengah,
menggambarkan kebiasaan ibu dalam Indonesia.
memberikan makanan pada balita. Kuesioner Ayu, S. D. (2008). Pengaruh program
yang baik digunakan dalam pola pemberian pendampingan gizi terhadap pola asuh,
makanan sebaiknya disesuaikan dengan kejadian infeksi dan status gizi balita
komponen-komponen yang terdapat dalam kurang energi protein (Tesis). Program

62
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan

Pascasarjana Universitas Diponegoro, Dusun Mandungan Srimartani Piyungan


Semarang, Indonesia. Bantul, Yogyakarta (Skripsi). Fakultas
Badan Penelitian dan Pengembangan Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta,
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Yogyakarta, Indonesia.
(2010). Hasil Riskesdas 2010. Jakarta: Lestari, T. W., Lucia Endang Y. K., & Budiyati.
Bakti Husada. (2013). Pengaruh pemberian makan
_______________. (2013). Hasil Riskesdas balita dan pengetahuan ibu terhadap
2013. Jakarta: Bakti Husada. status gizi balita di Kelurahan Meteseh
Bardosono, S. (2009). Masalah gizi di Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Indonesia. Majalah Kedokteran Semarang. Prosiding Seminar
Indonesia, 59(1): 491-492. Nasional Keperawatan Meningkatkan
Depkes RI. 2009. Sistem kesehatan nasional. Kesejahteraan Ibu dan Anak Sejak
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dini dalam Rangka Mewujudkan
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. 2015. Keberlanjutan (Sustainability Program
Profil kesehatan Klaten tahun 2015. MDGs 2015), 310-319. Semarang,
Klaten: Bakti Husada. Indonesia: Universitas Muhammadiyah
Handayani, L, Mulasari, S.A., & Nurdianis, N. Semarang.
(2008). Evaluasi program pemberian Maryunani, A. (2010). Ilmu kesehatan anak
makanan tambahan anak balita. Jurnal dalam kebidanan. Jakarta: Trans Info
Manajemen Pelayanan Kesehatan, Media.
11(1): 21-26. Miller, J. E. & Rodgers, Y. V. (2009). Mother’s
Hardiko. (2007). Mengenal pertumbuhan si education and children’s nutritional
buah hati. Klaten: Cempaka Putih status: new evidence from Cambodia”.
Hidayat, A.A.A. (2009). Pengantar Ilmu Asian Development Review, 26(1): 131-
Keperawatan Anak I. Surabaya: 165.
Salemba Medika. Morks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono,
Hutagalung, H. (2012). Faktor-faktor yang S. R. (2001). Psikologi perkembangan:
mempengaruhi status gizi balita (12–59 Pengantar dalam berbagai bagiannya.
bulan) di Desa Bojonggede Kabupaten Yogyakarta: Gajah Mada University
Bogor tahun 2012 (Skripsi). Fakultas Press.
Kesehatan Masyarakat, Universitas Mubarak, W. I. (2011). Promosi kesehatan
Indonesia, Jakarta, Indonesia. untuk kebidanan. Jakarta: Salemba
Istiono, W., Suryadi, H., Haris, M., Irnizarifka, Medika.
Tahi, A. D., Hasdianda, M. A., Fitria, T., Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
Sidabutar, T. I. R. (2009). Analisis faktor- masyarakat: Ilmu dan seni. Jakarta:
faktor yang mempengaruhi status gizi Rineka Cipta.
balita. Berita Kedokteran Masyarakat, Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan
25(3): 150-155. dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Kusharto, C.M. dan Supariasa, I. D. N. (2014). Prasetya, Y. (2012). Analisis faktor yang
Survei konsumsi gizi. Yogyakarta: Graha mempengaruhi status gizi balita di
Ilmu. Posyandu Kenanga II Desa Ngreden
Lestari, E. (2006). Faktor-faktor yang Kecamatan Wonosari Klaten (Skripsi).
mempengaruhi pola pemberian STIKES Muhammadiyah Klaten, Jawa
makanan balita pada keluarga petani di Tengah, Indonesia.

63
JPPNI Vol.02/No.01/April-Juli/2017

Proverawati, A. & Kusumawati, E. (2011).


Ilmu gizi untuk keperawatan dan gizi
kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Putra, S. R. (2013). Gizi dan diet. Yogyakarta:
D-Medika.
Rahardjo, K. (2012). Asuhan neonatus, bayi,
balita dan anak prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rusilanti, M. D. & Yulianti, Y. (2015). Gizi dan
kesehatan anak prasekolah. Bandung:
PT Rosdakarya.
Santoso, S. (2008). Kesehatan dan gizi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span
Development (Jilid 2). (Alih bahasa:
Achmad Chusairi). Jakarta: Erlangga.
(Naskah asli terbit 1999).
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk
kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Supariasa, I. D. N. & Fajar, I. (2012). Penilaian
status gizi. Jakarta: EGC.
UNICEF Indonesia. (2012). Gizi ibu & anak.
Jakarta: Ringkasan Kajian.
World Health Organization. (2016). Infant
and young child feeding. Retrieved
from http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/infant-and-young-child-
feeding.

64

Anda mungkin juga menyukai