Anda di halaman 1dari 9

RESUME KASUS

BIDANG ILMU PENYAKIT MULUT


LESI PUTIH
LIDAH GEOGRAFIK (GEOGRAPHIC TONGUE)

Disusun Oleh:
Luxy Imaroch Ain
G4B015002

Dosen Supervisor Klinik


drg. Aris Aji Kurniawan

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
2018
RESUME KASUS

A. Laporan Kasus
1. Identitas Pasien :
a. Inisial Pasien :N
b. Usia : 27 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Pemeriksaan Subjektif
a. CC : pasien perempuan usia 27 tahun datang ingin
memeriksakan lidahnya yang memerah dan pecah-pecah
b. PI : kondisi lidah memerah dan pecah-pecah sudah ada sejak
usia anak-anak.
c. PDH : pasien pernah dilakukan penambalan gigi dan pemcabutan
gigi.
d. PMH : tidak memiliki riwayat penyakit lainnya.
e. FH : tidak dicurigai menderita penyakit tertentu.
f. SH : pasien adalah seorang guru.
3. Pemeriksaan Ekstraoral
a. Wajah : simetris, warna normal, dan tidak ada
pembengkakan
b. Mata : sejajar; warna sklera, kulit sekitar dan kelopak mata
bagian dalam normal
c. Leher : tidak ada pembengkakan
d. Tangan dan jari : tidak ada kelainan
e. Lymphonodi : tidak ada kelainan
f. TMJ : Normal, tidak ada kelainan
4. Pemeriksaan intraoral
Peta Mukosa Mulut

Gambar 1. Peta mukosa mulut

Deskripsi Lesi/ Kelainan yang ditemukan


33,34 : Terdapat lesi berupa bercak kemerahan, multiple, iregular, berbatas
diffuse, tepi ada sedikit peninggian, pada area 2/3 anterior lidah (K14.1).

Foto Lesi

Gambar 2. Foto intraoral pasien


5. Differential Diagnosis
Lidah geografik : Median Romboid Glositis, Psoriasis, Hairy
Leukoplakia, Pseudomembran candidiasis
6. Diagnosis : Geographic tongue (lidah geografik)
7. Rencana Perawatan : DHE
8. Perawatan : DHE
- Menghindari makanan dan minuman yang terlalu
panas, pedas dan asam terutama pada saat-saat
kondisi rentan yang memperparah lidah
- Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat
secara perlahan lidah saat menyikat gigi
- Sering berkumur setelah makan
9. Prognosis Perawatan : Baik

GEOGRAPHIC TONGUE

1. DEFINISI
Geographic tongue (lidah geografik) adalah suatu peradangan jinak
yang disebabkan oleh pengelupasan keratin superfisial dan papila-papila
filiformisnya yang terbatas pada dorsal dan tepi lateral 2/3 lidah. Geographic
tongue juga didefinisikan sebagai inflamasi jinak pada lidah dengan ditandai
dengan area kemerahan atau eritema, tampak seperti peta yang memiliki
ukuran, bentuk, dan lokasi yang tidak tetap (Scully, et al., 2010). Nama lain:
Glositis migratori jinak, eritema migrans, wandering rash. Lidah geografik
mengenai kira-kira 1-2% penduduk. Paling sering pada wanita dan usia dewasa
muda sampai pertengahan (Langlais dan Craig, 2000). Lebih tampak jelas pada
dewasa daripada anak-anak (Scully et al., 2010)
2. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga terjadi karena faktor genetik atau
herediter, dengan predisposisi:
a. Stress emosional/psikologi
b. Defisiensi nutrisi: vitamin A, zinc, B2, dan zat besi
c. Gangguan hormon: kehamilan
d. Penggunaan obat: kontrasepsi oral dan lithium carbonate therapy
e. Juvenile diabetes mellitus
f. Pustular psoriasis
g. Kondisi alergi, seperti hay fever, rhinitis, eczema, asma, peningkatan serum
IgE, dan pasien atopic
h. Berbagai sindrom yang berkaitan dengan lidah geografik: Robinow’s
syndrome, Reiter’s syndrome, Down syndrome, Fetal Hydantoin
syndrome, Aarskog’s syndrome
(Hamassi, et al, 2015)

3. ETIOPATOGENESIS
Geographic tongue tidak diketahui secara pasti penyebabnya, namun
diduga faktor genetik berperan dalam prosesnya, dimana tampak pada kondisi
genetik dengan riwayat keluarga yang positif, temuan HLA masih kurang jelas,
tetapi dilaporkan berkaitan dengan B15, DR7, DRW6, dan CW6 (Scully et al.,
2010).

4. GAMBARAN KLINIS
a. Bercak gundul merah muda sampai merah (eritema)
b. Tunggal atau multiple
c. Dibatasi/tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang sedikit menimbul
d. Dapat disertai dengan lirik peradangan merah di tepi lesinya
e. Jika ada peradangan, ada rasa sakit
f. Lesi terus menerus berubah pola dan berpindah tempat, dapat timbul dan
hilang tiba-tiba.
g. Dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
h. Kadang dijumpai bersamaan dengan areata eritema migrans (migratory
mucositis, stomatitis geografik, lidah geografik ektopik) dan lidah berfisur
(Langlais dan Craig, 2000).

5. GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Karakteristik histopatologi dari lidah geografik ditandai dengan adanya
area depapilated merah dari geografik tongue dengan hilangnya keratin, adanya
neutrofil yang biasanya berada pada stratum spinosum (Scully et al., 2010),
limfosit dan infiltrasi plasma sel dan mikroabses intraepithelial. Pada geografik
tongue, area lesi putih menunjukan adanya infiltrasi subepitelial dengan sel
predominan dari neutrofil, eksositosis sel yang melimpah, membentuk
mikroabses, dan pustula pada beberapa kasus. Area lesi merah menunjukan
infiltrasi mononuclear subepitelial, hipertropi suprapapilari, pelebaran
vascular. Gambaran pada mikroskop electron terlihat adanya area yang
kehilangan papilla filiformis pada area eritema dan sel-sel nekrotik yang
mengelupas pada area yang putih (Picciani, et al., 2016).
6. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
a. Psioriasis: lesi dapat ditemukan pada kulit, berbentuk mikro abses bersifat
patognomonic
b. Kandidiasis atropik akut: tampak spongiform pustule atau mikroabses
diatas epitelium dengan hyphae candida pada pemeriksaan histologi.
Biasanya terjadi pada pasien dengan perawatan antibiotik jangka panjang,
lesi berupa lesi eritematosa, simetris, berbatas difuse pada permukaan
tengah dorsal lidah disertai hilangnya papilla, dan sering terasa nyeri dan
seperti rasa terbakar.
c. Lichen planus tipe atrofik: bercak asimtomatik putih yang jelas, fokal dan
berwarna translusen hingga opaque dengan tepi yang berbatas tegas,
tampak seperti anyaman, dapat ditemui selain pada lidah
d. Eritroplakia: lesi berupa plak kemerahan, ada peninggian.
e. Erupsi obat : lesi yang timbul akibat penggunaan obat
f. Lupus Eritematousa: terdapat lesi khas di wajah

7. PERAWATAN
Lidah geografik bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan
perawatan jika tidak bergejala. Apabila terasa sakit dapat diberikan anestesi
topikal atau steroid topikal. DHE dan obat kumur ringan dapat diberikan untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
Perawatan simptomatik dapat diberikan sesuai faktor predisposisi yang
menyertai, seperti pemberian oral rinses yang mengadung anestetik, topikal
kortikosteroid, vitamin A, antihistamin, dan suplemen zinc. Pasien juga harus
menghindari kontak dengan bahan iritan dan faktor penyebab infeksi, seperti
dentures dan bracket. Pasien diinstruksikan untuk diet yang berhubungan
dengan kondisi geografiknya, mengindari makanan pedas dan asam, selalu
menjaga kebersihan giginya. Abe et al, merekomendasikan pemberian
cyclosporine sistemik, Ishibasi merekomendasikan topikal tacrolimus
(Picciani, et al, 2016).

8. PROGNOSIS
Tidak ada komplikasi, tetapi lesi dapat muncul kembali di area yang
berbeda (Scully et al., 2010)
REFERENSI

Langlais, R.P., Craig, S.M., 2000, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim, Hipokrates, Jakarta.

Scully, C., Oslei, P.d.A., Jose, B., Pedro, D.D., Adalberto, M.T., 2010, Oral
Medicine and Pathology at a Glance, Blackwell Publishing Ltd, Oxford.

Picciani, B.L.S., Thays, T.S., Heron, F.D.S.G., Alexandre, C.G., Sueli, C., Tabata,
A.D., Vanessa, D.B.C.D.S., Juliana, C.O., Eliane, P.D., 2016, Geoghrapic
Tongue and Psoriasis: Clinical, Histopathological, immunohistochemical,
and Genetic Correlation- a Literature Review, An Brass Dermatol, 91 (4):
410-21.

Dominguez, M.L.R., Rosalba, R., Tatiana, M., Beatriz, M.D.M.O., Mirtha, R.M.,
Oilda, K., Lourdes, B.D.L., 2016, Torus Palatinus Report of Two Cases, Our
Dermatol Online, 7 (2): 169-171.

Anda mungkin juga menyukai