Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,

bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membrane mukosa

mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah

penampilan, dan memperbaiki bau badan atau memelihara tubuh pada

kondisi baik. Bentuk sediaan kosmetik cukup beragam. Umumnya, bentuk

sediaan kosmetik berupa cairan, krim, suspensi dan serbuk (Retno, dkk,

2018)(1)

Kosmetika tradisional adalah kosmetika tradisional yang dapat

dibuat sendiri, langsung, dari bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan

yang telah dikeringkan, buah-buahan atau tanaman yang ada disekitar kita.

Kosmetika ini diolah menurut resep dan cara pengolahan yang turun

temurun dari nenek moyang. Selain kosmetika tradisonal yang murni, ada

pula kosmetik tradisonal yang sudah dicampur dengan bahan-bahan kimia

misalnya, bahan pengawet, sehingga kosmetika tersebut jadi tahan lama.

Contoh kosmetika tradisional yaitu pewarna rambut, hand body, pomade

(Made Diah, 2012)(2)


Asal mula nama pomade ini berasal dari kata bahasa inggris yang

berarti salep. Pomade merupakan zat berminyak atau lilin yang digunakan

untuk gaya rambut. Pomade membuat terlihat licin mengkilap, dan tidak

kering. Sifat dari pomade membuat gaya rambut terlihat lebih rapi,

sementara sifat pelembap tahan lama membuatnya popular dengan

individu berambut bertekstur. Pomade dikategorikan menjadi 2 macam,

yakni water based dan oil based (Desak Putu, 2017)(3)

Di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang sangat

signifikan dikarenakan berbagai gaya atau penampilan rambut yang sangat

mempengaruhi pemikiran para remaja bahkan dewasa dalam penampilan.

Selain itu efek tahan lama dan bersinar atau klimis dari kosmetik yang

pertama kali muncul pada awal abad ke 19 ini menjadi alasan mengapa

kini para lelaki kembali beralih produk pomade (Nurul Auliasari,dkk,

2018)(4)

Memakai pomade memang membuat rambut tampak rapi, tetapi

secara empiris pemakaian pomade dalam jangka waktu panjang memiliki

dampak negatif bagi kesehatan rambut. Berdasarkan informasi kesehatan,

banyak orang awam yang menjadi korban atas dampak negatif pemakaian

pomade, beberapa diantaranya membuat pigmen hitam pada rambut mati

sehingga menyebabkan rambut menjadi kemerahan, rontok, kering dan

berketombe serta menimbulkan jerawat pada kulit sekitar rambut (Ruby

Abdillah, 2018)(5)
Dampak negatif yang terjadi pada rambut ini disebabkan oleh

konsentrasi bahan-bahan kimia yang terkandung dalam pomade, terutama

konsentrasi bahan kimia pada pomade waterbased atau pomade berbahan

dasar air. Paparan berlebih dan terus menerus terhadap bahan kimia dapat

menyebabkan kerusakan pada rambut hingga berpotensi menyebabkan

kanker (Kusumadewi, 2003)(6)

Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terutama. Rambut

muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang

berada jauh dibawah dermis. Struktur mirip rambut, yang disebut trikoma, juga

ditemukan pada tumbuhan. Rambut terdapat diseluruh kulit kecuali telapak tangan

dan telapak kaki (Anakardian, 2017)(7)

Rambut merupakan salah satu faktor penting dalam penampilan yang

mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Rambut menjadi mahkota tak hanya

bagi wanita, namun juga pria. Sehingga berbagai cara dilakukan untuk membuat

penampilan rambut tampak semakin menarik. Salah satu yang banyak diminati

akhir-akhir ini adalah pomade (Selvi, 2017)(8)

Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat khususnya remaja masa kini beralih

dari produk pomade yang memiliki efek samping merusak rambut ke produk

pomade berbahan alam jantung pisang kepok yang memiliki kandungan alami

yang sangat aman untuk rambut dan dikombinasikan dengan minyak kelapa VCO

(Virgin Coconut Oil) yang keduanya sama-sama mempunyai kandungan alami.


Jantung pisang kepok mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid.

Kandungan flavonoid yang ada di jantung pisang kepok berfungsi meningkatkan

pertumbuhan rambut dan melebatkan rambut (Meytij & Joke ,2015 )(9),

sedangkan minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) memiliki kandungan asam

laurat yang tinggi, vitamin K, vitamin E, zat besi yang berfungsi sebagai nutrisi

dan vitamin yang bagus untuk melembapkan rambut (Setiaji dan Prayugo,

2006)(10)

Jantung pisang kepok yang baik untuk pembuatan pomade adalah jantung

pisang yang dipanen pada saat mencapai tingkat ketuaan atau kira-kira berumur

80 hari setelah berbunga (Didit Anindita, 2016)(11). Kelapa yang baik untuk

pembuatan minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) yang adalah buah kelapa

tua yang menghasilkan daging kelapa yang segar (Sri winarti, dkk, 2007) (12)

Berdasarkan penelitiaan sebelumnya bonggol pisang kepok yang lebih sering

diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetik gel rambut. Bonggol pisang kepok

sendiri mengandung senyawa metabolit sekunder, yakni flavonoid, antrakuinon,

kuinon, tannin. Flavonoid yang terkandung dalam bonggol pisang kepok

berfungsi merangsang pertumbuhan rambut (Lilih dan Viki, 2018)(13)

Berdasarkan penelitian sebelumnya minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil)

diformulasikan sebagai penyubur rambut dengan pengkombinasian minyak dedak

padi. Minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) terdapat asam laurat, vitamin K,

vitamin E, dan zat besi yang berfungsi sebagai nutrisi dan vitamin yang bagus

untuk menyuburkan rambut (Mira Noviana, dkk,2018)(14)


Dengan demikian, maka dilakukan penelitian ini untuk membuktikan bahwa

sediaan pomade dengan bahan alam jantung pisang dengan mengkombinasikan

minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) dapat meningkatkan pertumbuhan

rambut, melembapkan rambut, menutrisi rambut, membuat rambut tampak klimis

dan lebih rapi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol jantung pisang kepok dapat diformulasikan dalam

sediaan pomade ?

2. Apakah stabilitas fisik sediaan pomade yang mengandung jantung pisang

kepok dengan minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) sesuai dengan

standart ?

1.3 Hipotesis

1. Ekstrak etanol jantung pisang kepok dapat diformulasikan sebagai sediaan

pomade

2. Stabilitas fisik sediaan pomade ekstrak jantung pisang kepok kombinasi

dengan minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) sesuai dengan standart

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan untuk dapat bermanfaat dalam memberikan

informasi bahwa ekstrak jantung pisang kepok kombinasi dengan minyak

kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) dapat dibuat dalam sediaan pomade

2. Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi bahwa formulasi dan

stabilitas fisik sediaan pomade ini sesuai dengan standart


1.5 Tujuan penelitian

1. Untuk mencari komposisi basis yang stabil dalam pembuatan pomade

ekstrak etanol jantung pisang kepok kombinasi minyak kelapa VCO

(Virgin Coconut Oil)

2. Mencari konsentrasi ekstrak etanol jantung pisang kepok yang

menghasilkan sediaan yang baik dan memenuhi standart.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jantung Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Linn)

2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae.

Class : Liliopsida.

Ordo : Zingiberales.

Family : Musaceae

Genus : Musa.

Species : Musa paradisiaca Linn (Nilotpal & Mitali, 2013)(15)

Gambar 2.1 Jantung Pisang Kepok

https://www.google.com/gambarjantung-pisang.jpg

Jantung pisang adalah batang pisang yang menghasilkan pertumbuhan

memanjang untuk membentuk rangkain bunga. Rangkaian jantung pisang

terdiri atas beberapa baris bunga yang masing – masing ditutupi dengan
kelopak. Bagian ini bewarna merah keunguan. Jantung pisang sering

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat (Ketty Husnia , 2014)(16)

2.1.2 Morfologi

Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman

flora yang tinggi,berbagai macam tanaman terdapat di Indonesia. Salah

satunya adalah tanaman pisang (Musa paradisiaca L.), hampir tidak ada

daerah Indonesia yang tidak terdapat tanaman pisang. Pisang merupakan

tanaman rakyat yang dapat tumbuh di hampir seluruh tipe agroekosistem,

sehingga tanaman ini menduduki posisi pertama dalam hal luas bila

dibandingkan dengan tanaman buah lainnya (J Ampibi , 2016)(17)

Secara morfologi, organ-organ jantung pisang kepok diterangkan sebagai

berikut :

1. Bonggol

Bonggol adalah bagian bawah batang pisang yang menggembung

berupa umbi, pada bonngol selanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman

pisang. Bonggol kerap digunakan sebagai obat tradisional (Ketty Husnia,

2014)(16)

2. Batang Pisang

Pisang adalah tumbuhan yang unik. Batang yang sebenarnya justru

disebut umbi atau rimpang, sedangkan batang semu (palsu) kerap

dianggap seabagai batang sesungguhnya. Batang semu berwarna hijau,


tidak bercabang dengan ketinggian mencapai 6-7,5 meter. Batang semu

terbentuk oleh tumpang tindih padat pelepah daun yang tumbuh dari

batang bawah tanah hingga mencapai ketebalan 20-50 cm. Batang pisang

di NTT kerap dijadikan sumber air dan bermanfaat untuk obat karena

bersifat mendinginkan (Ketty Husnia, 2014) (16)

3. Jantung Pisang (Bunga Pisang)

Jantung pisang adalah batang pisang yang menghasilkan

pertumbuhan memanjang untuk membentuk rangkain bunga. Rangkaian

jantung pisang terdiri atas beberapa baris bunga yang masing – masing

ditutupi dengan kelopak. Bagian ini bewarna merah keunguan. Jantung

pisang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat (Ketty Husnia,

2014)(16)

4. Buah Pisang

Buah pisang berasal dari perkembangan masing-masing bunga

pisang. Seluruh individu buah yang berkembang dari barisan bunga dalam

satu kelopak disebut sisir, sedangkan seluruh individu buah yang

berkembang dari satu rangkaian bunga disebut tandan. Buah pisang

berkulit hijau pada saat muda dan berubah menjadi kuning atau tetap hijau,

namun ada juga yang merah ketika tua (Ketty Husnia, 2014)(16)

2.1.3 Kandungan Kimia

Pada jantung pisang Musa paradisiaca. Linn kandungan metabolit

sekunder yang tinggi adalah senyawa fenolik. Kandungan senyawa ini

mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antibiotik. Fenol termasuk


flavonoid mempunyai fungsi sebagai antioksidan yang berfungsi sebagai

pereduksi radikal bebas, selain itu juga mempunyai peranan penting dalam

menghambat mikroba atau sebagai antibiotik. Secara umum jumlah

kandungan fenol (termasuk flavonoid) yang dominan, akan menunjukkan

adanya aktivitas dari senyawa fitokimia yang berfungsi menghancurkan

mikroba terutama pada kelompok bakteri gram positif (Meytij & Joke,

2015)(9)

2.1.4 Kandungan Nutrisi

Nutrisi yang terkandung dalam jantung pisang menurut seorang

ahli nutrisi dan kuliner Peter Bilton menuliskan bahwa senyawa fitokimia

pada jantung pisang seperti saponin LDL dapat meningkatkan kekebalan

tubuh melawan infeksi dan diperkirakan menghambat pertumbuhan sel

kanker. Jantung pisang juga merupakan sumber flavonoid. Flavonoid

banyak ditemukan dimakanan nabati yang membantu dan mencegah

kerusakan sel DNA dengan menetralisasi bebas. Flavonoid juga membantu

menurunkan kolesterol, antiinflamasi, antikanker, dan penuaan (Ketty

Husnia, 2014)(16)

2.2 Minyak Kelapa VCO (Virgin Coconut Oil)

Virgin Coconut Oil (vco) merupakan minyak kelapa murni yang

dihasilkan dari daging buah kelapa tua yang segar. Beberapa metode yang

digunakan dalam pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) adalah fermentasi

dan pancingan. Selain metode tersebut ada juga metode pengadukan. Pada

metode pengadukan, dengan adanya pengadukan terus-menerus, maka


molekul protein yang berfungsi sebagai emulsifier dapat rusak sehingga

minyak dapat terpisah. Keunggulan dari minyak ini adalah jernih, tidak

berwarna dan tidak mudah tengik (Riliani P,dkk, 2014)(18)

Minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) dikenal sebagai minyak

yang mampu melangsingkan tubuh sehingga cenderung digemari oleh para

gadis yang memahami manfaatnya. Manfaat minyak kelapa VCO (Virgin

Coconut Oil) lebih luas bukan sekedar pelangsing tubuh, minyak kelapa

VCO (Virgin Coconut Oil) juga dapat membuat penampilan rambut yang

sehat, tidak kering dan dapat mengendalikan ketombe. Minyak kelapa

VCO (Virgin Coconut Oil) yang berkualitas baik bagi kesehatan karena

mengandung asam lemak jenuh berupa asam lemak rantai sedang

(Medium Chain Fatty Acid atau MCFA) dengan kandungan asam laurat

(C12) yang tinggi, sesuai standar APCC (Asian and Pacific Coconut

Community) (Haerani, 2010) (19)

2.2.1 Kandungan Minyak Kelapa VCO (Virgin Coconut Oil)

Komponen utama dari VCO (Virgin Coconut Oil) sekitar 92% asam lemak

jenuh, diantaranya asam laurat 48,74%, asam miristat 16,31%, asam

kaprilat10,91%, asam kaprat 8,10% dan asam kaproat 1,25%. Minyak

kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) dimanfaatkan sebagai bahan baku

perawatan rambut dan tubuh serta bahan baku pembuatan minyak

(Marlina, dkk, 2017) (20)


2.2.2 Karakteristik Fisik-Kimia Minyak Kelapa VCO (Virgin Coconut Oil)

Sumber : Hui, Bailey’s Industrial Oil dan Fat, 1996 (21)

2.3 Kriteria Sampel

2.1 Jantung Pisang

Ukuran jantung pisang sekitar 25 – 40 cm dengan ukur lilit tengah jantung

12 – 25 cm dan jantung pisang mempunyai berat rata-rata 1,5 kg. Struktur

jantung pisang mempunyai banyak lapisan kulit dari yang paling gelap

ungu kemerahan dibagian luar dan warna putih krim susu dibagian dalam.

Terdapat susunan bunga berbentuk jejari diantara kulit tersebut dan

ditengahnya yang lembut (Afifah Novitasari, dkk, 2013)(22)

2.2 Minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil)


Buah kelapa tua yang menghasilkan daging kelapa yang segar (Sri winarti,

dkk, 2007)(12). Minyak kelapa berasal dari sari pati kelapa dan secara

fisik minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) harus bewarna jernih. Hal

ini menandakan bahwa di dalam minyak VCO (Virgin Coconut Oil) tidak

tercampur oleh bahan dan kotoran lain (Laras dan Adi, 2009) (23)

2.4 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat,

belum mengalami pengolahan apapun, umumnya dalam keadaan kering,

langsung digunakan sebagai obat dalam atau banyak digunakan sebagai

obat dalam sediaan galenik tertentu atau digunakan sebagai bahan dasar

memperoleh bahan baku obat. Sedangkan sediaan galenik berupa ekstrak

total mengandung 2 atau lebih senyawa kimia yang mempunyai aktifitas

farmakologi dan diperoleh sebagai produk ekstraksi bahan alam serta

langsung digunakan sebagai obat atau digunakan setelah dibuat bentuk

formulasi sediaan obat tertentu yang sesuai (Depkes RI, 1995)(24)

2.4.1 Tahap Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain

tergantung pada, bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau

bagian tanaman pada saat panen, waktu panen, lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen yang tepat saat bagian tanaman tersebut mengandung


senyawa aktif dalam jumlah terbesar. Bagian tanaman yang diambil,

yakni: Kulit batang, batang, kayu, daun, bunga, pucuk, akar, rimpang,

buah, biji, kulit buah, bulbus (Depkes RI, 1985)(25)

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang

dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,

kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran

lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba

dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari

tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Depkes RI,

1985)(25)

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air

bersih. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam

air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat

mungkin (Depkes RI, 1985)(25)

4. Perajangan

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil

jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari

(Depkes RI, 1985)(25)


5. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dapat

mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah

penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam

simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang

dan jasad renik lainnya. Pengeringan mempunyai 2 cara pengeringan yaitu

pengeringan alamiah (pengeringan dengan sinar matahari), pengeringan

buatan (menggunakan alat) (Depkes RI, 1985)(25)

6. Sortasi Kering

Tujuan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran

lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini

dilakukan sebelum simplisia dibungkus kemudian disimpan (Depkes RI,

1985)(25)

2.5 Metode Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan pelarut dibagi dua, yaitu ekstraksi caradingin dan

cara panas. Cara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya

a) Maserasi

Maserasi yaitu proses pengeksrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut organic yang dilakukan melalui beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada suhu ruangan. Proses perendaman sampel akan

berdampak pada larutnya berbagai metabolit sekunder akibat terjadinya


perbedaan tekanan yang merusak dinding dan membran sel maupun akibat

terjadinya penetrasi pelarut organik yang masuk kedalam sel. Oleh

karenanya, pemilihan pelarut harus dilakukan dengan cermat sehingga

dapat sesuai dengan sifat maupun karakteristik senyawa aktif dari bahan

simplisia yang akan dilarutkan. Sedangkan yang dimaksud remaserasi

adalah proses pengulangan dalam hal penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maseratpertama, dan seterusnya (Emelda,

2019)(26)

b) Perkolasi

Perkolasi yaitu mekanisme ekstraksi yang dilakukan dengan

prinsip pengikatan senyawa aktif bahan simplisia dengan memanfaatkan

pelarut organik tertentu sebagai pengikat. Proses ekstraksi dilakukan

dengan mengalirkan atau melewatkan pelarut ke serbuk simplisia yang

telah dibasahi sebelumnya. Cairan pelarut dialirkan dari atas sehingga

selama perjalanannya, pelarut tersebut akan melarutkan berbagai

kandungan aktif simplisia.

Meski demikian, proses ini terkadang dinilai kurang efektif dan

juga harus diperhatikan tingkat kelarutan senyawa aktif yang menjadi

target terutama dikaitkan dalam kesesuainnya dengan pelarut yang

digunakan. Perkolasi dilakukan dengan pelarut yang selalu baru dan

digunakan untuk melarutkan zat-zat aktif dari sel bahan simplisia hingga

berada dalam keadaan jenuh dan sempurna (exhaustive extraction)

(Emelda, 2019)(26)
Cara panas dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,

selawa waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi

sempurna (Depkes RI, 2000)(27)

b) Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik

(Depkes RI, 2000)(27)

c) Digesti

Digesti yaitu maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperature kamar, secara umum

dilakukan pada temperatur 40o hingga 50o c. Teknik digesti dilakukan

terutama untuk bahan-bahan simplisia dengan kandungan zat aktif yang

relatif tahan terhadap panas. Pemanasan yang cukup tinggi akan mampu

mendukung proses pelarutan zat penyari, yang di lain sisi proses

pemanasan ini juga mampu meningkatkan terjadinya difusi ke dalam sel

simplisia (Emelda, 2019)(26)


d) Infus

Infus adalah ekstrak dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur

96-98o C) selama waktu tertentu (Depkes RI, 2000) (27)

e) Dekok

Dekokta yaitu mekanisme ekstraksi yang dilakukan dengan prinsip

sebagaimana pada metode infus namun dengan waktu yang lebih lama

(bisa selama 30 menit) dan temperatur sampai pada titik didih. Simplisia

dimasukkan ke dalam panci lalu ditambahkan air dalam jumlah tertentu.

Panci tersebut dicelupkan kedalam penangas air lalu dipanaskan. Selama

proses infudasi, baik dengan metode infusa maupun dekokta dapat

dilakukan pengadukan secukupnya (Emelda, 2019)(26)

2.5.1 Proses Pembuatan Ekstrak

a) Pembuatan Serbuk Simplisia dan Klasifikasinya

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk

simplisia kering (penyerbukan). Proses ini dapat mempengaruhi mutu

ekstrak dengan dasar beberapa hal sebagai berikut :

1. Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien,

namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan

untuk tahapan filtrasi.


2. Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan

interaksi dengan keras (logam dll) maka akan timbul panas (kalori) yang

dapat berpengaruh pada senyawa kandungan. Namun hal ini dapat

dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair (Depkes RI, 2000)(28)

b) Cairan Pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang

baik(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif,

dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari

senyawa kandungan laiinya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian

besar senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung

sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.

Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah

sebagai berikut :

1. Selektivitas

2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut

3. Ekonomis

4. Ramah lingkungan

5. Keamanan (Depkes RI, 2000)(28)

c) Seperasi dan Pemurnian

Tujuan dari tahapan ini menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak

dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa

kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih

murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan,


dua cairan tak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorbs

dan penukaran ion (Depkes RI, 2000)(28)

d) Pemekatan / Penguapan (vaporasi dan evaporasi)

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa terlarut)

secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi kering, ekstrak

hanya menjadi kental/pekat (Depkes RI, 2000)(28)

e) Pengeringan Ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga

menghasilkan serbuk, masa kering rapuh, tergantung proses dan peralatan

yang digunakan (Depkes RI, 2000)(28)

f) Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal (Depkes RI, 2000)(28)

2.6 Rambut

Rambut merupakan berupa benang keratin elastis yang

berkembang dari epidermis terssebar diseluruh tubuh kecuali telapak kaki

dan telapak tangan, permukaan dorsal falang distal, sekitar lubang dubur,

dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan akar

rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk tabung terdiri atas

bagian yang berasal dari epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari

dermis (jaringan ikat) (Syaifuddin, 2011)(29)


Pertumbuhan rambut dimulai pada bulan ke 3 massa janin. Mula-mula

epidermis mengalami invasi ke dermis. Pertumbuhan rambut pertama kali

terjadi pada daerah alis, dagu, bibir atas selanjutnya diikuti bagian lain

yang akan di tutup kulit tipis. Invasi epidermis ini akan menjadi folikel

rambut yang nantinya akan tumbuh menjadi rambut (Anakardian, 2017)(7)

2.6.1 Struktur Rambut

Rambut merupakan tambahan pada kulit kepala yang memberikan

kehangatan, perlindungan dan keindahan. Semua jenis rambut tumbuh

dari akar rambut yang ada di dalam lapisan dermis dari kulit. Oleh

karena itu kulit kepala atau kulit bagian badan lainnya memiliki

rambut. Rambut keluar dari akar rambut itu ada 2 bagian menurut

letaknya, yaitu bagian yang ada di dalam kulit dan bagian yang ada di

luar kulit. Rambut terbentuk dari sel-sel yang terletak ditepi kandung

akar. Cupak rambut atau kandung akar ialah bagian yang terbenam dan

menyerupai pipa serta mengelilingi akar rambut. Jadi bila rambut

dicabut rambut akan tumbuh kembali, karena papil dan kandung akar

akan tetap tinggal (Monika Putri, 2014)(30)

2.6.2 Susunan Batang Rambut

Batang rambut terdiri dari sel-sel keratin (sel tanduk). Keratin

merupakan protein yang berfungsi untuk menyusun bagian rambut

agar kuat dan lembut. Batang rambut mempunyai 3 lapisan, yaitu :


a) Cuticle (selaput rambut) merupakan lapisan terluar dari batang rambut,

terdiri dari susunan sekitar 7-10 sel-sel tanduk pipih, keras dan bening atau

dapat tembus cahaya.

b) Cortex (kulit rambut) disusun oleh kumpulan seperti benang halus yang

terdiri dari keratin/sel tanduk.

c) Medula (sumsum rambut) merupakan bagian paling sentral rambut dan

terdiri atas sel-sel tanduk yang telah mengisut dan berbentuk tidak

menentu (Sri Mayrawati, 2016) (31)

2.6.3 Pertumbuhan Rambut

Terjadi sebagai hasil mitosis sel-sel matriks yang berasal dari

epidermis dan belum berdiferensiasi yang terletak di atas sekitar puncak

papilla rambut. Sel-sel pada dasar folikel akan menjadi sarung akar rambut

luar.

Sel-sel matriks rambut: merupakan srantum malpigi epidermis

yang akhirnya menjadi sel-sel berzat tanduk. Pada epidermis bahan keratin

lunak terjadi terus-menerus. Rambut mempunyai masa pertumbuhan

tertentu, untuk rambut kepala 0-3 tahun, sedangkan bulu mata 3-4 bulan.

Akar rambut lepas dari matriks dan rambut rontok tertarik keluar

setelah istirahat folikel memasuki masa pertumbuhan dan berhubungan

dengan papil yang lama membentuk papil baru selanjutnya rambut-rambut

baru akan tumbuh dari folikel yang terbentu tersebut (Syaifudin, 2011)(29)

2.6.4 Fungsi Rambut


Fungsi rambut manusia yang paling menonjol adalah sebagai

mahkota, disamping itu dapat berfungsi sebagai alat peraba. Rambut

memperbesar efek rangsangan sentuhan terhadap kulit seperti bulu mata

dan juga sebagai pelindung. Rambut secara terbatas dapat berguna sebagai

pelindung terhadap bermacam-macam rangsangan fisik, mekanis.

Pelindung terhadap rangsangan fisik meliputi perlindungan terhadap

kelembaban, udara kering, panas, dan dingin, sedangkan pelindung

terhadap rangsangan mekanis adalah perlindungan terhadap zat kimia, dan

keringat (Idah Hajidah, 1994)(32)

2.7 Kosmetika

Istilah kosmetika berasal dari kata Yunani yakni “Kosmetikos”

yang berarti “keahlian dalam menghias”. Kosemtika adalah bahan atau

campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikan

atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada bahan

atau bagian badan manusia dengan maksud membersihkan, memelihara,

menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan

obat (Made Diah, 2012)(2)

Kosmetika tradisional adalah kosmetika tradisonal yang dapat

dibuat sendiri, langsung dari bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan

yang telah dikeringkan, buah-buahan atau tanaman yang ada disekitar kita

(Made Diah, 2012)(2)

Keberadaan kosmetika tradisional yang dibuat dengan cara

tradisonal dari bahan baku alami, tidak dapat dipungkiri telah diakui dan
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Kosmetika tradisional telah

dikembangkan lebih jauh dengan cara menganalisis secara ilmiah untuk

mendapatkan bahan inti/aktif dari simplisia alam tersebut dan selanjutnya

membuat secara sintetik serta memproduksi secara masal untuk menjadi

bahan kosmetika (Sjarif M, 1997)(33)

2.7.1 Bahan Dasar

Berbagai bahan yang ada di sekitar lingkungan kita merupakan

bahan dasar yang kemudian dapat diolah menjadi kosmetika tradisional,

misalnya saja :

1. Minyak dan lemak alami berasal dari berbagai minyak alami yang terdapat

di alam Indonesia, misalnya : minyak kelapa (oleum cocos), minyak

kelapa sawit, minyak kelapa wijen, minyak bunga matahari, minyak bulus,

minyak kemiri (Aleuritas mollucana). Secara tradisional minyak diperoleh

dengan cara memarut, memotong, mengeringkan bahan lalu diperas dan

atau disuling (direbus) (Sjarif M, 1997)(33)

2. Talkum, tepung untuk kosmetika tradisional diperoleh antara lain tepung

beras (Oryza sativa), bangkung (Pachyrrus erosus), lidah buaya (Aloe

vera), dan rimpang kunyit (Curcuma domestica). Tepung diperoleh dengan

cara menumbuk bahan baku sampai halus dan diayak melalui saringan

halus (Sjarif M, 1997)(33)

2.8 Pomade

Pomade merupakan produk yang berbentuk seperti gel sedikit

keras yang mengandung minyak guna memberikan kesan mengkilap pada


rambut dalam tujuan menata rambut. Pomade membuat rambut telihat

licin, mengkilap, dan tidak kering. Berdasarkan basisnya, pomade

dikategorikan menjadi 2 macam, yakni water based dan oil based. Oil

based merupakan produk pomade klasik yang mengandung minyak dan

wax, sedangkan pomade modern adalah water based yang mengandung

polimer larut air dan wax/minyak. Water based pomade memiliki

keuntungan yaitu lebih mudah untuk dicuci, terasa lebih ringan dan lebih

aman dengan kemungkinan kecil untuk terjadinya acne (Selvi, 2017)(8)

2.8.1 Jenis-jenis Pomade

1. Pomade petrol based: Pomade jenis biasanya berdaya tahan lama dan

tahan terhadap berbagai kondisi cuaca. Kekurangan dari pomade ini adalah

karena berbahan dasar minyak, akan terasa lengket, sehingga sulit untuk

dibersihkan dari rambut (Riris Endah, 2014)(34)

2. Pomade water based: Pomade jenis ini tidak menggunakan petrolatum di

dalamnya. Sifat dari pomade water based adalah mudah dibersihkan hanya

dengan satu kali keramas, karena memiliki kandungan air dan bahan kimia

di dalamnya (Riris Endah, 2014)(34)

3. Pomade mixed based: Berbahan dasar dari campuran minyak dan air.

Kilau yang dihasilkan oleh pomade jenis ini tidak begitu kuat, tetapi tetap

mudah dibersihkan di rambut (Riris Endah, 2014)(34)

2.8.2 Kandungan Pomade Yang Merusak Rambut

a) Propilenglikol
Propilenglikol mudah meresap kedalam kulit kepala dan bisa mengikis

protein pada kulit kepala sehingga jika digunakan dalam jangka waktu

panjang bias membuat kulit kepala cepat kering dan kendur (Ruby

Abdillah, 2018)(5)

b) Alkohol

Alkohol dapat mengikis lapisan minyak alami kulit kepala, membuka

lapisan Acid mantle (lapisan asam kulit) dan menyebabkan kulit kepala

lebih rentan terkena bakteri, jamur, virus dan zat karsinogenik (Ruby

Abdillah, 2018) (5)

c) Metilparaben

Metilparaben bekerja meniru hormone estrogen alami manusia, zat ini

dapat mengganggu keseimbangan hormone dalam tubuh dan diduga dapat

menjadi pemicu kanker (Ruby Abdillah, 2018)(5)

d) Polietilenglikol (PEG)

Polietilenglikol (PEG) termasuk turunan minyak bumi, dapat

menyebabkan kulit menua lebih cepat (Ruby Abdillah, 2018)(5)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode ini menggunakan metode ekstraksi secara maserasi,

eksperimental dilaksanakan dilaboratorium Formulasi Institut Kesehatan

Helvetia Medan. Penelitian ini meliputi uji stabilitas sediaan pomade.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Formulasi Fakultas

Farmasi dan Institut Kesehatan Helvetia Medan

3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada April-Mei 2020

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jantung pisang kepok dan

populasi sampel minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) adalah seluruh

buah kelapa.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak jantung

pisang yang berwarna merah keunguan dan berumur 80 hari setelah


berbunga dan mempunyai bobot 1,5 kg dan buah kelapa tua yang

menghasilkan daging buah kelapa segar.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan

digital, pH universal, spatel, cawan petri, pipet tetes, gelas kimia,

objek glass, gelas ukur, batang pengaduk, oven, penangas air,

penggaris, stopwatch, kulkas, stoples, pot pomade.

3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk formulasi diantaranya eksrak etanol

kelopak jantung pisang, minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil)

Paraffin solidium, bees wax, vaselin album, BHT (Butil Hidroksi

Toluen), parfum.

3.5 Prosedur kerja

3.5.1 Pengambilan sampel

Jantung pisang kepok (Musa Paradisiaca linn) yang diambil dari….

3.5.2 Pengolahan Sampel Jantung Pisang Kepok

Bagian jantung pisang kepok yang diambil adalah kulit luar

(kelopak) jantung pisang kepok yang berwarna merah keunguan.

Kelopak jantung pisang ditimbang sebanyak 5 kg. Kemudian

disortasi basah untuk memisahkan dari kotoran-kotoran atau bahan

asing lainnya, kemudian dirajang untuk mempermudah proses


pengeringan, lalu dikeringkan tanpa terkena sinar matahari atau di

lemari pengering. Setelah itu sampel yang telah dikeringkan di

sortasi kering, ditimbang, kemudian diserbukkan dengan blender,

disimpan dalam toples dan sampel siap untuk diekstraksi.

3.5.3 Ekstraksi Sampel Jantung Pisang Kepok

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Dengan

perbandingan 1:10 selam 7 hari dengan pelarut etanol 70%,

kemudian serbuk jantung pisang kepok ditimbang sebanyak 500

gram, dimasukkan kedalam wadah maserasi, kemudian direndam

etanol 70% selama 3x24 jam pada suhu ruangan. Kemudian filtrat

ekstrak jantung pisang kepok diuapkan menggunakan rotary

evaporatorpada temperature 40oC. Ekstrak kental yang diperoleh

ditimbang dan disimpan pada suhu ruangan.

3.5.4 Pengolahan Sampel Minyak Kelapa VCO (virgin coconut oil)

Pembuatan minyak kelapa vco (virgin coconut oil) menggunakan

metode pemancingan: Disiapkan buah kelapa tua sebanyak 5 buah

kelapa segar diambil dagingnya kemudian diparut. Hasil parutan

ditambahkan ± 2 liter air dan diperas menggunakan serbet. Santan

yang diperoleh dimasukkan kedalam toples selama 2 jam hingga

terbentuk 2 lapisan krim dan air. Krim dipisahkan dari air

kemudian krim didiamkan selama 12 jam. Maka akan timbul 3

lapisan, lapisan atas minyak, lapisan tengah blondo, lapisan bawah

air. Kemudian ambil minyak menggunakan sendok lalu saring


menggunakan kapas dan corong untuk mendapatkan minyak

kelapa VCO (Virgin Coconut Oil)

3.5.4 Pembuatan Sediaan Pomade

1. Pada formulasi pomade kelopak jantung pisang ini dibuat tiga

kelompok perlakuan yaitu F1 (Formula 1) menggunakan

konsentrasi 10%, F2 (Formula 2) menggunakan konsentrasi 15%,

F3 (Formula 3) menggunakan konsentrasi 20%.

2. Siapkan alat dan bahan yang digunakan, lalu timbang bahan-

bahan sesuai dengan formula

3. Dalam cawan penguap, leburkan bees wax diatas penangas air

lalu masukkan paraffin solidium.

4. Kemudian masukkan vaselin album dan BHT (Butil Hidroksi

Toluen) terakhir tambahkan parfum.

5. Aduk massa hingga homogen, lalu angkat dan dinginkan

6. Masukkan kedalam wadah pomade, diamkan hingga mengeras

3.5.5 Pengujian dan Evaluasi Pomade

1. Uji Organoleptik

Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan secara visual

dan dilihat secara langsung bentuk, warna, rasa dan bau.

Pengamatan organoleptik dilakukan pada hari 0, 1, dan 7

selanjutnya setiap minggu selama 30 hari penyimpanan

(Departemen Kesehatan, 1979)(35)

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara sampel pomade

dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang

cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan

tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1985)(36).

Homogenitas sediaan dinyatakan homogen karena tidak terdapat

butiran-butiran pada pengamatan dengan kaca transparan SNI 16-

4955-1998 (Risti Sugesti, dkk, 2018)(37)

3. Uji pH

Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter.

Pengukuran Ph dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui

sifat dari sediaan dalam mengiritasi kulit. Kulit normal berkisar

antara ph 4,5-6,5. Nilai pH yang melampaui 7 dikhawatirkan dapat

menyebabkan iritasi kulit. Pengukuran nilai pH menggunakan alat

bantu stik pH atau menggunakan kertas pH universal dengan cara

mencelupkan kedalam 0,5 gr sampel yang telah diencerkan dengan

cara dipanaskan (Endah, 2014)(34). pH sebaiknya berkisar antara

3,0-7,0 sesuai dengan standar SNI nomor 16-4955-1998 pH untuk

sediaan lotion tonik rambut yang digunakan pada kulit kepala (Siti

Jubaidah, dkk, 2018)(38)

4. Uji Freeze-Thaw

Sampel pomade disimpan pada suhu ± 5o C selama 24 jam

kemudian dipindahkan pada suhu penyimpanan ± 40o C selama 24

jam (dihitung sebagai satu siklus). Uji ini dilakukan sebanyak 6


siklus, kemudian diamati perubahan fisik yang terjadi, apakah

perubahan pada sediaan pomade yang diamati secara visual

(Triarini,dkk, 2015)(39)

4. Uji Daya Sebar

Gel ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian diletakkan di

tengah benda transparan. Di atas gel diletakkan benda transparan

lain dan pemberat, didiamkan selama satu menit, kemudian dicatat

diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm

(Depkes RI, 1995)(24). Hasil daya sebar sediaan termasuk dalam

standar SNI yaitu antara 5,54-6,08 cm. Daya sebar gel yang baik

antara 5-7 cm. Semakin besar daya sebar yang diberikan, maka

kemampuan zat aktif untuk menyebar dan kontak dengan kulit

semakin luas (Nutrisia, 2015)(40)

5. Uji Kesukaan (Hedonik)

Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan

penelis terhadap sediaan pomade yang dibuat. Uji kesukaan

dilakukan secara visual terhadap 20 orang penelis. Peserta yang

dijadikan penelis pada uji kesukaan ini adalah pria antara yang suka

pomade dan tidak suka pomade. Setiap penelis diminta untuk

mengaplikasikan sediaan pomade pada rambutnya pada pagi hari

dan diamati pada sore hari, kemudian penelis mengisi kusioner yang

telah diberikan dan menuliskan. 1= tidak suka warna, bau, bentuk.

2= kurang suka warna, bau, bentuk. 3= agak suka warna, bau,


bentuk. 4= suka warna, bau, bentuk. 5= sangat suka warna, bau,

bentuk(Astawan Made, 2015)(41)

6. Uji Efektivitas

Sediaan uji yaitu pomade dioleskan pada rambut panelis secara

merata, dibiarkan selama 1 jam, kemudian rambut panelis dicuci dan

diamati ada tidaknya perubahan pada rambut panelis tersebut. Untuk

mengetahui pengaruh sediaan pomade secara berulang, dilakukan

sebanyak tiga kali dan masing-masing didiamkan selama 30 menit.

Pengamatan efektivitas pomade ini dilakukan selama 1 (satu)

minggu dan dihasilkan sediaan pomade masih stabil selama waktu

pengamatan (Sutriningsih, dk
DAFTAR PUSTAKA

1. Retno Haryanti, Aulia Suwantika MA. Artikel Ulasan: Tinjaun Bahan

Berbahaya Dalam Krim Pencerah Kulit. Farmaka. 2013;4:1–15.

2. Angendari MD. Rambut Indah Dan Cantik Dengan Kosmetika Tradisional.

J Pendidik Teknol dan Kejuru. 2012;9(1):25–36.

3. Dewi DPMS. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya

Vol.6 No.2 (2017). 2017;6(2):539–52.

4. Auliasari N, Akmal A, Efendi C. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari

Formulation and Physical Stability Test Of Pomade Contain Olive Oil (

Olea europaea ). 2018;45–56.

5. Mujiono RA. Karya Tulis Ilmiah Formulasi dan Uji Stabilitas fisik pomade

lidah buaya (aloe vera veravar.chinensis). 2018. 1–13 p.

6. Kusumadewi. Rambut anda masalah,perawatan,dan penataannya. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama; 2003.

7. Anakardian Kris Buana Devi, S K. Anatomi Fisiologi & Biokimia

Keperawatan. Yogyakarta: pustakabarupress; 2017.

8. Selvi S. Pengaruh Konsentrasi Pengawet DMDM Hydantoin Terhadap

Karakteristik, Stabilitas Fisika Dan pH Pada Water Based Pomade Yang

Mengandung Ekstrak Aloe Vera. Calyptra J Ilm Mhs Univ Surabaya.

2017;6(2):553–66.
9. Rampe MJ, Tombuku JL. Pengujian Fitokimia dan Toksisitas Ekstrak

Etanol Jantung Pisang Kepok ( Musa paradisiaca LINN .) dengan Metode

Brine Shrimp Lethality Test ( BSLT ) Phytochemistry and Toxicity Test of

Ethanol Extract from Male. J Sainsmat. 2015;IV(2):136–47.

10. Prayugo BS& S. Membuat VCO berkualitas tinggi. Jakarta: Penebar

Swadaya; 2006.

11. Anindita D. Banana Flakes. 2016;

12. Winarti, S., Jariyah dan Purnomo Y. Proses Pembuatan VCO ( Virgine

Coconut Oil ) Secara Enzimatis Menggunakan Papain Kasar VCO (

Virgine Coconut Oil ) Preparation by Enzymatic Method Using Crude

Papain Sri Winarti *, Jariyah , dan Yudi Purnomo Jurusan Teknologi

Pangan , Fakultas Teknologi I. J Teknol Pertan. 2007;2(2):136–41.

13. Lilih Rinawasih Kadiwijati V saputra. Kata kunci: bonggol pisang, ekstrak,

gel, uji stabilitas fisik Formulation and Physical Stability Test Of Hair Gel

Stock Which Contains Methanol Extract Of Kepok Banana Hump ( Musa

paradisiaca L.). 1945;

14. Suhery WN, Febrina M, Permatasari I. Formulasi Mikroemulsi dari

Kombinasi Minyak Kelapa Murni ( Virgin Coconut Oil ) dan Minyak

Dedak Padi ( Rice Bran Oil ) Sebagai Penyubur Rambut Microemulsion

Formulation of Combination of Virgin Coconut Oil and Rice Bran Oil for

Hair Growth. Tradit Med J. 2018;23(1):40–6.


15. Barua N, Das M. April 2013, Vol-4, Issue -2. 2013;(0976):852–8.

16. Wardhany KH. Khasiat ajaib pisang. Th.Arie Prabawati, editor.

Yogyakarta: Rapha Publishing; 2014.

17. Sariamanah WOS, Munir A, Agriansyah A. Karakteristik Morfologi

Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L .) DI Kelurahan Tobimeita

Kecamatan Abeli Kota Kendari. J Ampibi. 2016;1(3):32–41.

18. Maradesa RP, Fatimah F, Sangi MS. Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO)

Sebagai Minyak Goreng yang Dibuat dengan Metode Pengadukan dengan

Adanya Penambahan Kemangi (Ocimum sanctum L.). J MIPA.

2014;3(1):44.

19. Haerani. Pemanfaatan Limbah Virgin Coconut Oil (Blondo). J Media

Kesehat Masy Indones. 2010;6(4):244–8.

20. Marlina, Dwi wijayanti, Ivo Pangesti Yudiastari LS. Pembuatan virgin

coconut oil dari kelapa hibrida menggunakan metode penggaraman dengan

NaCl dan garam dapur. J Food Syst Res. 1995;2(2):54–65.

21. Hui Y. Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. 1996;4.

22. Novitasari A, Ambarwati A, Lusia A, Purnamasari D, Hapsari E, Ardiyani

ND. INOVASI DARI JANTUNG PISANG ( Musa spp .). J KesMaDaSka.

2013;

23. Cristianti L. Pembuatan Minyak Kelapa Murni Menggunakan Fermentasi


Ragi Tempe. J Agroekoteknologiurnal Kim. 2009; Available from:

https://eprints.uns.ac.id/9103/

24. Kesehatan D. Cara pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.

25. Kesehatan D. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan; 1985.

26. Emelda. Farmakognosi. Yogyakarta: pustakabarupress; 2019.

27. Departemen Kesehatan. Parameter Standar umum ekstrak tumbuhan obat.

Jakarta: Departemen Kesehatan; 2000.

28. Kesehatan D. Farmakope Indonesia. 6th ed. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI; 2000.

29. Syaifuddin. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. 2nd

ed. Yogyakarta, Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.

30. Ismayenti monika putri. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Waru

(Hibiscus Tiliaceus) Sebagai Penumbuh Rambut Kelinci Jantan

(Oryctolagus Cuniculus) Dan Implementasinya Pada Pembelajaran Ipa

Biologi Smp Kelas VIII. 2014;35. Available from:

http://repository.unib.ac.id/8380/

31. Sri Mayrawati Eka Turyani, M.Pd. D. Modul Paket Keahlihan Tata

Kecantikan Rambut Anatomi Fisiologi Rambut. Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan; 2016.

32. Hajidah I. Perawatan Kulit Kepala Terhadap Kerontokan Rambut Dan

Kebotakan. 1994.

33. M.Wasitaatmadja S. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas

Indonesia; 1997.

34. Respati RE, Ilmu F, Dan S, Politik I, Komunikasi DI, Reguler PS, et al.

UNIVERSITAS INDONESIA PROTOTIPE WEB SERIES “ Pomateur ”

UNIVERSITAS INDONESIA PROTOTIPE WEB SERIES “ Pomateur .”

2014;

35. Kesehatan D. Farmakope Indonesia. III. Jakarta: Departemen Kesehatan

RI; 1979.

36. POM D. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI; 1985.

37. Risti Sugesti, Febriana Tri Wulandari DSR. ( Melaleuca sp ) Sebagai

Bahan Aktif. 2012;1–10.

38. Jubaidah S, Indriani R, Sa’adah H, Wijaya H. Formulasi dan Uji

Pertumbuhan Rambut Kelinci dari Sediaan Hair Tonic Kombinasi Ekstrak

Daun Seledri (Apium graveolens Linn) dan Daun Mangkokan (Polyscias

scutellaria (Burm.f.) Fosberg). J Ilm manuntung. 2018;4(1):8–14.

39. Triarini D, Hendriani R. Tanaman Herbal dengan Aktivitas Perangsang


Pertumbuhan Rambut. Fak Farm Univ Padjajaran. 2015;14:1–10.

40. Sayuti NA. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun

Ketepeng Cina (Cassia alata L.). J Kefarmasian Indones. 2015;5(2):74–82.

41. Made Astawan, Tutik Wresdiyati NAN. Fakta dan manfaat minyak zaitun.

Jakarta: Jakarta Kompas; 2015.

Anda mungkin juga menyukai