Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TUGAS ALAT UKUR


OSILOSKOP

Dibuat sebagai Syarat untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Alat Ukur
Jurusan Teknik Elektro

Oleh:
Achmad Ali Fahmi (128225006)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
2020

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
kami membahas “Osiloskop”, suatu instrumen yang digunakan dalam pengukuran listrik.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai instrumen
osiloskop yang sangat diperlukan dalam pengukuran listrik terutama dalam mengukur sinyal
seperti tegangan AC atau DC dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah “Alat Ukur”.
Dalam proses pendalaman materi Alat ukur ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang sangat mendalam kami sampaikan
kepada Bapak Achmad Setiawan, ST., MT. selaku dosen mata kuliah “Alat Ukur”, rekan-rekan
mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan dan pihak-pihak lain yang membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini.
Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun bukan
tidakmungkin dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan makalah ini ke
depannya.
Demikian makalah ini saya buat semoga memberikan manfaat. Terima kasih.

Pasuruan, 15 Januari 2020

Penyusun

iii
Daftar Isi

Halaman Sampul…………………………………………………………………..
Kata Pengantar……………………………………………………………………. ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Osiloskop ……………………………………………………………………………………. 2
2.2 Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya …………………………………………….. 3
2.3 Fungsi dan Kegunaan Osiloskop Secara Umum ………………………………………… 6
2.4 Prinsip dan Cara Kerja Osiloskop ……………………………………………………………… 6
2.5 Penggunaan Osiloskop…………………………………………………………………………………. 13
2.6 Kinerja Osiloskop…………………………………………………………………………………………. 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 18
3.2 Saran…………………………………………………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pengukuran dalam ilmu elektro merupakan salah satu prosedur standar yang
harus dilakukan. Karena melalui pengukuran akan diperoleh besaran-besaran yang
diperlukan, baik untuk pengambilan keputusan dan instrumen kontrol maupun hasil yang
diinginkan oleh seorang user.
Salah satu alat ukur yang tidak kalah penting untuk diketahui yaitu osiloskop.
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Dengan
mengunakan osiloskop kita dapat mengetahui besaran-besaran pada sinyal listrik seperti
tegangan, frekuensi, periode dan bentuk sinyal dari objek yang diukur. Oleh sebab itu
osiloskop penting untuk dipelajari karena dengan menggunakan osiloskop dapat lebih
memudahkan kita dalam mengukur beberapa besaran sekaligus. Selain itu dengan
osiloskop kita juga dapat membedakan gelombang AC dan gelombang DC, serta dapat
juga melihat atau mendeteksi gangguan-gangguan dalam sistem transmisi atau penyaluran
seperti gangguan noise.
Karena osiloskop sangat penting untuk diketahui dan dipelajari, terutama untuk
mahasiswa elektro, maka pada kesempatan ini kami membuat makalah mengenai osiloskop
yang disertai penjelasan dan prinsip kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka kami mengambil rumusan masalah yang akan dibatasi dan
dibahas menurut pembagian di bawah ini.
1. Apa saja fungsi dari setiap bagian osiloskop?
2. Bagaimana prinsip kerja dari osiloskop?
3. Bagaimana cara menggunakan osiloskop dengan benar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian atau panel osiloskop beserta fungsinya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari osiloskop.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dari osiloskop.
4. Mahasiswa dapat memahami penggunaan osiloskop.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Osiloskop


Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada
kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa
pada sumbu vertikal (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horizontal (X)
menunjukkan besaran waktu t.
Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display
menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai
tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal
dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili
sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-
tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam
arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop
digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.
Osiloskop ‘Dual Trace’ dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat
yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang
berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.
Sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi seperti yang terlihat pada Gambar
1. Sumbu vertikal (Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horizontal (X)
menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan
osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.

Gambar 1 Representasi Sinyal Osiloskop Dinyatakan Dalam Tiga Dimensi

Wujud dari osiloskop terlihat pada Gambar 2 mirip sebuah pesawat televisi dengan
beberapa tombol pengatur. kecuali terdapat garis-garis (grid) pada layarnya.

2
Gambar 2 Wujud Osiloskop yang Mirip dengan Televisi Kuno

Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat
dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan
kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.
Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor
osiloskop, yaitu :
1. Gelombang sinusoidal
2. Gelombang blok
3. Gelombang gigi gergaji
4. Gelombang segitiga.
Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) di semua perangkat yang
menggunakan rangkaian VCO. Meskipun sudah berpengalaman dalam hal menggunakan
osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat
tersebut. Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat
fatal akibatnya.

2.2 Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya


Gambar berikut menunjukkan contoh Panel Osiloskop Digital (DSO BK-2542B)

3
Gambar 3 Front Panel Osiloskop Digital

Gambar 4 Back Panel Osiloskop Digital

PANEL DEPAN PANEL BELAKANG


No. Nama Fungsi No. Nama Fungsi
Menyalakan atau
Power Security Keamanan (Non
1 mematikan DSO BK- 1
On/Off loops Teknis)
2542B
Alat bantu untuk
LCD Display Menampilkan sinyal Carrying
2 2 memindahkan
Screen dan parameter terukur Handle
osiloskop
Alat bantu untuk Menyalakan atau
Carrying Power
3 memindahkan 3 mematikan DSO
Handle On/Off
osiloskop BK-2542B

4
Menampilkan atau Terminal kabel
Menu AC Line
4 menyembunyikan 4 power dari sumber
On/Off Input
menu AC/PLN
Memilih item atau Mengeluarkan
Adjusment Pass/Fail
5 merubah nilai 5 sinyal sisa
Knob Output
parameter terpilih pemfilteran
Pen-skalaan otomatis LAN Terminal untuk
6 Auto Set 6
kanal yang dipilih Interface Port kabel LAN
Akses
Utility & I/O/Languange/Print RS232 Serial Terminal untuk
7 7
Save/Load Setup dan Interface Port kabel jenis serial
Penyimpanan
Terminal untuk
Pengukuran nilai
Measure & USB Device komunikasi
8 parameter secara 8
Cursor Interface Port dengan port USB
otomatis atau manual
PC
Pengaturan proses Penyangga
Acquire & Rear Rubber
9 akuisisi dan tampilan 9 osiloskop (Non
Display Feet
pada DSO Teknis)
Menjalankan atau
Ventilation Pendingin utama
10 Run Control menghentikan 10
Fan DSO
akuisisi sinyal
Trigger Mengatur mekanisme
11
Control trigger pada sinyal
Shortcut & Mempercepat tahap
12
Local tertentu (optional)
Mengatur mekanisme
Horizontal
13 pengukuran pada
Control
sumbu X
Terminal input
EXT TRIG
14 trigger dari sumber
BNC
luar
Channel 2
15 Kanal 2 osiloskop
BNC Input
Mengatur mekanisme
Vertical
16 pengukuran pada
Control
sumbu Y
Channel 1
17 Kanal 1 osiloskop
BNC Input

5
Memilih menu yang
Function
18 ditampilkan pada
Buttons
layar
Mengatur dan
19 Print Button menjalankan fungsi
“Print”
Terminal sumber
Probe Comp.
20 sinyal internal untuk
Terminal
kalibrasi probe
Terminal USB
USB Host
21 Device (Flash Disk,
Interface
dll)
22 Tilt Feet Kaki penyangga

2.3 Fungsi dan Kegunaan Osiloskop Secara Umum


Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang
berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal
yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi,
periode dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda
fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya,
yaitu:
1. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
2. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
4. Membedakan arus AC dengan arus DC.
5. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.

2.4 Prinsip dan Cara Kerja Osiloskop


Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat
tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara
prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - Analog Real Time
Oscilloscope) dan tipe digital (DSO - Digital Storage Osciloscope), masing-masing
memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja
di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat
osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan
dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.

6
2.4.1 Osiloskop Analog
Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan
berkas elektron dalam tabung sesuai bentuk sinyal kemudian menampilkannya pada
layar. Osiloskop ini menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik melalui gerakan
pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -
Cathode Ray Tube) dari kiri ke kanan. Pancaran elektron dari bagian senapan
elektron (electron gun) yang membentur atau menumbuk dinding dalam tabung
tersebut mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor pada layar tabung sehingga
terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang menggambarkan bentuk dasar
gelombang atau sinyal.
Diagram atau rangkaian osiloskop ini disajikan pada gambar 5a dan 5b
sebagai berikut.

Gambar 5a Diagram Dasar Osiloskop Analog

7
Gambar 5b Diagram Blok Osiloskop Analog

Bergantung kepada pengaturan skala vertikal(volts/div), attenuator akan


memperkecil sinyal masukan sedangkan amplifier akan memperkuat sinyal
masukan. Selanjutnya sinyal tersebut akan bergerak melalui keping pembelok
vertikal dalam CRT (Cathode Ray Tube). Tegangan yang diberikan pada pelat
tersebut akan mengakibatkan titik cahaya bergerak (berkas elektron yang
menumbuk fosfor dalam CRT akan menghasilkan pendaran cahaya). Untuk
“menampilkan” gambar garis pada layar, diperlukan gelombang gigi gergaji yang
diberikan kepada pasangan pelat horizontal tersebut. Tegangan gigi gergaji ini
dihasilkan oleh time base generator/sweep generator atau generator sapu, yang
kemudian diperkuat oleh penguat horizontal. Tegangan gigi gergaji ini naik secara
linier terhadap waktu sehingga berkas elektron pada layar bergerak dari kiri ke
kanan. Setelah sampai di bagian paling kanan layar, tegangan gigi gergaji turun
dengan cepat ke nol sehingga memulai gerakan berulang dari bagian kiri layar.
Secara mudahnya tegangan positif akan menyebabkan titik tersebut naik sedangkan
tegangan negatif akan menyebabkan titik tersebut turun.Gerakan balik yang cepat
ini tidak dapat ditangkap oleh mata sehingga yang terlihat adalah gambar garis
horizontal lurus pada layar yang tidak terputus. Agar osiloskop dapat
menggambarkan bentuk gelombang yang sedang diamati maka gelombang tersebut
diumpankan ke rangkaian vertikal. Rangkaian vertikal ini berfungsi memperkuat
atau melemahkan simpangan vertikal dari gelombang masukan, sehingga tegangan
yang diberikan ke pasangan pelat defleksi vertikal menghasilkan medan listrik yang
dapat mempengaruhi gerakan vertikal elektron secara proporsional selagi ia

8
bergerak menuju ke layar, yang berakibat bentuk gelombang pada layar dapat
diperbesar atau diperkecil.
Sinyal akan bergerak juga ke bagian sistem trigger untuk memulai sapuan
horizontal (horizontal sweep). Sapuan horizontal ini menyebabkan titik cahaya
bergerak melintasi layar. Jadi, jika sistem horizontal mendapat trigger, titik cahaya
melintasi layar dari kiri ke kanan dengan selang waktu tertentu. Pada kecepatan
tinggi titik tersebut dapat melintasi layar hingga 500.000 kali per detik.
Secara bersamaan kerja sistem penyapu horizontal dan pembelok vertikal
akan menghasilkan pemetaan sinyal pada layar. Trigger diperlukan untuk
menstabilkan tampilan sinyal berulang. Untuk meyakinkan bahwa sapuan dimulai
pada titik yang sama dari sinyal berulang, hasilnya bisa tampak pada gambar berikut.

Gambar 6 Perbandingan Tampilan Sinyal Sebelum dan Setelah di-Triger

Selain menyangkut vertikal dan horizontal, osiloskop analog mempunyai


dimensi ketiga yang disebut dengan gray scaling (skala/tingkatan atau intensitas
kelabu). Tingkatan kelabu ini diciptakan melalui intensitas pancaran elektron pada
tabung gambar, yang meragakan detil gambar bagian tertentu secara sekilas saja.
Kondisi ini terjadi karena kecepatan pancaran elektron mempengaruhi kecerahan
jejaknya. Makin cepat pancaran bergerak dari satu titik ke titik lain pada bagian
tertentu, makin sedikit waktu ia dapat mengeksitasi elektron-elektron pada fosfor
yang terdapat pada dinding layar. Akibatnya jejak yang membentuk gambar
gelombang bagian tersebut akan lebih redup daripada gambar bagian gelombang
yang lainnya.
Skala kelabu ini juga menunjukkan frekuensi relatif dari event-event
individual (gejala khusus) yang terjadi dalam suatu gelombang yang sifatnya
berulang (repetitif). Pancaran elektron yang mengambarkan bagian gelombang yang
bentuknya sama secara berulang akan menyebabkan bagian yang dapat tergambar
dengan terang di layar, sedangkan event lekuk gelombang yang jarang terjadi akan
mendapat lebih sedikit waktu eksitasi. Akhirnya menjadi jelas bahwa daerah dari

9
lapisan fosfor yang dirangsang/dieksitasi secara berulang nampak lebih terang
daripada daerah yang kurang distimulasi.
Kesimpulannya, gambar yang diragakan oleh ART kadang begitu redupnya
sehingga sulit untuk dilihat baik karena sinyal masukannya mempunyai sisi-sisi
yang begitu cepat (seperti halnya gelombang kotak dari suatu astable multivibrator
yang bagian sisi tegak gelombangnya hampir tak terlihat), atau karena gelombang
repetitif menghasilkan event-event tertentu yang demikian jarangnya.
Cahaya yang dihasilkan oleh fosfor mempunyai waktu hidup yang sangat
pendek setelah pancaran elektron berlalu. Untuk fosfor yang sering digunakan pada
CRT yaitu P31, cahaya yang dihasilkan akan turun sampai ke suatu harga yang
masih dapat dilihat dengan nyaman dalam ruang yang bercahaya sedang dalam
waktu 38 mikrodetik. Jika laju kecepatan pancaran elektron untuk mengeksitasi
ulang terjadi di bawah 1/38 mikrodetik atau 26 kHz, maka akan terjadi penurunan
cahaya secara dramatis di layar.
Kedipan (flicker) merupakan suatu fenomena lain yang membatasi kinerja
CRT. Jika laju eksitasi ulang jatuh dibawah harga minimum tertentu, umumnya
sekitar 15 sampai 20 Hz, maka akan terjadi kedipan, yakni peragaan di layar akan
tampak nyala dan padam bergantian. Peragaan bagian gelombang yang nampak
redup baik karena sinyal yang diamati mempunyai sisi-sisi atau tebing gelombang
yang begitu cepat atau pada gelombang repetitif yang menghasilkan event-event
tertentu yang demikian jarang, kini dapat diatasi dengan dengan teknologi MCP (
Microchannel Plate) dari Tektronix, yang mampu meningkatkan intensitas peragaan
bagian-bagian yang redup dari sebuah gelombang sampai 1000 kali kecerahan
aslinya tanpa menaikkan intensitas peragaan pada bagian-bagian yang lebih kuat.

2.4.2 Osiloskop Digital (Digital Storage Oscilloscope)


Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan
menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) yang terlihat pada Gambar 7
untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital. Dalam
osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu di-sampling
(dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai
tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada
prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak
nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai

10
dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang
disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.

Gambar 7 Blok Diagram Osiloskop Digital

Seperti halnya ART, DSO melakukan akuisisinya dalam satu event


pemicuan. namun demikian ia secara rutin memperoleh, mengukur dan menyimpan
sinyal masukan, mengalirkan nilainya melalui memori dalam suatu proses kerja
dengan cara; pertama yang disimpan, yang pertama pula yang akan dikeluarkan,
sambil menanti picu terjadi. Sekali osiloskop ini mengenali event picu yang
didefinisikan oleh penggunanya, osiloskop mengambil sejumlah cuplikan yang
kemudian mengirimkan informasi gelombangnya ke peraga (layar). Karena kerja
pemicuan yang demikian ini, ia dapat menyimpan dan meragakan informasi yang
diperoleh sebelum picu (pretrigger) sampai 100 persen dari lokasi memori yang
disediakan.
DSO mempunyai dua cara untuk "menangkap" atau mencuplik gelombang,
yakni dengan teknik single shot atau real time sampling. Dengan kedua teknik ini,
osiloskop memperoleh semua cuplikan dengan satu event picu. Sayangnya laju
cuplik DSO membatasi lebar pita osiloskop ketika beroperasi dalam waktu nyata
(real time). Secara teori (sesuai dengan Nyquist sampling theorema), osiloskop
digital membutuhkan masukan dengan sekurang-kurangnya dua cuplikan per
periode gelombang untuk merekonstruksi suatu bentuk gelombang. Dalam praktek,
tiga atau lebih cuplikan per periode menjamin akurasi akuisisi. Jika pencuplik tidak
dapat sama cepat dengan sinyal masukannya, osiloskop tidak akan dapat
mengumpulkan suatu jumlah yang cukup yang berakibat menghasilkan suatu

11
peragaan yang lain dari bentuk gelombangnya aslinya. yakni osiloskop akan
menggambarkan struktur keseluruhan sinyal masukan pada suatu frekuensi yang
jauh lebih rendah dari frekuensi sinyal sesungguhnya.
Ketika menangkap suatu gelombang bentuk tunggal (single shot waveform )
dengan cuplikan waktu nyata, osiloskop digital harus secara akurat menangkap
frekuensi sinyal masukan. Osiloskop digital biasanya menspesifikasikan dua lebar
pita; real time dan analog. Lebar pita analog menyatakan frekuensi tertinggi jalur
masukannya yang dapat lolos tanpa cacat yang serius pada sinyalnya. Lebar pita real
time menunjukkan frekuensi maksimum dari osiloskop yang dapat secara akurat
mencuplik menggunakan satu event picu. Bergantung dari osiloskopnya, kadang-
kadang kedua lebar pita tersebut mempunyai harga yang sama, kadang mempunyai
nilai yang berbeda jauh. Sebagai contoh misalnya lebar pita analog dari suatu DSO
350 MHz dan lebar pita real time-nya hanya 40MHz.
Dengan metode alternatif yakni menggunakan equivalent-time sampling
DSO secara akurat dapat menangkap sinyal-sinyal sampai pada lebar pita
osiloskopnya, tetapi hanya pada sinyal-sinyal yang sifatnya repetitif. Dengan teknik
ini, osiloskop digital menerima cuplikan-cuplikan pada banyak event-event picu
yang kemudian secara berangsur-angsur mengkonstruksi keseluruhan bentuk
gelombangnya. Hanya lebar pita analog yang membatasi osiloskop pada frekuensi
berapa dapat menerima teknik ini.
Kebanyakan DSO, apakah ia menggunakan teknik real time atau equivalent
time akan mencuplik pada laju maksimum tanpa mengacu berapa dasar waktu (time
base) yang di pilih. Pada kecepatan sapuan yang lebih rendah osiloskop digital
menerima jauh lebih banyak cuplikan daripada yang dapat disimpannya. Bergantung
kepada mode akuisisi yang kita pilih, suatu DSO akan membuang cuplikan ekstra
atau menggunakannya untuk pemrosesan sinyal-sinyal tambahan seperti deteksi
puncak gelombang (peak detect), maupun sampul gelombang (envelope).
Dalam menangkap bentuk bagian gelombang yang diukur sebelum
terjadinya picu pada time base generator-nya, DSO mempunyai keunggulan
dibanding ART karena DSO secara terus menerus mencuplik dan
mendigitalisasikan sinyal masukan selagi ia menanti sebuah event picu sehingga
aktivitas gelombang sebelum terjadinya picu dapat diamati.

12
2.5 Penggunaan Osiloskop
Pada saat menggunakan osiloskop perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop dihubungkan pada ”ground”. Disamping
untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
2. Memastikan probe dalam keadaan baik.
3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada
posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala
Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan
attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi
paling besar.
5. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.
7. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

Tahapan Penyetaraan (Kalibrasi) Osiloskop Analog


Sebelum menggunakan osiloskop, osiloskop harus di kalibrasi terlebih dahulu. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang osiloskop
sebelum kabel daya AC dimasukkan stop kontak PLN
b) Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.
c) Set saluran pada tombol CH1.
d) Set mode pada Auto.
e) Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
f) Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol yang
bernama horizontal dan vertikal.
g) Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).
h) Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan
memperkirakan terhadap tegangan masukan.
i) Pasang probe pada salah satusaluran, (misal CH1) dengant ombol pengalih AC/DC
pada kedudukan AC.
j) Atur saklar/switch pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.
k) ujung probe pada titik kalibrasi.
l) Atur Time/Div pada posisi 1 ms agar tampak garis kotak-kotak yang cukup jelas.

13
m) Setelah tahapan K, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.

Mengukur Tegangan AC
Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Bolak-Balik (AC)
1. Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan bentuk
gelombang yang diarahkan ke CH tersebut.
2. Diatur saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk gelombang.
3. Diatur saklar SEC/DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.
4. Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang negatif,
gelombang berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.
5. Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit dengan pusat
garis gratikul vertikal.
6. Hitunglah tegangan puncak- kepuncak (peaks to peaks) dengan menggunakan
persamaan:
Vpeak to peak = (defleksi vertikal) x (penempatan saklar VOLT/ DIV).

Mengukur Tegangan DC
1. Pilih mode SOURCE pada LINE.
2. Pilh mode COUPLING pada DC.
3. Pilih DC pada tombol AC-DC.
4. Siapkan baterai yang akan diukur.
5. Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.
6. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di layar sebaik
mungkin.
7. Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).
8. Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.

Mengukur Beda Fasa


Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Dengan osiloskop “Dual Trace”
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua dihubungkan
pada kanal B dari osiloskop.

14
Gambar 8 Metode Dual Trace

2. Dengan metode “Lissajous”


Sinyal pertama dihubungkan pada input Y, dan sinyal kedua dihubungkan pada
input X osiloskop.

Gambar 9 Metode Lissajous

Mengukur Periode dan Frekuensi


1. Distel saklar SEC/DIV untuk menampilkan siklus gelombang kompleks.
2. Diukur jarak horizontal antara titik-titik pengukuran waktu (satu panjang gelombang).
3. Tentukan periode gelombang dengan mengalikan jumlah pembagi dengan faktor
pengali.
4. Tentukan frekuensi gelombang (1/periode).

2.6 Kinerja Osiloskop


Istilah yang dijelaskan pada bagian ini akan sering digunakan untuk membicarakan
kehandalan sebuah osiloskop.
1. Lebar Pita (Bandwidth)
Spesifikasi bandwidth menunjukan daerah frekuensi yang dapat diukur oleh osiloskop
dengan akurat. Sejalan dengan peningkatan frekuensi, kapabilitas dari osiloskop untuk
15
mengukur secara akurat semakin menurun. Berdasarkan perjanjian, bandwidth
menunjukkan frekuensi ketika sinyal yang ditampilkan tereduksi menjadi 70.7% dari
sinyal sinus yang digunakan. (angka 70.7% mengacu pada titik “-3 dB”, sebuah istilah
yang berdasar pada skala logaritmik).
2. Rise Time
Rise Time adalah cara lain untuk menjelaskan daerah frekuensi yang berguna dari
sebuah osiloskop. Perubahan sinyal rendah ke tinggi yang cepat, pada gelombang
persegi, menunjukkan rise time yang tinggi. Rise time menjadi sebuah pertimbangan
penting ketika digunakan dalam pengukuran pulsa dan sinyal tangga. Sebuah osiloskop
hanya dapat menampilkan pulsa yang risetime-nya lebih rendah dari rise time osiloskop.
3. Sensitivitas Vertikal
Sensitivitas vertikal menunjukan berapa kemampuan penguatan vertikal untuk
memperkuat sinyal lemah. Sensitivitas vertikal biasanya bersatuan mVolt/div. Sinyal
terlemah yang dapat ditangkap oleh osiloskop umumnya adalah 2 mV/div.
4. Kecepatan Sapuan (Sweep Speed)
Untuk osiloskop analog, spesifikasi ini menunjukkan berapa cepat “trace” dapat
menyapu sepanjang layar, yang memudahkan untuk mendapatkan detail dari sinyal.
Kecepatan sapuan tercepat dari sebuah osiloskop biasanya bersatuan nanodetik/div
(ns/Div)
5. Akurasi Gain
Akurasi penguatan menunjukkan seberapa teliti sistem vertikal melemahkan atau
menguatkan sebuah sinyal.
6. Basis Waktu dan Akurasi Horizontal
Akurasi horizontal menunjukkan seberapa teliti sistem horizontal menampilkan waktu
dari sinyal. Biasanya hal ini dinyatakan dengan prosentase eror.
7. Sample Rate
Pada osiloskop digital, sampling rate menunjukkan laju pencuplikan yang bisa
ditangkap oleh ADC (tentu saja sama dengan osiloskop). Sample rate maksimum
ditunjukkan dengan Megasample/detik (MS/s). Semakin cepat osiloskop mencuplik
sinyal, semakin akurat osiloskop menunjukkan detil suatu sinyal yang cepat. Sample
rate minimum juga penting jika diperlukan untuk melihat perubahan kecil sinyal yang
berlangsung dalam waktu yang panjang.
8. Resolusi ADC (Resolusi Vertikal)
Resolusi dari ADC (dalam bit) menunjukkan seberapa tepat ADC dapat mengubah
tegangan masukan menjadi nilai digital.

16
9. Panjang Record
Panjang record dari sebuah osiloskop digital menunjukkan berapa banyak gelombang
dapat disimpan dalam memori. Tiap gelombang terdiri dari sejumlah titik. Titik-titik ini
dapat disimpan dalam sebuah record gelombang. Panjang maksimum dari record
bergantung dari banyaknya memori dalam osiloskop. Karena osiloskop hanya dapat
menyimpan dalam jumlah yang terbatas ada pertimbangan antara detail record dan
panjang record. Karena itu kita dapat memperoleh sebuah gambaran detil untuk waktu
yang pendek atau gambaran yang kurang mendetil untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pada beberapa osiloskop kita dapat menambahkan memori untuk meningkatkan panjang
record.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Fungsi osiloskop secara umum adalah untuk menganalisa tingkah laku besaran yang
berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal
yang sedang diamati.
2. Pada prinsip kerjanya, antara osiloskop analog dan digital memiliki prinsip dasar yang
sama. Hanya saja pada osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu
di-sampling (dicuplik) dan didigitalisasikan dengan ADC.
3. Cara penggunan osiloskop adalah yang pertama pengkalibrasian, kemudian mengatur
fokus, intensitas, kemiringan, x-position, dan y-position, setelah probe dikalibrasi maka
dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan
persegi pada layar.

3.2 Saran
Untuk lebih mengetahui dan mengerti tentang osiloskop ada baiknya langsung melihat
dan mempraktekan materi ini, agar bisa lebih memahami mengenai osiloskop. Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Moris, Alan S. 2001. Measurement & Instrumentation Principles. Edisi Ketiga. Woburn:
Butterworth-Heinemann. 114-118.

B+K Precision Corp. 2001. Oscilloscope Applications Guidebook. Edisi Ketiga. Placentia: B+K
Precision. 4-23.

Sunomo. (1997). Osiloskop Analog versus Digital. From


http://www.elektroindonesia.com/elektro/instrum8, 24 Oktober 2014

Rian Priyadi. (2013). Pengukuran Tegangan AC/DC dengan Multimeter dan Osiloskop. From
http://rian-priyadi.blogspot.com/2013/12/pengukuran-tegangan-ac-dc-dengan_6, 25 Oktober
2014.

Joe. (2010). Osiloskop Analog. From http://joe-proudly-


present.blogspot.com/2010/11/osiloskop-analog, 25 Oktober 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai