Anda di halaman 1dari 8

10 PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG SERING DI GUNAKAN UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

1. PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP


Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu: suatu jenis pemeriksaaan penyaring
untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon
terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu

a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
d. Trombosit (platelet)
e. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
f. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
g. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
h. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
i. Platelet Disribution Width (PDW)
j. Red Cell Distribution Width (RDW)

a. Hemoglobin adalah: molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat
darah berwarna merah. Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang
kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik,
yaitu : • Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl • Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl • Umur 1 bulan : 11-15
gram/dl • Anak anak : 11-13 gram/dl • Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl • Perempuan dewasa : 12-
16 gram/dl • Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl • Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl .
b. Hematokrit merupakan: ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100
ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% -
50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Seperti telah ditulis di atas, bahwa
kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan
penurunan hematokrit terjadi pada penyakit- penyakit yang sama.
c. Leukosit (White Blood Cell / WBC) merupakan: komponen darah yang berperanan dalam
memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll. Nilai
normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan
pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan
peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis,
perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll
d. Trombosit (platelet) merupakan: bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses
pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit
antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol). Nilai
normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah. Trombosit yang tinggi disebut
trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut
trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik
Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
e. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) atau sel darah merah merupakan: komponen darah yang
paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai
normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar
4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi,
PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll,
sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit
sistemik seperti kanker dan lupus, dll

Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis
penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang
biasanya dipakai antara lain : MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata
(VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl) MCV =
Hematokrit Eritrosit x 10 Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu
banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg) MCH = Hemoglobin
Eritrosit x 10 Nilai normal = 27-31 pg

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit


Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen
(%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”) MCHC = Hemoglobin Hematokrit x
100 Nilai normal = 32-37 % .

f. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah: kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED
merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi
akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan
kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam
pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet
Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi. Nilai normal LED pada metode
Westergreen : Laki-laki : 0 – 15 mm/jam Perempuan :
0 – 20 mm/jam
g. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count) Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah
berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi
yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan
basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan
proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing
jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl. Nilai normal : Eosinofil 1-3%,
Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%
h. Platelet Disribution Width (PDW) PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar
PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW
yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Red Cell
Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang
tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada
anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat
hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.
2. EKG

Elektrokardiografi merupakan alat yang sederhana, sangat berguna dan tersedia untuk
mendiagnosa kelainan jantung. EKG yang dilakukan segera setelah penderita tiba di rumah sakit
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penderita yang memiliki resiko tinggi yang memerlukan
penanganan segera.Perubahan gambaran EKG pada fase akut stroke telah dilaporkan sejak tahun
1947. Sejak saat itu, banyak penelitian yang mempublikasikan perubahan gambaran EKG, seperti
aritmia, abnormalitas hantaran dan repolarisasi pada penderita akut stroke (Khechinashvili dkk,
2002). Abnormalitas EKG paling sering terjadi pada penderita perdarahan subarakhnoid, tetapi
abnormalitas ini juga ditemukan pada penderita stroke iskemik perdarahan intrakranial, trauma
kapitis, prosedur bedah saraf, meningitis akut, tumor intrakranial dan epilepsi (Mieghem dkk, 2004).
Abnormalitas EKG yang paling sering berhubungan dengan stroke adalah perpanjangan interval QT,
dimana dijumpai pada 71 % penderita perdarahan subarakhnoid, 64 % penderita perdarahan
intraparenkim dan 38 % penderita stroke iskemik (Familloni dkk, 2006). Pada beberapa studi stroke
iskemik, prognostik yang terpenting dari parameter EKG , khususnya perubahan ST segment dan
perpanjangan interval QT telah dibuktikan. Namun, sedikit penelitian pada dispersi QT dan dispersi
QT corrected (QTc) (Familloni dkk, 2006). Dispersi QT adalah perbedaan antara interval QT
maksimal dan minimal pada EKG 12 sadapan yang merupakan marker repolarisasi ventrikel yang
heterogen (Lazar dkk, 2003). Studi yang telah dilakukan menunjukkan dispersi QT merupakan
prediktor outcome yang jelek pada berbagai penyakit jantung. Peningkatan dispersi QT
berhubungan dengan aritmia jantung dan kematian mendadak penderita infark miokard, hipertrofi
ventrikel kiri, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan gagal ginjal
tahap akhir (Afsar dkk, 2003; Lazar dkk, 2008). Beberapa studi juga telah meneliti bermaknasi
pengukuran dispersi QT pada penderita stroke (Randell dkk, 1999; Eckardt dkk, 1999; Afsar dkk,
2003; Lazar dkk, 2003 ). Menurut Jain dkk (2004), perubahan EKG yang paling sering dijumpai
pada penderita perdarahan subarakhnoid adalah prolongation interval QT, ST segmen elevasi atau
depresi, gelombang T inverted dan prevalensinyaberkisar antara 50-100%.

3.PEMERIKSAAN ELEKTROLIT PLASMA UNTUK MENDETEKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN


CAIRAN TUBUH.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilakn patikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusikan ke seluruh bagian tubuh. Jumlah penderita ginjal di Indonesia
saat ini diperkirakan sekitar 150 ribu pasien. Jumlah penderita bisa dikurangi jika ilmu kedokteran
bisa lebih efektif mencegah atau menunda kerusakan tahap akhiran. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain : umur, iklim, diet, stress,
kondisi sakit. Seharusnya pemasukan air (intake) seharusnya seimbang dengan pengeluaran air
(output). Bila kesehatan baik, tubuh mempertahankan sifat kenetralan elektriknya. Ini berarti
bahwa ada suatu keseimbangan atau kesamaan antara kelompok kation dan anion. Untuk
mendeteksi adanya gangguan keseimbangan cairan tubuh dapat dilakukan pemeriksaan
elektrolit plasma yang meliputi pemeriksaan Na, K, CI dan pemeriksaan Ca. Pemeriksaan
elektrolit plasma tersebut menggunakan banyak metode dan cara. Baik secara konvensional
maupun menggunakan teknologi terbaru yang telah diotomatisasi dengan komputer. Apabila
hasil pemeriksaan dibawah maupun diatas batas nilai normal maka dapat dikatakan bahwa ada

4. MRI

Deskripsi MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai digunakan sejak tahun
1980. gambar yang dihasilkan juga merupakan hasil rekonstruksi komputer. Namun berbeda
dengan CT-Scan MRI tidak menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan medan magnet
dan radiofrekuensi. MRI merupakan studi pilihan bagi evaluasi pada sebagian besar lesi pada
otak dan spinal. MRI melakukan scan terhadap nukleus hidrogen yang merupakan atom
terbanyak ditubuh manusia.

Patofisiologi Prinsip kerja Alat yang digunakan akan menghasilkan medan magnet dengan
kekuatan 3000 kali dari medan magnet bumi. Medan magnet yang dihasilkan oleh alat ini akan
memberikan instruksi kepada proton yang ada dinukleus hidrogen. Pada keadaan normal proton
akan berada dalam arah atau letak yang acak. Namun saat diberikan medan magnet maka
proton akan menempatkan diri pada kutub medan magnet. Kemudian akan dikirimkan
radiofrekuensi yang akan menyebabkan vibrasi dari proton. Sinyal radio yang dihasilkan akan
direkan dan direkonstruksi menjadi gambaran jaringan. Gambar yang dihasilkan oleh MRI
berlawanan dari CT scan. Tulang akan terlihat hitam pada MRI. Penggunaan kontras dapat
digunakan untuk memperkuat gambar.Keuntungan CT Scan dan MRI Keuntungan penggunaan
CT Scan adalah : - dapat digunakan pada pasien dengan implant metal - lebih sedikit
menghasilkan klaustrofobia - waktu yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga tepat untuk pasien
emergensi. Keuntungan penggunaan MRI - tidak terpapar radiasi - diferensiasi yang lebih baik
antara abu-abu dan putih sehingga sangat baik pada diagnosa MS dan infrak lakunar - gambaran
lebih baik pada fossa posterior - gambaran lebih baik pada medula spinal - visualisasi lebih baik
secara noninvasif menggunakan MR angiograf Aplikasi Pada klinis MRI digunakan untuk
membedakan antara jaringan normal dengan patologis seperti tumor otak. Selain itu alat ini
menyebabkan klien tidak terpapar radiasi yang meningkatkan resiko malignansi terutama pada
fetus. Selain penggunaan dalam diagnosa konvensional ada berapa penggunaan alternatif
antara lain : - MRI fungsional : penggunaan MRI untuk memperlihatkan aktifitas otak - MRI
Intraoperatif : pada operasi neurologis, aman dan tidak menghasilkan komplikasi

5.PEMERIKSAAN KREATIN

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam
hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate,
CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP
(adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin
kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara
ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam
urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total
daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan
efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat
atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu disatukan
(dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin
serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya
meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin).
Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin.
Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar
kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal,
diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20)
dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal,
azotemia pascarenal.

6.PEMERIKSAAN URINE RUTIN (URINALISIS )

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi
saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau
perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
skrining terhadap status kesehatan umum.

Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan
uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan
laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari
uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa
millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah
genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih
sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh
spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk
pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam
mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung
pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan
terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus
dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan
pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan
dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila
terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
7. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine
normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh
pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer
hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya
terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine
basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak
(random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama
24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya
infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam
tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin
mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria).

8. PEMERIKSAAN SEROLOGIS

Uji serologis adalah pengujian yang menggunakan serum sebagai sampel. Prinsip utama uji
serologis adalah mereaksikan antibodi dengan antigen yang sesuai. Antibodi adalah zat
kekebalan yang dilepaskan oleh sel darah putih untuk mengenali serta menetralisir antigen (bibit
penyakit baik virus maupun bakteri) yang ada dalam tubuh.

9. ULTRASONOGRAFI

Ultrasonografi (ultrasound) atau USG adalah metode diagnostik yang menggunakan resonansi
gelombang suara frekuensi tinggi untuk membentuk gambar jaringan dan organ tubuh.
Ultrasonografi dikembangkan dari teknologi SONAR yang mulai digunakan pada Perang Dunia II
untuk navigasi laut. Pada 1950-an, para ilmuwan mulai memanfaatkan teknologi itu untuk
pemindaian tubuh manusia, dengan gambar-gambar awal tampak seperti rekaman seismograf
(pencatat gempa bumi) yaitu berupa garis-garis. Pada 1970-an, pencitraan pertama yang
menampilkan penampang anatomi manusia mulai dihasilkan. Berkat kemajuan komputer, kini
USG dapat memberikan gambar visual yang dinamis dan rinci mengenai tubuh manusia.
Sebagian mesin USG bahkan bisa menampilkan gambar berwarna.

Ketika menjalani pemindaian, dokter akan menempatkan alat yang


disebut probe atau transducer pada kulit di atas bagian tubuh Anda yang diperiksa. Probe itu
berbentuk seperti pena tumpul yang lebar. Pelumas jeli dioleskan pada kulit Anda
agar probe dapat meluncur dengan baik pada kulit Anda. Probe dihubungkan dengan kabel ke
mesin USG, yang terhubung ke monitor. Sinyal gelombang suara dikirimkan terus-menerus
oleh probe selama pemindaian. Gema yang terpantul dari jaringan dan organ tubuh akan
terdeteksi olehprobe dan dikirimkan ke mesin USG untuk diolah dan ditampilkan sebagai gambar
di monitor. Gambar akan terus-menerus diperbarui sehingga pemindaian bisa menunjukkan
gambar yang bergerak. Misalnya, janin yang bergerak di dalam rahim atau katup jantung yang
membuka dan menutup. Dokter dapat memindah-mindah posisi probe di atas kulit untuk
mendapatkan sudut pandang yang berbeda.
Pemindaian USG umumnya dilakukan dari luar tubuh. Namun, prosedur USG tertentu dilakukan
dengan memasukkan probe khusus ke dalam tubuh, misalnya ke dalam vagina (untuk
pemeriksaan rahim atau panggul), rektum (untuk pemeriksaan prostat ) atau esofagus (untuk
pemeriksaan jantung dan paru).
Pemindaian biasanya berlangsung 10-45 menit, tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa.
Rekaman hasilnya kemudian dapat dicetak sebagai gambar diam atau direkam sebagai video
untuk interpretasi lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai