Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI TATA NILAI

BANGSA,SUMBER HUKUM,SUMBER DARI SEGALA


HUKUM,PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945,HAK
DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA,HAK ASASI MANUSIA
MATA KULIAH PANCASILA

DOSEN PEMBIMBING:
AULIA YUSRINA

Disusun oleh:
Amelia putri andriani (19096024002)
Wirda ayu Amalia (190960224010)

D3 KEBIDANAN
Akbid Hampar Baiduri Kalianda, Lampung Selatan
Tahun ajaran 2019/ 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan penyusunan “Pancasila” untuk program Diploma III
Kebidanan.
Standar kompetensi ini disusun untuk mempersiapkan Program Diploma III Kebidanan agar
memiliki kompetensi yang di harapkan khususnya dalam hal melakukan manajemen mutu dalam
pelayanan kebidanan
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan pada segenap pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa tidak ada hasil karya
manusia yang dapat mencapai kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca tentang isi dari makalah ini, demikian penyusunan makalah ini kami ucapkan
Terima kasih.

Kalianda, 2 desember 2019

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..
C. Tujuan…………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pancasila Sebagai Tata Nilai Bangsa Indonesia………………………………………..

1.2 Pancasila Sebagai Sumber Hukum…………………………………………………….

1.3 Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dari Segala Hukum………………………………..

1.4 Pancasila Dalam Pembukaan Dan Batang Tubuh Uud 1945…………………………...

1.5 Hak Dan Kewajiban Warga Negara………………………………………………….…

1.6 Hal Asasi Manusia……………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP


A. kesimpulan
B. saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun.Hak Asasi merupakan
sebuah bentuk anugrah yang diturunkan oleh Tuhan sebagai sesuatu karunia yang paling
mendasar dalam hidup manusia yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi dengan sebuah
kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya Hak asasi juga
tidak lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini berisi tentang
kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan, keturunanan,
jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya adalah sama-
sama makhluk ciptaan Tuhan.

Pancasila diterima sebagai pandangan hidup dan dasar negara membawa konsekuensi
logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan Negara

Dalam mengembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di


Indonesia, harus searah dengan cita-cita dan tujuan Proklamasi Kemerdekaan dan cita-
cita mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

a. bagaimana pancasila sebagai tata nilai bangsa Indonesia?

b.Apa pengertian Hak Asasi Manusia ?

c. Apa saja ciri dan tujuan hak asasi manusia?

d. Apa pengertian hak dan kewajiban warga Negara?


C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pancasila sebagai tata nilai bangsa indonesia


b. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia
c. Untuk mengetahui ciri dan tujuan Hak Asasi Manusia
d. Untuk mengetahui hak dan kewajiban warga negara
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pancasila Sebagai Tata Nilai Bangsa Indonesia


Pancasila diterima sebagai pandangan hidup dan dasar negara membawa konsekuensi logis
bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
pengaturan serta penyelenggaraan negara.

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti
keyakinan dan pengakuan yang diekspresikan dalam bentuk perbuatan Zat Yang Maha Tunggal
tiada duanya. Hal ini menuntut manusia Indonesia untuk bersikap hidup, berpandangan hidup
taat (setia pada perintah dan hormat/cinta kepada Tuhan) dan Taklim (memuliakan Tuhan,
memandang Tuhan teragung, tertinggi dan terluhur). Nilai ini memberikan kebebasan kepada
pemeluk agama sesuai dengan keyakinannya, tak ada paksaan dan saling menghormati dan
kerjasama dengan antar umat beragama.

2. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
bermakna : kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama
atas dasar tuntutan mutlak hati nurani dengan memperlakukan suatu hal sebagaimana mestinya.
Perwujudan dari sila keempat yaitu pengakuan hak asasi manusia, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia, menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan.

3. Nilai Persatuan Indonesia Nilai persatuan Indonesia mengandung arti usaha kea arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina Nasionalisme dalam negara. Dalam nilai persatuan
terkandung adanya perbedaan-perbedaan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa baik
berbedaan bahasa, kebudayaan, adat-istiadat, agama maupun suku. Perbedaanperbedaan itu
bukan untuk diperselisihkan namun justru menjadi daya tarik kea rah kerjasama, kea rah
resultante/sintesa yang lebih harmonis sesuai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam
membangun kebersamaan sebagai wujud nilai persatuan itu antar elemen yang terlibat di
dalamnya, satu sama lain saling membutuhkan-saling ketergantungan-saling memberi yang pada
gilirannya dapat menciptakan kehidupan selaras serasi dan seimbang.

4. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan Nilai sila keempat mengandung makna suatu pemerintahan rakyat
dengan cara melalui badan-badan tertentu dala menetapkan sesuatu peraturan di tempuh dengan
jalan musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran dari Tuhan dan putusan akal sesuai
dengan rasa kemanusiaan yang memperhatika dan mempertimbangkan kehendak rakyat untuk
mencapai kebaikan hidup bersama. Demokrasi pancasila pahamnya adalah kekeluargaan,
kebersamaan. Dalam mewujudkan nilai demokrasi pancasila, semua manusia Indonesia sebagai
warga

Negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Menghormati dan mentaati keputusan bersama melalui lembaga perwakilan rakyat yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nulai-nilai kebebasan dan keadilan yang
mengutamakan kepentingan bangsa. Nilai demokrasi di bidang ekonomi dengan mewujudkan
kesejahteraan bersama. Demokrasi keadilan sosial berfungsi memenuhi kebutuhan hidup.

5. Nilai keadilan sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Makna yang terkandung di dalam nilai-
nilai sila kelima adalah suatu tata masyarakat yang adil dan makmur sejahtera lahiriah batiniah,
yang setiap warga negara mendapat segala sesuatu yang menjadi haknya sesuai dengan essensi
adil dan beradab. Wujud pelaksanaannya adalah bahwa setiap warga negara harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan, keserasian, keselarasan
antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama yaitu:

a. Keadilan Distributif Suatu hubungan keadilan dari Negara terhadap warganya, Negara
wajib memberikan apa yang telah menjadi hak warganya. Seperti kesejahteraan, bantuan,
subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban.
b. Keadilan komutatif Suatu hubungan keadilan antara warga negara satu dan lainnya secara
timbal balik. Memperlakukan sesama manusia sebagai pribadi yang sama martabatnya
dan wajib memberikan sesama warga masyarakat sesuatu yang telah menjadi haknya.
c. Keadilan legal/ keadilan untuk bertaat Suatu hubungan keadilan dari warga Negara
terhadap Negara, pihak warga negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk
menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam Negara.

Selain keadilan diatas, ada juga dua bentuk keadilan lagi, yaitu:

a. Keadilan Tuhan Menyangkut masalah perbuatan dan ganjaran.


b. Keadilan Lingkungan Kita wajib menjaga dan melestarikan lingkungan sehinnga
memperoleh imbalan yang dihasilkan oleh lingkungan kita.
1.2 Pancasila Sebagai Sumber Hukum
Dalam mengembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia,
harus searah dengan cita-cita dan tujuan Proklamasi Kemerdekaan dan cita-cita mendirikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Cita-cita dan tujuan kemerdekaan itu telah
tertuang dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945, yang pada intinya "merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur ". Telah jelas pula, landasan pijakan dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, yaitu Pancasila. Pancasila telah
disepakati dan ditetapkan menjadi dasar dan ideologi negara. Eksistensinya sebagai dasar
negara, secara tegas dimuat dalam TAP MPR XVII/MPR/1998, yang status hukumnya
termasuk ke dalam TAP yang tidak perlu lagi dilakukan tindakan hukum lebih lanjut.
Implementasi hal tersebut nampak dalam UU 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, yang dalam Pasal 2 disebutkan bahwa "Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum negara". Sebagai sumber hukum pasti, Pancasila harus dijadikan
sebagai dasar rujukan dalam penyelenggaraan negara. Perilaku penyelenggara negara yang
tamak, arogan, mementingkan diri sendiri, adalah sangat jauh dari sifat-sifat sahaja, jujur, rela
berkorban untuk kepentingan orang lain/masyarakat, dan selalu berpegang pada aturan yang
benar.

1.3 Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dari Segala Sumber Hukum


Dalam ilmu pengetahuan hukum,pengertian sumber dari segala sumber hukum dapat diartikan
sebagai sumber pengenal dan diartikan sebagai sumber asal, sumber nilai-nilai yang menjadi
penyebab timbulnya aturan hukum. Maka pengertian Pancasila sebagai sumber bukanlah dalam
pengertian sumber hukum kenbron sumber tempat ditemukannya,tempat melihat dan mengetahui
norma hukum positif, akan tetapi dalam arti welbron sebagai asal-usul nilai, sumber nilai yang
menjadi sumber dari hukum positif. Jadi, Pancasila merupakan sumber nilai dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya dibentuklah norma-norma hukum oleh negara.

Pancasila sebagai sumber asal artinya tempat setiap pembentuk hukum di Indonesia mengambil
atau menimba unsur-unsur dasar yang diperlukan untuk tugasnya itu, dan merupakan tempat
untuk menemukan ketentuan-ketentuan yang akan menjadi sisi dari peraturan hukum yang akan
di buat, serta sebagai dasar-ukuran, untuk menguji apakah isi suatu peraturan hukum yang
berlaku sungguh-sungguh merupakan suatu hukum yang mengarah kepada tujuan hukum negara
Republik Indonesia.
Pengetian pancasila sebagai sumber dari segala hukum menurut kami yaitu pancasila harus di
jadikan pedoman bagi semua umat manusia agar terciptanya perdamaian, dan tidak terjadi
kerusuhan. Pancasila juga berfungsi mengatur semua manusia agar hidup lebih baik.

1. KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI HUKUM TERTINGGI

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia artinya bahwa posisi Pancasila
diletakkan pada posisi tertinggi dalam hukum di Indonesia, posisi Pancasila dalam hal ini
menjadikan pedoman dan arah bagi setiap bangsa Indonesia dalam menyusun dan memperbaiki
kondisi hukum di Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum sering disebut sebagai
dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya ini pancasila merupakan suatu dasar
nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara. Pancasila merupakan suatu dasar untuk
mengatur penyelengaraan Negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan
Negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala
bidang dewasa ini dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum, Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma
serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik tertulis atau
UUD maupun tidak tertulis atau dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sumber tertib hukum Indonesia maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan
UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran

Dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur yang menjadi tujuan bangsa dan rakyat
Indonesia, Pancasila menjadi landasannya, untuk itulah perlu adanya tatanan dan tertip hukum
dalam mengatur masyarakat dan Negara untuk mencapai tujuan tersebut. Arah dan acuan
tersebut tentunya harus berpijak pada Pancasila.

Namun demikian dalam perjalanan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia tentunya banyak mengalami pasang surut hal ini disebabkan bahwa di era globalisasi
saat sekarang ini banyaknya permasalahan baru yang muncul ditanah air khususnya masalah
korupsi, nepotisme, dan masuknya budaya dari luar yang berdampak pada perubahan budaya
dalam masyarakat. Perubahan perubahan tersebut akan berdampak pada kehidupan baru
masyarakat yang tentu saja membawa konsekwen baru dari segi hukum di Indonesia.
Maka hukum di Indonesia juga terus mengalami perubahan untuk disesuaikan dengan
permasalahan yang ada. Masalah terorisme dan organisasi kejahatan internasional menjadikan
masalah baru bagi hukum kita untuk menanggulangi, disinilah permasalah baru selalu muncul
dan Pancasila harus tetap menjadi pijakan bangsa Indonesia dalam menghadapi persolan
persoalan baru hukum.

2. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN HUKUM

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum juga mengandung arti semua sumber hukum
atau peraturan2, mulai dari UUD`45, Tap MPR, Undang- Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang2), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh
peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.

Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengannya.
Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk hukum yang ada di Negara RI sejak
tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Karena
sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah
dan tidak boleh diubah.

3. PENGAMALAN PANCASILA

Komitmen bangsa Indonesia adalah melaksanakan atau mengamalkan Pancasila secara konsisten
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Artinya merupakan suatu kemauan
bersama untuk mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari secara membumi,
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta bukan sekedar slogan.

Untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat di lakukan dengan cara
sebagai berikut:

1. Pengamalan secara objektif, yakni dengan melaksanakan atau mentaati peraturan


perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang berlandaskan pada Pancasila. Hal ini
memerlukan dukungan kekuasaan Negara untuk menerapkannya, serta bersifat memaksa, dan
akan mendapat sanksi bagi pelanggarnya. Artinya bagi siapa saja, apakah itu perorangan maupun
lembaga, yang melanggar norma hukum maka akan mendapatkan sanksi hukum. Pengamalan
obyektif ini merupakan konsekuensidari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma hukum
negara.

2. Pengamalan secara subjektif, yakni dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila yang


berwujud norma etika secara pribadi atau kelompok dalam bersikap dan bertingkahlaku pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pengamalan secara subyektif ini
mewajibkan setiap warga negara dan penyelenggara negara untuk mengamalkan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam hal ini pancasila menjadi sumber
etika dalam bersikap dan bertingkah laku bagi setiap warga negara dan penyelenggara negara.
Melanggar norma etik tidak mendapat sanksi hukum tetapi sanksi yang berasal dari diri sendiri.
Pengamalan subyektif ini merupakan konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai
norma etik berbangsa dan bernegara.

1.4 Pancasila Dalam Pembukaan Dan Batang Tubuh UUD 1945

Dalam sistem tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa Pokok Pikiran
itu meliputi suasana kebatinan dari Undang- Undang Dasar Negara Indonesia serta mewujudkan
cita- cita hukum, menguasai hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar tidak tertulis
(convensi), selanjutnya Pokok Pikiran itu di jelmakan dalam pasal- pasal UUD 1945. Maka
dapatlah disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain di jiwai atau bersumber
pada dasar filsafat negara dan fungsi pancasila sebagai dasar negara RI.

Pembukaan UUD 45 mempunyai kedudukan Lebih tinggi dibanding Batang Tubuh, alasannya
Dalam Pembukaan terdapat :

a. Dasar Negara (Pancasila)


b. Fungsi dan Tujuan Bangsa Indonesia
c. Bentuk Negara Indonesia (Republik)

Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans Kelsen dan
Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang bersifat tetap;
sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum dalam negara. Karenanya,
kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan
hanya sekali oleh Pendiri Negara.

Sebagai kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan jiwa
konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya, semua warga
negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif untuk melaksanakan
dan membudayakannya. Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di
dalam negara yang dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini, apalagi
merubahnya.

Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
sehingga Pembukaan UUD 1945 tidak bisa diubah, Pokok kaidah negara yang fundamental
tersebut menurut ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap terletak
pada kalangan tertinggi maka secara hukum tidak dapat diubah. Karena mengubah pembukaan
UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran negara RI, sedangkan Batang Tubuh bisa diubah
(diamandeman)
Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD 45 pada hakikatnya telah memenuhi syarat
sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Pokok kaidah negara yang fundamental dapat
di rinci sebagai berikut :

1. Ditentukan oleh Pendiri Negara (PPKI) dan terjelma dalam suatu pertanyaan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pendiri Negara.
2. Pernyataan Lahirnya sebagai Bangsa yang mandiri
3. Memuat Asas Rohani (Pancasila), Asas Politik Negara (Republik berkedaulatan Rakyat),
dan Tujuan Negara (menjadi Negara Adil Makmur)
4. Memuat Ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD Negara

Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi negara
Proklamasi 17 Agustus 1945 ialah berwujud: Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Maknanya,
PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan mengamanatkan bahwa atas nama bangsa Indonesia
kita menegakkan sistem kenegaraan Pancasila – UUD 45.

Asas demikian terpancar dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan
UUD 45 sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan
apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan hanya 1 X oleh
pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki legalitas dan otoritas pertama dan
tertinggi (sebagai penyusun yang mengesahkan UUD negara dan lembaga-lembaga negara).
Artinya, mengubah Pembukaan dan atau dasar negara berarti mengubah negara; berarti pula
mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara baru; mengkhianati
negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi apapun yang tidak mengamalkan
dasar negara Pancasila – beserta jabarannya di dalam UUD negara, bermakna pula tidak loyal
dan tidak membela dasar negara Pancasila, maka sikap dan tindakan demikian dapat dianggap
sebagai makar (tidak menerima ideologi negara dan UUD negara). Jadi, mereka dapat dianggap
melakukan separatisme ideologi dan atau mengkhianati negara.
1.5 Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Menurut Prof. Dr. Notonagoro, hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain
manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.. Hak dan Kewajiban
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan
kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk
mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena
pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal
menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka
berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi
kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan
kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara
harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika
hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.
Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun
rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan
materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus
bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak
lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah ditetapkan
dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya,
syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara
Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara
dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan
maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan
memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak
mendapatkan hak-haknya.

Hak Dan Kewajiban Warga Negara :

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan
negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).

3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).

4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”.

5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1).

6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :

a) Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

b) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan :
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

c) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap orang
wajib menghormati hak asai manusia orang lain.
d) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”

e) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang
1.6 Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No. 39 tahun 1999 pasal 2
tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara
kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan
ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
kecerdasan serta keadilan.”
Pengertian HAM menurut para ahli :
John Locke, hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia
manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia
yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di dalam kehidupan
masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa,
ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal
Koentjoro Poerbapranoto ( 1976 ), Hak Asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut
kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga sifatnya suci.
Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations
sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat
pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi
manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah
dari Tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia
itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya,
karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai
kemanusiaan.

Walau demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia dapat dilaksanakan secara
mutlak karena dapat melanggar hak asasi orang lain. Memperjuangkan hak sendiri sampai-
sampai mengabaikan hak orang lain, ini merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib
menyadari bahwa hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia secara kodrati
sebagai anugerah dari Tuhan, mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak
memiliki sesuatu. Ruang lingkup HAM yang merupakan dasar dari manusia yang senantiasa
berubah menurut ukuran zaman dan perumusannya, sebagai berikut :
a. HAM menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal of Human Rights 1948, meliputi :
1. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat.
2. Hak memilih sesuatu.
3. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
4. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama.
5. Hak untuk hidup.
6. Hak untuk kemerdekaan hidup.
7. Hak untuk memperoleh nama baik.
8. Hak untuk memperoleh pekerjaan.
9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hokum.

b.HAM menurut UU. No : 39 tahun 1999


1. Hak untuk hidup,
2. Hak berkeluarga,
3. Hak mengembangkan diri,
4. Hak keadilan,
5. Hak kemerdekaan,
6. Hak berkomunikasi,
7. Hak keamanan,
8. Hak kesejahteraan, dan
9. Hak perlindungan.

Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :


a. Hak asasi pribadi (Personal Rights)
Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara.
Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan hak
mendapat hidup layak.
d.Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).
Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun, hak
mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.
e. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah (Rights Of
Legal Equality)
f. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum
Ciri dan Tujuan Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena diyakinibahwa
beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis
kelamin. Dasar Hak Asasi Manusia adalah manusia berada dalam kedudukan yang sejajar dan
memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai macam aspek untuk mengembangkan segala
potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri pokok
hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari
manusia secara otomatis
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan
membatasi orang lain

Tujuan Hak Asasi Manusia


a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan.
b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia
c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin
bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan
fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap
individu
2. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga
merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kermasyarakatan dan
kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimuai setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelengara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan pancasila
oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan baik dipusat maupun didaerah.

Saran
1. Uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa pancasila merupakan pandangan hidup negara
kita Republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari pancasila
tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Raika, Tika.2012.Pengertian-hak-asasi-manusia. (diakses lewat internet)
inforingankita.blogspot.com/.../
Chieva,C.”Perkembangan dan pemikiran ham di Indonesia”.2012. (diakses lewat internet)
chieva-chiezchua.blogspot.com
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran
Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta
Notonegoro. 1995. pancasila secara ilmiah populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Jarmanto. 1982. Pancasila Suatu Tujuan Aspek Histotis dan Sosio- politis.Yogyakarta: Liberty.
Salam, Burhanuddin. 1985. Filsafat Pancasilaisme. Bandung: Bina Aksara.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: paradigma

Anda mungkin juga menyukai