Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang dicari oleh semua orang.

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan

sehat yang utuh secara fisik, mental, dan social serta bukan hanya

merupakan bebas dari penyakit. Rasa nyeri yang dirasakan pada saat

haid merupakan keluhan ginekologi yang paling umum dan banyak

dialami oleh wanita. Dalam hal ini diperlukan cara untuk mengatasi

nyeri saat haid. Nyeri yang berlebihan pada perut bagian bawah sering

terjadi selama menstruasi yang disebut dismenore (Mahdiyah et al.,

2016). Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa

bagi wanita. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah

dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika

haid menyerang (Kurniawati and Kusumawati, 2011).

Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Menurut WHO

(2012) didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang

mengalami nyeri haid dengan 10-15% mengalami nyeri haid berat

(Bustan and Seweng, 2018).

Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalami

nyeri haid, di Amerika angka persentasenya sekitar 60% dan di Swedia

sekitar 72% serta di India sekitar 73,9%. Sementara di Indonesia

angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang yang

tersiksa oleh nyeri selama haid. Angka kejadian nyeri haid berkisar 45-

95% di kalangan wanita. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya,

1
2

namun dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat

nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada

yang masih bisa bekerja, adapula yang tak kuasa beraktifitas saking

nyerinya (Dewi and Yunianto, 2018).

Di Indonesia lebih banyak perempuan yang mengalami nyeri

haid tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Dikatakan 90%

perempuan Indonesia pernah mengalami nyeri haid (Rahayu and Sinar

Pertiwi, 2017). Prevalensi nyeri haid di Indonesia sebesar 64,25%

yang terdiri dari 54,89% nyeri haid primer dan 9,36% nyeri haid

sekunder (Bustan and Seweng, 2018).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran

Universitas Hassanudin (UNHAS) didapatkan bahwa pada 997 remaja

putri di kotamadya Makassar tahun 2008, diperoleh jumlah nyeri haid

sebanyak 935 kasus (93,8%). Keluhan dismenore terbanyak antara

usia 15-30 tahun dengan 53,9% kasus, nyeri haid derajat sedang

dengan 47,3% kasus (Trianingsih et al., 2016).

Nyeri haid adalah nyeri menstruasi, dikarakteristikan sebagai

nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung

selama satu atau beberapa hari selama menstruasi (Sharon j. Reeder,

2011). Nyeri haid adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri

menstruasi. Nyeri haid adalah nyeri pada daerah panggul akibat

menstruasi dan produksi zat prostaglandin. Dismenore seringkali

dimulai 1-3 tahun sejak menarche atau haid pertama kali selama usia
3

kehidupan rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun (Ridwan and Herlina,

2016).

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya dismenore.

Faktor hormonal yang menyebabkan dismenore terjadi karena

peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh saat menstruasi

sehingga mengakibatkan adanya kontraksi pada miometrium. Selain

itu, faktor lain yang menyebabkan dismenore adalah usia menarche

yang terlalu dini.

Penelitian yang dilakukan oleh (Al-Kindi and Al-Bulushi, 2011),

terdapat kecenderungan bahwa kejadian dismenore dialami oleh

remaja yang usia menarche-nya kurang dari 13 tahun. Penelitian Unsal

dkk pun menemukan hal yang serupa. Meskipun tidak ditemukan

adanya hubungan antara usia menarche dengan dismenore tetapi

diketahui bahwa terdapat kecenderungan risiko dismenore empat kali

lebih tinggi pada remaja dengan usia menarche terlalu dini.

Penanganan yang dapat diberikan untuk mengurangi nyeri haid

adalah dengan pemberian terapi farmakologi seperti pemberian obat

analgetik, terapi hormonal, terapi dengan obat non steroid anti

prostaglandin dan dilatasi kanalis servikalis (Ramadina, 2014). Selain

itu nyeri dapat ditangani dengan terapi non Farmakologi yang aman

dilakukan dengan exercise, mandi air hangat atau sauna, memakai

buli-buli panas, meditasi, serta dapat juga dengan pemberian

suplemen, pengobatan herbal ala jepang, terapi horizon, terapi bedah,


4

Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TRANS) akupuntur, dan

akupresur (Hasanah, 2014).

Nyeri haid dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari remaja.

Pada penelitian yang dilakukan (Kurniawati and Kusumawati, 2011)

diperoleh jumlah siswi yang tidak mengikuti pelajaran di kelas pada

saat dismenore adalah sebanyak 41 (68%), tidak mengikuti kegiatan

sekolah 27 (45%), hanya tiduran 29 (48%), dan yang sulit berjalan

sebanyak 39(65%). Hal ini disebabkan karena beratnya nyeri yang

dialami responden saat mentruasi, sehingga mereka tidak mampu

melakukan aktivitas dengan baik. Dengan kata lain, nyeri menstruasi

berat yang terkait dengan kesehatan reproduksi dapat menurunkan

aktivitas siswi.

Adapun data yang didapatkan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Panrita Husada Bulukumba didapatkan mahasiswa perempuan

terdaftar yang aktif mengikuti perkuliahan di kampus sebanyak 498

mahasiswi, dari 498 mahasiswi yang mengalami nyeri saat haid adalah

237 mahasiswi. Terdiri dari prodi S1 Keperawatan 4 tingkatan, D3

Kebidanan 3 tingkatan dan D4 Teknologi Laboratorium Medis 3

tingkatan. Pada saat melakukan skrining beberapa mahasiswi

mengatakan ketika mengalami nyeri haid mereka hanya bisa berbaring

dikasur, memijat perut mereka, minum obat dan bahkan ada yang tidak

bisa melakukan aktifitas sama sekali cuma tidur saja dikamar.

Alasan peneliti ingin meneliti tentang nyeri haid adalah karena

melihat banyak kejadian di sekitar, khususnya pada mahasiswi yang


5

sering mengeluh tentang nyeri saat haid serta menjadi sensitive dan

tidak bisa melakukan aktivitas akibat nyeri tersebut. Oleh sebab itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran

Karakteristik Mahasiswi Yang Mengalamai Nyeri Haid Di STIKES

Panrita Husada Bulukumba”.

B. Rumusan Masalah

Menurut WHO 10-15% dari 1.769.425 jiwa mengalami nyeri haid

berat. Di Indonesia prevelensi nyeri haid sebesar 64,25%, 54,89%

yang mengalami nyeri haid primer. Adapun data awal yang didapatkan

dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panrita Husada Bulukumba

mahasiswi yang aktif mengikuti perkuliahan sebanyak 498 mahasiswi,

dari 498 mahasiswi yang mengalami nyeri saat haid setiap bulannya

adalah 237 mahasiswi.

Nyeri haid adalah nyeri yang disebabkan jumlah prostaglandin

yang berlebihan pada darah saat menstruasi, yang merangsang

hiperaktivitas uterus dan terjadinya kejang otot uterus (Mahdiyah et al.,

2016).

Berdasarkan uraikan di atas maka peneliti ingin mengetahui

“Bagaimana gambaran karakteristik mahasisiwi yang mengalami nyeri

haid di STIKES Panrita Husada Bulukumba?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik mahasisiwi yang

mengalami nyeri haid di STIKES Panrita Husada Bulukumba.


6

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi usia menarche pada mahasiswi yang

mengalami nyeri haid di STIKES Panrita Husada Bulukumba.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri pada mahasiswi yang

mengalami nyeri haid di STIKES Panrita Husada Bulukumba.

c. Untuk mengidentifikasi lama nyeri mahasiswi ketika mengalami

nyeri haid di STIKES Panrita Husada Bulukumba.

d. Untuk mengidentifikasi penanganan nyeri mahasiswi ketika

mengalami nyeri di STIKES Panrita Husada Bulukumba.

e. Untuk mengidentifikasi dampak pada aktivitas belajar

mahasisiwi yang mengalami nyeri haid di STIKES Panrita

Husada Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep-konsep,

teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi

dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut terkait nyeri haid

yang dialami mahasiswi di STIKES Panrita Husada Bulukumba.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Nyeri Haid

1. Definisi

Nyeri haid atau dismenore merupakan ketidakseimbangan

hormone progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa

nyeri timbul, factor psikologis juga ikut berperan terjadinya nyeri

haid pada beberapa wanita (Puji, 2009).

Nyeri haid adalah gangguan sekunder menstruasi yang

paling sering dikeluhkan adalah nyeri sebelum, saat atau sesudah

menstruasi. Nyeri seperti itu disebut dismenore. Nyeri tersebut

timbul akibat adanya hormone prostaglandin yang membuat otot

uterus (rahim) berkontraksi (Kurniawati and Kusumawati, 2011).

Nyeri haid merupakan menstruasi yang disertai rasa nyeri.

Keram menstruasi berat yang sering terjadi pada wanita muda,

sering menghilang setelah kehamilan pertama Ganong (Ridwan

and Herlina, 2016).

Nyeri haid adalah keluhan ginekologis yang paling umum

diantara wanita dewasa remaja dan muda. Hal ini perlu

diperhatikan, apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat akan

menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari.

Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di

sekolah ataupun di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu

produktivitas. Nyeri haid yang sedemikian beratnya bisa memaksa

7
8

penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara

hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari

(Trianingsih et al., 2016).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

nyeri haid atau dismenore merupakan rasa sakit yang dirasakan

saat menstruasi ini diakibatkan karena hormone prostaglandin yang

membuat uterus berkontraksi sehingga hal ini mengakibatkan

ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Jenis

Menurut (Fatmawati, 2010) nyeri haid/dismenore dibagi

menjadi 2 yaitu:

a. Nyeri haid primer

Nyeri haid primer (essensial, intrinsic, idiopatik) dan

kelainan ginekologi tidak terdapat hubungan. Ini merupakan

nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat genetalia

yang nyata. Nyeri haid terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena itu

siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya

berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa

nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,

walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa

hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada

pertu bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan


9

paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,

muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya.

b. Nyeri haid sekunder

Nyeri haid sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh,

acquired), disebabkan oleh kelainan ginekologi (endometrosis,

adenomiosis, dan lain-lain) IUD juga dapat merupakan

penyebab nyeri haid ini. Nyeri haid sekunder dapat disalah

artikan sebagai nyeri haid primer atau dapat rancu dengan

komplikasi kehamilan dini. Tetapi harus ditunjukkan dengan

mengobati penyebab dasar.

3. Penyebab

Banyak teori dikemukakan untuk menerangkan penyebab

nyeri haid primer, tetapi tetap belum jelas penyebabnya hingga saat

ini. Dahulu disebutkan faktor ke turunan, psikis, dan lingkungan

dapat mempengaruhi penyebab hal itu, namun penelitian dalam

tahun-tahun 11 terakhir ini menunjukkan adanya pengaruh zat

kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Diantara sekian

banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia

yang disebut prostaglandin. Telah dibuktikan, prostaglandin

berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk

aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi

uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana

kadar prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus (rahim) akan

bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang


10

disebut dismenore. Juga beredarnya prostaglandin yang berlebihan

ke seluruh tubuh akan berakibat meningkatkan aktifitas usus besar.

Jadi prostaglandin inilah yang menimbulkan gejala nyeri kepala,

pusing, rasa panas dan dingin pada muka, diare serta mual yang

mengiringi nyeri pada waktu haid (Sharon j. Reeder, 2011).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut (Fatmawati, 2010) banyak teori dikemukakan untuk

menerangkan penyebab dismenore, tetapi patofiologinya belum

jelas dimengerti. Beberapa factor memegang peran penting

sebagai penyebab dismenore antara lain:

a. Faktor kejiwaan

Secara emosional pada gadis tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses

haid, mudah timbul nyeri haid.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor diatas dapat

juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor

seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat

mempengaruhi timbulnya nyeri haid.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori paling tua untuk menerangkan terjadinya

nyeri haid primer ialah stenosis kanalis servikal. Pada wanita

dengan uterus dalam peran fleksi mungkin dapat terjadi

stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak


11

dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab nyeri

haid. Mioma subnukosum bertangkai atau polip endometrium

dapat menyebabkan nyeri haid karena otot-otot uterus

berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan

tersebut.

d. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang

terjadi pada nyeri haid primer disebabkan oleh kontraksi uterus

yang berlebihan. Novak dan reynold yang melakukan penelitian

pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormone estrogen

merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormone

progesterone menghambat atau mencengahnya. Tetapi teori ini

tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri

pada pendarahan disfungsional anovulator, yang biasanya

bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan dengan

tanpa adanya progesteron.

e. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya

asosiasi antara hipermenorea dengan urtikaria migaran atau

asma bronkheal. Smith menduga bahwa sebab alergi adalah

toksin haid.

Penyelidikan pada tahun-tahun terakhir menunjukkan

bahwa peningkatan kadar prostaglandin memgang peranan

penting dalam etiologi nyeri haid primer. Satu jenis nyeri haid
12

yang terdapat adalah pada waktu haid tidak mengeluarkan

dalam fragmen-fragmen kecil, melainkan dalam

keseluruhannya. Pengeluaran tersebut disertai nyeri kejang

yang keras. Demikian itu dinamakan nyeri haid membranase.

Penelitian yang dilakukan (Larasati and Alatas, 2016)

dengan judul dismenore primer dan faktor resiko dismenore primer

pada remaja, menyatakan dalam beberapa literatur factor resiko

yang sering berkaitan dengan dismenore yaitu menarke usia disni,

riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, indeks masa tubuh

yang tidak normal, kebiasaan memakan makanan cepat saji, durasi

perdarahan saat haid, terpapar asap rokok, konsumsi kopi dan

alexytimia.

5. Patofisiologi

Menurut Morgan dan Hamilton nyeri saat haid terjadi karena

adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah

menstruasi yang merangsang hiperaktivitas uterus. Peningkatan

prostaglandin menyebabkan kontraksi myometrum meningkat

sehingga mengakibatkan aliran darah haid berkurang sehingga

akibatnya aliran darah haid berkurang dan otot dinding uterus

mengalami iskemik dan disintegrasi endometrium, dan dapat

menyebabkan rangsangan pada serabut saraf nyeri yang terdapat

pada uterus meningkat. Rangsangan berupa implus nyeri tersebut

kemudian dihantarkan ke sel T sehingga rangsangan pada sel T

menjadi kuat. Sel T kemudian bersinaps dengan traktus


13

spinothalamicus, kemudian menghantaskan impuls nyeri tersebut

ke pusat nyeri di thalamus yaitu di gyrus centralis lateralis posterior

sehingga nyeri dapat dirasakan.

6. Gejala

Menurut (Tse Ching San, 2017) gejala nyeri haid adalah:

a. Sebelum atau saat haid tiba daerah bawah nyeri dan terasa

penuh, dada terasa penuh, kedua kelenjar susu membesar dan

keras (kadang-kadang turut nyeri), darah yang keluar tak

banyak, selaput lidah putih dan nadi tegang bagaikan senar

gitar.

b. Ketika haid akan tiba, perut sekitar umbilicus dan perut bawah

terasa nyeri hebat, menolak untuk ditekan, kadang-kadang

dapat diraba (benjolan) keras, warna darah hitam, setelah darah

keluar dengan lancar rasa nyeri baru mereda.

c. Nyeri pada saat haid telah selesai atau mau selesai, nyeri terus

menerus dan rasa lebih enak ditekan, kepala pusing, mata

berkunang-kunang, berdebar, lelah, napsu makan tidak ada.

d. Sebelum haid tiba terasa nyeri dibagian perut bawah, nyeri

bagaikan diiris. Ektermitas dingin, darah haid hitam bagaikan

kecap, keluarnya darah haid tidak lancer.

Penelitian yang dilakukan oleh (Novia and Puspitasari, 2008)

dengan judul factor resiko yang mempengaruhi kejadian dismenore

primer, menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Hasil

dalam penelitian ini juga menjelaskan gejala yang biasanya di alami


14

saat nyeri haid adalah nyeri perut bagian bawah, rata-rata waktu

timbulnya nyeri haid primer adalah < 12 jam sebelum menstruasi

sedangkan gejala akan hilang 24-48 jam mestruasi.

7. Karakteristik

a. Derajat nyeri

Nyeri yang dirasakan wanita yang mengalami nyeri haid

biasanya hilang timbul, tajam, dan bergelomang mengikuti arah

gerakan rahin menjalar ke pinggang bagian belakang. Menurut

French (2005) dalam (Laili, 2012), karakteristik nyeri menstruasi

berdasarkan derajat nyerinya antara lain:

1) Nyeri ringan yaitu tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

dan dapat hilang dengan istirahat.

2) Nyeri sedang yaitu sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari,

dan butuh analgesic dosis rendah untuk mengurangi nyeri.

3) Nyeri berat yaitu mengganggu aktivitas sehari-hari dan

butuh analgesic dosis rendah untuk mengurangi nyeri.

4) Nyeri sangat berat yaitu tidak dapat beraktivitas dan tidak

dapat hilang dengan analgesic dosis rendah.

Menurut Smeltzer dan Bare dalam (Laili, 2012) skala

nyeri numeric (Numerik Rating Scale) adalah alat ukur tingkat

nyeri seseorang yang digunakan dengan meminta pasien untuk

menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya

pada skala numeral dari 0-10.


15

Gambar 2.1 Numerik Rating Scale (NRS)


Smeltzer dan Bare dalam (Laili, 2012)

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan (klien dapat berkomunikasi dengan baik)

4-6 : Nyeri sedang (klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik)

7-10 : Nyeri berat (klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang, klien mampu berkomunikasi dan memukul)

Skala nyeri VAS adalah suatu instrument yang digunakan

untuk menilai intesitas nyeri dengan menggunakan sebuah table

garis 10 cm dengan pembacaan skala 0-100 mm dengan

rentangan makna:

Skala VAS interprestasi


> 0 - < 10 mm Tidak nyeri
≥ 10 – 30 mm Nyeri ringan
≥ 30 – 70 mm Nyeri sedang
≥ 70 – 90 mm Nyeri berat
≥ 90 – 100 mm Nyeri sangan berat
Table 2.1 Rentang makna VAS
Smeltzer dan Bare dalam (Laili, 2012)
16

Cara penilaian adalah penderita menandai sendiri

dengan pensil pasa nilai skala yang sesuai dengan intesitas

nyeri yang dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti

tentang makna dari setiap skala tersebut. Penentuan skor VAS

dilakukan dengan mengukur jarak antar ujung garis yang

menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan pasien.

Gambar 2.2 Skala pengukuran VAS


(Nursalam, 2016)
Keterangan

0 : Relaks dan nyaman

1-3 : Sedikit tidak nyaman

3-6 : Nyeri sedang

6-10 : Sangat tidak nyaman/nyeri hebat

b. Lama nyeri

Nyeri haid mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya

pendarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam

meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama

saat terjadinya pendarahn haid. Bahkan ada juga yang

berlangsung hingga beberapa hari. Penelitian yang dilakukan

oleh (Alosaimi, 2014), memberikan tiga kategorik terhadap


17

lamanya nyeri haid yang dialami oleh responden antara lain <2

hari, 3-4 hari dan lebih 4 hari. Dalam penelitian tersebut,

Alosaimi menemukan bahwa lama nyeri haid yang dialami oleh

responden paling banyak ≤2 hari.

Penelitian (El-Hameed et al., 2011), nyeri haid paling

banyak dialami oleh remaja selamam 24 jam pertama saat

menstruasi, bahkan juga ada yang telah mengalaminya pada

waktu satu minggu sebelum menstruasi. (Gagua et al., 2012)

juga sependapat dengan hasil penelitian ini. Pada penelitian

tersebut 34,42% mengalami dismenore selamam satu hari atau

lebih.

8. Penanganan

Menurut (Dr. Heni Setyowati ER, 2018) penanganan yang

bisa dilakukan saat nyeri haid sebagai berikut:

a. Pengobatan dengan pemanasan, latihan atau olahraga dan

psikoterapi bahwa keluhanya tidak membahayakan dan akan

berkurang ketika darah haid keluar lancer.

b. Obat-obatan antisakit (analgetik), sebaiknya bukan dari

golongan narkotika seperti morphin dan codein.

c. Obat-obatan tocolitik yaitu obat-obatan untuk mengurangi

kontraksi oto rahim dan memperlancar aliran darah ke dalam

rongga panggul khususnya rahim.

d. Pengobatan hormonal berupa obat-obat KB yang kombinasi

untuk menghambat pelepasan telur dari ovarium


18

e. Obat-obat penghambat pengeluaran hormone prostaglandin

seperti jenis indomethcin dan asam mefenamat.

Penelitian yang dilakukan (Ningsih et al., 2013) dengan judul

efektifitas paket pereda nyeri pada remaja dengan dismenore,

menggunakan penelitian quasy eskperimental, dengan desain

posttest only with control group design. Hasil penelitian

menyatakan terapi air putih dan abdominal stretching exercise

efektif sebagai paket pereda dalam menurunkan intensitas nyeri

pada remaja dengan dismenore.

Penelitian (Pebrianti and Muslim, 2018) dengan judul

gambaran upaya remaja putri dalam mengatasi dismenore di smk

YBKP3 Tarogong Kidul Garur tahun 2016. Menggunakan metode

penelitian deskriptif, hasil penelitian upaya untuk mengatasi

dismenorea dilakukan dengan kompres air hangat oleh sebagian

besar responden (57,7%), beristirahat atau tidur dilakukan oleh

sebagian besar responden (51,9%) dan pemijatan (51,9%).

9. Dampak Pada Aktivitas Belajar

Gangguan saat menstruasi seperti nyeri haid, dapat

menganggu aktivitas sehari-hari, khususnya pada pelajar dapat

menimbulkan gangguan belajar pada seorang siswi atau

mahasisiwi sehingga berpengaruh pada prestasi dibidang

akademik maupun non akademik. Banyak pelajar yang mengeluh

bahkan tidak masuk sekolah pada saat menstruasi. Hal ini

disebabkan karena proses menstruasi yaitu peluruhan dinding


19

rahim, keadaan seperti ini dapat dicengah dengan pola hidup sehat

dan makan makanan yang bergizi (Sheila,2013).

Penelitian yang dilakukan (Charu et al., 2012) menunjukkan

bahwa nyeri haid berhubungan dengan ketidakhadiran remaja

putrid disekolah. Penelitian (Iswari, 2014) pun menemukan

bahwan semakin berat derajat nyeri yang dialami oleh responden,

maka aktivitas belajar pun semakin terganggu. Oleh karena itu

salah satu dampak nyeri haid yang dialami oleh remaja putri adalah

terganggunya aktivitas belajar mereka, baik itu dari segi kehadiran

maupun konsentrasi saat belajar.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar

dapat di komunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antara variabel baik variabel yang diteliti maupun yang

tidak diteliti. Kerangka konsep akan membantu peneliti

menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2016).

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, baik itu dari

latar belakang dan tinjauan pustaka, dalam penelitian terdapat

beberapa variable yang akan diteliti antara lain:

1. Usia menarche
2. Tingkat nyeri haid
3. Lama nyeri haid Nyeri Haid
4. Penanganan
5. Dampak pada aktivitas belajar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


20

C. Penelitian Terkait

1. Dalam penelitiian Hesti Lestari, Jane Metusala, Diana Yuliani

Suryanto tahun 2010 dengan judul Gambaran Dismenorea pada

Remaja Putri Sekolah Menengah Pertama di Manado. Tujuan

penelitian untuk Mengetahui gambaran dismenore pada remaja

putri di SMPN 3 Manado. Penelitian ini murupakan penelitian

dengan desain studi deskriptif potong lintang, pengambilan sampel

secara konsekutif dilakukan pada bulan September 2009, dengan

menggunakan kuesioner. Subjek penelitian adalah siswi SMPN 3

Manado yang sudah menstruasi. Data dianalisis dengan program

SPSS versi 17.0. hasil uji didapatkan Dua ratus dua responden

masuk dalam penelitian, 199 responden (98,5%) di antaranya

pernah mengalami dismenorea. Sebagian besar responden

(94,5%) mengalami nyeri ringan dan 40,7% remaja putri mengalami

dismenorea disertai dengan gejala penyerta. Meski merupakan

suatu masalah, 82% remaja hanya membiarkan saja saat nyeri

timbul atau hanya minum air hangat dan menekan bagian yang

sakit (40,2%), dan hanya 5,5% berobat ke dokter. Para remaja

mencari pertolongan ke orangtua (37,2%) mengenai masalah yang

timbul dan hanya 6,9% dari remaja putri yang mencari pertolongan

ke dokter. Sumber informasi tentang dismenorea sebagian besar

berasal dari teman wanita (76,7%) dan orangtua (14,4%).

2. Dalam penelitian TA Larasati dan Faridah Alatas tahun 2016

dengan judul Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore


21

Primer pada. Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja

adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah perut. Rasanya

sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah marah,

gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan, perut

kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat,

tegang, lesu, dan depresi. Terdapat beberapa factor risiko yang

memengaruhi terjadinya dismenore. Dalam beberapa literatur faktor

risiko yang sering berkaitan dengan dismenore yaitu menarke usia

dini, riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, indeks masa

tubuh yang tidak normal, kebiasaan memakan makanan cepat saji,

durasi perdarahan saat haid, terpapar asap rokok, konsumsi kopi

dan alexythimia.

3. Dalam penelitian Sandra Pebrianti dan Fatmah Rinjani Muslim

tahun 2018 dengan judul gambaran upaya remaja putri dalam

mengatasi dismenorea di smk ybkp3 tarogong kidul garut tahun

2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

upaya remaja putri dalam upaya mengatasi dismenorea di SMK

YBKP3 Tarogong Kidul Garut Tahun 2016. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif, yang akan menggambarkan keadaan

nyata di lapangan secara sistematik dan akurat menyangkut fakta-

fakta dari objek penelitian serta pengamatan terhadap akibat yang

terjadi dan mencari fakta yang mungkin menjadi penyebabnya

melalui data tertentu, dengan sampel 52 siswi. Hasil penelitian

sebagian responden (50,0%) mengalami kejadian dismenorea pada


22

kategori nyeri berat, upaya untuk mengatasi dismenorea dilakukan

dengan kompres air hangat oleh sebagian besar responden

(57,7%), beristirahat atau tidur dilakukan oleh sebagian besar

responden (51,9%) dan pemijatan (51,9%).

4. Dalam penelitian Indri Kusuma Dewi dan Bambang Yunianto Tahun

2018 dengan judul pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri

haid pada siswi sma n 1 jatinom klaten. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang jamu sebagai

pereda nyeri haid pada siwi SMA N 1 Jatinom Klaten. Metode

Penelitian ini adalah mengunakan jenis penelitian deskriptif. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive,

dengan jumlah sampel 76 responden. Teknik pengambilan data

dengan angket menggunakan pertanyaan tertutup. Hasil Penelitian

di dapat pengetahuan tentang jamu sebagai pereda nyeri haid pada

siswi SMA N 1 Jatinom Klaten masuk dalam kategori sangat baik

sebanyak 1,32%, kategori baik sebanyak 50,00%, kategori tidak

baik sebanyak 47,36%, dan kategori sangat tidak baik sebanyak

1,32%.

5. Dalam penelitian Ratna Ningsih, Setyowati, Hayuni Rahmah tahun

2013 dengan judul efektivitas paket pereda nyeri pada remaja

dengan dismenore. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi

efektifitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja

dengan dismenore. Penelitian ini merupakan penelitian quasi

eksperimental, dengan posttest only with control group design.


23

Total sampel adalah 64 responden. Instrument penelitian yang

digunakan adalah kuisioner. Analisi data dengan Chi-Square. Hasil

uji didapatkan bahwa kelompok remaja dengan paket pereda

(minujm air putih dan abdominal stretching exercise) mempunyai

peluang 14,339 kali dapat menurunkan intensitas nyeri haid

dibandingkan kelompok kontrol setelah dikontrol oleh kecemasan

dan keletihan (95% CI: 2,595-79,247). Dengan kata lain paket

pereda efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja

dengan dismenore setelah dikontrol oleh kecemasan dan keletihan.

6. Dalam penelitian Dewi Kurniawati, Yuli Kusumawati tahun 2011

dengan judul pengaruh dismenore terhadap aktivitas pada siswi

smk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

dismenore terhadap aktivitas siswi. Penelitian analitik observasional

dengan pendekatan rancangan cross sectional. Populasi sasaran

perempuan usia SMA. Populasi sumber adalah 740 siswa

perempuan, meliputi siswa kelas 1 dan 2 yang ada di SMK Batik 1

Surakarta. Penentuan jumlah sampel penelitian sebanyak 85.

Sampel dipilih secara simple random sampling. Pengukuran

dilakukan dengan cara wawancara. Analisi data dengan Chi-

Square. Hasil uji Chi-Square dapat dinilai p = 0,059, dapat diartikan

bahwa peristiwa dismenore berpengaruh terhadap aktivitas siswa.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode atau model yang digunakan

peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah

terhadap jalannya penelitian (Dr. Kelana kusuma dharma, 2011).

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif

yaitu menggambarkan karakteristik mahasisiwi yang mengalami nyeri

seperti usia menarche, tingkat nyeri, lama nyeri, penanganan saat

mengalami nyeri haid serta dampak pada aktivitas belajar.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan april s/d mei 2019.

2. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di kampus Stikes Panrita Husada

Bulukumba

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2014).

24
25

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi yang

biasa mengalami nyeri saat haid di stikes panrita husada

bulukumba sebanyak 237 mahasiswi.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Jumlah sampel yang

diambil oleh peneliti adalah 96 yang mengalami nyeri saat haid.

Penentuan jumlah sampel untuk penelitian ini dengan

menggunakan rumus (Dahlan, 2016):

𝑍𝛼²𝑃𝑄
𝑛=
𝑑²

1,96². 0,5.0,5
𝑛=
0,10²

𝑛 = 96

Keterangan:

Zα = Deviat baku alpha ditetapkan 5% yaitu 1,96

P = Proporsi yaitu 0,5

Q = 1 – P: 1 – 0,5 : 0,5

d = Presisi ditetapkan sebesar 10%

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dengan

metode purposive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel

yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang

ditentukan oleh peneliti (Dr. Kelana kusuma dharma, 2011).


26

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai atau sifat dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti atau dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Adapun variabel pada penelitian ini

adalah usia menarche, tingkat nyeri haid, lama nyeri haid, penanganan

nyeri haid dan dampak pada aktivitas belajar.

E. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisiskan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Defenisi

operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran

dalam penelitian (Hidayat, 2014).

Adapun definsi operasinal dalam penelitian ini adalah

1. Usia menarche adalah usia responden saat pertama kali

mengalami nyeri haid.

a. Alat ukur : Lembar Observasi

b. Skala ukur : Nominal

2. Lama nyeri haid adalah rentang waktu nyeri yang biasa dirasakan

responden saat mentruasi.

a. Alat ukur : Lembar Observasi

b. Skala ukur : Nominal


27

3. Penanganan saat nyeri haid adalah suatu upaya yang dilakukan

untuk mengatasi nyeri saat menstruasi baik secara farmakologi

maupun non farmakologi.

a. Alat ukur : Lembar Observasi

b. Skala ukur : Nominal.

4. Tingkat nyeri haid adalah kualitas nyeri yang dirasakan saat

mengalami nyeri haid dan dikategorikan ringan, sedang dan berat

dengan pengukuran NRS menggunakan NRS (Numeric Rating

Scale)

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7- 10 : Nyeri berat

Alat ukur : Lembar Kuesioner

Skala Pengukuran : Ordinal

5. Dampak pada aktivitas belajar adalah suatu akibat dari nyeri saat

menstruasi yang menganggu proses belajar seperti biasanya.

a. Kriteria objektif

Berdampak : bila mendapatkan skor <5

Tidak berdampak : bila mendapatkan skor >5

b. Alat ukur : Lembar Kuesioner

c. Skala pengukuran : Ordinal.


28

F. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun social yang diamati (Sugiyono, 2017).

Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner (lembar cek list) dan

lembar observasi.

1. Instrument penelitian untuk variabel usia menarche, lama nyeri haid

dan penanganan nyeri haid adalah lembar observasi.

2. Instrument penelitian untuk variabel tingkat nyeri adalah lembar

kuesioner, Skala ukur penelitian yaitu dengan menggunakan NRS

menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7- 10 : Nyeri berat

3. Instrument penelitian untuk variabel dampak aktivitas belajar

adalah lembar kuesioner, Skala ukur penelitian yaitu dengan

menggunakan skala gutman dengan skor 0 (tidak), skor 2 (ya).

G. Tehnik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Proses kegiatan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan

secara akademis, kemudian penelitian mempersiapkan surat

permohonan ijin untuk melakukan penelitian di stikes panrita

husada bulukumba.
29

2. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan kesepakatan dengan

calon responden.

3. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan

penelitian

4. Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta menanda

tangani informed consent sebagai bentuk persetujuan menjadi

responden.

5. Memberikan waktu selama 10-15 menit kepada responden untuk

mengisi kuesioner.

6. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah disi kepada

penelitiuntuk kemudian diolah dan dianalisis dalam program

komputer.
30

H. Alur Penelitian

Proposal penelitian

Populasi: semua mahasiswi yang biasa mengalami


nyeri saat haid di stikes panrita husada bulukumba
sebanyak 237 mahasiswi.

Sampel : purposive sampling adalah suatu


metode pemilihan sampel yang dilakukan
berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang
ditentukan oleh peneliti

Instrument penelitian: Observasi dan kuesioner

Izin penelitian

Pengurus izin Stikes Panrita


penelitian Husada
Bulukumba

Pengumpulan data

Variabel
6. Usia menarche
7. Tingkat nyeri haid
8. Lama nyeri haid
9. Penanganan
10. Dampak pada proses belajar

Analisa data :
Univariat

Kesimpulan

Saran

Gambar 3.1 Alur penelitian


31

I. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan

data dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara

umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses

pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan (tabulating)

(Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, 2017).

1. Pengolahan data

a. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah

peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini

menjadi penting karena kenyataannya bahwa data yang

terhimpun kadang kala belum memenuhi harapan peneliti, ada

diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan

bahkan terlupakan.

b. Coding

Setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan

berikutnya adalah mengklasifikasi data-data tersebut melalui

tahapan coding. Maksudnya bahwa data yang telah diedit

tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada

saat dianalisis.

c. Tabulating

Kegiatan untuk membuat tabel data (menyajikan data

dalam bentuk table ) untuk memudahkan analisis data maupun

pelaporan. Tabel data dibuat sesederhana mungkin sehingga


32

informasi mudah ditangkap oleh pengguna data maupun bagi

bagian analisis data

2. Analisis data

Analisis yang digunakan adalah analisis Univariat. Menurut

notoatmodjo 2005 penelitian analisis univariat adalah analisa yang

dilakukan untuk menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian

(Sujarweni, 2014).

Analisa ini untuk melihat distibusi usia menarche, tingkat

nyeri haid, lama nyeri haid, penanganan dan dampak pada proses

belajar pada mahasiswi yang mengalami nyeri haid di stikes panrita

husada bulukumba.

J. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika penelitian dari KNEPK 2012 yang meliputi :

1. Respect For Person

Menghargai harkat martabat mahasisiwi sebagai manusia,

peneliti mempertimbangkan hak-hak mahasisiwi untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilhan dan bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Beneficience
33

Peneliti melaksankan penelitian sesuai dengan prosedur,

peneliti juga mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi mahasisiwi peneltian dan dapat digeneralisasikan

ditingkat populasi.

3. Justice

Penelitian ini dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berprikemanusian dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intinitas, psikologis serta perasaan

religius mahasisiwi.

4. Informed Consent

Merupakan pernyataan kesediaan dari mahasisiwi untuk

diambil datanya dan diikursertakan dalam penelitian. Peneliti

menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan baik mengenai

tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang akan diperoleh,

resiko yang mungkin terjadi dan adanya pilihan bahwa mahasiswi

penelitian dapat menarik diri kapan saja.

K. Jadwal Penelitian

No UraianKegiatan Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 PengajuanJudul
2 ACC Judul
3 Penyusunan Proposal
4 Bimbingan Proposal
5 Ujian Proposal
6 Pelaksanaan penelitian
7 Ujian hasil
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Keterangan :

: Pelaksanaan Proposal

: Proses Penelitian
34

: Pelaksanaan Skripsi

Struktur Organsasi :

Pembimbing Utama : Nadia Alfira, S.Kep, Ns, M.Kep

Pembimbing Pendamping : Haryanti Haris, S.Kep, Ns, M.Kes

Peneliti : Ervina Putri Efendi


35

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kindi, R. & Al-Bulushi, A. 2011. Prevalence And Impact Of


Dysmenorrhoea Among Omani High School Students. Sultan
Qaboos University Medical Journal, 11, 485.

Alosaimi, J. A. 2014. Saudi Intermediate School Girls' Knowledge,


Attitudes And Practices Of Puberty In Taif, Saudi Arabia.
International Journal Of Medical Science And Public Health, 3, 196-
203.
Bustan, M. N. & Seweng, A. Year. Abdominal Stretching Exercise In
Decreasing Pain Of Dysmenorrhea Among Nursing Students. In:
Journal Of Physics: Conference Series, 2018. Iop Publishing,
012103.
Charu, S., Amita, R., Sujoy, R. & Thomas, G. A. 2012. 'Menstrual
Characteristics' And'prevalence And Effects Of Dysmenorrhea'on
Quality Of Life Of Medical Students. International Journal Of
Collaborative Research On Internal Medicine & Public Health, 4,
276.
Dahlan, M. S. 2016. Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan
Kesehatan Jakarta, Epidemiologi Indonesia.

Dewi, I. K. & Yunianto, B. 2018. Pengetahuan Tentang Jamu Sebagai


Pereda Nyeri Haid Pada Siswi Sma N 1 Jatinom Klaten. Jurnal
Kebidanan Indonesia: Journal Of Indonesia Midwifery, 6.
Dr. Heni Setyowati Er, S. K., M.Kes 2018. Akupresur Untuk Kesehatan
Wanita Bebasis Hasil Penelitian Magelang, Unimma Press.
Dr. Kelana Kusuma Dharma, S. K., M.Kes 2011. Metodologi Penelitian
Keperawatan, Jakarat, Tim.

El-Hameed, N. A., Mohamed, M. S., Ahmed, N. H. & Ahmed, E. R. 2011.


Assessment Of Dysmenorrhea And Menstrual Hygiene Practices
Among Adolescent Girls In Some Nursing Schools At El-Minia
Governorate, Egypt. Journal Of American Science, 7, 223.
Fatmawati, W. P. D. S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas,
Yogyakarta, Nuha Medika.
Gagua, T., Tkeshelashvili, B. & Gagua, D. 2012. Primary Dysmenorrhea:
Prevalence In Adolescent Population Of Tbilisi, Georgia And Risk
Factors. Journal Of The Turkish German Gynecological
Association, 13, 162.
36

Hasanah, O. 2014. Efektifitas Akupresur Terhadap Dismenore Pada


Remaja Putri. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau, 1, 1-8.
Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik
Analisis Data, Jakarta Selatan, Salemba Medika.

Iswari, K. D. P. 2014. Hubungan Dismenore Dengan Aktivitas Belajar


Mahasiswi Psik Fk Unud Tahun 2014. Jurnal: Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Kurniawati, D. & Kusumawati, Y. 2011. Pengaruh Dismenore Terhadap


Aktivitas Pada Siswi Smk. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6.

Laili, N. 2012. Perbedaan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum Dan


Sesudah Senam Dismenore Pada Remaja Putri Di Sman 2 Jember.
Larasati, T. & Alatas, F. 2016. Dismenore Primer Dan Faktor Risiko
Dismenore Primer Pada Remaja. Jurnal Majority, 5, 79-84.
Mahdiyah, D., Hidayah, N. & Helvina, E. 2016. Efektivitas Pemberian
Minuman Sari Kunyit Putih Terhadap Penurunan Nyeri Haid
“Disminore” Primer Pada Siswi Kelas Xi Smkn 3 Banjarmasin.
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 7, 45-
55.
Ningsih, R., Setyowati, S. & Rahmah, H. 2013. Efektivitas Paket Pereda
Nyeri Pada Remaja Dengan Dismenore. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 16, 67-76.

Novia, I. & Puspitasari, N. 2008. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi


Kejadian Dismenore Primer. The Indonesian Journal Of Public
Health, 4.
Nursalam 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis, Jakarta, Salemba Medika.

Pebrianti, S. & Muslim, F. R. 2018. Gambaran Upaya Remaja Putri Dalam


Mengatasi Dismenorea Di Smk Ybkp3 Tarogong Kidul Garut Tahun
2016. Holistik Jurnal Kesehatan, 12, 83-91.
Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S. S., M.Si. 2017. Metodelogi Penelitian
Kuantitatif, Jakarta, Kencana.

Puji, A. I. 2009. Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi


Dismenore Pada Remaja Putri Di Smu N 5 Semarang. Retrieved
Octo, 24, 2010.

Rahayu, A. & Sinar Pertiwi, S. P. 2017. Pengaruh Endorphine Massage


Terhadap Rasa Sakit Dismenore Pada Mahasiswi Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Tahun 2017. Jurnal
Bidan, 3, 22-29.
37

Ramadina, S. 2014. Efektifitas Teknik Relaksasi Genggam Jari Dan Nafas


Dalam Terhadap Penurunan Dismenore. Jurnal Online Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 1, 1-8.

Ridwan, M. & Herlina, H. 2016. Metode Akupresur Untuk Meredakan Nyeri


Haid. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 8, 51-56.
Sharon J. Reeder, L. L. M. D. D. K.-G. 2011. Keperawatan Maternitas,
Jakarta, Egc.
Sugiyono 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
Bandung, Alfabeta.
Sugiyono, P. D. 2014. Statistika Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Sugiyono, P. D. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, San R&D,
Bandung, Alfabeta.
Sujarweni, V. W. 2014. Metodelogi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta,
Gava Media.
Trianingsih, N. W., Kuntjoro, T. & Wahyuni, S. 2016. Efektifitas Perbedaan
Efektifitas Terapi Akupresur Dan Muscle Stretching Exercise
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Remaja Putri Dengan Dismenore.
Jurnal Kebidanan, 5, 7-17.

Tse Ching San, E. W., Stephanus Wiran, Haryanto Budi Adan Kiswojo
2017. Ilmu Akupuntur, Jakarta, Ksmf Akupuntur Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo.

Anda mungkin juga menyukai