Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

EKOLOGI PERAIRAN
“BIOGEOKIMIA”

DISUSUN OLEH:
Nadya Namira Adzani 180254244024

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG 2019
SIKLUS BIOGEOKIMIA

PENGERTIAN
Ekosistem merupakan kesatuan dari komponen-komponen biotik dan abiotik yang
saling berinteraksi, sehingga terjadi hubungan timbal balik di dalamnya. Setiap komponen
abiotik disintesis menjadi sebuah bahan organik di dalam tubuh komponen biotik. Materi
abiotik yang merupakan unsur-unsur penyusun bahan organik di dalam tubuh suatu
komponen biotik tidak hilang apabila komponen biotik tersebut mati, melainkan didaur-ulang
kembali melalui beberapa proses reaksi biologis dan reaksi geo-fisik-kimia secara alamiah.
Karena itulah maka proses ini disebut siklus biogeokimia atau biasa disebut juga siklus
organik-anorganik.
Siklus biogeokimia yang terjadi di alam dapat berupa silkus hidrologi/air, siklus
oksigen dan karbon, siklus nitrogen, dan siklus materi (mineral) yang berupa unsur-unsur
hara.

SIKLUS HIDROLOGI
Air (H2O) merupakan sumber daya terbatas, padahal air diperlukan mutlak untuk
mendukung keterlanjutan kehidupan di bumi dan juga sangat penting bagi semua sektor
sosio-ekonomi. Dari seluruh jumlah air yang ada di bumi sebanyak 1360 juta km3 , hanya
0.3251%v yang bersifat tawar berupa air sungai, air danau, air tanah, dan air bumi sampai
jeluk 800 m, sedangkan 97,2%v berupa air laut dan sisanya 2,15%v berada dalam bentuk
selubung es dan gletser.
Salah satu fenomena yang berkaitan dengan air di seluruh bumi dan dipelajari dalam
kajian ilmu pengetahuan adalah siklus hidrologi siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan
perputaran air di atmosfer dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal.
Hal ini menunjukkan bahwa volume air di permukaan bumi sifatnya tetap. Meskipun tetap
dengan perubahan iklim dan cuaca mengakibatkan volume air dalam bentuk tertentu berubah,
tetapi secara keseluruhan volume air adalah tetap. Siklus air secara alami berlangsung cukup
panjang dan cukup lama. Sulit untuk menghitung secara tepat berapa lama air menjalani
siklusnya, karena sangat tergantung pada kondisi geografis, pemanfaatan oleh manusia dan
sejumlah faktor lain.
Siklus air atau siklus hidrologi melewati beberapa proses secara umum, yakni
evaporasi, transpirasi, kondensasi dan presipitasi.
Evaporasi
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki
cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan
mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir.
Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil
kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, seperti: danau,
sungai, dan lahan yang basah lainnya.

Transpirasi (penguapan dari tumbuhan)


Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tumbuhan melalui sebuah proses yang
dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif melepaskan uap air 5
sampai 10 kali dari banyak air yang dapat ditahannya.
Kondensasi
Ketika uap air menguap, melalui arus udara/angin awan-awan itu berkumpul di suatu
tempat, lalu kemudian akibat tekanan udara terjadi peubahan suhu yang mengakibatkan awan
tersebut berkondensasi atau menjadi jenuh air dan dapat turun sebagai hujan (Presipitasi)
Presipitasi
Presipitasi merupakan pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail), yang
bergantung pada suhu di sekitarnya.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke


atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda:
• Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
• Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi
kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah
hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
• Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama
dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungaisungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa
seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi :

A. Siklus Pendek / Siklus Kecil

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut
B. Siklus Sedang

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


2. Terjadi kondensasi
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan di permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
C. Siklus Panjang / Siklus Besar

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


2. Uap air mengalami sublimasi
3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat 3
5. Pembentukan awan
6. Turun salju
7. Pembentukan gletser
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
SIKLUS KARBON
Di atmosfer terdapat kandungan Karbon (C) sebanyak 0.03% dalam bentuk gas
Karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di
bawah 5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78°C. Dalam
bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.
Dalam biosfer terdapat sekitar 1900GtC gas karbon dioksida dan oksigen. Karbon
adalah bagian yang penting dalam menunjang kehidupan di bumi, karena karbon berperan
dalam strutur biokimia dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Proses-proses
perpindahan karbon di biosfer sama dengan proses perpindahan karbon di atmosfer, karena
semua proses yang terjadi di atmosfer harus melalui biosfer terlebih dahulu.
Siklus karbon terjadi dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer,
dan atmosfer bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir
sama meskipun hingga kini belum diketahui).

Karbon dapat diambil dari atmosfer dengan berbagai cara, antara lain:
1. Melalui proses fotosintesis Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan
fotosintesis untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat dan
melepaskan oksigen ke atmosfer. Karbon pada proses ini akan banyak di
serap oleh tumbuhan yang baru saja tumbuh atau pepohonan pada hutan
yang sedang di reboisasi sehingga membutuhkan pertumbuhan yang cepat.
12H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O
2. Melalui sirkulasi termohalin Pada permukaan laut di daerah kutub, air laut
menjadi lebih dingin dan karbondioksida lebih mudah larut dalam air.
Karbondioksida yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin
yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat menuju ke dalam
laut. Di laut bagian atas, pada daerah yang poduktivitasnya tinggi
organisme membentuk cangkang karbonat dengan bagian-bagian tubuh
lainnya yang keras. Proses ini menyebabkan aliran karbon menuju ke
bawah.
3. Melalui pelapukan batu silikat Proses ini tidak memindahkan karbon ke
dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer seperti dua proses
sebelumnya. Pelapukan batuan silikat tidak memilki efek yang terlalu besar
terhadap karbondioksida pada atmosfer karena ion karbonat pada
atmosfer yang terbentuk terbawa oleh air laut dan selanjutnya akan
dipakai untuk membuat karbonat laut.

Karbon dapat kembali lagi ke atmosfer dengan beragai cara pula antara
lain:
 Melalui respirasi tumbuhan dan binatang Proses ini merupakan reaksi
eksotermik dan termasuk juga penguraian glukosa menjadi karbohidrat dan
air.
 2. Melalui pembusukan, tumbuhan, dan binatang Jamur dan bakteri
menguraikan senyawa karbon pada tumbuhan dan binatang yang mati dan
mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia aksigen atau menjadi
metana jika tidak tersedia oksigen
 Melalui pembakaran material organik Proses ini berlangsung dengan cara
mengoksidasi karbon yang terkandung pada material organik menjadi
karbondioksida. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak
bumi, dan gas alam akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalam
geosfer, sehingga menyebabkan kadar karbon dioksida di atmosfer semakin
bertambah.
 Melalui produksi semen Salah satu komponen semen yaitu kapur atau kalium
oksida dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur yang akan
menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah banyak.
 Melalui erupsi vulkanik Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan
melepasakan gas ke atmosfer. Gasgas tersebut termasuk uap air, karbon
dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer
hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat
pelapukan batuan silikat.
 Melalui pemanasan permukaan laut Di permukaan laut, ketika air laut
menjadi lebih hangat, karbon dioksida yang larut dalam air akan dilepas ke
atmosfer sebagai uap air
Lautan mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun
demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan
atmosfer. Laut mengandung sekitar 36000 GtC ion karbonat yang merupakan kandungan
umum. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau
karbonhidrogen, adalah penting dalam reaksi yang terjadi pada air. Di ekosistem air,
pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat.
Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka
sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang
mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang
dengan jumlah CO2 di air.
Proses pertukaran karbon antara atmosfer dengan lautan diawali dengan pelepasan
karbon ke atmosfer yang terjadi di daerah upwelling (lautan bagian atas), kemudian pada
daerah downwelling (laut bagian bawah), karbon berpindah dari atmosfer kembali ke
lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk dengan reaksi kimia: CO2
+ H2O → H2CO3
Reaksi tersebut memiliki sifat dua arah untuk mencapai suatu kesetimbangan kimia.
Reaksi lain yang penting dalam mengontrol nilai pH larutan adalah pelepasan ion hidrogen
dan bikarbonat, dimana dapat menyebabkan perubahan yang besar pada pH, yaitu: H2CO3
H + + HCO3 –
Terdapat lebih banyak persenyawaan karbon yang dikenal daripada persenyawaan
unsur lain kecuali hidrogen. Kebanyakan dikenal sebagai zat-zat kimia organik.
Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah mengikat dirinya
sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin, tidak hanya dengan ikatan tunggal, C-C, tetapi
juga mengandung ikatan ganda, C=C atau C≡C.

SIKLUS OKSIGEN
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti
protein, karbohidrat dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik
yang terdapat pada cangkang, gigi dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 digunakan
pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup.
Gas oksigen menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa (sekitar 1015 ton) atmosfer.
Bumi memiliki ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan planet-planet lainnya dalam
sistem tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen yang tinggi di atmosfernya.
Namun, O2 yang berada di planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet
yang menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida. Konsentrasi gas
oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan akibat dari siklus oksigen. Siklus
biogeokimia ini menjelaskan pergerakan oksigen di dalam dan di antara tiga reservoir utama
bumi: atmosfer, biosfer dan litosfer.
Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah fotosintesis. Fotosintesis
melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala respirasi dan proses pembusukan
menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan kesetimbangan, laju produksi dan
konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di atmosfer setiap
tahunnya.
Oksigen bebas juga terdapat dalam air sebagai larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada
temperatur yang rendah memiliki implikasi yang besar pada kehidupan laut. Lautan di sekitar
kutub bumi dapat menyokong kehidupan laut yang lebih banyak oleh karena kandungan
oksigen yang lebih tinggi. Air yang terkena polusi dapat mengurangi jumlah O2 dalam air
tersebut. Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan mengukur kebutuhan oksigen biologis
atau jumlah O2 yang diperlukan untuk mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu
seperti semula
Oksigen secara cepat bersenyawa, membentuk oksida-oksida, seperti dengan karbon
dalam respirasi aerobik atau dengan karbon dan hidrogen dalam perubahan bahan bakar fosil
seperti dengan metana. CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2.
Suatu aspek yang sangat penting dari siklus di stratosfer yaitu proses pembentukan
ozon, O3. Ozon membentuk lapisan tipis di stratosfer yang berfungsi sebagai filter dari
radiasi ultraviolet, dengan demikian dapat menjaga kehidupan di bumi dari kerusakan yang
disebabkan oleh radiasi tersebut.
Siklus Oksigen disempurnakan atau diakhiri ketika unsur Oksigen masuk kembali ke
atmosfer dalam bentuk gas. Hanya ada satu cara yang signifikan dimana hal tersebut terjadi,
yaitu melalui fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan.

SIKLUS NITROGEN
Nitrogen merupakan unsur terbesar yang terdapat di atmosfer, yaitu ±78% dari udara.
Nitrogen di alam umumnya berupa gas terutama dalam bentuk sebagai dinitrogen (N2) dan
dalam jaringan tubuh organisme dalam bentuk asam amino dan asam nukleat. Dalam proses
kehidupan, tumbuhan sebagai produsen hanya mampu menyerap nitrogen dalam bentuk ion
nitrit (NO3 - ) dan amonium (NH4 + ) dari tanah. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi
terutama oleh bakteri (contoh:Marsiella crenatta) yang terdapat pada akar tumbuhan legum,
selain itu dapat juga dilakukan oleh beberapa jenis bakteri (Azotobacter sp. yang bersifat
aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang
biru) juga mampu menambat nitrogen).
Nitrogen yang diikat biasanya akan dirubah ke dalam bentuk amonia. Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi
oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang
akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi
amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara
ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
Nitrogen bebas di udara dalam bentuk N2 dapat dioksidasi oleh karena pengaruh suhu
saat terjadinya proses presipitasi menjadi nitrit (NO3 - ) ataupun amonium (NH4 + ) dan
kemudian turun sebagai air hujan.
SIKLUS FOSFOR
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari
hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan
mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil.
Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan
laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang
terus menerus
Siklus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara yang terbatas
dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh karena itu siklus fosfor
adalah “endogenik”. Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam jumlah besar dalam
mineralmineral yang sedikit sekali larut seperti hidroksiapilit, garam kalsium. Adapun
gambar dari siklus fosfor adalah sebagai berikut:

Fosfor terlarut dari mineral-mineral fosfat dan sumber-sumber lainnya, diserap oleh
tanaman dan tergabung dalam asam nukleat yang menyusun material genetik dalam
organisme. Mineralisasi dari biomassa oleh pembusukan/penguraian mikroba mengembalikan
fosfor kepada larutan garamnya yang kemudian dapat mengendap sebagai bahan mineral.
Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat digunakan sebagai bahan pupuk, industry kimia,
dan “food additives”. Fosfor merupakan salah satu komponen dari senyawa-senyawa sangat
toksik, terutama insektisida organofosfat.

SIKLUS BELERANG

Secara alami, belerang/sulfur terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah.
Ada juga yang berasal dari gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.
Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk
sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Dan melalui proses aerobik tumbuhan mendapat sulfur
dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan
sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas
H2S atau menjadi sulfat lagi.
Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan
senyawasenyawa menjadi unsur-unsur. Dalam daur belerang misalnya, mikroorganisme yang
bertanggung jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
1. H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
3. H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
4. S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik aerobik
dan anaerobik.
Selain itu ada beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain
Desulfomaculum dan Desulfibro yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof aerob seperti
Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh bakteri
kemolitotrof seperti Thiobacillus.

Anda mungkin juga menyukai