Teknik Pembesaran Ikan Patin (Revisi) PDF
Teknik Pembesaran Ikan Patin (Revisi) PDF
OLEH :
DEWI PUTRI PUSPANINGRUM
OLEH
DEWI PUTRI PUSPANINGRUM
NRP. 52164211518
SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui;
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Ikan patin menjadi salah satu ikan penting di dunia dan merupakan salahh setu
jenis ikan air tawar unggulan yang paingbanyak dibudididayakan. Ikan ini memiliki
beberapa keunggulan, antara lain ukurannya besar, pertumbuhannya cepat, mampu
merespons pakan buatan, serta dapat dibudidayakan di berbagai tipe perairan dan
wadah budidaya. Penggermar daging ikan patin terdapat di berbagai negara karena
dagingnya tergolong lezat, mengandung protein tinggi, dan kolesterol rendah.
Karena rasa daging ikan patin yang lezat dan gurih, itu membuat harga
jualnya menjadi tinggi. Kelebihan ini menarik minat dan perhatian paraorang-orang
untuk membudidayakan patin.
Dalam kegiatan pembesaran bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi
Survival Rate (SR) yang tinggi dan menekan angka kematian. Hasil produksi yang
tinggi dilakukan dengan kegiatan teknis yang dimulai dari persiapan wadah,
pemeliharaan benih, pengelolaan pakan, manajemen kualitas air, pengendalian hama
dan penyakit, dan panen disamping itu kegiatan non teknis berupa transportasi dan
pemasaran juga merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi. Oleh karena itu,
penulisan Laporan Integrasi saya adalah dengan judul “Teknik Pembesaran Ikan
Patin Siam (Pangasisus hyphophthalmus) di PT. Ikan Bangun Indonesia
(IWAKE) Ciseeng, Bogor.”
Jakarta, Agustus
Penulis
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal integrasi ini
sesuai dengan program yang telah ditentukan. Proposal Integrasi ini merupakan salah
satu syarat untuk mengikuti praktik Integrasi.
Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Effi A.
Thaib, M.Si dan Ibu Ir. Fitri Aryani, M.M, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahannnya serta bimbingan yang sangat berarti dalam
penyusunan Proposal Praktek Integrasi. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Mochammad Heri Edy, M. S., selaku Ketua Sekolah Tinggi
Perikanan.
2. Ibu Maria Goreti E. K, S.St.Pi., M.MPi., selaku Ketua Jurusan Teknologi
Pengelolaan sumberdaya Perairan.
3. Bapak Suharyadi, S.St.Pi. M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Akuakultur.
4. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan
proposal praktek integrasi ini.
ii
DAFTAR ISI
halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vi
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1. Memahami dan mampu melakukan kegiatan produksi pembesaran ikan patin
siam (Pangasius hyphophthalmus)
2. Mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi kegiatan produksi ikan
patin siam (Pangasius hyphophthalmus)
3. Mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kegiatan produksi ikan patin
siam (Pangasius hyphophthalmus)
untuk pati siam (Pangasius hypophthalms). Warna tubuhnya pada bagian punggung
keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan. Kepala patin
relatif kecil dengan mulut terletak di ujung agak kebawah. Menurut Mahyuddin
(2010), mulut ikan patin agak lebar dan terletak di ujung kepala agak ke bawah (sub-
terminal). Pada sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut/kumis yang berfungsi
sebagai alat peraba pada saat berenang ataupun mencari makan. Keberadaan kumis
menjadi cirri khas dari ikan golongan catfish. Tubuh ikan patin terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Bagian kepala mulai dari ujung mulut sampai
akhir tutup insang. Bagian badan mulai dari akhir tutup insang sampai pangkal sirip
anal. Sementara bagian ekor dimulai dari sirip anal sampai ujung ekor. Sirip gunting
(bercagak) dan simetris.
Khairuman dan Sudenda (2009) mengatakan Ikan patin memiliki 5 sirip, yaitu
sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (ventral fin), sebuah sirip
punggung (dorsal fin), sebuah sirip dubur (anal fin), dan sebuah ekor (caudal fin).
Selain lima sirip tersebutt, patin juga memiliki sirip yang tidak dimiliki ikan lain,
yaitu sirip tambahan (adipose fin) yang terletak diantara sirip punggung dan sirip
ekor. Pada sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 6-7 buah jarijari lunak.
Sirip dubur patin cukup panjang, yakni mulai dari belakang dubur hingga pangkal
sirip ekor srta mempunyai 30-33 jari-jari lunak. Pada sirip pperut terdapat 6 jari-jari
lunak. Sedangkan pada sirip dada terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 12-13 jari-jari
lunak.
Kahayan, dan Kapuas. Pada umumnya, ikan patin memang ditemukan di lokasi-
lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam.
(Rukmana dan Yudirachman, 2016)
Ikan patin sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Dapat bertahan
hidup di kisaran pH 5 sampai dengan 9. Kandungan oksigen (O 2) terlarut dibutuhkan
bagi kehidupan patin berkisar antara 3-6 ppm, sedangkan karbondioksida (CO2) yang
bisa di toleran berkisar antara 9-20 ppm. Suhu air meda pemeliharaan yang optimum
berada dalam kisaran 28-30 ᵒC. (Khairuman, 2008)
Menurut Khairuman dan Sudenda (2009) sebagaimana ikan catfish lainnya,
ikan patin di alam bebas biasanya selalu bersembunyi di dalam liang – liang di tepi
sungai atau kali. Ikan ini baru keluar dari liang persembunyian pada malam hari
setelah hari mulai gelap. Ikan ini lebih banyak menetap di dasar perairan ketimbang
di permukaan, sehingga digolongkan sebagai ikan dasar (demersal).
matang gonad akan bermigrasi mengikuti aliran sungai untuk melakukan perkawinan
di hulu-hulu sungai atau memijah di tempat yang terlindung. Perkembang biakan
patin terjadi secara ovipar (eksternal) yaitu terjadi di luar tubuh. (Mahyuddin, 2010)
B. Ketersediaan Air
- Berasal dari tanah atau permukaan dengan kualitas yang layak atau baik serta
kuantitas yang mencukupi.
- Air untuk pemeliharaan induk dapat menggunakan air sungai atau irigasi dengan
kecerahan >30 cm, karena ikan patin tidak menyukai air yang terlalu jernih.
- Suhu air yang baik adala 26-28˚C.
- Derajat keasaman air pH 6,5-7.
A. Suhu
Menurut Noviantoro dkk., (2017) standar suhu untuk pertumbuhan ikan patin
adalah 28- 31˚C. Mengacu pada yaitu deviasi 3 dari keadaan alamiah, maka kondisi
kualitas ditinjau dari parameter suhu masih dalam batas baku mutu air sesuai
peruntukannya. Suhu yang berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem
metabolisme. Menurut Roro dkk,. (2012) pada kondisi suhu rendah akan berpengaruh
terhadap imunitas atau kekebalan tubuhikan, sedangkan suhu tinggi akan mempercepat
ikan terkena infeksi bakteri. Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degenerasi
sel darah merah sehingga proses respirasi yaitu pernapasan atau pengambilan oksigen
akan terganggu.
Perbedaan suhu malam dan siang hari maksimal 5˚C. Apabila fluktuasi suhu lebih
besar bagi ikan sangat mudah mengalami stress. (Sitanggang dan Gemini, 2013)
B. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena ikan
tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan secara difusi langsung dari udara.
Menurut Yuli dkk., (2017) Tingkat konsumsi oksigen ikan bervariasi tergantung pada
suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas, waktu setelah
pemberian pakan, dan lain sebagainya. Tingkat metabolisme juga bervariasi antar
10
spesies dan dibatasi oleh rendahnya kandungan oksigen yang tersedia. (Buwono &
Nurhasanah, 2018). Pada umumnya, ikan kecil akan mengkonsumsi oksigen per berat
badan lebih banyak dibandingkan ikan besar dari satu spesies. Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh semua jasad untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran
zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
juga untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerob. Menurut
Rukmana dan Yudirachman (2016), kandungan oksigen yang baik untuk budidaya
patin adalah 4 mg/l.
C. pH
Menurut Putra dkk., (2011), Derajat keasaman (pH) yang diperlukan ikan patin
yaitu 6,5-9,0. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan. Derajat
keasaman suatu perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa
yang bersifat asam. Setiawati dkk., (2013).
2.5.6.1 Hama
Hama pada pemeliharaan ikan patin pada hakekatnya adalah predator, yakni
makhluk yang menyerang dan memangsa ikan patin. Sementara penyakit adalah
terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh parasit atau non parasit. (Susanto
dan Amri, 2002)
Hama bersifat sebagai predator yang memangsa. Pada budidaya ikan patin,
kemungkinan serangan hama lebih banyak dialami pada usaha pembesaran ikan
11
2.5.6.2 Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-
infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan
patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi
biasanya timbul karena gangguan organisme patogen. (Wiramiharja dkk, 2018).
A. Penyakit infeksi
1. Parasit
Penyakit parasit yang sering menyerang adalah bintik putih atau white spot.
Penyebabnya adalah parasit Ichtyophthirius multifiliis. Umumnya parasit ini
menyerang benih yang berumur 1-6 minggu. Parasit ini sering dijumpai secara
berkelompok dan berwarna putih di lapisan lendir kulit, sirip, dan lapisan ingsang,
sehingga sering juga disebut penyakit bintik putih Khairuman (2008).
Penanggulangannya dengan menggunakan sistem perendaman dengan garam, dosis
yang digunakan 500-1.500 gr/m3 selama 3 hari berturut-turut serta lakukan pergantian
air setiap hari.
2. Bakteri
Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp dan Pseudomonas sp.
Penyakit ini menyerang bagian perut, dada, dan pangkal sirip disertai dengan
pendarahan Khairuman dan Sudenda, (2009). Ikan patin yang terkena penyakit akibat
bakteri mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaan cukup parah harus
12
segera dimusnahkan (Kahayan & Raya, 2012). Sementara yang terinfeksi, tetapi
belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan, antara lain dengan
merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30-60
menit. (WWF-Indonesia, 2015)
B. Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
Keracunan disebakan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang
berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gejala yang
ditimbulkan apabila keracuanan yaitu ikan terlihat meggapmegap dipermukaan air.
Sedangkan gejala yang terlihat apabila ikan kekurangan gizi yaitu tubuh kurus, kepala
relatif besar dan gerakan kurang lincah. Hadie dkk., (2010)
Dalam budidaya perairan, salah satu masalah yang sering dihadapi pembudidaya
adalah lambatnya pertumbuhan menyebabkan periode pemelihaan untuk
menghasilkan biota budidaya sampai mencapai ukuran tertentu menjadi lama.
Sementara itu, selama didalam wadah pemeliharaan, biota budidaya membutuhkan
sejumlah pakan untuk tumbuh sampai mencapai ukuran panen (Ghufran, 2009).
Sampling ikan dilakukan dua minggu sekali dengan mengambil ikan acak 10%
dari populasi atau minimal 30 ekor . Ikan diukur panjang total dan berat per ekor
sebelum di ukur ikan dibius terlrbih dahulu untuk memudahkan dalam pengukuran.
Aapabila terjadi kematian ikan pemeliharaan selama di pembesaran perlu di catat, hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai SR (tingkat kelulusan hidup) selama
pemeliharaan. Laju perutumbuhan ikan per hari/bulan biasanya dinyatan dalam
gram/kg dipengaruhi oleh jenis pakan, jumlah dan mutu pakan (Khairuman, 2007).
13
Proyeksi laba/rugi dibentuk dalam jangka waktu tertentu untuk melihat prospek
keuangan dari usaha/proyek yang direncanakan. Dengan adanya proyeksi Laba/Rugi
dapat diketahui posisi keuangan di masa yang akan datang, disamping itu dapat
digunakan sebagai pedoman/indikator bagi pengusaha dalam menjalanan
usaha/proyek (Subagyo, 2007)
masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara
visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”.
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming setiap kategori
mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab
tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah
kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan. Sebab-sebab ditulis
dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis.
4. Mengkaji dan menyapakati sebab-sebab yang paling mungkin Setelah setiap
kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua sebab- sebab
dan sub-subnya. Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu
kategori, kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
16
Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan praktek integrasi ini
adalah metoda observasi yaitu ikut dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan
pembesaran ikan patin siam. Penggunaan data yang dikumpulkan berupa data primer
dan data sekunder.
Data primer ialah data yang didapat dari hasil pengamatan secara langsung di
tempat/lokasi prektek tersebut yang terdiri dari pemilihan lokasi, persiapan wadah,
persiapan media, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, pengamatan
pertumbuhan, penebaran benih, pengamatan kesehatan ikan dan panen.
Tabel 4. Data Primer
Waktu dan
No Jenis Rincian Data Metode Lokasi
Frekuensi
Lanjutan
Tabel 4. Data Primer
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Wadah :
- Ukuran (panjang, lebar,
kedalaman, kemiringan
dasar) - Pengukuran - Sekali selama - PT. Ikan
Persiapan
2. - Konstruksi - Wawancara praktik, awal Bangun
Wadah
- Jenis Kolam
- Proses persiapan - Pengamatan Pemeliharaan Indonesia
Selama praktik,
- Jenis pakan
- Pengukuran -dan - PT. Ikan
Pengelolaan - Dosis pakan
5. - Wawancara Selama Bangun
Frekuensi pemberian
pakan - pakan
- Pengamatan pemeliharaan Indonesia
- Penyimpanan pakan
- Pengamatan
dilakukan
- pH - Pengukuran
sepanjang
- Suhu menggunakan
pemeliharaan - PT. Ikan
alat ukur dari
masing-masig
Suhu dan pH
- DO indikator
6. Kualitas air - diukur Bangun
- Nitrit setiap hari Indonesia
19
Lanjutan
Tabel 4. Data Primer
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
- Nitrat
- DO, Nitrit, Nitrat,
- Ammonia
Ammonia diukur 1
minggu sekali
Waktu dan tempat
- terserang - PT. Ikan
Pengamatan - Pengamatan - Selama waktu
7. - Gejala klinis Bangun
Kesehatan
Ikan - Identifikasi, dan diagnosa secara visual pemeliharaan Indonesia
- Pengukuran
- SR
Dengan - PT. Ikan
- Mortalitas - Dilakukan setiap 1
Pengamatan menggunaka
8. Pertumbuhan n Bangun
- Pertambahan bobot dan minggu sekali
Sampling Indonesia
Panjang
- Pengamatan
Faktor teknis mencakup segala bentuk faktor yang mempengaruhi secara langsung
terhadap keberhasilan atau kegagalan dari suatu kegiatan budidaya sperti sumber air,
jenis tanah, pengelolaan limbah, dan kualitas air
adalah media hidup untuk tumbuh dan berkembang serta melakukan aktivitas.
Dalam mengambil data persiapan media pemeliharaan metode kerjanya adalah :
a. Mengamati lokasi sumber air dan kondisi kualitas air pada sumber air
b. Menelusuri alur saluran air dari sumber air hingga ke lokasi budidaya
c. Melakukan kegiatan desinfektan dengan cara mengamati bahan desinfektan
yang digunakan, menghitung dosis bahan, mengetahui cara desinfektan, dan
menentukan waktu untuk melakukan desinfektan.
d. Memberikan skala ukuran tinggi pada kolam sehingga ketika pengisian air
dapat mengatahui berapa ketinggian air. Dan skala dapat membantu
mengetahui berapa volume air yang di ganti dan berapa volume jumlah air baru
yang masuk setiap pergantian air.
b. Dosis pakan harian dapat diketahui dengan cara dari dosis frekuensi rate yang
ada dengan bobot biomassa ikan lalu dikalikan dengan frekuensi jumlah
pemberian pakan per harinya.
c. Cara pemberian pakan dapat mengikuti kegiatan yang terdapat di lokasi
praktek.
d. Feed Convertion Ratio (FCR) data yang dibutuhkan berupa jumlah pakan yang
habis selama pemeliharaan dan bobot biomassa ikan pada akhir masa
pemeliharaan.
4. Nitrit
a. Dengan menggunakan test nitrit.
b. Catat hasilnya
5. Nitrat
a. Dengan menggunakan test nitrat
b. Catat hasilnya
6. Ammoniak
a. Ammonia diamati dengan menggunakan test kit ammonia dengan reagen yang
digunakkan adalah Ammonia Reagent dan Nessler reagent.
b. Catat hasilnya
a. Melihat secara visual pergerakkan ikan yang dipelihara, apabila ada ikan yang
mengalami pergerakan ikan yang berbeda dengan yang lainnya maka ikan
tersebut dipindahkan.
b. Memisahkan ikan yang terinfeksi penyakit akan dipisahkan ke wadah terpisah.
c. Melakukan perlakuan terhadap ikan sakit dengan metode perendaman dengan
kadar salinitas yang berbeda dengan media yang dipelihara sebelumnya.
Nt
SR (%): × 100%
NO
Dimana:
SR = Kelangsungan Hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
3. Biomassa
Rumus yang digunakan untuk menghitung berat total dari keseluruhan populasi.
(Elpawati dkk., 2016)
Biomassa (kg) = ABW x Jumlah populasi
Rumus ini digunakan untuk menghitung jumlah pakan yang dibutuhkan per satu
hari. (Iskandar dan Elrifadah, 2015)
F/D (%) = Biomassa (kg) x FR (%)
27
1. Analisa laba/rugi
Nilai penerimaan
B/C Ratio (Kotor) = Total biaya
Keterangan :
B/C Ratio < 1Tidak layak
B/C Ratio = 1, titik impas
B/C Ratio > 1, layak untuk usaha
Biaya tetap
BEP Unit = P
Harga −biayavariabel
unit
Investasi awal
PP (tahun) = Procced tahunan × tahun
Analisa data diawali dengan kegiatan pengelolaan data yang meliputi tabulasi
dan sortasi data. Setelah ditabulasikan data dipilih selanjutnya data diolah. Hasil
pengolahan data disajikan secara kuantitatif dalam bentuk tabel maupun dalam
bentuk gambar grafik. Selanjutnya data di analisis dan di kaji lebih mendalam
mengarah kepada tujuan yang telah diterapkan.
3.6.1 Deskriptif
Hasil pengamatan dan pengukuan selama kegiatan praktek pembenihan ikan
patin dibahas secara sistematis selanjutnya menjelaskan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan saat praktek dan menganalisa dengan menggunakan metode fishbone
dan cara membandingkan dengan litelatur yang berkaitan dengam pembesaran ikan
patin siam serta ditunjang dengan hasil wawancara oleh pihak yang ada dilapangan.
Man). Analisis pembesaran ikan patin dibatasi pada kesesuaian lokasi, persiapan
wadah dan medi, penebaran benih, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air,
pengendalian hama dan penyakit, dan panen. Adapun langkah kerja yang diambil
untuk menidentifikasi masalah adalah:
1. Memahami dan mengikuti kegiatan berdasarka Standar Operasional Prosedur
(SOP).
2. Mengikuti seluruh kegiatan pembesaran ikan patin.
3. Meinventaris alat dan bahan yang digunakkan.
4. Menemukan masalah atau gangguan dalam kegiatan pembesaran.
29