Anda di halaman 1dari 42

TEKNIK PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)

DI PT. IKAN BANGUN INDONESIA (IWAKE) CISEENG BOGOR

PROPOSAL PRAKTIK INTEGRASI

OLEH :
DEWI PUTRI PUSPANINGRUM

SEKOLAH TINGGI PERIKANAN


2019
TEKNIK PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)
DI PT. IKAN BANGUN INDONESIA (IWAKE) CISEENG BOGOR

OLEH
DEWI PUTRI PUSPANINGRUM
NRP. 52164211518

Proposal Praktik Integrasi


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Praktik Integrasi
Pada Sekolah Tinggi Perikanan

SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Teknik Pembesaran Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) di PT.


Bangun Indonesia, Ciseeng Bogor

Nama/Nrp : Dewi Putri Puspaningrum/ 52164211518

Program Studi : TeknologiAkuakultur

Jurusan : Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Menyetujui;

Ir. Effi A. Thaib, M.Si Ir. Fitri Aryani, M.M


Pembimbing Pembimbing

Maria GoretiEny K., S.St.Pi, M.MPi Suharyadi, S.St.Pi. M.Si


Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR

Ikan patin menjadi salah satu ikan penting di dunia dan merupakan salahh setu
jenis ikan air tawar unggulan yang paingbanyak dibudididayakan. Ikan ini memiliki
beberapa keunggulan, antara lain ukurannya besar, pertumbuhannya cepat, mampu
merespons pakan buatan, serta dapat dibudidayakan di berbagai tipe perairan dan
wadah budidaya. Penggermar daging ikan patin terdapat di berbagai negara karena
dagingnya tergolong lezat, mengandung protein tinggi, dan kolesterol rendah.
Karena rasa daging ikan patin yang lezat dan gurih, itu membuat harga
jualnya menjadi tinggi. Kelebihan ini menarik minat dan perhatian paraorang-orang
untuk membudidayakan patin.
Dalam kegiatan pembesaran bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi
Survival Rate (SR) yang tinggi dan menekan angka kematian. Hasil produksi yang
tinggi dilakukan dengan kegiatan teknis yang dimulai dari persiapan wadah,
pemeliharaan benih, pengelolaan pakan, manajemen kualitas air, pengendalian hama
dan penyakit, dan panen disamping itu kegiatan non teknis berupa transportasi dan
pemasaran juga merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi. Oleh karena itu,
penulisan Laporan Integrasi saya adalah dengan judul “Teknik Pembesaran Ikan
Patin Siam (Pangasisus hyphophthalmus) di PT. Ikan Bangun Indonesia
(IWAKE) Ciseeng, Bogor.”

Jakarta, Agustus

Penulis

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal integrasi ini
sesuai dengan program yang telah ditentukan. Proposal Integrasi ini merupakan salah
satu syarat untuk mengikuti praktik Integrasi.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Effi A.
Thaib, M.Si dan Ibu Ir. Fitri Aryani, M.M, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahannnya serta bimbingan yang sangat berarti dalam
penyusunan Proposal Praktek Integrasi. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Mochammad Heri Edy, M. S., selaku Ketua Sekolah Tinggi
Perikanan.
2. Ibu Maria Goreti E. K, S.St.Pi., M.MPi., selaku Ketua Jurusan Teknologi
Pengelolaan sumberdaya Perairan.
3. Bapak Suharyadi, S.St.Pi. M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Akuakultur.
4. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan
proposal praktek integrasi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak


kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak, khususnya untuk para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi ...................................................................... 3
2.2 Habitat dan Penyebaran .......................................................................... 4
2.3 Tingkahlaku dan kebiasaan makan ......................................................... 5
2.4 Siklus Hidup .......................................................................................... 5
2.5 Teknik Pembesaran Ikan Patin (Pangasius hyphophthalmus) ................. 6
2.6 Analisis Fishbone................................................................................... 13
III. METODE PRAKTIK................................................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 16
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 17
3.4 Metode Kerja ......................................................................................... 19
3.5 Metode Pengolahan Data........................................................................ 24
3.6 Metode Analisis Data ............................................................................. 28
IV. RENCANA KEGIATAN DAN BIAYA....................................................... 29
4.1 Rencana Kegiatan Praktik ...................................................................... 29
4.2 Biaya Praktik ......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 31
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Morfologi Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)................................. 3


Gambar 2. Diagram Fishbone ................................................................................ 14

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Syarat Kualitas Air ................................................................................... 9


Tabel 2. Alat yang digunakan................................................................................. 16
Tabel 3. Bahan yang digunakam ............................................................................ 17
Tabel 4. Data Primer .............................................................................................. 18
Tabel 5. Rencana Kegiatan ..................................................................................... 31

v
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Persiapan Wadah ................................................................................ 36


Lampiran 2. Seleksi Benih ..................................................................................... 37
Lampiran 3. Pengelolaan Pkan dan FCR ................................................................ 38
Lampiran 4. Grading dan Sampling Ikan ................................................................ 39
Lampiran 5. Pengelolaan Kualitas Air .................................................................... 40
Lampiran 6. Monitoring Kesehatan Ikan ................................................................ 41
Lampiran 7. Monitoring Pertumbuhan Ikan ............................................................ 42
Lampiran 8. Panen dan Pasca Panen ...................................................................... 43

vi
1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ikan Patin Siam (Pangasius hyphophthalmus) dikenal sebagai komoditi yang


berprospek cerah. Rasa dagingnya yang lezat dan gurih mengakibatkan harga jualnya
tinggi. Hal in lebih dulu menaik minat dan perhatian para pengusaha untuk
membudidayakan ikan asli perairan Indonesia ini. Me;ihat kondisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa sesungguhnya budidaya ikan patin sangat memiliki prospek
yangnyata. Apalagi ikan tersebut kini sangat di gemari masyarakat dunia, sehingga
memiliki peluang ekspor yang tinggi. (Dewi, 2011)
Secara alami, di Indonesia ikan patin banyak ditemukan di perairan umum
terutama di sungai-sungai besar yang terdapat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan,
waduk dan muara-muara sugat. Selain hidup di perairan umum, untuk saat ini ikan
patin sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat melalui metoda budidaya baik itu
dengan menggunakan kolam pekarangan, kolam tanah, keramba jaring apung, dan
kerampa tancap. (Sitanggang dan Gemini, 2013)
Ikan patin juga berpotensi untuk dijadikan andalan ekspor dari komoditas
akuakultur. Ikan yang tidak bersisik ini sekilas mirip dengan ikan lele, sebab itu patin
masuk dalam katagori Catfish. Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang istimewa untuk dibudidayakan. Sebab ia memiliki beberapa kelebihan, yaitu,
pertama ikan patin terkenal sebagai ikan yang memiliki nafsu makan tinggi. Kedua,
dalam budidaya ikan patin tidak diperlukan perairan yng mengalir. Patin bisa hidup
denga tangguh pada beberapa kondisi yang cukup ekstrim. Ketiga, perkembangbiakan
patin sangatlah cepat, dan melimpah.
2

1.2 Tujuan
1. Memahami dan mampu melakukan kegiatan produksi pembesaran ikan patin
siam (Pangasius hyphophthalmus)
2. Mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi kegiatan produksi ikan
patin siam (Pangasius hyphophthalmus)
3. Mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kegiatan produksi ikan patin
siam (Pangasius hyphophthalmus)

1.3 Batasan Masalah


1. Teknik pembesaran ikan patin siam (Pangasius hyphophthalmus) yang
meliputi: Pemilihan lokasi, persiapan wadah, persiapan media, penebaran
benih, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, pengamatan kesehatan
ikan, pengamatan pertumbuhan dan panen.
2. Mengidentifikasi permasalahan kegiatan produksi dengan menggunakan
analisis fishbone.
3. Analisis finansial yang meliputi: Laba/Rugi, Break Even Point (BEP), Benefit
Cost Ratio (B/C Ratio) dan Payback Periode (PP)
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)


Menurut Rukmana dan Yudirachman (2016), kedudukan ikn patin siam
(Pangasius hypophthalmus) dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleosei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluriodea
Famili : Schilbeidae (Pangasdae)
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius Ham, Buch
Nama Lokal : Ikan Patin

Gambar 1. Morfologi Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalms) (BSNI, 2000)


Menurut Ghufran & Kordi (2010) ikan patin mempunyai bentuk tubuh
memanjang, agak pipih dan tidak bersisik. Panjang tubuhnya dapat mencapai 150
4

untuk pati siam (Pangasius hypophthalms). Warna tubuhnya pada bagian punggung
keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan. Kepala patin
relatif kecil dengan mulut terletak di ujung agak kebawah. Menurut Mahyuddin
(2010), mulut ikan patin agak lebar dan terletak di ujung kepala agak ke bawah (sub-
terminal). Pada sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut/kumis yang berfungsi
sebagai alat peraba pada saat berenang ataupun mencari makan. Keberadaan kumis
menjadi cirri khas dari ikan golongan catfish. Tubuh ikan patin terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Bagian kepala mulai dari ujung mulut sampai
akhir tutup insang. Bagian badan mulai dari akhir tutup insang sampai pangkal sirip
anal. Sementara bagian ekor dimulai dari sirip anal sampai ujung ekor. Sirip gunting
(bercagak) dan simetris.
Khairuman dan Sudenda (2009) mengatakan Ikan patin memiliki 5 sirip, yaitu
sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (ventral fin), sebuah sirip
punggung (dorsal fin), sebuah sirip dubur (anal fin), dan sebuah ekor (caudal fin).
Selain lima sirip tersebutt, patin juga memiliki sirip yang tidak dimiliki ikan lain,
yaitu sirip tambahan (adipose fin) yang terletak diantara sirip punggung dan sirip
ekor. Pada sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 6-7 buah jarijari lunak.
Sirip dubur patin cukup panjang, yakni mulai dari belakang dubur hingga pangkal
sirip ekor srta mempunyai 30-33 jari-jari lunak. Pada sirip pperut terdapat 6 jari-jari
lunak. Sedangkan pada sirip dada terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 12-13 jari-jari
lunak.

2.2 Habitat dan Penyebaran


Menurut sebagian kalangan menyebutkan bahwa ikan patin berasal dari
perairan air tawar kawasan Asia Tenggara. Habitat ikan patin terdapat di sungai-
sungai besar dan muara sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Di
Indonesia,penyebaran geografis ikan patin cukup luas, hamper mencakup seluruh
wilayah. Secara alami, ikan ini banyak di temukan di sungai-sungai besar dan berair
tenang di Sumatra, seperti Sungai Way Rarem, Musi Batanghari, dan Indragiri.
Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito,
5

Kahayan, dan Kapuas. Pada umumnya, ikan patin memang ditemukan di lokasi-
lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam.
(Rukmana dan Yudirachman, 2016)
Ikan patin sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Dapat bertahan
hidup di kisaran pH 5 sampai dengan 9. Kandungan oksigen (O 2) terlarut dibutuhkan
bagi kehidupan patin berkisar antara 3-6 ppm, sedangkan karbondioksida (CO2) yang
bisa di toleran berkisar antara 9-20 ppm. Suhu air meda pemeliharaan yang optimum
berada dalam kisaran 28-30 ᵒC. (Khairuman, 2008)
Menurut Khairuman dan Sudenda (2009) sebagaimana ikan catfish lainnya,
ikan patin di alam bebas biasanya selalu bersembunyi di dalam liang – liang di tepi
sungai atau kali. Ikan ini baru keluar dari liang persembunyian pada malam hari
setelah hari mulai gelap. Ikan ini lebih banyak menetap di dasar perairan ketimbang
di permukaan, sehingga digolongkan sebagai ikan dasar (demersal).

2.3 Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan


Larva dan benih ikan patin memakan plankton (fitoplankton dan
zooplankton). Larva patin baru mulai memangsa pakan dari luar setelah cadangan
makanan berupa kuning telurnya habis, anntara lain Brachionus calicyflorus
Synchaeta sp, Notholca sp, Polyarthra platypera, Hexartra mira, Brachinous
angularis, Asplanchana sp, Goncchilus sp, Filina sp, Brachionus angularis, Kretella
cochlearis, dan Kratella quadrata. Benih yang berukuran lebih besar sehingga
menjadi ikan muda memakan Paramaecium, larva Artemia, cladocera (Moina sp, dan
lain-lain), Gopepoda, dan sebagainya. (Ghufran dan Kordi, 2010)

2.4 Siklus Hidup


Di alam, patin memijah di awal atau sepanjang musim hujan. Hal ini
berhubungan dengan bertambahnya volume air. Biasanya terjadi pada musim hujan,
meningkatnya kualitas air, serta ketersediaan jasad renik (pakan alami). (Putra dkk.,
2011). Pada musim hujan terjadi peningkatan kedalaman air yang dapat merangsang
ikan patin memijah. Pada kondisi demikian, induk jantan dan betina yang telah
6

matang gonad akan bermigrasi mengikuti aliran sungai untuk melakukan perkawinan
di hulu-hulu sungai atau memijah di tempat yang terlindung. Perkembang biakan
patin terjadi secara ovipar (eksternal) yaitu terjadi di luar tubuh. (Mahyuddin, 2010)

2.5 Teknik Pembesaran Ikan Patin Siam (Pangasius hyphophthalmus)


Pada umumnya, pembesaran ikan berlangsung selama 3-4 bulan dengan kegiatan
pokok meliputi penerapan teknologi tepat guna dalam penyiapan tempat pembesaran,
penebaran benih, pemeliharaan ikan dan panen.
2.5.1 Pemilihan Lokasi
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun dilahan yang landai dengan kemiringan 2-5% sehingga memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi. (Mahyuddin, 2010)
Menurut Rukmana dan Yudirachman (2016) persyaratan lingkungan budidaya
patin perlu memodifikasi ekosistem seperti di habitat alami dengan pendekatan pola
pikit yang ramah lingkungan. Budidaya ikan patin membutuhkan beberapa
persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan. Persyaratan lingkungan budidaya, baik untuk pembenihan atau
pembesaran harus memperhatikan hal-hal berikut:
A. Keadaan Tanah
- Jenis tanah liat atau lempung berpasir, berwarna coklat atau kehitaman, tingkat
keasaman (pH tanah) > 6, dengan tekstrur 50-60% liat atau liat berlempung.
- Lokasi berada di atas lahan stabil dengan kemiringan <10%, dekat sumber air, da
bebas dari gangguan bencana alam, pencemaran, keamanan, dan predator
(khususnya di kolam pendederan).
- Mempunyai aksesibilitas transportasi yan baik dengan mobil atau kendaraan roda
4-6.
- Lokasi sebaiknya dekat dengan pemukiman, perkolaman atau persawahan.
7

B. Ketersediaan Air
- Berasal dari tanah atau permukaan dengan kualitas yang layak atau baik serta
kuantitas yang mencukupi.
- Air untuk pemeliharaan induk dapat menggunakan air sungai atau irigasi dengan
kecerahan >30 cm, karena ikan patin tidak menyukai air yang terlalu jernih.
- Suhu air yang baik adala 26-28˚C.
- Derajat keasaman air pH 6,5-7.

2.5.2 Persiapan Wadah dan Media


Kolam terpal merupakan salah satu alternatif kolam budidaya yang relatif
murah jika dibandingkan kolam lain. Kolam terpal mampu mengatasi berbagai resiko
yang terjadi pada kolam tanah dan beton. Kolam terpal dibuat menggunakan terpal
pebrikan dan di press, sehingga air tidak merembes. Kolam terpal memiliki beberapa
keunggulan antara lain terhindar dari ikan liar yang berpotensi menjadi kompetitor
makanan patin dalam kolam. (Sitanggang dan Gemini, 2013)
Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa di tembok.
Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk
pengeluaran sebaiknya berbentuk monik. (Suryana, 2013)
Menurut Suryaningrum dkk., (2012), kolam di keringkan selama 1-2 minggu
dan sekaligus dibersihkan sebelum digunakan untuk budidaya. Selanjutnya, kolam
dikapur dengan kapur, kemudian dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk
organic atau pupuk kandang. Kolam diisi air dengan kedalaman 10-20 cm dan
dibiarkan menggenang selama 3-5 hari untuk menumbuhkan pakan alami seperti
plankton dna organisme lainnya.

2.5.3 Penyediaan dan Penebaran Benih


Menurut Suryaningrum dkk., (2012) padat penebaran untuk pemeliharaan 6
bulan adalah 5 ekor/m2 dan untuk pemeliharaan 1 tahun adalah 2 ekor/m2. Menurut
Rukmana dan Yudirachman (2016) setelah wadah dan media pemeliharaan untuk
disiapkan, selanjutnya adalah menebar benih. Ukuran benih bervariasi, tergantung
8

kebutuhan. Sebelum ditebarkan, lakukan penyesuaian (aklimatisasi) selama 5-10


menit supaya benih tidak stress. P roses aklimatisasi dilaksanakan dengan cara
menambahkan sedikit demi sdikit air kolam pemeliharaan ke bak atau kantong benih
supaya kualias airnya tetap sama.

2.5.4 Pengelolaan Pakan


Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan.
Efisiensi pemberian pakan menjadi Ferguson dkk., (2001) penting karena sangat
mempengaruhi tingkat keuntungan. Ikan budidaya termasuk patin mempunyai
konversi pakan yang berbeda, tergantung jenis, umur, ukuran ikan, pakan dan kondisi
lingkungan. (Rukmana dan Yudirachman, 2016)
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang
diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan. Jumlah makanan
selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat
diketahui dengan cara menimbannya 5-10 ekor ikan contoh yang di ambil dari ikan
yang dipelihara (sampling).
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap
hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil atau sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur
yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya. (Suryana, 2013)

2.5.5 Pengelolaan Kualitas Air


Menurut Rukmana dan Yudirahman (2016) , parameter kualitas air yang perlu
diperhatikan adalah:
9

Tabel 1. Syarat Kualitas Air Budidaya


No Kriteria Satuan Kisaran
1 Suhu ˚C 28-31 ˚C
2 Ph - 6,5-8
3 Oksigen Terlarut Mg/l <0,2
4 Amoniak Mg/l <0,2
5 Nitrit Mg/l <0,01

A. Suhu

Menurut Noviantoro dkk., (2017) standar suhu untuk pertumbuhan ikan patin
adalah 28- 31˚C. Mengacu pada yaitu deviasi 3 dari keadaan alamiah, maka kondisi
kualitas ditinjau dari parameter suhu masih dalam batas baku mutu air sesuai
peruntukannya. Suhu yang berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem
metabolisme. Menurut Roro dkk,. (2012) pada kondisi suhu rendah akan berpengaruh
terhadap imunitas atau kekebalan tubuhikan, sedangkan suhu tinggi akan mempercepat
ikan terkena infeksi bakteri. Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degenerasi
sel darah merah sehingga proses respirasi yaitu pernapasan atau pengambilan oksigen
akan terganggu.
Perbedaan suhu malam dan siang hari maksimal 5˚C. Apabila fluktuasi suhu lebih
besar bagi ikan sangat mudah mengalami stress. (Sitanggang dan Gemini, 2013)

B. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena ikan
tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan secara difusi langsung dari udara.
Menurut Yuli dkk., (2017) Tingkat konsumsi oksigen ikan bervariasi tergantung pada
suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas, waktu setelah
pemberian pakan, dan lain sebagainya. Tingkat metabolisme juga bervariasi antar
10

spesies dan dibatasi oleh rendahnya kandungan oksigen yang tersedia. (Buwono &
Nurhasanah, 2018). Pada umumnya, ikan kecil akan mengkonsumsi oksigen per berat
badan lebih banyak dibandingkan ikan besar dari satu spesies. Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh semua jasad untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran
zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
juga untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerob. Menurut
Rukmana dan Yudirachman (2016), kandungan oksigen yang baik untuk budidaya
patin adalah 4 mg/l.

C. pH
Menurut Putra dkk., (2011), Derajat keasaman (pH) yang diperlukan ikan patin
yaitu 6,5-9,0. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan. Derajat
keasaman suatu perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa
yang bersifat asam. Setiawati dkk., (2013).

2.5.6 Hama dan Penyakit


Dalam budidaya ikan patin pasti alami permasalahan pada serangan hama serta
penyakit. Bila tak selekasnya di tangani jadi budidaya ikan ini kemungkinan kecil
untuk sukses dalam budidaya patin. Ikan patin juga adalah salah satu komoditi ikan
yang tinggi bakal nialai ekonomisnya serta telah di budidayakan dengan cara
komersial. (Sunarma, 2007)

2.5.6.1 Hama
Hama pada pemeliharaan ikan patin pada hakekatnya adalah predator, yakni
makhluk yang menyerang dan memangsa ikan patin. Sementara penyakit adalah
terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh parasit atau non parasit. (Susanto
dan Amri, 2002)
Hama bersifat sebagai predator yang memangsa. Pada budidaya ikan patin,
kemungkinan serangan hama lebih banyak dialami pada usaha pembesaran ikan
11

karena semuanya berlangsung secara terbuka.sementara pembenihan dilakukan di


kolam atau bak tertutup. (Zidni dkk, 2017)
Adapun cara menghindari hama menurut rukmana dan yurachman adalah:
1. Menutupi bagian atas wadah dengan lembaran jaring dan memasang kantong
jaring tambahan di luar kantong jaring budidaya.
2. Semak belukar yang berada di pinggir kolam dibersihkan secara rutin.

2.5.6.2 Penyakit

Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-
infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan
patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi
biasanya timbul karena gangguan organisme patogen. (Wiramiharja dkk, 2018).

A. Penyakit infeksi
1. Parasit
Penyakit parasit yang sering menyerang adalah bintik putih atau white spot.
Penyebabnya adalah parasit Ichtyophthirius multifiliis. Umumnya parasit ini
menyerang benih yang berumur 1-6 minggu. Parasit ini sering dijumpai secara
berkelompok dan berwarna putih di lapisan lendir kulit, sirip, dan lapisan ingsang,
sehingga sering juga disebut penyakit bintik putih Khairuman (2008).
Penanggulangannya dengan menggunakan sistem perendaman dengan garam, dosis
yang digunakan 500-1.500 gr/m3 selama 3 hari berturut-turut serta lakukan pergantian
air setiap hari.

2. Bakteri
Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp dan Pseudomonas sp.
Penyakit ini menyerang bagian perut, dada, dan pangkal sirip disertai dengan
pendarahan Khairuman dan Sudenda, (2009). Ikan patin yang terkena penyakit akibat
bakteri mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaan cukup parah harus
12

segera dimusnahkan (Kahayan & Raya, 2012). Sementara yang terinfeksi, tetapi
belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan, antara lain dengan
merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30-60
menit. (WWF-Indonesia, 2015)

B. Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
Keracunan disebakan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang
berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gejala yang
ditimbulkan apabila keracuanan yaitu ikan terlihat meggapmegap dipermukaan air.
Sedangkan gejala yang terlihat apabila ikan kekurangan gizi yaitu tubuh kurus, kepala
relatif besar dan gerakan kurang lincah. Hadie dkk., (2010)

2.5.6 Pengamatan Pertumbuhan

Dalam budidaya perairan, salah satu masalah yang sering dihadapi pembudidaya
adalah lambatnya pertumbuhan menyebabkan periode pemelihaan untuk
menghasilkan biota budidaya sampai mencapai ukuran tertentu menjadi lama.
Sementara itu, selama didalam wadah pemeliharaan, biota budidaya membutuhkan
sejumlah pakan untuk tumbuh sampai mencapai ukuran panen (Ghufran, 2009).
Sampling ikan dilakukan dua minggu sekali dengan mengambil ikan acak 10%
dari populasi atau minimal 30 ekor . Ikan diukur panjang total dan berat per ekor
sebelum di ukur ikan dibius terlrbih dahulu untuk memudahkan dalam pengukuran.
Aapabila terjadi kematian ikan pemeliharaan selama di pembesaran perlu di catat, hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai SR (tingkat kelulusan hidup) selama
pemeliharaan. Laju perutumbuhan ikan per hari/bulan biasanya dinyatan dalam
gram/kg dipengaruhi oleh jenis pakan, jumlah dan mutu pakan (Khairuman, 2007).
13

2.5.7 Panen dan Pasca Panen


Panen hendaknya dilakukan pada pagi hari, selambat – lambatnya jam 06.00.
Pemanenan kolam dengan mengeringkan kolam pada malam hari, sehingga pagi air
hanya tertinggal di kemalir. (Andriyanto dkk., 2012) Ikan ditangkap dengan
menggunakan serok, kemudian dimasukkan dalam wadah yang berisi air bersih (Thi
dkk., 2012). Panen dilakukan setelah pemeliharaan mencapai 8 bulan (ukuran
mencapai ± 600 g sampai sangat dibutuhkan untuk bahan fillet). Panen dapat
dilakukan dengan panen total. (Solaiman dan Sugihartono, 2012) Namun sebelum
dilakukan pemanenan terlebih dahulu ikan dipuasakan untuk mengosongkan isi perut,
sehingga tidak banyak kotoran yang dikeluarkan pada saat pengangkutan.

2.5.8 Analisa Finansial


Analisis finansial digunakan untuk menilai kelangsungan usah dan stabilitas
dari suatu usaha.

2.5.8.1 Analisis Laba/Rugi

Proyeksi laba/rugi dibentuk dalam jangka waktu tertentu untuk melihat prospek
keuangan dari usaha/proyek yang direncanakan. Dengan adanya proyeksi Laba/Rugi
dapat diketahui posisi keuangan di masa yang akan datang, disamping itu dapat
digunakan sebagai pedoman/indikator bagi pengusaha dalam menjalanan
usaha/proyek (Subagyo, 2007)

2.5.8.2 Benefit Cost Ratio


Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total
biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha yang dinilai menguntungkan apabila B/C Ratio
> 1. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek tersebut
layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak untuk
dikerjakan. (Rukmana dan Yudirachman, 2016)
14

2.5.8.3 Break Even Point


BEP adalah titik impas dari suatu usaha atau pulang modal atau titik temu
antara total biaya dengan total output (penerimaan). Perhitungan BEP terdiri dari BEP
produksi dan BEP harga jual produk. (Rukmana dan Yudirachman, 2016)
Analisa pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengetauhihubungan atnatar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti
luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta
pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya.

2.5.8.4 Payback Period


Menurut Rukmana dan Yudirachman (2016) metode ini mencoba mengukur
seberapa cepat investasi bisa kembali. Jika Payback Periode ini lebih pendek dari
pada yang diisyaratkan, maka dikatakan menguntungkan, sedangkan kalau lebih lama
akan di tolak. Dalam Jurnal Sayeed dkk., (2008) dalam perhitungan ini dasar yang
dipergunakan adalah aliran kas, bukan laba.

2.6 Analisis Fishbone


Fishbone adalah diagram cause and effect atau diagram sebab akibat yang
membantu mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan berbagai penyebab yang
mungkin dari suatu masalah atau karakteristik kualitas tertentu. Diagram ini
menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua faktor penyebab yang
mempengaruhi masalah tersebut. Jenis diagram ini kadang‐kadang disebut diagram
“Ishikawa" karena ditemukan oleh Kaoru Ishikawa, atau diagram “fishbone” atau
“tulang ikan" karena tampak mirip dengan tulang ikan. (Widyahening, 2018)

2.6.2 Tujuan dan Manfaat


Menurut (Fatimah, 2017) tujuan analisis fishbone adalah:
1. Menentukan tema dan pokok permasalahan
2. Menganalisis sebab – akibat berdasarkan data dengan menggunakan fishbone
analysis.
15

3. Menentukan sebab-sebab potensial dari permasalahan dan menentukan penyebab


yang paling dominan dari permasalahan yang terjadi.
4. Menentukan rencana penanggulangan untuk memecahkan permasalahan yang
ada.

2.6.3 Tahapan Pelaksanaan


Menurut Kusnadi (2008), pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan
menghabiskan waktu sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang
yang kira-kira mengerti/paham tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang
pencatat untuk mengisi diagram fishbone.

Gambar 2. Diagram Fishbone

1. Menyepakati pernyataan masalah Sepakati sebuah pertanyaan masalah


(Problem Statment). Pernyataan etasikan sebagai masalah in diinterpretasikan
sebagai “Effect”, atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.
2. Mengidentifikasi kategori-kategori Dari garis horisontal utama, buat garis
diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari
16

masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara
visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”.
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming setiap kategori
mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab
tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah
kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan. Sebab-sebab ditulis
dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis.
4. Mengkaji dan menyapakati sebab-sebab yang paling mungkin Setelah setiap
kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua sebab- sebab
dan sub-subnya. Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu
kategori, kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
16

III. METODE PRAKTIK

Metode Praktik Integrasi menggunakan metode observasi dengan pola magang,


yaitu pengamatan atau survei secara langsung di lapangan terhadap budidaya ikan
patin yang meliputi kegiatan pembesaran ikan patin di kolam pemeliharaan.
3.1 Waktu dan Tempat Praktik
Praktik integrasi ini dilaksanakan pada tanggal 2 september 2019 sampai
dengan tanggal 30 Oktober 2019 di PT. Ikan Bangun Indonesia (IWAKE) Ciseeng,
Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan praktek integrasi ini
tanpa spesifikasi. Spesifikasi akan menyusul dengan laporan setelah praktek integrasi
dilaksanakan.
Tabel 2. Alat yang digunakan
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Kolam Pemeliharaan Kolam Pemeliharaan
2. Baskom Wadah sampling
3. Gayung Pemberian pakan
4. Pompa Penyedot air
5. Selang Untuk mengalirkan air
6. Penggaris Mengukur panjang ikan
7. Serokan Untuk sampling
8. Kertas Lakmus Mengukur pH air
9. Meteran Mengukur Kolam
10. Kranjang Mengangkut ikan
11. Piring Alat bantu pemberian pakan
12. Timbangan Mengukur berat ikan
13. Pararolon Alat bantu saluran pembuangan.
14. Waring Menjaring ikan saat panen
17

Tabel 3. Bahan yang digunakan


No Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan
1. Ikan patin Sebagai biota pratik
2. Obat-obatan Untuk pengobatan
2 Air Tawar Sebagai media pemeliharaan
3 pH paper Mengukur kadar keasaman
media
4 Pakan Sumber nutrisi

3.3 Metoda Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan praktek integrasi ini
adalah metoda observasi yaitu ikut dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan
pembesaran ikan patin siam. Penggunaan data yang dikumpulkan berupa data primer
dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer ialah data yang didapat dari hasil pengamatan secara langsung di
tempat/lokasi prektek tersebut yang terdiri dari pemilihan lokasi, persiapan wadah,
persiapan media, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, pengamatan
pertumbuhan, penebaran benih, pengamatan kesehatan ikan dan panen.
Tabel 4. Data Primer
Waktu dan
No Jenis Rincian Data Metode Lokasi
Frekuensi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


- Keadaan tanah
- Pengukuran PT. Ikan
Sekali selama
- Ketersediaan air praktik,
1. Lokasi - Wawancara Bangun
awal praktik
- Kesesuaian lokasi Pengamatan Indonesia
18

Lanjutan
Tabel 4. Data Primer
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Wadah :
- Ukuran (panjang, lebar,
kedalaman, kemiringan
dasar) - Pengukuran - Sekali selama - PT. Ikan
Persiapan
2. - Konstruksi - Wawancara praktik, awal Bangun
Wadah
- Jenis Kolam
- Proses persiapan - Pengamatan Pemeliharaan Indonesia

- Waktu pelaksanaan - Pengukuran -Sekali selama - PT. Ikan


Persiapan
3. - Metode pelaksanaan - Wawancara praktik, awal Bangun
Media - Disenfeksi - Pengamatan pemeliharaan Indonesia

- Kualitas benih -Sekali selama - PT. Ikan


Penebaran - Wawancara
4. - Waktu penebaran praktik, pada awal Bangun
Benih - Pengamatan
Cara penebaran
- Jumlah tebar benih pemeliharaan Indonesia

Selama praktik,
- Jenis pakan
- Pengukuran -dan - PT. Ikan
Pengelolaan - Dosis pakan
5. - Wawancara Selama Bangun
Frekuensi pemberian
pakan - pakan
- Pengamatan pemeliharaan Indonesia
- Penyimpanan pakan

- Pengamatan
dilakukan
- pH - Pengukuran
sepanjang
- Suhu menggunakan
pemeliharaan - PT. Ikan
alat ukur dari
masing-masig
Suhu dan pH
- DO indikator
6. Kualitas air - diukur Bangun
- Nitrit setiap hari Indonesia
19

Lanjutan
Tabel 4. Data Primer
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
- Nitrat
- DO, Nitrit, Nitrat,
- Ammonia
Ammonia diukur 1
minggu sekali
Waktu dan tempat
- terserang - PT. Ikan
Pengamatan - Pengamatan - Selama waktu
7. - Gejala klinis Bangun
Kesehatan
Ikan - Identifikasi, dan diagnosa secara visual pemeliharaan Indonesia
- Pengukuran
- SR
Dengan - PT. Ikan
- Mortalitas - Dilakukan setiap 1
Pengamatan menggunaka
8. Pertumbuhan n Bangun
- Pertambahan bobot dan minggu sekali
Sampling Indonesia
Panjang
- Pengamatan

- Waktu dan tempat panen


- Pengukuran - Dilakukan satu kali - PT. Ikan
- Teknik pemanenan
9. Panen - Wawancara pada akhir Bangun
- Hasil yang dipanen
- Pengamatan pemeliharaan Indonesia
- Alat yang digunakan

3.3.2 Data Sekunder


Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi literature dan beberapa
buku serta arsip-arsip atau dokumen yang dimiliki oleh perusahaan terkait dengan
judul praktik. Pengambilan data sekunder adalah data pemeliharaan ikan
patinsebelumnya yang telah di arsipkan oleh perusahaan seperti keadaan geografis,
asal benih, analisisi usaha siklus sebelumnya dan data legiatan pemeliharaan pada
tahun-tahun sebelumnya.

3.4 Metode Kerja


Metode kerja yang akan dilakukan merupakan langkah-langkah yang diambil
untuk mendapatkan data yang diperlukan disajikan.
20

3.4.1 Pemilihan Lokasi


Dalam melakukan pengambilan data di lokasi praktik langkah pertama yang
harus dilakukan adalah pemilihan lokasi. Adapun data yang dapat diambil dari
pemilihan lokasi budidaya adalah :
A. Faktor Teknis

Faktor teknis mencakup segala bentuk faktor yang mempengaruhi secara langsung
terhadap keberhasilan atau kegagalan dari suatu kegiatan budidaya sperti sumber air,
jenis tanah, pengelolaan limbah, dan kualitas air

B. Faktor Non Teknis

Faktor non teknis merupakan faktor-faktor yang tidak berpengaruh


secara langsung terhadap kegiatan pembesaran. Faktor non teknis
mencakup aksesbilitas, transportasi, kemanan, kesusaian lingkungan sosial,
dan tenaga kerja.

3.4.2 Persiapan Wadah Pemeliharaan


Persiapan wadah pemeliharaan merupakan hal selanjutnya yang harus
diperhatikan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pengambilan data
wadah pemeliharaan
a. Mengetahui krontruksi dan ukuran kolam yang dipergunakan dengan cara
mengukur panjang, lebar dan tinggi wadah.
b. Melakukan kegiatan desinfektan dengan cara mengamati bahan desinfektan
yang digunakan, menghitung dosis bahan, mengetahui cara desinfektan, dan
menentukan waktu untuk melakukan desinfektan.

3.4.3 Persiapan Media Pemeliharaan


Media pemeliharaan merupakan hal penting lainnya dalam pembesaran
ikan patin. Media yang digunakan dalam pembesaran ikan patin adalah air, air
21

adalah media hidup untuk tumbuh dan berkembang serta melakukan aktivitas.
Dalam mengambil data persiapan media pemeliharaan metode kerjanya adalah :
a. Mengamati lokasi sumber air dan kondisi kualitas air pada sumber air
b. Menelusuri alur saluran air dari sumber air hingga ke lokasi budidaya
c. Melakukan kegiatan desinfektan dengan cara mengamati bahan desinfektan
yang digunakan, menghitung dosis bahan, mengetahui cara desinfektan, dan
menentukan waktu untuk melakukan desinfektan.
d. Memberikan skala ukuran tinggi pada kolam sehingga ketika pengisian air
dapat mengatahui berapa ketinggian air. Dan skala dapat membantu
mengetahui berapa volume air yang di ganti dan berapa volume jumlah air baru
yang masuk setiap pergantian air.

3.4.4 Penebaran Benih


Pada penebaran benih ada beberapa data yang akan diambil diantaranya:
a. Mengetahui sertifikat atau surat jalan untuk pengiriman benih.
b. Melakukan pengamatan mengenai kondisi benih dan keseragaman ukuran benih
dengan diamati secara visual.
c. Memahami cara penebaran benih, dengan mengikuti kegiatan penebaran.
d. Mengetahui waktu penebaran benih.
e. Mengetahui jumlah tebar dengan cara melakukan sampling dengan cara
menggunakan wadah sampling yang diketahui volumenya dan dimabil

3.4.5 Pengelolaan Pakan


Pada pengelolaan pakan langkah kegiatan yang dilakukan untuk mengaambil data
yang diamati adalah:
a. Jenis pakan yang diamati berupa tekstur dari pakan, ukuran pakan yang
diberikan dan sifat dari pakan itu sendiri. dalam memahami jenis pakan ini
dapat diamati dengan mengamati secara langsung dan pada label wadah pakan.
22

b. Dosis pakan harian dapat diketahui dengan cara dari dosis frekuensi rate yang
ada dengan bobot biomassa ikan lalu dikalikan dengan frekuensi jumlah
pemberian pakan per harinya.
c. Cara pemberian pakan dapat mengikuti kegiatan yang terdapat di lokasi
praktek.
d. Feed Convertion Ratio (FCR) data yang dibutuhkan berupa jumlah pakan yang
habis selama pemeliharaan dan bobot biomassa ikan pada akhir masa
pemeliharaan.

3.4.6 Pengelolaan Air


Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengelolaan kualitas air yaitu
pergantian air, penyiponan,dan pengukuran parameter kualitas air yang meliputi cara
pengamatan, waktu pengamatan, frekuensi pengamatan. Adapun data yang akan
diambil dalam pengelolaan kualitas air yaitu :
1. Suhu
a. Mencelupkan thermometer kedalam media.
b. Melihat skala yang tertera pada thermometer.
c. Mendokumetasikan dan catat hasil pengukuran.

2. Derajat Keasaman (pH)


a. Mengukur derajat keasaman media dengan menggunakan pH paper.
b. Mencelupkan pH paper kedalam media selama beberapa detik.
c. Melihat warna yang sesuai dengan indikator.
d. Mendokumentasikan dan mencatat hasilnya.

3. Oksigen Terlarut (DO)


a. Melakukan kalibrasi pada DO meter.
b. Mencelupkan alat ke dalam media pemeliharaan.
c. Mendokumentasikan hasilnya.
23

4. Nitrit
a. Dengan menggunakan test nitrit.
b. Catat hasilnya

5. Nitrat
a. Dengan menggunakan test nitrat
b. Catat hasilnya

6. Ammoniak
a. Ammonia diamati dengan menggunakan test kit ammonia dengan reagen yang
digunakkan adalah Ammonia Reagent dan Nessler reagent.
b. Catat hasilnya

3.4.7 Pengamatan Pertumbuhan


Pertumbuhan pada ikan harus diamati disetiap perubahannya. Data yang diambil
pada pengamatan pertumbuhan adalah :
a. Waktu sampling pertumbuhan dilakukan setia seminggu sekali dan dilakkukan
pagi hari
b. Cara sampling pertumbuhan dengan melakukan pada 2 titik stasiun dalam
setiap wadah.
c. Pertumbuhan panjang ikan diukur dengan menggunakan penggaris,
pengukuran ikan dengan menggunakan 10 ikan yang diukur panjangnya.
d. Tingkat kelangsungan hidup ikan (Survival Rate / SR) dapat diketahui dengan
cara menghitung jumlah tebar diawal dan mengurangi dengan jumlah ikan
yang mati.
e. Mortalitas ikan diamati dengan cara mencatat jumlah ikan yang mati setiap
harinya. Selain itu juga diamati kondisi dari ikan yang mati.
24

3.4.8 Pengamatan Kesehatan Ikan


Monitoring kesehatan dilakukan untuk mengetahui penyakit ikan secara visual
dengn gejala yang ditimbulkan pada biota. Monitoring kesehatan ikan dialkuakan
dengan data yang diambil yaitu:

a. Melihat secara visual pergerakkan ikan yang dipelihara, apabila ada ikan yang
mengalami pergerakan ikan yang berbeda dengan yang lainnya maka ikan
tersebut dipindahkan.
b. Memisahkan ikan yang terinfeksi penyakit akan dipisahkan ke wadah terpisah.
c. Melakukan perlakuan terhadap ikan sakit dengan metode perendaman dengan
kadar salinitas yang berbeda dengan media yang dipelihara sebelumnya.

3.4.9 Panen dan Pasca Panen


Pemanenan dilakukan dengan dua teknik yaitu panen parsial (sebagian) atau
panen total. Data yang dapat diambil dari panen dan pasca panen yaitu :
a. Mengetahui waktu panen dengan melihat umur ikan dan memahami ukuran
ikan yang tepat untuk dipanen
b. Memahami metode panen apakah panen parsial atau panen total, tergantung
dari permintaan pasar
c. Meyiapkan alat dan bahan untuk panen sebelum panen dilakukan menyediakan
alat dan bahan seperti jaring untuk panen, wadah penampungan dan timbangan.
d. Menghitung jumlah hasil panen dari hasil timbangan ikan dan jumlah diketahui
dengan menyampling beberapa ikan dari setipa wadah penampungan sehingga
diketahui untuk jumlah hasil panen.

3.5 Metode Pengolahan Data


Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara mengumpulkan
data kemudiandiseleksi sesuai dengan data yang dibutuhkan. Data tersebut
diklasifikasikan agar sesuai dengan tujuan dan batasan masalah yang telah
25

ditentukkansebelumnya. Data-data yang diambil akan diolah dengan menggunakan


rumus-rumus sebagai berikut.

3.5.1 Data Teknis


Data teknis adalah data-data yang berkaitan dengan proses produksi. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk mengolah data teknis:

1. Perhitungan Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)

Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup menurut


Iskandar dan Elrifadah (2015) adalah sebagai berikut:

Nt
SR (%): × 100%
NO

Dimana:
SR = Kelangsungan Hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

2. ABW (Average Body Weight)


Menurut (Perikanan, 2012) Rumus yang digunakan untuk menghitung berat rata-
rata pada ikan patin sebagai berikut:
Biomassa
ABW (gr/ekor) =
Populasi
26

3. Biomassa

Rumus yang digunakan untuk menghitung berat total dari keseluruhan populasi.
(Elpawati dkk., 2016)
Biomassa (kg) = ABW x Jumlah populasi

4. ADG (Avarage Daily Growth)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata berat perhari. (Perikanan,


2012)
ABW 2 −ABW 1
ADG (cm/hari)=
7(Hari)

5. FCR (Food Convertion Ratio)

Rumus ini digunakan untuk menghitung jumlah pakan untuk mendapatkan


perbandingan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging.
(Iskandar dan Elrifadah, 2015)
Total pakan komulatif
FCR = Biomassa ikan

6. F/D (Feed / Day)

Rumus ini digunakan untuk menghitung jumlah pakan yang dibutuhkan per satu
hari. (Iskandar dan Elrifadah, 2015)
F/D (%) = Biomassa (kg) x FR (%)
27

3.6 Data Finansial

Menurut Bidayani (2007) Analisis finansial merupakan kegiatan analisi data


berdasarkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang
diperoleh. Analisis finansial yang diamati meliputi:

1. Analisa laba/rugi

Laba Selisih atau perbedaan antara pendapatan


(Rp) =
Rugi Penjualan total dengan biaya total

2. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Perhitungan B/C Ratio menurut Rukmana dan Yudirachman (2016):

Nilai penerimaan
B/C Ratio (Kotor) = Total biaya

Nilai penerimaan−Total biaya


B/C Ratio (Bersih) = Total biaya

Keterangan :
B/C Ratio < 1Tidak layak
B/C Ratio = 1, titik impas
B/C Ratio > 1, layak untuk usaha

3. Break Even Point (BEP)

Perhitungan BEP menurut Rukmana dan Yudirachman (2016) dilakukan


dengan persamaan matematis sebagai berikut :
28

Total biaya tetap


BEP Harga Jual =
1 − (Biaya variabel/hasilpenjualan)

Biaya tetap
BEP Unit = P
Harga −biayavariabel
unit

4. Payback Periode (PP)

Perhitungan Payback Periode (PP) menurut Rukmana dan Yudirachman (2016):

Investasi awal
PP (tahun) = Procced tahunan × tahun

3.7 Metode Analisis Data

Analisa data diawali dengan kegiatan pengelolaan data yang meliputi tabulasi
dan sortasi data. Setelah ditabulasikan data dipilih selanjutnya data diolah. Hasil
pengolahan data disajikan secara kuantitatif dalam bentuk tabel maupun dalam
bentuk gambar grafik. Selanjutnya data di analisis dan di kaji lebih mendalam
mengarah kepada tujuan yang telah diterapkan.

3.6.1 Deskriptif
Hasil pengamatan dan pengukuan selama kegiatan praktek pembenihan ikan
patin dibahas secara sistematis selanjutnya menjelaskan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan saat praktek dan menganalisa dengan menggunakan metode fishbone
dan cara membandingkan dengan litelatur yang berkaitan dengam pembesaran ikan
patin siam serta ditunjang dengan hasil wawancara oleh pihak yang ada dilapangan.

3.6.2 Identifikasi Masalah


Metode yang digunakkan untuk mengindentifikasi permasalahan adalah
menggunakan metode analisis fishbone. Metode analisis fishbone yang digunakkan
adalah dengan mengidentifikasi parameter 4M (Machine, Method, Material, dan
29

Man). Analisis pembesaran ikan patin dibatasi pada kesesuaian lokasi, persiapan
wadah dan medi, penebaran benih, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air,
pengendalian hama dan penyakit, dan panen. Adapun langkah kerja yang diambil
untuk menidentifikasi masalah adalah:
1. Memahami dan mengikuti kegiatan berdasarka Standar Operasional Prosedur
(SOP).
2. Mengikuti seluruh kegiatan pembesaran ikan patin.
3. Meinventaris alat dan bahan yang digunakkan.
4. Menemukan masalah atau gangguan dalam kegiatan pembesaran.
29

IV. RANCANGAN KEGIATAN DAN BIAYA


4.1 Rencana Kegiatan Praktik

Praktik integrasi ini akan dilaksanakan mulai 2 September sampai 30


Oktober 2019 di PT. Ikan Bangun Indonesia (IWAKE) sebelum melaksanakan
praktik integrase penulis menyusun beberpa jadwal kegiatan sehingga dapat
dilaksanakan secara terorganisir dan teratur. Jadwal praktik integrase ini disajikan
pada tabel.

Tabel 5. Rencana Kegiatan

July Agustus September Oktober


No Nama kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Berangkat ke Lokasi
4. Pengenalan Lokasi
5. Pelaksanaan Praktek
6. Penyusunan Laporan

4.2 Biaya Praktik


Rencana anggaran biaya pelaksanaan praktek integrasi mulai dengan
keberangkatan dari Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta sampai selesainya kegiatan
praktek dan pembuatan laporan praktek integrasi. Adapun anggaran biaya yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut :
30

1. Biaya konsumsi selama 60 hari × @ Rp 30.000 Rp 1.800.000


2. Biaya penginapan selama 2 bln× @ Rp 400.000 Rp 800.000
3. Biaya transportasi Rp 100.000
4. Biaya praktek/peralatan Rp 800.000
5. Biaya penyusunan laporan Rp 400.000
Rp 4.000.000
31

Anda mungkin juga menyukai