Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Struktur fungsi, pokok, dan tugas keluarga

dalam bidang kesehatan

DOSEN PEMBIMBING

TjuTju Rumijatii, SKp, M.Kep, Sp.Kom

NAMA : WAWAN

NPM : P17320119337

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN RPL

2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “STRUKTUR, FUNGSI POKOK DAN
TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN” ini dengan baik.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan keluarga
oleh ibu TjuTju Rumijatii, SKp, M.Kep, Sp.Kom. Ucapan terima kasih tidak
lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
makaah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan menambah wawasan bagi pembaca.

Karawang, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumus masalah ------------------------------------------------------------------------ 2
1.2 Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB 2 PENDAHULUAN
2.1 Definisi Struktur Keluarga ----------------------------------------------------------- 3
2.2 Macam – macam struktur keluarga ------------------------------------------------- 3
2.3 Ciri – ciri struktur keluarga ---------------------------------------------------------- 4
2.4 Elemen atau dimensi dalam struktur keluarga ------------------------------------ 5
2.5 Pembahasan fungsi pokok keluarga ------------------------------------------------ 11
2.6 Tugas keluarga dibidang kesehatan ------------------------------------------------- 17
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------------- 22
3.2 Saran ------------------------------------------------------------------------------------ 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu inti dari ilmu keperawatan ialah pemberian asuhan keperawatan
yang bersifat holistic, dimana pasien bukan hanya individu yang mengalami
suatu penyakit, tapi juga termasuk orang yang sehat, serta orang yang berada
dalam lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini yang menjadi objek pemberian
asuhan terpenting yang terkait dengan lingkungan sekitar adalah keluarga.
Karena di sinilah awal mulainya kehidupan masing-masing individu, sehingga
untuk mampu menciptakan individu sehat dapat dimulai melalui keluarganya.

Keluarga juga dikenal sebagai unit terkecil dari masyarakat penerima


asuhan keperawatan. Ia merupakan bagian transisi antara kehidupan individu
dengan masyarakat, sehingga memiliki sifat unik yang membutuhkan asuhan
khusus dari perawat.

Pada dasarnya keperawatan keluarga merupakan bidang kekhususan


spesialisasi yang terdiri dari ketrampilan berbagai bidang keperawatan. Praktik
keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang
menggunakan prosess keperawatan kepada keluarga dan anggota-anggotanya
dalam situasi sehat dan sakit. Sehingga keperawatan keluarga sangatlah
penting demi terciptanya kehidupan sehat, aman dan nyaman.

Meskipun sangat penting dalam kehidupan pemberian asuhan kepada


keluarga saat ini belum bisa dikaatakan maju dan berhasil, karena terdapat
berbagai permasalahan Pelayanan keperawatan keluarga yang belum
berkembang meskipun telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun
belum disosialisaikan secara umum, selain itu pengetahuan spesifik terkait
keperawatan keluarga belum dimiliki oleh seluruh perawat, sehingga perlu
adanya pembekalan yang lebih dari segi keilmuan.

Salah satu hal yang harus mampu dipahami dalam keperawatan keluarga
adalah konsep, karena inilah acuan atau rujukan dalam penerapan asuhan

1
kepada keluarga. Kita harus mampu mengenal lebih jauh tentang esensi dasar
keluarga, salah satu yang penting untuk dipahami adalah struktur keluarga.
Struktur keluarga ini menentukan fungsi keluaraga dalam kehidupan sehingga
tentu dengan memahami secara jelas terkait struktur dalam keluarga kita dapat
memahami fungsi-fungsi yang dijalankan keluarga, serta bagian-bagian dan
pola dalam keluarga yang sangat diperlukan dalam berbagai pendekatan untuk
memberikan asuhan keperawatan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan struktur keluarga?
b. Fungsi pokok keluarga?
c. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui maksud dari struktur keluarga.
b. Mengetahui fungsi pokok keluarga.
c. Mengetahui tugas keluarga dalam bidang kesehatan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Struktur Keluarga

Menurut KBBI struktur diartikan sebagai :1 cara sesuatu disusun atau


dibangun; susunan; bangunan; 2 yg disusun dng pola tertentu; 3 pengaturan unsur
atau bagian suatu benda; 4 ketentuan unsur-unsur dari suatu benda;
Sementara keluaraga didefinisikan sebagai kumpulan dua orang atau lebih
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam
satu rumah tangga yang saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Jadi struktur keluarga merupakan susunanan atau pola yang dibangun di
dalam keluarga. Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Ia memiliki keterkaitan
yang erat dengan fungsi keluaraga. Selain itu adanya struktur dalam keluarga juga
menyatakan cara-cara yang digunakan untuk menata unit-unit di dalam keluarga.
Struktur keluarga adalah bagaimana keluarga mampu memenuhi fungsi-
fungsi keluaraga. Hal ini sangat penting untuk memudahkan pencapaian fungsi-
fungsi keluarga. Selain itu struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit
tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang
ada dalam keluarga.

2.2 Macam-macam struktur Keluarga

Struktur keluarga berdasarkan tipenya terdiri atas bermacam-macam, diantaranya


adalah :

1. Patrilinier
Patrilinier adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilinier

3
Matrilinier adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga
sedarah isteri.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
5. Keluarga Kawinan.
Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami isteri.

Berdasarkan hubungannya dengan fungsi-fungsi keluarga, struktur


keluarga terdiri dari:

1. Struktur eligasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam


menyampaikan pendapat
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3. Struktur yang terbukan dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran
4. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
5. Struktur yang bebas : tidak adanya peraturan yang memaksakan
6. Struktur yang kasar : menyiksa, kejam dan kasar
7. Suasana emosi yang dingin

2.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga


Adapun cirri-ciri struktur keluarga anatara lain;
1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.

4
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsi masing-masing.

2.4 Elemen atau Dimensi dalam Struktur Keluarga

Parad dan caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada
empat elemen struktur keluarga, yaitu:

1. Srtuktur kekuatan keluarga


a. Definisi
Kekuasaan adalah kemampuan, baik kemampuan potensial
maupun actual dari seorang individu untuk mengontrol,
mempengaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang. Kekuasaan
selalu melibatkan hubungan antar pribadi yang asimetris (satu
interakten) menggunakan pengaruh yang lebih besar dalam hubungan.
Komponen utama dari kekuasaan keluarga adalah pengaruh dan
pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan ini merujuk pada proses
pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk
melakukan serangkain tindakan atau menjaga status quo.

b. Mengukur kekuasan keluarga


 Hubungan alokasi tugas dengan kekuasaan kelurga
Menurut Blood dan wolfe (1955) berasumsi bahwa terdapat suatu
hubungan positif antara siapa yang ditugaskan untuk melakukan
tugas tertentu dan kekuasaan dalam bidang tersebut. Selain itu
terdapat penelitian pula bahwa hal ini merupakan pembagian
tanggung jawab di dalam keluarga.
 Berfokus pada hasil pembuatan keputusan
Dalam hal ini kekuasaan kelurga secara khusus telah di teliti
dalam memusatkan perhatian pada pengambilan keputusan
c. Bidang – bidang pengkajian umum
1. Dasar – dasar kekuasaan

5
 Kekuasaan atau wewenag yang sah
Contohnya adalah control dominasi orang tua pada anak.
 Kekuasaan yang tak berdaya atau putus asa
Contohnya dimana salah satu anggota keluarga sakit secara
kronis, cacat, atau lansia. Seorang suami atau istri atau
anggota keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota
keluarga atas dasar ketidakberdayaannya atau
kelemahannya.
 Kekuasaan referen
Contohnya anak – anak meniru tingkah laku anggota
keluarga.
 Kekuasaan ahli dan sumber
Suami dominan karena ia mengontrol uang belanja, atau
istri dominan karena ia lebih praktis dan terarah pada tujuan
daripada suami
 Kekuasaan penghargaan
Misalnya anak sering menggunakan tingkah laku yang baik
untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan.
 Kekuasaan memaksa
 Kekuasaan afektif
Wanita menjadi sumber kekuasaan karena ia dicintai oleh
suaminya.
 Kekuasaan menejemen ketengan
Contohnya adalah mengalah dalam perdebatan keluarga
2. Variabel Yang Mepengaruhi Struktur Kekuasaan Keluarga
 Hirarki kekuasaan keluarga
 Tipe bentuk keluarga(orang tua tunggal,keluarga
tunggal,keluarga campuran,keluarga inti kedua orang tua
tradisional,dll)
 Pembentukan koalisi/persatuan
 Jaringan komunikasi keluarga
 Kelas sosial

6
 Tahap perkembangan keluarga.
 Latar belakang budaya dan religious.
 Kelompok situasuonal
 Variable individu (jenis kelamin anggota,usia,harga diri,dan
ketrampilan interpersonal)
 Saling ketergantungan emosi pasangan dan tanggung jawab
untuk menikah
d. Kekuasaan Keluarga Keseluruhan

Agar mampu mengklasifikasikan sebuah keluarga sebagai


struktur kekuasaan menyeluruh

2. Struktur Peran Keluarga


a. Teori dan Definisi Peran Keluarga
 Definisi
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi,
pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Selain
itu peran juga adalah orientasi strukturalis yang menekankan
pengruh normatif (cultural), yaitu pengaruh yang berkaitan
dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya
(Linton, 1945) dan orientasi interaksi dari Turner (1970) yang
menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interaksi
sosial.
 Posisi atau Status
Sebagai tempat seseorang dalam suatu sistem sosial.
Sementara peran-peran adalah perilaku-perilaku yang berkenan
dengan siapa yang memegang suatu posisi tertentu.
 Okupan Peran

7
Okupan peran atau role okupan adalah seorang yang
memegang suatu posisi dalam struktur sosial.
 Perilaku Peran
Perilaku peran, performa peran, dan penetapan peran
(role enactment) adalah istilah yang digunakan secara
bergantian yang menyatakan apa yang sebenarnya seseorang
lakukan didalam posisi tertentu sebagai respon terhadap
harapan harapan peran.
 Konflik Peran
Konflik antar peran adalah konflik yang terjadi jika pola-
pola perilaku atau norma-norma dari satu peran tidak kongruen
dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh
individu.
 Dimensi-dimensi Normative Peran
Peran didefinisikan secara normative atau kultur adalah
budaya dimanan seseorang berpartisipasi dan atau dimana
individu mengindentifikasi ketentuan-ketentuan dan larangan-
larangan perilaku okupan-okupan dari berbagai posisi.
 Kebersamaan Peran
Menunjukkan kepada keikutsertaan atau partisipasi dari
dua orang atau lebih dalam peran-peran yang sama meskipun
mereka memegang peran yang sama.
 Pemeranan
 Peran respiprokal atau Komplementer
Sebuah peran saling bergantung satu sama lain dan
berkaitan dengan peran dari pasangannya.
b. Peran-peran formal keluarga

Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu


pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, juru masak
dan sebagainya.

8
Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami
(ayah), isteri (ibu) antara lain : peran sebagai provider, sebagai
pengatur rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak, reksreasi,
persaudaraan, peran terapeutik, dan peran seksual.

c. Peran informal keluarga


Peran-peran informal biasanya tidak tampak, dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu
dan/ atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran
informal mempunyai tuntunan yang berbeda tidak terlalu
didasarkan pada usia ataupun jenis kelamin, melainkan lebih
didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian
individu dalam keluarga.

3. Struktur atau Pola Komunikasi


Komunikasi di dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada
hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik, dan valid.
Komunikasi yang jelas dan fungsional di kalangan keluarga
merupakan sarana yang penting, yang mana melalui sarana ini perasaan
penting menyangkut makna diri berkembang dan menjadi terinternalisasi.
Sebaliknya komunikasi-komunikasi yang tidak jelas diyakini sebagai
penyebab utama berfungsinya keluarga yang sangat memperihatinkan
(Holman, 1983; Satir, 1983)
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila
tertutup, adanya isu atau berita negative, tidak terfokus pada satu hal, dan
selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi
pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental
ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerimaan pesan gagal
mendengar, diskualifiksi, ofensif (bersifat negative), terjadi
miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

9
a. Elemen-elemen komunikasi
Komunikasi berfungsi sebagai alat yang penting untuk mengikat
subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk
ikatan (kohesif) menyeluruh dan memelihara seluruh sistem.
Dalam bahasa pemrosesan informasi, komunikasi memberikan
seseorang pengirim suatu pesan, suatu pesan, suatu bentuk saluran pesan,
seorang penerima, dan sejumlah interaksi anatara pengirim dan penerima.
b. Prinsip-prinsip Komunikasi
 Tidak mungkin melakukan komunikasi, karena semua perilaku
adalah bentuk komunikasi.
 Komunikasi tidak hanya menghantar informasi atau isi, tetapi
disertai juga dengan perintah (intruksi).
 Komunikasi meliputi suatu prose transaksi, dan dalam setiap
tukar-menukar respon, terdapat komunikasi yang mendahuluinya,
di samping sejarah hubungan yang mendahuluinya.
c. Komunikasi Fungsional dalam Keluarga
Komunikasi fungsional dalam keluarga menuntut bahwa
maksud dan arti dari pengirim yang dikirim lewat saluran-saluran
yang relative jelas dan bahwa penerima pesan mempunyai suatu
pemahaman terhadap arti dari pesan itu yang mirip dengan pengirim.
d. Pola-Pola Fungsional dari Komunikasi
Pola-pola komunikasi keluarga adalah karakteristik pola-pola
interaksi dari keluarga yang di samping mempengaruhi dan
mengorganisir anggota keluarga, pola-pola ini juga menghasilkan arti
transaksi di antara para anggota keluarga. Adapun pola komunikasi
fungsional antara lain, komunikasi emosional, komunikasi terbuka,
adanya hierarki kekuasaan dan aturan-aturan keluarga dalam
komunikasi, konflik keluarga dan resolusi konflik.
e. Komunikasi Disfungsional
Komunikasi dari seorang yang disfungsional seringkali tidak
efektif. Diantaranya komunikasi tersebut dapat berupa asumsi-asumsi
(tanpa ada validasi), ekspresi perasaan tak jelas, ketidakmampuan

10
mengungkapkan kebutuhan, diskualifikasi (membolehkan penerima
untuk tidak setuju terhadap suatu pesan).
f. Pola-pola Komunikasi Disfungsional
Pola-pola ini dapat berupa sindrom mengabdikan diri dan area
komunikasi tertutup.

4. Struktur Nilai atau Norma Keluarga


Nilai keluarga didefiniskan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar
mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya
lazim (Parad dan Caplan, 1965). Kebudayaan keluarga merupakan sumber
sistem nilai dan norma-norma utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya
kelompok keluarga merupakan sumber-sumber utama sistem kepercayaan-
kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma yang menetukan pemahaman
individu-individu terhadap sifat dan makna dari dunia, tempat mereka
dalam kelompok keluarga, dan bagaimana mencapai tujuan-tujuan dan
aspirasi mereka.
Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dan
dalam keluarga nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-
aturan dan nilai-nilai dari keluarga.

2.5 Pembahasan Fungsi Pokok Keluarga

1. Friedman (1998)
 Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah.
c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.

11
d) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.

2. UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994


 Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a) Fungsi keagamaan
 Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hdiup
seluruh anggota keluarga
 Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada
seluruh anggota keluarga
 Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman
dari ajaran agama
 Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat
 Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

b) Fungsi budaya
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-
norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma
dan budaya asing yang tidak sesuai
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif gobalisasi dunia
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi

12
 Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan
budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma
keluarga kecil bahagia sejahtera

c) Fungsi cinta kasih


 Menumbuhkan kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara
anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus
menerus
 Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga
secara kuantitatif dan kualitatif
 Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi
dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang
 Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera

d) Fungsi perlindungan
 Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak
aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga
 Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar
 Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

e) Fungsi reproduksi
 Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat
baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya
 Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga
dalam usia, pendewasaan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik
maupun mental

13
 Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan
waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang
diinginkan dalam keluarga
 Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil sejahtera

f) Fungsi sosialisasi
 Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama
 Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi
orangtua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

g) Fungsi ekonomi
 Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
 Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan
seimbang

h) Fungsi pelestarian lingkungan


 Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern
keluarga
 Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan ekstern
keluarga
 Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitarnya.

14
4. Effendy (1998)
 Ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah:
 Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya
 Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
 Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya

Namun dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi indutrialisasi, fungsi


keluarga dikembangkan menjadi:

a. Fungsi biologis

 Untuk meneruskan keturunan


 Memelihara dan membesarkan anak
 Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
 Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi psikologis

 Memberikan kasih sayang dan rasa aman


 Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
 Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi sosialisasi

 Membina sosialisasi pada anak

15
 Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
 Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi ekonomi

 Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga


 Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
 Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya

e. Fungsi pendidikan

 Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan


membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
 Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

16
2.6 Tugas keluarga dibidang kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di


bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan


keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti dank arena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan
tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

17
Tingkat I : Keluarga sebagai konteks
 Keperawatan keluarga di konseptualisasikan sebagai bidang dimana keluarga
dipandang sebagai konteks bagi klien atau anggota keluarga.
 Asuhan keperawatan berfokus pada individu.
 Keluarga merupakan latar belakang atau focus sekunder & individu bagian
terdepan atau focus primer yang berkaitan dengan pengkajian & intervensi.
 Perawatan dapat melibatkan keluarga sampai tingkat tertentu.
 Kebanyakan area spesialis memandang keluarga sebagai lingkungan social
yang krusial dari klien, dengan demikian keluarga menjadi sumber dukungan
utama. Ini disebut asuhan berfokus pada keluarga.
Tingkat II : keluarga sebagai penjumlahan anggotanya
 Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah anggota keluarga secara
individu, oleh karena itu perawatan diberikan pada semua anggota keluarga.
 Model ini dipraktekkan secara implisit dalam keperawatan kesehatan
komunitas.
 Dalam tingkatan ini, garis depannya adalah masing-masing klien yang dilihat
sebagai unit yang terpisah dari unit yang berinteraksi.

Tingkat III : subsistem keluarga sebagai klien

 Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima pengkajian dan intervensi.


 Keluarga inti, keluarga besar dan subsistem keluarga lainnya adalah unit
analisis dan asuhan.
 Contoh foci keperawatan adalah hubungan anak dan orang tua, interaksi
perkawinan, isu0isu pemberi perawatan, dan perhatian (concern) pada bonding
attachment.

Tingkat IV : keluarga sebagai klien

 Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai focus utama pangkajian atau
asuhan.

18
 Keluarga menjadi bagian depan dan anggota keluarga secara individu sebagai
latar belakang atau konteks.
 Keluarga dipandang sebagai system yang saling berinteraksi.
 Focus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi dan struktur
keluarga sama baik dalam berhubungan dengan subsistem keluarga dalam
keseluruhan dan dengan lingkungan luarnya.
 System keperawatan keluarga menggunakan pengkajian klinik lanjut
(advanced) & keterampilan intervensi berdasarkan pada integrasi keperawatan,
terapi keluarga dan teori sistem.

Tingkat V : keluarga sebagai komponen masyarakat

 Keluarga dipandang sebagai suatu subsistem dalam sebuah system yang lebih
besar (komunitas, masyarakat).
 Keluarga dipandang sebagai salah satu lembaga dasar di masyarakat seperti
lembaga pendidikan, kesejahteraan / agama.

Pengkajian

Tahap I

I. Data umum
1. Nama kepala keluarga
2. Alamat
3. Komposisi keluarga (dalam table) lengkapi dengan genogram
4. Tipe keluarga
5. Suku
6. Agama
7. Status social ekonomi keluarga
8. Aktivitas rekreasi keluarga
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
9. Tahap perkembangan keluarga saat ini
10. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

19
11. Riwayat keluarga inti
12. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak suami dan istri)
III. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
14. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
15. Mobilitas geografis keluarga
16. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
17. System pendukung keluarga
IV. Struktur keluarga
18. Pola komunikasi keluarga
19. Struktur kekuatan keluarga
20. Struktur peran (formal dan informal)
21. Nilai atau norma keluarga
V. Fungsi keluarga
22. Fungsi afektif
23. Fungsi sosialisasi
24. Fungsi perawatan keluarga
VI. Stress dan koping keluarga
25. Stresor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga
26. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stressor
27. Strategi koping yang digunakan
28. Strategi adaptasi disfungsional
VII. Pemeriksaan fisik
VIII. Harapan keluarga

Pengkajian tahap II
 Penjajakan tahap II mengacu pada pelaksanaan 5 tugas kesehatan
keluarga, oleh keluarga.
 Mengenal masalah : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan
identifikasi tingkat keseriusan masalah pada keluarga
 Mengambil keputusan : akibat dan keputusan keluarga

20
 Melakukan perawatan sederhana : cara-cara perawatan yang sudah
dilakukan keluarga, dan cara-cara pencegahan
 Modifikasi lingkungan : lingkungan fisik, dan lingkungan psikologis

Pemanfaatan fasilitas kesehatan: pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi


keluarga dan frekuensi kunjungan

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Struktur keluarga merupakan susunanan atau pola yang dibangun
di dalam keluarga.. struktur dalam keluarga juga menyatakan cara-cara
yang digunakan untuk menata unit-unit di dalam keluarga sehingga
keluarga mampu memenuhi fungsi-fungsi keluaraga.
Struktur keluarga sangat penting dalam keberlangsungan
pemberian asuhan keperawatan keluarga, karena ia mengacu kepada
elemen inti dalam keluarga yaitu berupa kekuasaan, peran, komunikasi
dan nilai yang merupakan elemen pembentuk struktur atau pola-pola
dalam kehidupan keluarga, yang menetukan harmonis atau tidaknya
sebuah keluarga.

3.2 Saran
Perlu pemahaman yang mendalam terhadap struktur keluarga,
terutama masing-masing elemen harus dipahami secara mendalam
sehingga dapat diketahui bagaimana pola kehidupan dalam keluarga yang
sangat penting untuk acuan pemberian asuhan keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. EGC:


Jakarta

Mubarak, Wahid Iqbal dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan


Aplikasi. Salemba Medika:Jakarta

http://oinharitsaa.blogspot.com/2010/11/definisi-fungsi-dan-struktur-
keluarga.html (diakses tanggal 17 September 2012)

http://artikata.com/arti-352128-struktur.html (diakses tanggal 17 september 2012)

23

Anda mungkin juga menyukai