Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Gangguan kebutuhan cairan akibat

patalogis sistem perkemihan

DOSEN PEMBIMBING

H. Ali Hamzah, SKp, MNS

NAMA : WAWAN

NPM : P17320119337

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN RPL

2019
DAFTAR ISI

Daftar isi ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Definisi .............................................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi sistem Perkemihan ....................................................... 2

2.2 Amannesias Gangguan Sistem Perkemihan ...................................................... 2

2.3 Dehidrasi ........................................................................................................... 3

2.4 Distribusi Cairan Pada 3 Tipe Dehidrasi ........................................................... 5

2.5 Derajat Dehidrasi .............................................................................................. 7

2.6 Deretan Dehidrasi Menurut Kehilangan BB ..................................................... 8

2.7 Penatalaksanaan ................................................................................................ 8

2.8 Dehidrasi Derajat Ringan – Sedang .................................................................. 8

2.9 Dehidrasi Derajat Berat ..................................................................................... 8

2.10 Penanganan Dehidrasi Derajat Berat .............................................................. 8

2.11 Kebutuhan Cairan Berdasarkan BB ................................................................ 9

2.12 Dehidrasi Isotonik ........................................................................................... 9

2.13 Dehidrasi Hipotoni .......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Risiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepata perpindahan
cairan dari intravaskuler, intersisial, dan intraseluler.

1.2 Tujuan
• Untuk memenuhi tugas makalah etika keperawatan
• Untuk mengetahui prinsip prinsip etika keperawatan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

 Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra.
 Fungsi
• Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari
tubuh manusia
• Fungsi dalam mekanisme terpenting homeostasis

Pengeluaran zat-zat toksin/racun, memjaga keseimbangan cairan tubuh,


keseimbangan asam-basa, dan mempertahankan keseimbangan mineral dan
zat-zat lain dalam darah

2.2 Amannesis gangguan sistem perkemihan

1. Frekuensi berkemih (miksi):


– Poliuri
– Oliguri (keluar kurang dari normal, minimal urine keluar kurang lebih
400-500cc/ hari)
– Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).
– Urgensi (keinginan kuat untuk miksi, tetapi tidak terkontrol
pengeluarannya).
– Nokturi (terbangun tengah malam untuk miksi).
– Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk miksi
(hesistansi).
– Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).
– lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari).

2
2. Kelainan berkemih
– Disuri (rasa sakit/panas saat miksi)
– Hematuri (darah keluar bercampur dengan urine)
– Piuri (Pus dalam urine berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis)
– Lituri (urine keluar bersama batu kecil sewaktu miksi)

2.3 Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh


karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau
kombinasi keduanya.

The signs of dehydration are the result of 2 important factors:


Type of dehydration: Isotonic, hypertonic, hypotonic.
Degree: Ringan , Sedang , atau Berat.

Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah


yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya
elektrolit. Pada dehidrasi terjadi keseimbangan negatif cairan tubuh akibat
penurunan asupan cairan dan meningkatnya jumlah air yang keluar (lewat
ginjal, saluran cerna atau insensible water loss/IWL), atau karena adanya
perpindahan cairan dalam tubuh.
Berkurangnya volume total cairan tubuh menyebabkan penurunan volume
cairan intrasel dan ekstrasel, beberapa faktor penyebab dehidrasi :
• Gastroenteritis
Pada diare yang disertai muntah, dehidrasi akan
semakin progresif. Dehidrasi karena diare
menjadi penyebab utama kematian bayi dan
anak di dunia.
• Demam
Demam dapat meningkatkan IWL dan menurunkan nafsu makan.

3
• Stomatitis dan faringitis
Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat
membatasi asupan makanan dan minuman
lewat mulut.
• Ketoasidosis diabetes (KAD)
KAD disebabkan karena adanya diuresis osmotik. Berat badan turun akibat
kehilangan cairan dan katabolisme jaringan.
• Selain hal diatas, dehidrasi juga dapat dicetuskan oleh kondisi heat-stroke,
tirotoksikosis, obstruksi saluran cerna, diabetes insipidus, dan luka bakar.

Tipe dehidrasi
1. Dehidrasi isotonik (Isonatremik)
Tipe ini merupakan yang paling sering (80%).
Pada dehidrasi isotonik kehilangan air sebanding dengan jumlah natrium yang
hilang, dan biasanya tidak mengakibatkan cairan ekstrasel berpindah ke
dalam ruang intraseluler.
Kadar natrium dalam darah pada dehidrasi tipe ini 135-145 mmol/L dan
osmolaritas efektif serum 275-295 mOsm/L.
Dehidrasi hipotonik (hiponatremik)

2. Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum


(kurang dari 135 mmol/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270
mOsml/L). Karena kadar Na rendah, cairan intravaskuler berpindah ke ruang
ekstravaskuler, sehingga terjadi deplesi cairan intravaskuler.
Natrium yang hilang lebih banyak daripada air.

4
3. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik).
Air yg hilang lebih banyak daripada natrium.
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih
dari 145 mmol/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 295
mOsm/L). Karena kadar natrium serum tinggi, terjadi pergeseran air dari
ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler Untuk mengkompensasi hal tsb,
sel akan merangsang partikel aktif (idiogenik osmol) yang akan menarik air
kembali ke sel dan mempertahankan vol cairan intrasel. Saat terjadi rehidrasi
cepat untuk mengoreksi kondisi hipernatremia, peningkatan aktivitas osmotik
sel tersebut akan menyebabkan influks cairan berlebihan yang dapat
menyebabkan pembengkakan dan ruptur sel; edema serebral adalah
konsekuensi yang paling fatal.
Rehidrasi secara perlahan dalam lebih dari 48 jam
dapat meminimalkan risiko ini

2.4 Distribusi Cairan Pada 3 Tipe Dehidrasi

2.5 Derajat Dehidrasi (WHO)

5
2.6 Deraajat Dehidrasi

6
2.7 Deretan Dehidrasi Menurut Kehilangan BB

2.8 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan dehidrasi adalah mengganti cairan yang hilang


dan mengembalikan keseimbangan elektrolit, sehingga keseimbangan
hemodinamik kembali tercapai. Selain pertimbangan derajat dehidrasi,
penanganan juga ditujukan untuk mengoreksi status osmolaritas pasien

2.9 Dehidrasi Derajat Ringan – Sedang

Dehidrasi derajat ringan-sedang dapat diatasi dengan efektif melalui


pemberian cairan ORS (oral rehydration solution) untuk mengembalikan
volume intravaskuler dan mengoreksi asidosis. Selama terjadi gastroenteritis,
mukosa usus tetap mempertahankan kemampuan absorbsinya. Kandungan
natrium dan sodium dalam proporsi tepat dapat secara pasif dihantarkan
melalui cairan dari lumen usus ke dalam sirkulasi.
• Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi adalah dengan
kandungan glukosa 2-3 g/dL, natrium 45-90 mEq/L, basa 30 mEq/L,
kalium 20-25 mEq/L, dan osmolalitas 200-310 mOsm/L.
• Cairan pengganti yang tidak tepat akan menciptakan diare osmotik,
sehingga akan makin memperburuk kondisi dehidrasinya.
• Adanya muntah bukan merupakan kontraindikasi pemberian ORS, kecuali
jika ada obstruksi usus, ileus, atau kondisi abdomen akut, maka rehidrasi
secara intravena menjadi alternatif pilihan.
• Defi sit cairan harus segera dikoreksi dalam 4 jam dan ORS harus
diberikan dalam jumlah sedikit tetapi sering, untuk meminimalkan distensi
lambung dan refleks muntah.

7
• Jika muntah tetap terjadi, ORS dengan NGT (nasogastric tube) atau NaCl
0,9% 20-30 mL/kgBB selama 1-2 jam dapat diberikan untuk mencapai
kondisi rehidrasi. Saat pasien telah dapat minum atau makan, asupan oral
dapat segera diberikan.

2.10 Dehidrasi Derajat Berat


– Pada dehidrasi berat dibutuhkan evaluasi laboratorium dan terapi
rehidrasi intravena,
– Penyebab dehidrasi harus digali dan ditangani dengan baik

2.11 Penanganan Dehidrasi Derajat Berat

Tahap Pertama berfokus untuk mengatasi kedaruratan dehidrasi, yaitu


syok hipovolemia yang membutuhkan penanganan cepat.
Pada tahap ini dapat diberikan cairan kristaloid isotonik, seperti Ringer
laktat(RL) atau NaCl 0,9% sebesar 20 mL/kgBB.
Perbaikan cairan intravaskuler dapat dilihat dari perbaikan takikardi, denyut
nadi, produksi urin, dan status mental pasien.
• Apabila perbaikan belum terjadi setelah cairan diberikan dengan
kecepatan hingga 60 mL/kgBB, maka etiologi lain syok harus
dipikirkan (misalnya anafilaksis, sepsis, syok kardiogenik).
• Pengawasan hemodinamik dan golongan inotropik (+) dapat
diindikasikan
Tahap Kedua berfokus pada mengatasi defisit, pemberian cairan
pemeliharaan dan penggantian kehilangan yang masih berlangsung.
Kebutuhan cairan pemeliharaan diukur dari jumlah kehilangan cairan (urin,
tinja) ditambah IWL.
Jumlah IWL adalah antara 400-500 mL/m2 luas permukaan tubuh dan dapat
meningkat pada kondisi demam dan takipnea.

2.12 Kebutuhan Cairan Berdasarkan Berat Badan

• Berat badan < 10 kg = 100 mL/kgBB

8
• Berat badan 10-20 kg = 1000 + 50 mL/kgBB untuk setiap kilogram
berat badan di atas 10 kg
• Berat badan > 20 kg = 1500 + 20 mL/kgBB untuk setiap kilogram
berat badan di atas 20 kg

2.13 Dehidrasi Isotonik


• Defisit natrium secara umum dapat dikoreksi dengan mengganti defi sit
cairan ditambah dengan cairan pemeliharaan dextrose 5% dalam
• NaCl 0,45-0,9%. Kalium (20mEq/L kalium klorida) dapat ditambahkan
ke dalam cairan
• pemeliharaan saat produksi urin membaik dan kadar kalium serum
berada dalam rentang aman

2.14 Dehidrasi Hipotoni


• Pada tahap awal diberikan cairan pengganti intravaskuler NaCl 0,9% atau
RL 20 mL/kgBB sampai perfusi jaringan tercapai.
• Pada hiponatremia derajat berat (<130 mEq/L) harus dipertimbangkan
penambahan natrium dalam cairan rehidrasi.
• Koreksi defisit Na melalui perhitungan =
(Target Na- jumlah Na saat ini) x volume distribusi x berat badan
(kg).
• Cara mudah adalah memberikan dextrose 5% dalam NaCl 0,9% sebagai
cairan pengganti. Kadar natrium harus dipantau dan jumlahnya dalam
cairan disesuaikan untuk mpertahankan proses koreksi perlahan (<0,5
mEq/L/jam).
• Koreksi kondisi hiponatremia secara cepat sebaiknya dihindari untuk
mencegah mielinolisis pontin (kerusakan selubung mielin).
• Sebaliknya koreksi cepat secara parsial menggunakan larutan NaCl
hipertonik (3%) 0,5 mEq/L direkomendasikan untuk menghindari risiko
ini.
• Cara mudah adalah memberikan dextrose 5% dalam NaCl 0,9% sebagai
cairan pengganti. Kadar natrium harus dipantau dan jumlahnya dalam

9
cairan disesuaikan untuk mpertahankan proses koreksi perlahan (<0,5
mEq/L/jam).
• Koreksi kondisi hiponatremia secara cepat sebaiknya dihindari untuk
mencegah mielinolisis pontin (kerusakan selubung mielin).
• Sebaliknya koreksi cepat secara parsial menggunakan larutan NaCl
hipertonik (3%) 0,5 mEq/L direkomendasikan untuk menghindari risiko
ini.

2.15 Jenis Terapi cairan

10
BAB III

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam masakalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini penulis banyak berharap para pembaca
yang budiman memberiakn kritikk dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan penulis makalah ini di kesempatan-
kesempatan berikutnya,.semoga makalah ini berghuna bagi poenyuulids pada
khususnya juga para pewmbaca yang budiman pada umumnya.

11

Anda mungkin juga menyukai