ORET
ORET
NIM : P07134018049
Kelas : 2A
Mata Kuliah : Kesehatan Pariwisata
A. Pengertian HACCP
Menurut WHO, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard
Analysis and Critical Control Points / HACCP) didefinisikan sebagai suatu
pendekatan ilmiah, rasional, dan sistematik untuk mengidentifikasi, menilai, dan
mengendalikan bahaya.
Dillon and Griffith (1996) dalam buku Hygiene dan Sanitasi Makanan
mendefinisikan HACCP sebagai sistem manajemen keamanan makanan, dengan
strategi mencegah bahaya dan resiko yang terjadi pada titik-titik kritis pada
rantai produksi makanan. Sedangkan Badan Standardisasi Nasional (BSN)
Indonesia mendefinisikan HACCP sebagai suatu sistem untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata bagi keamanan pangan.
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang berdasarkan kepada
kesadaran bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap
produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendaliannya untuk mengontrol
bahaya bahaya tersebut. Kunci utama HACCP adalah antisipasi dan identifikasi
titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan, daripada
mengandalkan kepada pengujian produk akhir.
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang
tanpa resiko, tetapi dirancang untuk meminimalkan resiko bahaya keamanan
pangan. Sistem HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan
untuk memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap
kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik.
HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari
produsen utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan,
distribusi, pemasaran hingga sampai kepada pengguna akhir. Hazard Analysis,
adalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya risiko bahaya yang tidak dapat
diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan
yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah keamanan
pangan.
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah langkah
dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk mencegah atau
menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman.
Titik pengendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi,
praktek, prosedur atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk
mencegah atau mengurangi bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis:
a. Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik dimana bahaya
dapat dihilangkan.
b. Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik dimana bahaya
dikurangi.
Warna Cokelat
Penerimaan
ayam Penerimaan bumbu
Penerimaan air lengkap (Rempah
Khas Bali)
Pembersihan
Persiapan
Usus Babi
Persiapan
penirisan Pencampuran
bumbu dan proses
memasukkannya
Pengolahan ke dalam usus
babi
Proses Penggorengan
Penyajian
Petugas
Distribusi,
Rusak, tidak penerima lebih
penyimpanan
sesuai teliti saat
, petugas
spesifikasi, penerimaan,
penerima
kotoran, barang tidak CCP
1. Penerimaan kurang teliti, M H S
residu sesuai
kesalahan
pestisida, spesifikasi
pemasok,
dan residu dikembalikan
dan
logam berat kepada
penanganan
rekanan, dicuci
kurang baik dahulu
dari rekanan sebelum
dipakai.
M H S Menggunakan Not
pisau CCP
Logam Menggunaka terstandar,
berat, dan n pisau yang menggunakan
kontaminasi sama untuk talenan bersih
silang jenis bahan (dicuci dahulu
2. Pemotongan berbeda,
dengan setelah
bahan tanpa dicuci digunakan
makanan terlebih untuk bahan
lain dahulu makanan lain),
menggunakan
APD
Mencuci M H TS Personal Not
Depkes RI. 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPL dan PM.
Jakarta.
Fathonah, Siti. 2005. Higiene dan Sanitasi Makanan. Unnes Press. Semarang.