Anda di halaman 1dari 24

PERANCANGAN SISTEM MONITORING KINERJA DI GUDANG KERTAS

PT. RAPP DENGAN PENDEKATAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION


REFERENCE (SCOR) DAN FUZZY HIERARCHY ANALYTICAL PROCESS (AHP)

TUGAS AKHIR

Disusun oleh:

Hervin Wijaya 1201164197

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2019
1 DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

Latar Belakang.................................................................................................................... 1

Rumusan Masalah .............................................................................................................. 3

Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 3

Batasan Penelitian .............................................................................................................. 3

Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 4

Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................................. 6

2.1 Warehouse Management .......................................................................................... 6

2.2 Supply Chain Operation Refercence (SCOR) ......................................................... 7

2.3 Fuzzy ...................................................................................................................... 10

2.4 Analytical Hierarchy Process (AHP) .................................................................... 11

2.5 Fuzzy AHP.......................................................................................................... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 16

3.1 Model Konseptual .................................................................................................. 16

3.2 Sistematika Pemecahan Masalah ........................................................................... 17

3.2.1 Tahap Pendahuluan......................................................................................... 19

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komponen Biaya Logistik Eropa ....................................................................... 1


Gambar 2.1 SCOR Model ...................................................................................................... 8
Gambar 2.2 Triangular fuzzy number .................................................................................. 10
Gambar 3.1 Model Konseptual ............................................................................................. 16
Gambar 3.2 Sistematika Pemecahan Masalah ...................................................................... 18

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bilangan Fuzzy AHP ........................................................................................... 11


Tabel 2.2 Ratio Index ........................................................................................................... 13

ii
2 BAB 1
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Di era bisnis saat ini yang ditandai dengan globalisasi yang terus meningkat dan
persaingan yang semakin ketat, semua perusahaan terus melakukan upaya perubahan
pada operasi bisnis global untuk meningkatkan kinerja setiap komponen secara
menyeluruh. Menurut Frazelle (2002) pergudangan memainkan peran penting dalam
keberhasilan dan kegagalan perusahaan mana pun di lingkungan bisnis dengan
persaingan saat ini. Khan (2016:871) menyatakan bahwa gudang merupakan
komponen yang sangat penting dari sebagian besar rantai pasok modern dan cenderung
terlibat dalam berbagai tahap pengadaan, produksi, dan distribusi. Selain itu,
kompleksnya jaringan logistik saat ini dan digitalisasi yang semakin meningkat,
gudang dituntut untuk cepat dalam bertransformasi. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh Statista, 33% komponen dari biaya logistik adalah aktivitas
pergudangan, terbesar kedua setelah transportasi.

Gambar 2.1.1 Komponen Biaya Logistik Eropa


(Sumber: Statista)

1
Menyadari betapa pentingnya peran pergudangan dan besarnya porsi biaya dalam
logistik, maka perlu adanya upaya untuk mengukur kinerja di seluruh aktivitas yang
dalam pergudangan dengan melakukan penilaian kinerja. Kinerja yang diukur
berdasarkan kegiatan atau aktivitas yang berjalan pada sebuah gudang. Aktivitas
pergudangan tersebut menurut Frazelle (2002:10-11) meliputi kegiatan penerimaan
barang (Receiving) , pemindahan barang ke area penyimpanan (putaway), pengambilan
pesanan dari area penyimpanan ke stagging area (order picking), dan kegiatan untuk
memeriksa, menyiapkan, dan memastikan barang yang diambil telah sesuai secara
kuantitas pesanan sebelum dilakukannya pengiriman. Pengukuran Kinerja akan
memberikan feedback yang sangat baik terhadap kualitas keputusan strategis dan
operasional dan yang terpenting pada keputusan yang harus diambil untuk meningkatkan
desain dan proses operasi pergudangan.

PT. Riau Andalan Pulp and Paper yang berdiri pada tahun 1992, merupakan salah satu
anak perusahaan dari APRIL Group dan juga merupakan salah satu perusahaan terbesar
yang bergerak disektor Pulp and paper. PT.RAPP memiliki dua gudang untuk
menyimpan produk jadi yaitu gudang pulp dan gudang kertas. Gudang kertas dengan
kapasitas 6000 ton ini menyimpan produk jadi berupa kertas dengan berbagai ukuran
seperti ukuran A4, A3, B5, Folio, dan lain-lain. Perusahaan ini telah memiliki sistem
untuk mengukur kinerja namun untuk kriteria kinerja gudang yang diukur masih belum
menyeluruh karena KPI yang didesain kurang detail sehingga tidak mencakup seluruh
aktivitas pergudangan. Selain itu, perusahaan belum memiliki sistem monitoring kinerja
pada gudang sehingga menyulitkan perusahaan dalam memantau kinerja gudang kertas
yang mereka miliki. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis ingin merancang sistem
monitoring kinerja gudang berdasarkan perancangan secara detail kriteria kinerja
pergudangan dengan mengintegrasikan pendekatan model Supply Chain Operation
Reference (SCOR) dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada
pendekatan model SCOR, indikator kinerja yang digunakan hanya berkaitan dengan
aktivitas pergudangan. metode AHP digunakan untuk melihat tingkat kepentingan

2
kriteria kinerja mana yang paling penting dalam perusahaan dan fuzzy digunakan untuk
merepresentasikan ketidakpastian penilai dalam memberikan penilaian terhadap kinerja
yang diukur.

2.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diangkat berdasarkan latar belakang ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana rancangan sistem monitoring kinerja di dalam pergudangan berdasarkan
pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Fuzzy Analytical
Hierarchy Process (AHP)?

2.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Adanya rancangan sistem monitoring kinerja gudang kertas berdasarkan pendekatan


Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process
(AHP) untuk pengguna dalam memantau kinerja gudang.

2.4 Batasan Penelitian


Adapun batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1) Penelitian dilaksanakan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT.RAPP) yang
berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.
2) Penelitian hanya fokus pada proses dalam kegiatan di gudang kertas PT. RAPP.
3) Kriteria kinerja yang diteliti dengan pendekatan SCOR hanya berkaitan dengan
pergudangan.
4) Penelitian yang akan dilakukan tidak menimbang atau memperhitungkan biaya
pengimplementasian sistem monitoring.

3
2.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Membantu perusahaan dalam memonitor pengukuran kinerja gudang secara


menyeluruh.
2) Dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bagi perusahaan untuk
meningkatkan manajemen pergudangan yang lebih baik.
3) Kriteria kinerja gudang yang semakin detail untuk diukur akan mampu
meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan bagi perusahaan.

2.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan. Dalam
latar belakang membahas bagaimana pentingnya peran pergudangan dalam supply chain
dan logistik, serta membahas secara ringkas masalah yang terjadi di perusahaan.
Kemudian dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini, batasan
masalah yang membuat penelitian menjadi terarah dan terfokus, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan yang diterapkan dalam penelitian ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori atau literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
Literatur dan teori harus relevan dan sesuai dengan apa yang diteliti. Tinjauan pustaka
dalam penelitian ini dikutip melalui buku-buku yang berkaitan dengan SCM, buku
mengenai manajemen pergudangan, jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang
menggunakan metode SCOR dan juga melalui internet.

4
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini secara
terperinci meliputi: tahap perumusan masalah penelitian, perumusan hipotesis dan
pengembangan model penelitian, mengidentifikasi dan melakukan operasionalisasi
variabel penelitian, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji
instrumen, dan merancang analisis dari pengolahan data.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 5 ANALISIS

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

5
3 BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Warehouse Management


Menurut penjelasan dari Warman (2004), gudang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan bahan baku (raw material), barang setengah jadi (work in process), dan
penyimpanan barang sudah melalui semua tahap proses (finish goods). Meyers dan
Stephen (2000) menjelaskan bahwa gudang tidak hanya sebatas menyimpan barang saja,
melainkan proses penanganan barang yang disimpan tersebut seperti penerimaan barang,
pencatatan barang, penyimpanan, pemilihan barang, penyortiran pemberian label hingga
proses pengiriman barang. Dalam kegiatannya, gudang memiliki beberapa aktivitas dari
barang tersebut diterima hingga melalui proses pengiriman kepada pelanggan. Aktivitas
dalam pergudangan meliputi (Frazelle,2002):

1) Receiving, yaitu kumpulan aktivitas yang terlibat dalam penerimaan tertib semua
barang yang masuk ke dalam gudang, memberikan jaminan bahwa kuantitas dan
kualitas bahan tersebut sesuai pesanan, dan menyalurkan material ke penyimpanan
atau ke fungsi organisasi lain yang membutuhkannya.
2) Prepackaging, yaitu kegiatan yang dilakukan di gudang ketika produk diterima dalam
bentuk curah dari pemasok dan kemudian dikemas secara tunggal, dalam jumlah yang
dapat diperjualbelikan, atau dalam kombinasi barang-barang untuk membentuk paket
atau bermacam-macam.
3) Putaway, merupakan kegiatan untuk menempatkan barang ke tempat penyimpanan,
termasuk penanganan barang, verifikasi lokasi, dan penempatan barang.
4) Storage, adalah penahanan fisik barang sementara ketika menunggu permintaan.
metode penyimpanan tergantung pada ukuran dan jumlah barang dalam persediaan
dan karakteristik penanganan produk atau wadahnya.
5) Order picking, adalah proses mengeluarkan barang dari penyimpanan untuk
memenuhi permintaan yang spesifik. Aktivitas ini merupakan layanan dasar yang

6
disediakan gudang untuk pelanggan dan merupakan fungsi di sekitar sebagian besar
desain gudang.
6) Packaging, kegiatan ini pada dasarnya sama seperti kegiatan prepackaging, yaitu
mengemas barang yang akan dikirim sesuai dengan kuantitas dan kualitas, selain itu
kegiatan ini juga memastikan barang akan dikirim tidak mengalami kerusakan hingga
akhirnya diterima oleh pelanggan.
7) Sortation, merupakan kegiatan pengurutan item secara individual dan atau lebih dari
satu item ketika pesanan terdiri dari berbagai item.
8) Shipping, merupakan aktivitas yang terdiri dari:
a. Memeriksa pesanan untuk kelengkapan
b. mengemas pesanan dalam wadah pengiriman yang sesuai
c. menyiapkan dokumen pengiriman, termasuk daftar pengemasan, label alamat,
dan surat tanda terima barang (bills of lading).
d. Mengakumulasi pesanan oleh operator.
e. Memasukkan pesanan ke dalam truk (loading truck)

2.2 Supply Chain Operation Refercence (SCOR)


Salah satu metode pengukuran kualitas supply chain adalah Supply Chain Operations
Reference (SCOR) Model yang dikembangkan oleh suatu lembaga profesional, yaitu
Supply Chain Council (SCC). Process Reference Model merupakan proses untuk
mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi. (Supply Chain
Council,2008). Berikut adalah supply chain yang digambarkan SCOR model.

7
Gambar 3.1 SCOR Model
(sumber: Supply Chain Council)

Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1, SCOR membagi proses-proses supply
chain menjadi 5 proses int i yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Kelima proses
tersebut berfungsi seperti yang diuraikan, yaitu:

1) Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk


menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan
pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan
pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan
kapasitas, dan melakukan penyesuaian (alignment) supply chain plan dengan
financial plan.
2) Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi
permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari
supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk
barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja
supplier, dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah
barang yang dibeli termasuk stocked, make to order, atau engineer to order
products.
3) Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi produk
yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa dilakukan atas dasar

8
ramalan untuk memenuhi target stok (make to stock), atas dasar pesanan (make to
order), atau engineer to order. Proses yang terlibat di sini antara lain adalah
penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan
kualitas, mengelola barang setengah jadi (work in process), memelihara fasilitas
produksi, dan sebagainya.
4) Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang
maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan distribusi.
Proses yang terlibat di antaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan,
memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk
jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.
5) Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena
berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan
melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga merupakan bagian
dari proses return.

SCOR memiliki tiga hierarki proses. Tiga hierarki tersebut menunjukkan bahwa SCOR
melakukan dekomposisi proses dari yang umum ke yang detail seperti halnya mode l Chan
& Li. Tiga level tersebut adalah:

1) Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses di
atas (plan, source, make, deliver, dan return).
2) Level 2 dikatakan sebagai configuration level dimana supply chain perusahaan bisa
dikonfigurasi berdasarkan sekitar 30 proses inti. Perusahaan bisa membentuk
konfigurasi saat ini (as is) maupun yang diinginkan (to be).
3) Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi elemen proses,
input, output, metrik masing-masing elemen proses.

9
2.3 Fuzzy
Logika fuzzy merupakan suatu pendekatan untuk mengambil keputusan yang bertujuan
untuk memecahkan suatu masalah dalam sistem yang sulit untuk direpresentasikan atau
bersifat ambigu Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh
pada tahun 1965 dari University of California di Berkeley. Logika fuzzy menjelaskan
tentang derajat kebenaran dengan derajat keanggotaannya bernilai kontinu yaitu pada
kisaran antara 0 hingga 1. Himpunan fuzzy didasarkan kepada gagasan dalam
memperluas fungsi karakteristik sehingga fungsi tersebut mencakup bilang real pada
interval [0,1]. Nilai keanggotaannya tidak hanya pada nilai 0 atau 1, tetapi tetap berada
di antara 0 sampai 1. Fungsi keanggotan bilangan fuzzy disimbolkan dengan l, m, u atau
lower, medium, upper. Bilangan fuzzy ini disebut Triangular Fuzzy Number (TFN).

Gambar 2.2 Triangular fuzzy number

10
Dalam menentukan derajat keanggotaan fuzzy AHP dengan menggunakan fungsi
keanggotaan segitiga (Triangular Fuzzy Number/TFN) telah dikembangkan oleh Chang
(1996). Variabel linguistic didalam TFN digunakan dalam pengambilan keputusan
dalam mempresentasikan kekaburan data. Berikut adalah tabel keanggotaan skala fuzzy
segitiga yang dijelaskan pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Bilangan Fuzzy AHP

Skala Skala Invers Skala


AHP Fuzzy Fuzzy
1 (1,1,3) (1/3, 1/1, 1/1)

3 (1,3,5) (1/5, 1/3, 1/1)

5 (3,5,7) (1/7, 1/5, 1/3)

7 (5,7,9) (1/9, 1/7, 1/5)

9 (7,9,9) (1/9, 1/9, 1/7)


2 (1,2,4) (1/4, 1/2, 1/1)
4 (2,4,6) (1/6, 1/4, 1/2)
6 (4,6,8) (1/8, 1/6, 1/4)
8 (6,8,9) (1/9, 1/8, 1/6)

2.4 Analytical Hierarchy Process (AHP)


Menurut Kilinci (2013) metode AHP merupakan metode penyelesaian masalah Multi
Criteria Decision Making (MCDM). Metode ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
untuk mendukung keputusan yang akan diambil dan mengurai masalah multi kriteria
yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki sendiri diartikan sebagai suatu gambaran
dari suatu permasalahan yang kompleks dari sebuah struktur multi tingkatan yang dimana
merupakan tujuan lalu diikuti oleh faktor tingkatan, kriteria dan sub kriteria hingga ke
level akhir dari alternatif. AHP memudahkan pengambilan keputusan karena dapat
menguraikan suatu masalah yang kompleks menjadi bagian-bagian yang kemudian diatur
menjadi bentuk hirarki sehingga permasalahan akan terlihat lebih terstruktur dan

11
sistematis. Berikut adalah langkah-langkah penerapan metode AHP menurut Saaty
(2008).

1) Merumuskan masalah dan menentukan pengetahuan yang dibutuhkan.


2) Membentuk struktur hirarki keputusan dengan tingkatan paling atas merupakan
tujuan keputusan yang akan diambil dan tingkatan paling bawah adalah alternatif
keputusan.
3) Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk tiap elemen. Proses selanjutnya
adalah menghubungkan serta menjumlahkan setiap nilai pada alternatif dan elemen
pada setiap elemen.
4) Menggunakan nilai prioritas yang diperoleh dari perbandingan dari kriteria dan
subkriteria sampai pada proses final, sehingga mendapatkan nilai tertinggi pada
alternatif di level terbawah.
5) Untuk mendapatkan nilai rata-rata, langkah penting yang harus dilakukan adalah
menghitung eigenvektor dari setiap matriks perbandingan berpasangan, lalu membagi
kolom, dan membagi setiap kolom yang saling terkait untuk normalisasi matriks.
6) Nilai yang dimasukkan dan dikelola harus menghasilkan CR (Consistensi Ratio) =
0,1.

𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛
CI =
𝑛−1
Keterangan:

n = banyak kriteria atau sub kriteria

CI = indeks konsisten (Consisten Index)

𝐶𝐼
CR =
𝑅𝐼
Keterangan:

12
CR = Consistency Ratio

Berikut adalah nilai random index pada tabel 2.2

Tabel 1.2 Ratio Index

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

7) Memeriksa konsistensi sebuah hierarki. Apabila nilainya lebih dari 10%, maka
penilaian dari sebuah data judgment harus diperbaiki. Apabila nilai hasil rasio
konsistensi (CI/CR) kurang atau sama dengan 0,1, maka perhitungan dianggap benar.

2.5 Fuzzy AHP


Fuzzy AHP merupakan kombinasi dari metode AHP dengan pendekatan konsep fuzzy.
Fuzzy AHP digunakan untuk menutupi kelemahan yang terdapat pada metode AHP,
seperti halnya permasalahan yang terjadi terhadap kriterian yang memiliki sifat subjektif
lebih banyak. Di dalam fuzzy AHP skala rasional fuzzy digunakan dalam identifikasi
kekuatan relatif dari sebuah kriteria yang bersangkutan. Sehingga sebuah matriks dapat
ditentukan dan nilai akhirnya disajikan dalam angka-angka fuzzy. Metode fuzzy AHP
adalah metode pendukung keputusan yang sangat populer dan telah handal dalam
mengatasi permasalahan dengan mengukur sebuah kriterian secara kualitatif dan
kuantitatif. Berikut tahapan-tahapan dalam menyelesaikan fuzzy AHP:

1) Membuat struktur hirarki dengan menentukan perbandingan matriks


berpasangan antar kriterian dengan skala TFN.
2) Menentukan nilai sintetis (Si) prioritas, dengan rumus :
𝑗 1
𝑆𝑖 = ∑𝑚
𝑗=1 𝑀𝑖 × 𝑗 (2.1)
∑𝑛 𝑚
𝑖 ∑𝑗=1 𝑀𝑖

Di mana:
𝑗
∑𝑚 𝑚 𝑚 𝑚
𝑗=1 𝑀𝑖 = ∑𝑗=1 𝑙𝑗 , ∑𝑗=1 𝑚𝑗 . ∑𝑗=1 𝑢𝑗 (2.2)

13
Sedangkan:
1 1
𝑗 = ∑𝑚 𝑚 𝑚 (2.3)
∑𝑛 𝑚
𝑖 ∑𝑗=1 𝑀𝑖 𝑗=1 𝑢𝑖 ,∑𝑗=1 𝑚𝑖 ,∑𝑗=1 𝑙𝑖

Dengan keterangan sebagai berikut:


M = Kriteria, subkriteria, atau alternatif,
I = Baris ke-i,
i = Kolom ke-j,
l = Nilai lower
m = Nilai medium
u = Nilai upper
3) Menentukan nilai vektor (V) dan nilai ordinat defuzzifikasi (d’). Apabila hasil yang
telah diperoleh pada setiap matriks fuzzy adalah M2 > M1 (M2= (l2, m2, u2) dan

M2 =(l1, m1, u1), maka untuk nilai vektornya dirumuskan sebagai berikut:

𝑉(𝑀2 ≥ 𝑀1 ) = sup[min(𝜇𝑀1 (𝑥), min(𝜇𝑀2 (𝑦)))] (2.4)

Sehingga diperoleh degree of posibility:


1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑚2 ≥ 𝑚1
𝑉(𝑀2 ≥ 𝑀1 ) = { 0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑙1 ≥ 𝑙2 (2.5)
𝑙1 −𝑢2
(𝑚2 −𝑢2 )−(𝑚1 −𝑙1 )
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑙𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑙𝑎𝑖𝑛

Untuk membandingkan 𝑀1 dan 𝑀2 diperlukan nilai 𝑉(𝑀2 ≥ 𝑀1 ) dan 𝑉(𝑀1 ≥ 𝑀2 ).


Jika derajat ketidakpastian (degree of possibility) dari bilangan TFN lebih besar dari
konstanta 𝑘 bilangan fuzzy 𝑀𝑖 (𝑖 = 1,2,3,4,5, … . , 𝑘) diasumsikan sebagai berikut :

14
𝑉(𝑀 ≥ 𝑀1 , 𝑀2 , 𝑀3 , 𝑀4 , 𝑀5 , … … , 𝑀𝑘 ) = 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀1 ), 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀2 ), 𝑉(𝑀 ≥
𝑀3 ), … … … , 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀𝑘 ) = 𝑚𝑖𝑛 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀𝑖 ), (2.6)
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑖 = 1,2,3,4,5, … … , 𝑘
Persamaan 2.5 dapat diilustrasikan melalui grafik persimpangan M1 dan M2 yang diuraikan

menjadi persamaan :

𝑑 𝑛 (𝐴𝑖 ) = min 𝑉(𝑆𝑖 ≥ 𝑆𝑘 ) (2.6)

dimana 𝑘 = 1,2,3,4,5, … … , 𝑛; 𝑘 ≠ 𝑖. Selanjutnya diperoleh vektor prioritas (vector priority):

𝑇
𝑊 𝑛 = (𝑑𝑛 (𝐴1 ), 𝑑 𝑛 (𝐴2 ), 𝑑𝑛 (𝐴3 ), 𝑑 𝑛 (𝐴4 ), … … , 𝑑 𝑛 (𝐴𝑖 )) (2.7)

dengan 𝐴𝑖 (𝑖 = 1,2,3,4,5, … … , 𝑛). Nilai dari W diperoleh dari persamaan:

(𝑚𝑖 −𝑙𝑖 )+(𝑢𝑖 −𝑙𝑖 )


𝑤 = 𝑙𝑖 + (2.8)
3

dimana (𝑖 = 1,2,3,4,5, … … , 𝑛)

4) Tahap berikutnya setelah vector priority diperoleh, hasil dari extend fuzzy analysis
diminimalisasi guna analisa weight vector. Langkah terakhir setelah melalui
normalisasi diperoleh persamaan vektor prioritas (weight vector) yaitu :
𝑇
𝑤 = (𝑑(𝐴1 ), 𝑑(𝐴2 ), 𝑑(𝐴3 ), 𝑑(𝐴4 ), … … , 𝑑(𝐴𝑛 )) (2.7)

15
4 BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Model Konseptual


Model Konseptual adalah sebuah konsep penelitian yang bertujuan untuk
memperlihatkan kerangka berpikir dalam pemecahan masalah. Selain itu, tujuan lain dari
model konseptual ini adalah untuk mencapai tujuan penelitian agar terstruktur dan
sistematis. Model ini menjelaskan keterkaitan antar konsep yang menjadi acuan penulis
dalam merumuskan sistematika pemecahan masalah. Berikut merupakan model
konseptual penelitian ini pada gambar 3.1

Gambar 4.1
Gambar 3.1 Model Konseptual

16
Gambar 3.1 merepresentasikan bagaimana variabel yang ada saling berkaitan untuk
mencapai tujuan penelitian. Sistem monitoring kinerja gudang dirancang untuk memantau
metrik kinerja yang ada di dalam sistem manajemen gudang. Oleh karena itu informasi sistem
manajemen dalam sebuah gudang harus diketahui apa saja proses yang terjadi dalam gudang.
Proses-proses yang terjadi di dalam sistem manajemen gudang kemudian dipetakan ke dalam
model SCOR menjadi beberapa atribut kinerja. Atribut kinerja tidak dapat mengukur proses
yang terjadi di dalam sistem manajemen gudang sehingga diperlukan metrik kinerja yang
berkaitan dengan atribut kinerja. Metrik kinerja tersebut diperoleh berdasarkan referensi
pendekatan model SCOR dengan syarat metrik kinerja tersebut harus terkait dengan metrik
finansial gudang, metrik kualitas gudang, metrik produktivitas gudang, dan metrik cycle time
gudang. Setelah metrik kinerja tersebut diperoleh kemudian dilakukan verifikasi metrik
kinerja tersebut dengan menyebarkan kuisioner kepada stakeholder yang terkait dengan
objek penelitian ini khususnya di bagian gudang. Metrik kinerja gudang yang telah
terverifikasi dan atribut kinerja kemudian dilakukan pembobotan dengan metode fuzzy
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk melihat bagaimana pengaruh kontribusi relatif
setiap metrik dan atribut terhadap kinerja keseluruhan proses dalam sistem manajemen
gudang. Sebelum pembobotan dilakukan, skala penilaian diubah menjadi bilangan fuzzy.
Fuzzy diterapkan karena untuk merepresentasikan ketidakpastian stakeholder dalam menilai
metrik kinerja. Setelah proses pembobotan telah dilakukan maka sistem monitoring kinerja
dirancang untuk memantau metrik dan atribut kinerja yang menjadi prioritas.

3.2 Sistematika Pemecahan Masalah


Pada tahap penelitian ini dilakukan penjabaran aktivitas yang terperinci mengenai
pelaksanaan penelitian untuk pemecahan masalah. Berikut merupakan sistematika
pemecahan masalah seperti yang dijabarkan di bawah ini:

17
TAHAP PENDAHULUAN
Identifikasi danPerumusan Masalah

Studi Pustaka:
Observasi:  Jurnal
 Penerapan Sistem Manajemen Gudang  Penelitian Terdahulu
 Teori Mengenai Warehouse
Management
 Teori Mengenai Model SCOR
 Teori Mengenai Fuzzy AHP

TAHAP PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan Data:
Sistem Manajemen Gudang Perusahaan
Data KPI gudang Kertas Perusahaan
Data Literatur

Pemetaan dan Perumusan Metrik Kinerja yang


dibutuhkan berdasarkan SCOR

Verifikasi Metrik Kinerja yang Dibutuhkan


TAHAP PENGOLAHAN DATA Melalui Kuisioner
DAN IMPLEMENTASI

Penilaian tingkat kepentingan Kriteria


Kinerja dengan AHP

Skala penilaian diubah dalam bilangan


fuzzy

Normalisasi Vektor Bobot

Menghitung Bobot Masing-Masing Metrik


Kinerja

Merancang Sistem Aplikasi Monitoring


Kinerja berbasis Web

TAHAP KESIMPULAN DAN


SARAN Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.2 Sistematika Pemecahan Masalah

18
3.2.1 Tahap Pendahuluan
Penelitian diawali dengan melalui tahap pendahuluan yaitu dengan melakukan
identifikasi dan perumusan masalah dilanjutkan dengan melakukan observasi dan
studi pustaka. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi penerapan sistem
manajemen pergudangan di gudang kertas beserta hambatan-hambatan yang ada.
berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan hasil observasi, selanjutnya
dilakukan studi pustaka melalui referensi dari jurnal yang telah terpublikasi, teori
pendukung mengenai Warehouse Management System, pendekatan Model Supply
Chain Operation Reference, dan metode fuzzy Analytical Hierarchy Process.

3.2.2 Tahap Pengumpulan Data


Penelitian pada tahap ini yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi yang akan
diolah pada tahap selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian. Data dan informasi
yang dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yaitu:
1) Sistem Manajemen Gudang Perusahaan
Merupakan kumpulan proses yang terjadi di dalam gudang dari proses
penerimaan barang dari departemen produksi hingga proses pengiriman barang.
2) Data observasi
Merupakan data yang diperoleh melalui observasi berupa informasi secara
langsung penerapan sistem manajemen gudang di lapangan.
3) Data literatur
Data yang diperoleh melalui studi literatur berupa metrik-metrik kinerja yang
dibutuhkan untuk mengukur kinerja suatu gudang.

3.2.3 Tahap Pengolahan Data dan Implementasi


Pengolahan data diawali dengan memetakan proses menjadi atribut kinerja gudang
dan merumuskan metrik kinerja untuk masing-masing atribut kinerja berdasarkan
model SCOR dan referensi lain mengenai metrik kinerja gudang. Pemetaan proses
dilakukan dari level 1 hingga level 3. Perumusan metrik kinerja berdasarkan SCOR

19
harus berkaitan dengan metrik financial warehouse performance, metrik quality
warehouse performance, metrik cycle time warehouse performance, dan metrik
productivity warehouse performance. Selanjutnya melakukan verifikasi terhadap
rumusan metrik kinerja dengan menyebarkan kuisioner kepada stakeholder terkait
yaitu manajer gudang, supervisor, dan operator. Setelah metrik tersebut diverifikasi
dan dinilai tingkat kepentingannya, kemudian dilakukan penyusunan tingkat
kepentingan metrik kinerja berdasarkan penilaian dari stakeholder terkait melalui
kusioner yang disebarkan lalu dilanjutkan dengan membuat matriks berpasangan
dengan menggunakan suatu skala nilai rasio. skala nilai tersebut selanjutnya diubah
ke fuzzy number untuk merepresentasikan ketidakpastian mengenai proses penilaian
yang dilakukan. Setelah itu dilakukan normalisasi terhadap matriks berpasangan
tersebut dan dilakukan perhitungan bobot pada setiap metrik kinerja gudang. Metrik
yang telah melalui proses fuzzy AHP kemudian dilakukan implementasi perancangan
aplikasi sistem pemantauan kinerja berdasarkan web base berupa user interface.
3.2.4 Tahap Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil yang sesuai dengan
tujuan penelitian yang ingin dicapai. Selain kesimpulan, diberikan saran dari hasil
penelitian ini kepada perusahaan dan penelitian berikutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A. (2001). Manajemen Supervisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Meyers, F., & Stephens, M. (2000). Manufacturing Facilities Design and Material
Handling. New York: Pearson.

Mulcahy. (1994). Warehouse Distribution and Operation. New York: McGraw-Hill.

Tompkins, J. A. (2003). Facilities Planning. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Warman, J. (2004). Manajemen Pergudangan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Faber, N., de Koster, M. B. M., & Smidts, A. (2013). Organizing warehouse management.
International Journal of Operations and Production Management, 33(9), 1230–1256.
https://doi.org/10.1108/IJOPM-12-2011-0471

Frazelle, E. (2002). World-Class Warehousing and Material Handling. Singapore:


McGraw-Hill.

Khan, S. A., Dweiri, F., & Chaabane, A. (2016). Fuzzy-AHP approach for warehouse
performance measurement. IEEE International Conference on Industrial Engineering
and Engineering Management, 2016-Decem, 871–875.
https://doi.org/10.1109/IEEM.2016.7798001

Staudt, F. H., Alpan, G., Di Mascolo, M., & Rodriguez, C. M. T. (2015). Warehouse
performance measurement: A literature review. International Journal of Production
Research, 53(18), 5524–5544. https://doi.org/10.1080/00207543.2015.1030466

21

Anda mungkin juga menyukai