TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Latar Belakang.................................................................................................................... 1
i
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
ii
2 BAB 1
PENDAHULUAN
1
Menyadari betapa pentingnya peran pergudangan dan besarnya porsi biaya dalam
logistik, maka perlu adanya upaya untuk mengukur kinerja di seluruh aktivitas yang
dalam pergudangan dengan melakukan penilaian kinerja. Kinerja yang diukur
berdasarkan kegiatan atau aktivitas yang berjalan pada sebuah gudang. Aktivitas
pergudangan tersebut menurut Frazelle (2002:10-11) meliputi kegiatan penerimaan
barang (Receiving) , pemindahan barang ke area penyimpanan (putaway), pengambilan
pesanan dari area penyimpanan ke stagging area (order picking), dan kegiatan untuk
memeriksa, menyiapkan, dan memastikan barang yang diambil telah sesuai secara
kuantitas pesanan sebelum dilakukannya pengiriman. Pengukuran Kinerja akan
memberikan feedback yang sangat baik terhadap kualitas keputusan strategis dan
operasional dan yang terpenting pada keputusan yang harus diambil untuk meningkatkan
desain dan proses operasi pergudangan.
PT. Riau Andalan Pulp and Paper yang berdiri pada tahun 1992, merupakan salah satu
anak perusahaan dari APRIL Group dan juga merupakan salah satu perusahaan terbesar
yang bergerak disektor Pulp and paper. PT.RAPP memiliki dua gudang untuk
menyimpan produk jadi yaitu gudang pulp dan gudang kertas. Gudang kertas dengan
kapasitas 6000 ton ini menyimpan produk jadi berupa kertas dengan berbagai ukuran
seperti ukuran A4, A3, B5, Folio, dan lain-lain. Perusahaan ini telah memiliki sistem
untuk mengukur kinerja namun untuk kriteria kinerja gudang yang diukur masih belum
menyeluruh karena KPI yang didesain kurang detail sehingga tidak mencakup seluruh
aktivitas pergudangan. Selain itu, perusahaan belum memiliki sistem monitoring kinerja
pada gudang sehingga menyulitkan perusahaan dalam memantau kinerja gudang kertas
yang mereka miliki. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis ingin merancang sistem
monitoring kinerja gudang berdasarkan perancangan secara detail kriteria kinerja
pergudangan dengan mengintegrasikan pendekatan model Supply Chain Operation
Reference (SCOR) dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada
pendekatan model SCOR, indikator kinerja yang digunakan hanya berkaitan dengan
aktivitas pergudangan. metode AHP digunakan untuk melihat tingkat kepentingan
2
kriteria kinerja mana yang paling penting dalam perusahaan dan fuzzy digunakan untuk
merepresentasikan ketidakpastian penilai dalam memberikan penilaian terhadap kinerja
yang diukur.
1) Penelitian dilaksanakan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT.RAPP) yang
berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.
2) Penelitian hanya fokus pada proses dalam kegiatan di gudang kertas PT. RAPP.
3) Kriteria kinerja yang diteliti dengan pendekatan SCOR hanya berkaitan dengan
pergudangan.
4) Penelitian yang akan dilakukan tidak menimbang atau memperhitungkan biaya
pengimplementasian sistem monitoring.
3
2.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan. Dalam
latar belakang membahas bagaimana pentingnya peran pergudangan dalam supply chain
dan logistik, serta membahas secara ringkas masalah yang terjadi di perusahaan.
Kemudian dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini, batasan
masalah yang membuat penelitian menjadi terarah dan terfokus, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan yang diterapkan dalam penelitian ini.
Bab ini menjelaskan mengenai teori atau literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
Literatur dan teori harus relevan dan sesuai dengan apa yang diteliti. Tinjauan pustaka
dalam penelitian ini dikutip melalui buku-buku yang berkaitan dengan SCM, buku
mengenai manajemen pergudangan, jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang
menggunakan metode SCOR dan juga melalui internet.
4
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini secara
terperinci meliputi: tahap perumusan masalah penelitian, perumusan hipotesis dan
pengembangan model penelitian, mengidentifikasi dan melakukan operasionalisasi
variabel penelitian, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji
instrumen, dan merancang analisis dari pengolahan data.
BAB 5 ANALISIS
5
3 BAB 2
LANDASAN TEORI
1) Receiving, yaitu kumpulan aktivitas yang terlibat dalam penerimaan tertib semua
barang yang masuk ke dalam gudang, memberikan jaminan bahwa kuantitas dan
kualitas bahan tersebut sesuai pesanan, dan menyalurkan material ke penyimpanan
atau ke fungsi organisasi lain yang membutuhkannya.
2) Prepackaging, yaitu kegiatan yang dilakukan di gudang ketika produk diterima dalam
bentuk curah dari pemasok dan kemudian dikemas secara tunggal, dalam jumlah yang
dapat diperjualbelikan, atau dalam kombinasi barang-barang untuk membentuk paket
atau bermacam-macam.
3) Putaway, merupakan kegiatan untuk menempatkan barang ke tempat penyimpanan,
termasuk penanganan barang, verifikasi lokasi, dan penempatan barang.
4) Storage, adalah penahanan fisik barang sementara ketika menunggu permintaan.
metode penyimpanan tergantung pada ukuran dan jumlah barang dalam persediaan
dan karakteristik penanganan produk atau wadahnya.
5) Order picking, adalah proses mengeluarkan barang dari penyimpanan untuk
memenuhi permintaan yang spesifik. Aktivitas ini merupakan layanan dasar yang
6
disediakan gudang untuk pelanggan dan merupakan fungsi di sekitar sebagian besar
desain gudang.
6) Packaging, kegiatan ini pada dasarnya sama seperti kegiatan prepackaging, yaitu
mengemas barang yang akan dikirim sesuai dengan kuantitas dan kualitas, selain itu
kegiatan ini juga memastikan barang akan dikirim tidak mengalami kerusakan hingga
akhirnya diterima oleh pelanggan.
7) Sortation, merupakan kegiatan pengurutan item secara individual dan atau lebih dari
satu item ketika pesanan terdiri dari berbagai item.
8) Shipping, merupakan aktivitas yang terdiri dari:
a. Memeriksa pesanan untuk kelengkapan
b. mengemas pesanan dalam wadah pengiriman yang sesuai
c. menyiapkan dokumen pengiriman, termasuk daftar pengemasan, label alamat,
dan surat tanda terima barang (bills of lading).
d. Mengakumulasi pesanan oleh operator.
e. Memasukkan pesanan ke dalam truk (loading truck)
7
Gambar 3.1 SCOR Model
(sumber: Supply Chain Council)
Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1, SCOR membagi proses-proses supply
chain menjadi 5 proses int i yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Kelima proses
tersebut berfungsi seperti yang diuraikan, yaitu:
8
ramalan untuk memenuhi target stok (make to stock), atas dasar pesanan (make to
order), atau engineer to order. Proses yang terlibat di sini antara lain adalah
penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan
kualitas, mengelola barang setengah jadi (work in process), memelihara fasilitas
produksi, dan sebagainya.
4) Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang
maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan distribusi.
Proses yang terlibat di antaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan,
memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk
jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.
5) Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena
berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan
melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga merupakan bagian
dari proses return.
SCOR memiliki tiga hierarki proses. Tiga hierarki tersebut menunjukkan bahwa SCOR
melakukan dekomposisi proses dari yang umum ke yang detail seperti halnya mode l Chan
& Li. Tiga level tersebut adalah:
1) Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses di
atas (plan, source, make, deliver, dan return).
2) Level 2 dikatakan sebagai configuration level dimana supply chain perusahaan bisa
dikonfigurasi berdasarkan sekitar 30 proses inti. Perusahaan bisa membentuk
konfigurasi saat ini (as is) maupun yang diinginkan (to be).
3) Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi elemen proses,
input, output, metrik masing-masing elemen proses.
9
2.3 Fuzzy
Logika fuzzy merupakan suatu pendekatan untuk mengambil keputusan yang bertujuan
untuk memecahkan suatu masalah dalam sistem yang sulit untuk direpresentasikan atau
bersifat ambigu Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh
pada tahun 1965 dari University of California di Berkeley. Logika fuzzy menjelaskan
tentang derajat kebenaran dengan derajat keanggotaannya bernilai kontinu yaitu pada
kisaran antara 0 hingga 1. Himpunan fuzzy didasarkan kepada gagasan dalam
memperluas fungsi karakteristik sehingga fungsi tersebut mencakup bilang real pada
interval [0,1]. Nilai keanggotaannya tidak hanya pada nilai 0 atau 1, tetapi tetap berada
di antara 0 sampai 1. Fungsi keanggotan bilangan fuzzy disimbolkan dengan l, m, u atau
lower, medium, upper. Bilangan fuzzy ini disebut Triangular Fuzzy Number (TFN).
10
Dalam menentukan derajat keanggotaan fuzzy AHP dengan menggunakan fungsi
keanggotaan segitiga (Triangular Fuzzy Number/TFN) telah dikembangkan oleh Chang
(1996). Variabel linguistic didalam TFN digunakan dalam pengambilan keputusan
dalam mempresentasikan kekaburan data. Berikut adalah tabel keanggotaan skala fuzzy
segitiga yang dijelaskan pada tabel 2.1 :
11
sistematis. Berikut adalah langkah-langkah penerapan metode AHP menurut Saaty
(2008).
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛
CI =
𝑛−1
Keterangan:
𝐶𝐼
CR =
𝑅𝐼
Keterangan:
12
CR = Consistency Ratio
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
7) Memeriksa konsistensi sebuah hierarki. Apabila nilainya lebih dari 10%, maka
penilaian dari sebuah data judgment harus diperbaiki. Apabila nilai hasil rasio
konsistensi (CI/CR) kurang atau sama dengan 0,1, maka perhitungan dianggap benar.
Di mana:
𝑗
∑𝑚 𝑚 𝑚 𝑚
𝑗=1 𝑀𝑖 = ∑𝑗=1 𝑙𝑗 , ∑𝑗=1 𝑚𝑗 . ∑𝑗=1 𝑢𝑗 (2.2)
13
Sedangkan:
1 1
𝑗 = ∑𝑚 𝑚 𝑚 (2.3)
∑𝑛 𝑚
𝑖 ∑𝑗=1 𝑀𝑖 𝑗=1 𝑢𝑖 ,∑𝑗=1 𝑚𝑖 ,∑𝑗=1 𝑙𝑖
M2 =(l1, m1, u1), maka untuk nilai vektornya dirumuskan sebagai berikut:
14
𝑉(𝑀 ≥ 𝑀1 , 𝑀2 , 𝑀3 , 𝑀4 , 𝑀5 , … … , 𝑀𝑘 ) = 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀1 ), 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀2 ), 𝑉(𝑀 ≥
𝑀3 ), … … … , 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀𝑘 ) = 𝑚𝑖𝑛 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀𝑖 ), (2.6)
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑖 = 1,2,3,4,5, … … , 𝑘
Persamaan 2.5 dapat diilustrasikan melalui grafik persimpangan M1 dan M2 yang diuraikan
menjadi persamaan :
𝑇
𝑊 𝑛 = (𝑑𝑛 (𝐴1 ), 𝑑 𝑛 (𝐴2 ), 𝑑𝑛 (𝐴3 ), 𝑑 𝑛 (𝐴4 ), … … , 𝑑 𝑛 (𝐴𝑖 )) (2.7)
dimana (𝑖 = 1,2,3,4,5, … … , 𝑛)
4) Tahap berikutnya setelah vector priority diperoleh, hasil dari extend fuzzy analysis
diminimalisasi guna analisa weight vector. Langkah terakhir setelah melalui
normalisasi diperoleh persamaan vektor prioritas (weight vector) yaitu :
𝑇
𝑤 = (𝑑(𝐴1 ), 𝑑(𝐴2 ), 𝑑(𝐴3 ), 𝑑(𝐴4 ), … … , 𝑑(𝐴𝑛 )) (2.7)
15
4 BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 4.1
Gambar 3.1 Model Konseptual
16
Gambar 3.1 merepresentasikan bagaimana variabel yang ada saling berkaitan untuk
mencapai tujuan penelitian. Sistem monitoring kinerja gudang dirancang untuk memantau
metrik kinerja yang ada di dalam sistem manajemen gudang. Oleh karena itu informasi sistem
manajemen dalam sebuah gudang harus diketahui apa saja proses yang terjadi dalam gudang.
Proses-proses yang terjadi di dalam sistem manajemen gudang kemudian dipetakan ke dalam
model SCOR menjadi beberapa atribut kinerja. Atribut kinerja tidak dapat mengukur proses
yang terjadi di dalam sistem manajemen gudang sehingga diperlukan metrik kinerja yang
berkaitan dengan atribut kinerja. Metrik kinerja tersebut diperoleh berdasarkan referensi
pendekatan model SCOR dengan syarat metrik kinerja tersebut harus terkait dengan metrik
finansial gudang, metrik kualitas gudang, metrik produktivitas gudang, dan metrik cycle time
gudang. Setelah metrik kinerja tersebut diperoleh kemudian dilakukan verifikasi metrik
kinerja tersebut dengan menyebarkan kuisioner kepada stakeholder yang terkait dengan
objek penelitian ini khususnya di bagian gudang. Metrik kinerja gudang yang telah
terverifikasi dan atribut kinerja kemudian dilakukan pembobotan dengan metode fuzzy
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk melihat bagaimana pengaruh kontribusi relatif
setiap metrik dan atribut terhadap kinerja keseluruhan proses dalam sistem manajemen
gudang. Sebelum pembobotan dilakukan, skala penilaian diubah menjadi bilangan fuzzy.
Fuzzy diterapkan karena untuk merepresentasikan ketidakpastian stakeholder dalam menilai
metrik kinerja. Setelah proses pembobotan telah dilakukan maka sistem monitoring kinerja
dirancang untuk memantau metrik dan atribut kinerja yang menjadi prioritas.
17
TAHAP PENDAHULUAN
Identifikasi danPerumusan Masalah
Studi Pustaka:
Observasi: Jurnal
Penerapan Sistem Manajemen Gudang Penelitian Terdahulu
Teori Mengenai Warehouse
Management
Teori Mengenai Model SCOR
Teori Mengenai Fuzzy AHP
18
3.2.1 Tahap Pendahuluan
Penelitian diawali dengan melalui tahap pendahuluan yaitu dengan melakukan
identifikasi dan perumusan masalah dilanjutkan dengan melakukan observasi dan
studi pustaka. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi penerapan sistem
manajemen pergudangan di gudang kertas beserta hambatan-hambatan yang ada.
berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan hasil observasi, selanjutnya
dilakukan studi pustaka melalui referensi dari jurnal yang telah terpublikasi, teori
pendukung mengenai Warehouse Management System, pendekatan Model Supply
Chain Operation Reference, dan metode fuzzy Analytical Hierarchy Process.
19
harus berkaitan dengan metrik financial warehouse performance, metrik quality
warehouse performance, metrik cycle time warehouse performance, dan metrik
productivity warehouse performance. Selanjutnya melakukan verifikasi terhadap
rumusan metrik kinerja dengan menyebarkan kuisioner kepada stakeholder terkait
yaitu manajer gudang, supervisor, dan operator. Setelah metrik tersebut diverifikasi
dan dinilai tingkat kepentingannya, kemudian dilakukan penyusunan tingkat
kepentingan metrik kinerja berdasarkan penilaian dari stakeholder terkait melalui
kusioner yang disebarkan lalu dilanjutkan dengan membuat matriks berpasangan
dengan menggunakan suatu skala nilai rasio. skala nilai tersebut selanjutnya diubah
ke fuzzy number untuk merepresentasikan ketidakpastian mengenai proses penilaian
yang dilakukan. Setelah itu dilakukan normalisasi terhadap matriks berpasangan
tersebut dan dilakukan perhitungan bobot pada setiap metrik kinerja gudang. Metrik
yang telah melalui proses fuzzy AHP kemudian dilakukan implementasi perancangan
aplikasi sistem pemantauan kinerja berdasarkan web base berupa user interface.
3.2.4 Tahap Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil yang sesuai dengan
tujuan penelitian yang ingin dicapai. Selain kesimpulan, diberikan saran dari hasil
penelitian ini kepada perusahaan dan penelitian berikutnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Meyers, F., & Stephens, M. (2000). Manufacturing Facilities Design and Material
Handling. New York: Pearson.
Tompkins, J. A. (2003). Facilities Planning. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Faber, N., de Koster, M. B. M., & Smidts, A. (2013). Organizing warehouse management.
International Journal of Operations and Production Management, 33(9), 1230–1256.
https://doi.org/10.1108/IJOPM-12-2011-0471
Khan, S. A., Dweiri, F., & Chaabane, A. (2016). Fuzzy-AHP approach for warehouse
performance measurement. IEEE International Conference on Industrial Engineering
and Engineering Management, 2016-Decem, 871–875.
https://doi.org/10.1109/IEEM.2016.7798001
Staudt, F. H., Alpan, G., Di Mascolo, M., & Rodriguez, C. M. T. (2015). Warehouse
performance measurement: A literature review. International Journal of Production
Research, 53(18), 5524–5544. https://doi.org/10.1080/00207543.2015.1030466
21