Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk social. Sebagai makhluk
social tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan social dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang
berbeda warna dengannya salahsatunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-
gesekan yang akan terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan
ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat
maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-
gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga
dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu
dengan yang lainnya.
Dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Oleh karena itu kita
sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi
antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada
diantara dengan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika demi keutuhan dan
persatuan Negara.
Persatuan merupakan unsur yang paling utama agar tidak terjadi perpecahan
bangsa. Kebhinekaan di Indonesia sangat memerlukan toleransi agar tercipta
kedamaian dalam kehidupan masyarakat dan intoleransi yang terjadidi Indonesia
seharusnya tidak perlu terjadi karena dapat menimbulkan perpecahan dalam
kehidupan masyarakat. Dengan adanya pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan
masyarakat diharapkan dapat menciptakan persatuan dalam kebhinekaaan. Kita
sebagai warga Negara wajib menjaga keberadaan toleransi agar tetap ada. Dalam

1
beberapa tahun lalu memang banyak terjadi permasalahan tentang toleransi akan
tetapi tidak selamanya intoleransi terjadi dalam masyarakat.
Faktanya masih banyak sebagian masyarakat yang masih mempunyai toleransi
terhadap masyarakat lainnya yang mempunyai perbedaan etnis, suku, budaya dan
agama atau kepercayaan. Contohnya adalah terjaganya toleransi antar umat beragama
di Sibolga, Sumatera Utara, dalam kehidupan masyarakat Sibolga toleransi dalam
kebhinekaan sangat diperukan guna untuk menjaga rasa persatuan yang telah
tertanam sejak dulu sebelum kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencurahkan isi pemikirannya ke
dalam sebuah makalah yang berjudul “Memelihara Toleransi dalam Kebhinekaan
sebagai Perwujudan Sumatera Utara yang Berdaulat”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Apa itu toleransi?
b. Apa itu kebhinekaan?
c. Bagaimana memelihara toleransi dalam kebhinekaan menuju Sumatera
Utara yang berdaulat?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian toleransi
b. Mengetahui pengertian kebhinekaan
c. Memahami cara memelihara toleransi dalam kebhinekaan menuju
Sumatera Utara yang berdaulat
1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan untuk syarat pendaftaran
Bakal Calon Ketua Umum HMI BADKO Sumatera Utara. Makalah ini
juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih
bagi Kader HMI.
b. Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas bagaimana memelihara toleransi
dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat yang mejemuk di Sumatera Utara
sebagai perwujudan Sumatera Utara yang berdaulat.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Toleransi


Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang
berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah
suatu sikap atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana
seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-
kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam
suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi
juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas , misalnya
partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak
kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal
maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia
sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan
menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa
kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua
agama menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling
menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina
kerukunan hidup.

B. Toleransi Antarumat Beragama


Sebagai makhluk sosial manusia tentunya harus hidup sebuah masyarakat yang
kompleks akan nilai karena terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Untuk
menjaga persatuan antar umat beragama maka diperlukan sikap toleransi.dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia sikap memiliki arti perbuatan dsb yang berdasarkan
pada pendirian, dan atau keyakinan sedangkan toleransi berasal dari bahasa Latin

4
yaitu tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar,membiarkan orang berpendapat
lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda (W.J.S
Poerwodarminto; wartawarga.gunadarma.ac.id/).
Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :
a. Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya
dibiarkan saja karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau
orang-orang yang beraliran komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru
merdeka.
b. Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda
beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan
pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
c. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat
unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan
sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen
tetapi berbeda aliran atau paham. Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini
sangatlah dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat
beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai dan memelihara
hak dan kewajiban masing-masing.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak
baik dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal
contohnya siswa dapat dibekali tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan
umat beragama melalui bidang studi Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui
aspek pengembangan diri seperti Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama dapat
juga dilakukan di lingkungan informal oleh orang tua kepada anak-anaknya melalui
pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin di rumah.
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap
toleransi, manfaat tersebut adalah:
1. hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2. persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
3. pembangunan Negara akan lebih mudah

5
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara
definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang
demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’lamîn” (agama
yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus
semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk
saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama
dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-
Qur’an Allah berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah
umatmu semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja)”. Ayat ini menegaskan
bahwa pada dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar
memilih keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam
memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan
“sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan
olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan
(kalimatun Rasulullah SAW atau common values) antara kami dan kamu, yaitu
bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya
kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain
sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!” Ayat ini mengajak umat beragama (terutama
Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan
demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak
untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah
dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep
toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu
‘menjauhi konflik’.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam

6
beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di
antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Semu
makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling
bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.
Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal yang artinya “sayangilah
orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu”.
Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam.
Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya
perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat
konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta
menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.
Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah
dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang
menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama
yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat
dalam Piagam Madinah.
Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan
keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini
dianggap sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-
Baihaqi, dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah
(nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari
pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat
kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai
bagian dari inti toleransi, menajdi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang
mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah,
yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan
konsekuensi alamiah dari prinsip ini.

7
Dalam hal ini, al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah
wajahmu ke arah agama menurut cara (Allah); yang alamiah sesuai dengan pola
pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”
Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa kalimat itu
merujuk pada perjanjian yang disepakati Adam dan keturunanya. Perjanjian ini dibuat
dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu yang sentral
dalam sejarah moral umat manusia, karena semua benih umat manusia berasal dari
sulbi anak-anak Adam. Penegasan Baidhawi sangat relevan jika dikaitkan dengan
hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi ditanya: “Agama yang manakah yang
paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab “agama asal mula yang toleran (al-
hanîfiyyatus samhah).
Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik al-Qur’an
maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh.
Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di
barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa
kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu
menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang
kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai
berikut, yaitu antara lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa
keberatan.
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik itu merupakan Inti Islam,
Seutama iman, dan Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq). Dalam konteks ini
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda. Artinya: “Sebaik-baik orang
adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan: Apa hati
yang mahmum itu? Jawabnya : 'Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa,

8
tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan: Siapa lagi
(yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya : 'Orang-orang yang membenci dunia dan
cinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu? Jawabnya : 'Seorang mukmin
yang berbudi pekerti luhur".
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan
bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi. Baik lahir
maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari
dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima
perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir
maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar
bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang
oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallah).

2.2. Pengertian Bhineka


Kebhinekaan merupakan realitas bangsa yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya untuk mendorong terciptanya perdamaian dalam kehidupan Bangsa
dan Negara. Kebhinekaan harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman
multikulturalisme dengan berlandaskan kekuatan spiritualitas. Perbedaan etnis, religi
maupun ideologi menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah bangsa Indonesia
dengan Bhinneka Tunggal Ika dan toleransi yang menjadi perekat untuk bersatu
dalam kemajemukan bangsa. Semboyan bangsa Indonesia tersebut tertulis pada kaki
lambang negara Garuda Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu
bangsa.
Indonesia merupakan negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan
dan konflik. Hal ini disebabkan Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku,
etnik, budaya, agama serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Indonesia
merupakan negara yang memiliki keistimewaan keanekaragaman budaya, suku, etnik,
bahasa, dan sebagainya dibandingkan dengan negara lain.
Pada dasarnya keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan
yang tertanam di setiap warga negara Indonesia. Namun, dalam kenyataanya masih
ada konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan suku, agama, ras atau

9
antargolongan tertentu. Hal ini menunjukkan yang ada harusnya dapat menjadi modal
bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa yang kuat. Untuk mendukungnya, diperlukan
persatuan yang kokoh dan kuat. Namun, masih banyak permasalahan yang harus
diselesaikan. Salah satunya masih terjadi bentrokan yang mengatasnamakan suku
tertentu dalam hal penggarapan lahan pertanian atau hutan. Hal ini menunjukkan
belum adanya kesadaran akan sikap komitmen persatuan dalam keberagaman di
Indonesia. Komitmen akan persatuan akan tegak jika peraturan yang mengatur
masalah suku atau hak individu ditegakkan dengan baik. Jika perselisihan ini
diakibatkan karena masalah yang berkaitan dengan hukum, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur dalam Pasal 28D Ayat (1)
bahwa ”Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.” Dengan demikian,
permasalahan dan perselisihan bisa dihindari dengan memberikan perlindungan
secara penuh kepada setiap warga negara. Untuk mempersatukan masyarakat yang
beragam, perlu ada toleransi yang tinggi antarkebudayaan. Sikap saling menghargai
antargolongan, mengenali, dan mencintai budaya lain adalah hal yang perlu
dibudayakan. Contoh nyata implementasi hal tersebut adalah dengan
mempertunjukkan tarian suku-suku yang ada di Indonesia. Dengan demikian, setiap
suku mempunyai rasa simpati satu sama lain. Persatuan bangsa merupakan syarat
yang mutlak bagi kejayaan Indonesia. Jika masyarakatnya tidak bersatu dan selalu
memprioritaskan kepentingannya sendiri, maka cita-cita Indonesia yang terdapat
dalam sila ketiga Pancasila hanya akan menjadi mimpi yang tak akan pernah
terwujud. Kalian harus mampu menghidupkan kembali semboyan “Bhinneka Tunggal
Ika”, yang berarti berbeda- beda tetapi tetap satu. Keberagaman harus membentuk
masyarakat Indonesia yang memiliki toleransi dan rasa saling menghargai untuk
menjaga perbedaan tersebut. Kuncinya terdapat pada komitmen persatuan bangsa
Indonesia dalam keberagaman.

2.3. Cara Memelihara Kebhinekaan dan Toleransi menuju SUMUT yang


berdaulat

10
Di Indonesia telah banyak terjadi konflik-konflik yang disebabkan oleh oknum-
oknum tertentu yang melatar belakangi agama, sehingga banyak korban jiwa
berjatuhan dan membuat masyarakat menjadi takut. Seperti yang kita lihat pada
konflik poso,ambon dan masih banyak lagi, khususnya yang terjadi di Sumatera
Utara. Itu semua adalah bukti bahwa kebhinekaan yang dari dulu melekat pada jati
diri bangsa Indonesia seakan sudah menghilang dari Indonesia melainkan hanyalah
sebuah kata-kata yang tak terealisasi. Belum lama ini juga konflik yang sama terjadi
bahkan yang lebih parahnya lagi hal ini dilakukan dari pemerintahan yang dimana
pemerintah itu sendiri adalah untuk mengayomi masyarakat bukan untuk
memprovokasi.
Dalam Islam sangat menjunjung tinggi yang namanya toleransi dalam
beragama, jadi tidak ada yang namanya pemaksaan dalam memeluk agama atau
islamisasi. Seperti di dalam kitab suci Al-quran, lakum dinukum waliyadin yang
merupakan ayat ke-enam dari surat Al-kafirun yang terjemahannya adalah:”untukmu
agamamu dan untukkulah agamaku”. Ayat inilah sebagai pedoman orang muslim
dalam toleransi memeluk agama. Karena toleransi yang begitu kental dalam islam
itulah mengapa islam dikenal dengan agama yang indah,cintah damai. Tapi
belakangan ini islam sudah dilekatkan dengan terorisme bahkan islam disebut-sebut
sebagai dalang dari permasalahan konflik agama yang ada di indonesia. Tidak hanya
di indonesia bahkan di negara luar juga sudah menjadikan islam sebagai agama
terorisme bahkan yang lebih parahnya lagi ada sebuah oknum-oknum yang menyebut
dirinya sebagai islamophobia. Tentu ini merupakan pemahaman yang keliru dari
beberapa orang, yang sebenarnya islam sama sekali tidak pernah mengajarkan
kekerasan.
Islam merupakan rahmatan lil alamin yaitu rahmat bagi alam yang artinya yaitu
membawa anugrah buat alam dan membawa kebaikan bagi alam secara keseluruhan.
Jadi islam datang bukan hanya untuk membawa kebaikan di negeri arab melainkan
kepada seluruh umat yang ada di muka bumi ini termasuk indonesia. Oleh karena itu
islam datang ke indonesia untuk membawa kebaikan,rahmat bukan untuk membawa
kehancuran bagi indonesia, seperti sabda rasullah sebagaimna yang terdapat dalam
hadis riwayat Al-imam Al-hakim “siapa yang dengan sengaja membunuh bunuh atau

11
hewan lain yang lebih kecil darinya, maka allah swt akan meminta
pertanggungjawaban kepadanya”. Jadi, jelaslah pandangan orang keliru mengenai
islam yang merupakan agama terorisme.
Bhineka tunggal ika merupakan rahmat yang Allah SWT berikan kepada
Indonesia. Oleh sebab itu sebagai masyarakat Indonesia kita harus selalu menjaga
kebhinekaan yang ada di indonesia agar kelak bisa dirasakan oleh cucu-cucu kita
nanti. Bisa kita bayangkan jika Indonesia tidak menggunakan moto bhineka tunggal?.
Jika Indonesia tidak memiliki semboyan semacam ini maka bisa dipastikan tidak aka
nada lagi yang namanya negara indonesia karena mungkin banyak wilayah
disebagian wilayah indonesia ingin bermaksud mendirikan negara sendiri berpisah
dengan indonesia. Dan masih banyak lagi hal-hal yang akan mengakibatkan
hancurnya indonesia jika tanpa bhineka tunggal ika. Maka dari itu marilah kita jaga
rahmat yang Allah SWT berikan kepada indonesia. Kita amalkan dalam kehidupan
kita bahwa memang betul tidak ada perbedaan dalam negara indonesia melainkan
hanyalah satu. Seperti lagu nasional kita ciptaan ismail marzuki yang biasa
dinyanyikan pada perayaan proklamasi kemerdekaan indonesia “Indonesia Pusaka”
dimana liriknya terdapat banyak kata beta yang dimana kata beta merupakan arti
dara kata kita. Dari lagu tersebut mengandung pesan bahwa indonesia merupakan
negara kita bersama yang harus kita jaga bersama bukan melainkan yang harus kita
jaga sendiri.
Sama halnya terjadi di Sumatera Utara yang begitu banyak ragam budaya dan
etnis tersebar di seluruh daerah Sumatera Utara merupakan asset bangsa yang harus
kita jaga. Beragam suku yang ada di Sumatera Utara ini rentan terhadap gesekan
gesekan antar masyarakat yang beragam. Suasana aman, nyaman dan tentram yang
selama ini masyarakat rasakan, sekarang rentan disalahgunakan oknum untuk
kepentingan pribadi atau golongan tetentu. Maka daripada itu kita sebagai warga
Sumatera Utara harus tetap menjaga toleransi terhadap kebhinekaan yang ada di
Sumatera Utara. Saling menghormati dan menghargai terhadap budaya dan agama
antar kelompok adalah kunci utama untuk menjaga kesatuan bangsa menuju
Sumatera Utara yang berdaulat.

12
13
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Islam merupakan rahmatan lil alamin yaitu rahmat bagi alam yang artinya yaitu
membawa anugrah buat alam dan membawa kebaikan bagi alam secara keseluruhan.
Jadi islam datang bukan hanya untuk membawa kebaikan di negeri arab melainkan
kepada seluruh umat yang ada di muka bumi ini termasuk indonesia. Oleh karena itu
islam datang ke indonesia untuk membawa kebaikan,rahmat bukan untuk membawa
kehancuran bagi Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan
dan konflik. Hal ini disebabkan Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku,
etnik, budaya, agama serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Indonesia
merupakan negara yang memiliki keistimewaan keanekaragaman budaya, suku, etnik,
bahasa, dan sebagainya dibandingkan dengan negara lain.
Pada dasarnya keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan
yang tertanam di setiap warga negara Indonesia. Namun, dalam kenyataanya masih
ada konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan suku, agama, ras atau
antargolongan tertentu, terutama di Sumatera Utara. Maka kita sebagai warga
Sumatera Utara harus menjaga kedamaian yang ada dengan memelihara toleransi
dalam kebhinekaan yang majemuk di Sumatera Utara. Menjunjung toleransi saling
menghargai dan menghormati terhadap budaya dan agama yang ada di Sumatera
Utara.
3.2. SARAN
Kebhinekaan yang ada di Sumatera Utara adalah asset bangsa dan modal bagi
pembangunan daerah, maka dari itu kita sebagai pemuda harus memelihara
keberagaman yang ada dengan memelihara toleransi dalam kebhinekaan sebagai
perwujudan Sumatera Utara yang berdaulat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan mohon saran dan masukan bagi penulis sekiranya agar sebagai
ilmu bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam, PT Pustaka LP3ES, Jakarta 1995


H.A.R Tilaar, Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan
dari Perspektif Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta 2007
Irman Masduqi, Bersilat Secara Toleran, Mizan, Bandung 2011
Mohamad Natsir, Keberagaman Hidup Antar Agama, Penerbit Hudaya, Jakarta 1970
Ubaedillah, Abdul Rozak dkk, Pendidikan Kewargaan Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Kencana
Prenada Media Group, Jakarta 2008.
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar
Menuju Dialog Kerukunan Antar Agama, PT Bina Ilmu, Surabaya 1979.

15

Anda mungkin juga menyukai