Anda di halaman 1dari 3

Analisis Kompetensi

Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang menyangkut sikap,


pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah
mempelajari suatu muatan pembelajaran (kompetensi dasar). Perolehan kompetensi
dalam pembelajaran pada umumnya berlangsung secara berurutan. Namun Proses
belajar untuk mencapai kompetensi sikap tidak berlangsung secara eksplisit, tetapi
terintegrasi dalam belajar pengetahuan dan keterampilan yang difasilitasi guru. Bila
guru menghendaki siswa bersikap kritis, maka bahan ajar ketika mempelajari
pengetahun dan keterampilan hendaknya memuat tugas atau pertanyaan yang melatih
siswa agar kritis.

Pada kenyataannya terdapat dikotomi antar mata pelajaran yang saling lepas
dalam tanggung jawab dalam membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik, akibatnya banyak lulusan pendidikan tidak memiliki standar kompetensi
lulusan yang sesuai dengan amanat tujuan pendidikan nasional. Kondisi ini
disebabkan oleh karena tidak adanya pengaturan kompetensi yang mengikat
(kompetensi inti) antarjenjang pendidikan pada masing-masing satuan pendidikan.

1. Standar Kompetensi Lulusan

Kekeliruan menempatkan standar kompetensi lulusan di bawah standar isi pada


kurikulum sebelumnya menjadi salah satu latar belakang terjadinya perubahan
kurikulum dalam sistem pendidikan nasional mengingat pendidikan idealnya adalah
proses sepanjang hayat sehingga lulusan atau keluaran dari suatu proses pendidikan
tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan agar esensi tujuan
pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas dapat dicapai, yakni membentuk
potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Oleh sebab itu sangat diperlukan sebuah kompetensi inti yang
mengikat seluruh mata pelajaran, sehingga seluruh mata pelajaran harus berkontribusi
terhadap pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Sejalan dengan UU Sisdiknas, kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus
ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang satuan
pendidikan. Kompetensi inti meningkat seiring meningkatnya usia peserta didik yang
dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui kompetensi inti, sebagai anak tangga
menuju ke kompetensi lulusan, integrasi vertikal antarkompetensi dasar dapat dijamin,
dan peningkatan kemampuan peserta dari kelas ke kelas dapat direncanakan. Untuk
kemudahan operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi
dua, yaitu sikap spiritual terkait tujuan membentuk peserta didik yang beriman dan
bertakwa, dan kompetensi sikap sosial terkait tujuan membentuk peserta didik yang
berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi


Lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk
kualitas. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk melalui
pembelajaran mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus tunduk pada
kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang
diajarkan dan dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap
pembentukan kompetensi inti. Ibaratnya, kompetensi inti merupakan pengikat
kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan dengan mempelajari setiap mata
pelajaran. Di sini kompetensi inti berperan sebagai integrator horizontal antar mata
pelajaran. Dengan pengertian ini, kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran
karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan
kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar
yang akan diserap peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat.

Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran


diuraikan menjadi kompetensi dasar yang dikelompokkan menjadi empat bagian. Hal
ini sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya, yaitu dalam kelompok
kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek-aspek
kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler.
Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu,
“Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab, responsif, dan proaktif melalui
keteladanan, pemberian nasihat, penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara
berkesinambungan serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan
dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan
karakter peserta didik lebih lanjut.
https://www.kompasiana.com/mnawiharahap/55b86a3c92fdfd220738f918/kompe
tensi-inti-dan-kompetensi-dasar-dalam-kurikulum-2013
http://psmk.kemdikbud.go.id/konten/4097/kompetensi-inti-dan-kompe
tensi-dasar-mata-pelajaran-smk-perdirjen-dikdasmen-no-464dd5kr2018

Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum adalah seperangkat rencanadan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan


bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi mata pelajaran muatan lokal dapat ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak
terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Dalam kurikulum muatan lokal mencakup ruang lingkup keadaan dan kebutuhan
daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang
pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan
peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah
perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
Ada beberapa jenis muatan lokal, sepertibahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian
daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang
berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh
daerah yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai