Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN

DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan yang


diampu oleh:

Bapak Setya Wijayanta, S.T, M.Kom

Disusun oleh:

Diasta Nungky Hapsari


P1337437117069

JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, karena atas rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep dan Sikap
Kewirausahaan di Era Revolusi Industri 4.0” tepat pada waktunya.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan, saya menyadari bahwa makalah ini masih


banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saya menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih, dan saya harap makalah ini bermanfaat
dan menjadi inspirasi bagi pembaca.

Semarang, 23 Januari 2020

Diasta Nungky Hapsari


NIM: P1337437117069
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat pesat menuntut pemerintah
untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan jumlah penduduk yang makin
membludak, pemerintah belum mampu untuk mengimbangi dengan penyediaan
lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus berpikir untuk
menyediakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat bukan lagi sebagai pencari
kerja. Menjadi wirausahaan merupakan solusi yang tepat untuk kasus tersebut.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengoperasian, dan pengambilan resiko dari suatu usaha bisnis. Seorang
wirausahaan adalah seseorang yang terlibat dalam kewirausahaan. Wirausaha
sekarang tidak pernah takut dengan terbatasnya akses, perlengkapan, dan lahan.
Apalagi di era revolusi industry 4.0 ini.
Revolusi industry 4.0 mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir,
hidup, dan berhubungan satu dengan lainnya. Dengan perkembangan teknologi
informasi yang berkembang secara pesat, menuntut seorang wirausahawan untuk
terus berinovasi dalam melakukan usaha. Lahirnya teknologi digital saat ini pada
revolusi industry 4.0 semua proses dilakukan secara sistem otomatisasi dalam
semua proses aktivitasi, dimana perkembangan teknologi internet semakin
berkembang tidak hanya menghubungkan manusia seluruh dunia namun juga
menjadi suatu basis bagi proses transaksi perdagangan dan transportasi online.
Pertumbuhan jumlah wirausaha dan usaha kecil perlu didukung oleh lembaga
pendidikan, termasuk perguruaan tinggi. Perguruan tinggi berperan sangat penting
dalam memotivasi lulusannya menjadi seorang wirausahawan muda, untuk
meningkatkan jumlah wirausahawan di Tanah Air. Perguruan tinggi pula dapat
membentuk sikap seorang wirausaha agar menjadi wirausaha yang terus
berinovasi dan tidak menyerah dalam mencoba wirausaha apapun. Meningkatnya
wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pengangguran bahkan
menambah jumlah lapangan pekerjaan. Angkatan kerja yang baru lulus perguruan
tinggi dapat menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga bisa menjadi solusi
untuk mengurangi pengguran.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan sikap wirausahawan di era revolusi industry 4.0?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep kewirausahaan di era revolusi industry 4.0
2. Mengetahui sikap kewirausahaan di era revolusi industry 4.0
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kewirausahaan
1. Pengertian
Kewirausahaan (entrepreneur) berasal dari kata “entreprenede” dari
bahasa perancis yang berarti “menjalankan” (Kuratko dan Hodgetts, 1998).
Entrepreneurship merupakan jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk
menjembatani antara ilmu dengan pasae (Hisrich dkk, 2015). Canttilon
menegaskan bahwa seorang wirausahaan adalah seorang pengambil resiko,
dengan melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun
menjual dengan harga yang pasti. Pendapat Cantillon ini mengakaitkan
kegiatan berwirausaha dengan karakter wirausahawan yaitu berani mengambil
resiko.
Berdasarkan pengertian diatas tampak perbedaannya, kewirausahaan lebih
merujuk pada jiwa, wirausaha merujuk pada orangnya, dan berwirausaha
merujuk pada kegiatannya.
2. Sikap Kewirausahaan
a. Motivasi untuk berprestasi
Seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu,
yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi merupakan nilai sosial yang
menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai
kepuasan secara pribadi.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya motivasi terdiri atas faktor
pendorong dan faktor pemelihara. Faktor pendorong timbulnya motivasi
terdiri atas kebersihan, pengakuan, kreativitas, dan tanggung jawab.
Sedangkan faktor pemelihara motivasi meliputi lingkungan kerja, insentif
kerja, hubungan kerja, dan keselamatan kerja.
b. Selalu perspektif
Selalu prespektif mencerminkan bahwa seorang wirausahawan harus
berfikir, berusaha, dan memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan
untuk meraih masa depannya secara optimis. Untuk mencapai masa depan
yang optimis, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah
ada.
c. Memiliki kreativitas yang tinggi
Memiliki kreativitas yang tinggi berarti mempunyai kemampuan untuk
berfikir yang baru dan berbebda. Namun demikian untuk berfikir yang
baru dapat bersumber dari sesuatu yang lama tetapi dilakukan dengan
cara-cara yang baru dan tidak harus seluruhnya baru.
Kreativitas adalah berfikir untuk menciptakan sesuatu dari yang
asalnya tidak ada. Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan
dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan.
d. Memiliki perilaku inovatif tinggi
Memiliki perilaku inovatif tinggi merupakan salah satu kunci dari
semangat berwirausaha. Sebenarnya setiap orang dibekali dengan talenta
atau jiwa wirausaha walaupun dalam derajat kapabilitas yang berbeda-
beda. Jika jiwa wirausaha atau talenta tersebut diberikan wadah yang baik,
maka perkembangan dan kemajuannya akan memberikan hasil
sebagaimana yang diharapkan.
e. Memiliki komitmen dalam pekerjaan
Memiliki komitmen dalam pekerjaan memberikan makna bahwa
setiap wirausaha hendaknya komit dalam mengelola usahanya yang
dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh dan memberikan curahan
perhatian sepenuhnya. Oleh sebab itu seorang wirausaha yang komit atas
pekerjaannya tidak akan membiarkan usahanya berjalan ditempat, tetapi
selalu berfikir dan berusaha agar usahanya itu dapat berkembang dan
mempunyai keunggulan kompetisi dengan yang lainnya.

B. Revolusi Industri 4.0


1. Pengertian
Revolusi industry adalah perubahan besar dan radikal terhadap cara
manusia memproduksi barang. Perubahan besar ini tercatat sudah terjadi tiga
kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industry yang keempat.
Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar dalam bidang
ekonomi, politil, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada jutaan pekerjaan
lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul.
2. Dampak positif revolusi industry 4.0
Revolusi industry 4.0 memiliki potensi yang besar yang akan
menghasilkan cara-cara baru untuk menciptakan nilai dan model bisnis baru,
yang akan menyediakan kesempatan untuk mengembangkan dan
menyediakan layanan hilir. Industry 4.0 membawa perubahan yang luas. Oleh
karena itu, pengembangan industry 4.0 tidak hanya akan membuka peluang
bagi industry manufaktur, tetapi juga membuka peluang baru lainnya untuk
membuat perkembangan ini terjadi; banyak pekerjaan baru diciptakan.
Industry 4.0 mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas gaya
hidup kita saat ini, salah satunya mengarah ke penciptaan produk dan pasar
baru. Sehingga industry 4.0 memiliki peluang: innovation ecosystems,
competitive industrial base, investment on technologies, dan integrate SME &
enterpreneurship.
3. Dampak negatif revolusi industry 4.0
Selain dampak posif yang diciptakan, dampak negatif dari revolusi
industry 4.0 tidak dapat dihindari. Berkembangnya teknologi digital pada era
industri 4.0 ditandai adanya revolusi internet dan juga munculnya robot-robot
yang akan mendisrupsi manusia, menggantikan pekerjaan mereka sehingga
menimbulkan banyak pengangguran (Safuan, 2018) atau distraktif terhadap
pekerja (Angriani, 2018). Pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dilakukan
oleh manusia, digantikan oleh sistem digital internet dan robot. Akibatnya
pada era industri 4.0 akan banyak pekerjaan hilang (Harususilo, 2018; Safuan,
2018) yaitu 35% job (jenis pekerjaan) yang dipelajari di perguruan tinggi saat
ini akan hilang dalam 5 tahun mendatang dan 75% job akan hilang pada 10
tahun mendatang (Linangkung, 2017).

C. Sikap Kewirausahaan di Era Revolusi Industri 4.0


1. Tuntutan kompetensi era industry 4.0
Pada era industri 4.0, tugas pekerjaan yang bersifat manual berulang
sederhana akan digantikan oleh robot dan mesin, tenaga kerja (manusia) akan
mengambil alih tugas yang terkait dengan manajemen, oleh karenanya
memerlukan keterampilan pribadi yang lebih kuat seperti komunikasi,
koordinasi, dan keterampilan lunak lainnya untuk mengambil alih tanggung
jawab dan pengambilan keputusan (Haeffner & Panuwatwanich, 2018).
Menurut Andoko (Harususilo, 2018), ada beberapa kompetensi yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan era industri 4.0 diantaranya adalah
kemampuan memecahkan masalah (problem solving), beradaptasi
(adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), dan
kreatifitas serta inovasi (creativity and innovation).
Menurut Brodjonegoro (2018), kecakapan era 4.0 adalah
kemampuannya dalam menangani persoalan yang kompleks melalui
kecakapan non-rutin dan kecakapan sosial. Menurut Muhadjir Effendy,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, ada lima kemampuan yang
harus dimiliki generasi muda dalam rangka menghadapi revolusi industri
keempat ialah kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan percaya diri, sebagai modal
yang sangat dibutuhkan untuk bisa masuk abad 21 dan menguasai serta
bergaul dalam revolusi industri 4.0 (Ariyanti, 2018). Untuk memenuhi
tuntutan kompetensi era industri 4.0 maka diperlukan literasi baru dengan
kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif
(Suwardana, 2017).
2. Karakteristik dan pola pikir wirausaha di era revolusi industry 4.0
Dalam menghadapi revolusi industry 4.0 wirausahawan harus memiliki
karakteristik:
a. Keterbukaan untuk menerima masukan dari pihak luar
b. Mencari sebanyak mungkin informasi dan dianalisis menjadi sumber
inspirasi
c. Selalu berupaya untuk mereproduksi dari ide barunya
d. Bersedia melakukan evaluasi atas apa yang sudah dilakukan
e. Berupaya untuk mengembangkan diri secara maksimal
Pola pikir yang harus dikembangkan oleh wirausahawan adalah:
a. Memiliki pemikiran bahwa semuanya pasti bisa melakukan sesuatu yang
bisa dilakukan orang lain.
b. Mengembangkan pemikiran untuk selalu membuka ide baru dari yang
sudah lazim difikirkan oleh kebanyakan orang
c. Membiasakan untuk banyak bertanya mengapa hal ini terjadi
d. Menjadi lebih ingin tahu dari yang sudah lazim
e. Tidak akan terjebak dari kebiasaan lama yang salah
f. Memanfaatkan waktu secara maksimal untuk selalu berfikir kreatif dan
inovatif
g. Mengambil keputusan secara positif
h. Melihat masalah berdasar sudut pandang yang lain dari sudah biasanya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melalui kewirausahaan, tuntutan sumber daya manusia era industri 4.0 yang
berupa kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, komunikatif, kolaboratif,
percaya diri, koordinatif, tanggung jawab, mengambil keputusan, memecahkan
masalah, beradaptasi, dan kepemimpinan) dapat dipenuhi oleh nilai-nilai pokok
atau jiwa dan sikap kewirausahaan yang dihasilkan dari pendidikan
kewirausahaan. Terpenuhinya tuntutan kemampuan sumber daya manusia pada
era industri 4.0, dampak positif yang ditimbulkannnya dapat diraih. Bila peluang
usaha yang ada dapat diraih, maka tercipta peluang kerja yang baru karena
kemampuan sumber daya manusia yang ada sudah sesuai tuntutannya. Diraihnya
peluang kerja dan peluang usaha era industri 4.0, akan mengatasi dampak
negatifnya yang berupa pengangguran akibat pergeseran pekerjaan. Hal yang
demikian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat menjadi solusi
atas dampak dan tuntutan era industri 4.0 Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Avin F. 2009. Kewirausahaan di Perguruan Tinggi dalam Prespektif


Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Suharyono. 2017. Sikap dan Perilaku Wirausahawan. Jakarta: Universitas Nasional


Jakarta

Prasetyo, dkk. 2017. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan
Riset. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai