Anda di halaman 1dari 16

Lampiran I :

Keputusan Direktur Rumah Sakit Karya Medika II


Nomor : 004/SK/DIR-RSKM II/I/2018
Tanggal : 17 JANUARI 2108

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN


RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehataan, dan bahan medis habis pakai
1) Instalasi Farmasi sebagai penyelenggara Pelayanan Kefarmasian menjamin ketersediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan
terjangkau.
2) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian dilaksanakan di Instalasi Farmasi melalui sistem satu
pintu
3) Semua permintaan vaksin (termasuk ke Dinas Kesehatan) hanya melalui satu pintu yaitu
Instalasi Farmasi
4) Semua vaksin yang akan disuntikkan di RS Karya Medika II wajib dan hanya disediakan oleh RS
Karya Medika II . Pasien yang membawa vaksin dari luar tidak diperkenankan untuk dilakukan
penyuntikan di RS Karya Medika II.
5) Instalasi Farmasi sebagai penyelenggara Pelayanan Kefarmasian dipimpin oleh seorang
Apoteker sebagai penanggung jawab. Berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucap sumpah jabatan Apoteker, yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker, Sertifikat Kompetensi Profesi dan Surat Izin Praktik Apoteker.
6) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-
peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dan pengawas distribusi.
7) Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan habis pakai, kepala instalasi farmasi sebagai penanggung jawab dibantu
oleh apoteker pendamping dan atau tenaga teknis kefarmasian.
8) Pelaksanaan pengelolaan pekerjaan kefarmasian dalam sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, distribusi atau penyaluran, penghapusan dan penarikan , pengendalian dan
administrasi serta pelayanan dan pemantauan di unit – unit pelayanan di rumah sakit.
9) Sediaan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
10) Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat.

Hal :1 dari 16
1.1. Pemilihan Jenis Sediaan Farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika), Alat
Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai.
1) Dasar dari pemilihan jenis Sediaan Farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika), Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai adalah sebagai berikut :
a. Formularium (Nasional ataupun Rumah Sakit) dan standar pengobatan / pedoman
diagnosa dan terapi
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Pola Penyakit
d. Efektifitas dan keamanan
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan di pasaran
2) Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium
a. Mengutamakan penggunaan obat generik.
Perbandingan obat generik : original : Metoo : 1:1:2 (slow moving) 1:1:3 (fast moving)
b. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit – risk ration ) yang paling menguntungkan pasien
c. Mutu terjamin termasuk stabilitas dan efektifitas
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
f. Banyak digunakan dalam pelayanan farmasi
g. Tidak pernah mengalami kosong pabrik/suplier
h. Mempertimbangkan nilai ekonomis/harga obat
i. Mempertimbangkan indikasi penggunaan, efektifitas, risiko dan biaya
3) Kriteria obat keluar Formularium
a. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh pemerintah/BPOM atau dari pabrikan
b. Sudah ada obat lain yang lebih cost efective
c. Obat sering mengalami kosong pabrik/supplier
d. Obat jarang digunakan (slow moving) sampai lebih 3 bulan
e. Obat yang karena terlalu jarang digunakan sehingga sampai waktu kadaluarsa(hampir)
tidak ada pemakaian
f. Obat sudah tidak ada yang meresepkan
4) Proses penyusunan dan revisi formularium (sistem formularium) harus dirancang agar
dihasilkan formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan
yang rasional. Revisi formularium dilakukan setiap tahun.
Formularium disahkan dengan SK Direktur dan diadakan pemantauan penggunaan obat
yang masuk di Formularium.
5) Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan
informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk Sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas
dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik, perhatian khusus,
kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah tercantum di dalam

Hal :2 dari 16
formularium, uji klinik, atau kajian epidemiologi yang mendukung keunggulannya,
perbandingan harga dan biaya pengobatan dengan obat atau cara pengobatan terdahulu
6) Obat yang terpilih termasuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan
tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan
obat yang sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan keamanan
yang sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediaannya di
pasaran, harga dan biaya obat yang paling murah.
7) Pada keadaan dimana obat yang diperlukan tidak tersedia, maka Instalasi Farmasi akan
menyampaikan pemberitahuan kepada dokter penulis resep dan menyarankan obat
pengganti yang ada.

1.2. Perencanaan Kebutuhan Sediaan Farmasi (Obat, Bahan obat, obat Tradisional dan kosmetika),
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
1. Perencanaan kebutuhan menggunakan kombinasi metode komsumsi dan epidemiologi serta
kombinasi keduanya dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
2. Pertimbangan pedoman perencanaan kebutuhan :
a. Anggaran yang tersedia
b. Sisa persediaan
c. Data pemakaian periode yang lalu
d. Waktu tunggu pemesanan
e. Rencana pengembangan pelayanan

1.3. Pengadaan Sediaan Farmasi (Obat, Bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika) Alat
kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
1. Pengadaan dilaksanakan dengan system pembelian langsung dan diperoleh dari distributor
utama dan resmi mempunyai surat izin edar dan nomor registrasi
2. Kualifikasi yang disediakan oleh Instalasi Farmasi adalah sediaan farmasi yang diproduksi
oleh perusahaan farmasi telah bersertifikat CPOB serta teregistrasi maka dapat diadakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku
3. Bila terjadi kekosongan persediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan segera, maka
Instalasi Farmasi dapat melakukan pembelian segera ke distributor, rumah sakit terdekat
dan apotek.
4. Pengadaan obat didasarkan pada formularium rumah sakit dan program pemerintah
5. Pedoman / prosedur pelayanan pemesanan obat dilakukan secara langsung dari pabrik /
distributor / Pedagang Besar Farmasi / rekanan dengan menggunakan Surat pesanan
6. Tidak menyediakan alkohol 70 % dijual bebas
7. Tidak menyediakan susu bayi ( <6 bulan) untuk dijual bebas
8. Instalasi Farmasi RS Karya Medika II tidak memfasilitasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai sampel, donasi ataupun radiofarmasi
9. Instalasi Farmasi melakukan kegiatan produksi (Pengemasan ulang)
10. Film Xray, reagen, kontras dan alat medis disposible difasilitas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang sesuai berlaku

Hal :3 dari 16
11. Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa
12. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
13. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain)
14. Kriteria – kriteria Supllier sebagai berikut: Dapat dipercaya / dengan atau Nomor Registrasi,
memberikan pelayanan yang baik dan cepat, mudah dihubungi, kelengkapan barang, dapat
memberikan diskon diatas faktur, dapat memberikan pelayanan terhadap barang purna jual
dengan baik dan cepat.

1.4. Penerimaan Sediaan Farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika), Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
1. Instalasi Farmasi tidak menerima obat-obatan sampel maupun donasi
2. Penerimaan dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang telah memenuhi persyaratan
perundang-undangan dan telah mempunyai Surat Izin Kerja
3. Petugas Farmasi wajib meneliti kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahaan dan harga maupun diskon yang tertera dalam kontrak atau Surat Pesanan
dengan kondisi fisik yang baik pada waktu diterima
4. Semua dokumen terkait penerimaan barang diserahkan ke bagian pembelian / bagian
keuangan supaya tersimpan dengan baik
5. Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari logistik
farmasi dengan kadaluwarsa paling lambat satu tahun, hanya untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang digolongan “cito” dan segera dipakai.
6. Jika Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima tidak
dikehendaki / rusak / kedaluwarsa maka dilakukan pengembalian / penukaran kepada
supplier sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
7. Penerimaan Obat Narkotika dilakukan oleh Apoteker Penanggungjawab.

1.5. Penyimpanan Sediaan Farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika) Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
1. Penyimpanan diatur berdasarkan bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan memperhatikan persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban dan ventilasi.
2. FEFO dan FIFO
3. Sistem yang digunakan dalam menjamin keamanan penyimpanan perbekalan farmasi dari
kehilangan atau pencurian dengan cara:
a. Penguncian Logistik Farmasi selama petugas logistic tidak berada dalam ruangan
b. Mengecek kartu stok yang ada di program Rumah Sakit dan mencocokkan antara
stok di program dengan stok fisik
c. Adanya CCTV di ruang Logistik Farmasi dan ruang pelayanan farmasi
4. Penyimpanan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike ) tidak
ditempatkan berdekatan dan diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat

Hal :4 dari 16
5. Elektrolit konsentrasi tinggi dan obat narkotika dilarang disimpan di unit perawatan.
6. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan di Instalasi Farmasi dilengkapi dengan
pengamanan, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat dan
dipantau untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati/tidak sengaja. Daftar
obatnya berdasarkan data yang ada di rumah sakit, diberi label peringatan “Elektrolit pekat,
harus diencerkan sebelum diberikan “
7. Penyimpanan high alert, diberi lakban merah disetiap pinggiran almari penyimpanan, atau
wadah penyimpanan, tempelkan stiker obat high alert (obat NORUM dan elektrolit
konsentrasi tinggi) pada setiap dos obat, pada setiap ampul yang diserahkan pada perawat.
Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk memastikan
tak ada salah pasien dan salah dosis. Dalam infus cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus,tempel label nama obat pada setiap selang infus
8. Obat narkotika disimpan di almari khusus dengan pintu ganda terkunci. Kunci almari obat
narkotika harus selalu terkunci dan kunci yang pertama dibawa Kepala Instalasi Farmasi dan
kunci kedua oleh Apoteker / Penanggung jawab Shift
9. Apabila karena sesuatu hal Apoteker berhalangan hadir maka kunci narkotika dipegang
Apoteker /TTK yang diberi wewenang. Setiap pengeluaran diketahui oleh
penanggungjawabnya dan dicatat
10. Obat psikotropika disimpan dalam almari khusus dengan pintu ganda terkunci. Kunci
Almari obat psikotropika harus selalu terkunci dan kunci yang pertama dibawa oleh kepala
Instalasi Farmasi dan kunci kedua oleh Apoteker / Penanggung jawab Shift
11. Apabila karena sesuatu hal Apoteker berhalangan hadir maka kunci psikotropika dipegang
Apoteker /TTK yang diberi wewenang.
12. Setiap akhir bulan Apoteker Penanggung Jawab membuat laporan Pemakaian Narkotika dan
Psikotropika melalui Sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) secara
Online ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
13. Obat emergency dijaga isinya / aman dengan kunci plastic standar dalam troly /kit /almari
obat emergency, isi sesuai dengan standar, tidak boleh campur dengan obat lain, bila
dipakai maka harus segera diganti, dicek secara berkala apakah ada yang kedaluwarsa,
dilarang untuk pinjam dan dapat diakses dengan cepat dan selalu siap pakai.
14. Bahan yang mudah terbakar disimpan secara terpisah dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya
15. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang jelas
terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa.
16. Pasien tidak diperbolehkan membawa sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dari luar RS Karya Medika II untuk digunakan selama perawatan di RS Karya
Medika II, Sediaan Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dibawa masuk
oleh pasien harus diperiksa mutunya secara visual dan dicatat dalam Form Rekonsiliasi
17. Bahan berbahaya disimpan dengan pemasangan label bahan berbahaya, ditempat khusus,
bila terjadi pemaparan maka dilakukan tindakan seseuai SPO
18. Gas medis diberi label dan disimpan terpisah dari tempat sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai lainnya, bebas dari sumber api dan ventilasi harus baik

Hal :5 dari 16
19. Ada inspeksi berkala untuk memastikan obat tersimpan dengan benar
20. Ruang penyimpanan harus bersih dan bebas dari binatang (serangga, pengerat, dll)
21. Kebijakan Rumah Sakit tentang cara penyimpanan untuk produk nutrisi termasuk jenis
pelayanan yang tidak dilakukan.
22. Instalasi Farmasi tidak menyimpan obat sample /donasi, obat radioaktif dan obat sitostatika
/ kemoterapi.
23. Kepala Instalasi Farmasi melakukan inspeksi secara berkala terhadap semua unit yang
menyimpan obat dan perbekalan farmasi
24. Untuk bahan obat yang dikeluarkan dari wadah aslinya diberi label yang memuat no batch,
tanggal pemindahan, nama bahan baku serta tanggal kadaluarsa

1.6. Pendistribusian Sediaan Farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika), Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
1. Obat hanya dapat diberikan berdasarkan resep atau pesanan dari dokter, dan apoteker
menganalisa secara kefarmasian.
2. Penyiapan dan penyaluran dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang memiliki wewenang dan
dilakukan dalam area yang bersih dan aman dengan fasilitas yang memadai
3. Mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan
farmasi, kepala Instalasi Farmasi sebagai penanggung jawab dapat dibantu oleh apoteker
pendamping dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian
4. Diberi label dengan benar dan dilakukan double check sebelum diserahkan sehingga obat
tersalurkan tepat pasien, tepat pemberian dan tepat waktu
5. Penyerahaan khusus serta pemberian informasi dan dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian dan perawat terlatih di ruang perawatan yang mendapat delegasi dari
Apoteker dengan SK Direktur
6. Pedoman / prosedur pelayanan yang menetapkan sistem penyaluran obat secara akurat dan
waktu pelayanan obat dengan sistem resep perorangan dengan sentralisasi dan farmasi
buka 24 jam.
7. Apoteker dibantu dengan Tenaga Teknis untuk menyerahkan obat baik rawat jalan maupun
rawat inap
8. Obat di ruang Rawat Inap merupakan tanggungjawab Farmasi dengan dibantu oleh perawat,
disediakan dalam buffer stok dan dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi
9. Apabila persediaan farmasi,alkes dan BMHP terkunci diluar jam dinas petugas Logistik
Farmasi dimana barang tersebut sangat dibutuhkan untuk pelayanan kefarmasian maka
petugas Logistik Farmasi harus datang untuk mengeluarkan sediaan farmasi tersebut

1.7. Pemusnahan dan pemeriksaan Sediaan Farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional dan
Kosmetika), Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
1. Pemusnahan dilakukan bila :
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kedaluarsa

Hal :6 dari 16
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut Izin edarnya
2. Pemusnahan dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
3. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
yang disertai dengan surat resmi penarikan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan
serta Pabrikan dan dilakukan pencatatan terhadap kegiatan penarikan dan obat tersebut
akan dikeluarkan dari daftar stok
4. Obat ketinggalan zaman adalah obat-obat yang beredar di pasaran tetapi sudah jarang atau
bahkan sudah tidak digunakan lagi karena adanya obat2 jenis baru dengan evidence base
yang lebih baik dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
5. Obat ketinggalan zaman perlu dievaluasi kembali dalam hal efektifitas dan keamanannya
dengan menggunakan literature dan evidence base medicine yang dinilai valid
6. Jika ada edaran resmi dari pabrik produsen mengenai obat ketinggalan zaman maka obat
tersebut harus ditarik dari peredaran di rumah sakit dan secara langsung dikeluarkan dari
Formularium RS.
7. Pemusnahan obat yang kadluarsa atau rusak yang mengandung Narkotika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
8. Pemusnahan obat selain Narkotika dan Psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktek
9. Obat-obat kadaluarsa di Rumah Sakit Karya Medika II yang sudah ditarik dari unit farmasi
disimpan dulu di Gudang arsip sampai menunggu Pelaksanaan pemusnahan
10. Tahapan pemusnahan obat terdiri dari
a. Membuat daftar Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan BMHP yang akan dimusnahkan
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengkoordinasi jadwal, dan tempat pemusnahan dengan pihak terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku

1.8. Pengedalian Sedian Farmasi (Obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika) Alat Medis
Bahan Habis Pakai.
1. Evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)
2. Evaluasi persedian yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stok)
3. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala
4. Monitoring dan evaluasi pengelolaan dilaksanakan secara periodik
5. Pengelolaan obat kadaluwarsa : dilakukan dengan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa dengan
pemeriksaan pada saat pengambilan obat pada tahap penyiapan obat dan dengan
pemeriksaan setiap bulan yaitu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis habis
Pakai didata yang kadaluwarsa 6 bulan sebelumnya. Obat-obat tersebut akan diingatkan
kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut. juga akan dikeluarkan dari

Hal :7 dari 16
rak untuk disimpan secara terpisah ditempat khusus dengan tulisan 6 BULAN SEBELUM
KADALUWARSA. Obat-obat yang kadaluwarsa akan disimpan ditempat khusus dengan
tulisan KADALUWARSA DILARANG DIJUAL dan akan dimusnahkan dengan membuat berita
acara sesuai ketentuan yang berlaku
6. Sekurang-kurangnya ada satu review manajemen obat yang didokumentasikan dalam
selama 12 bulan terakhir
7. Obat pasien Rawat Inap dikembalikan jika terapi sudah dihentikan dokter atau alergi atau
pasien meninggal dunia atau hal lain dengan persetujuan dokter
8. Setiap ruang rawat harus mempunya penanggung jawab obat yaitu Karu Ruang perawatan

1.9. Administrasi
1. Setiap bulan harus membuat laporan : Laporan pelayanan resep (jumlah resep Umum,
PT/Asuransi), Laporan ketercapaian Standar Mutu Pelayanan Minimal, Laporan pemakaian
obat Narkotika dan Psikotropika, Laporan pelayanan resep generik dan non-generik,
Laporan persediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (stok opname),
Laporan pendapatan dan belanja farmasi, serta Laporan Cash flow Farmasi.
2. Administrasi pengolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan secara system jejaring terintegrasi ( computerized)
3. Administrasi pengelolaan resep yang telah dilayani disimpan selama 3 tahun setelah itu
dapat dimusnahkan dengan membuat Berita Acara
4. Ada dokumentasi terhadap :
a. Pelayanan farmasi klinik seperti MESO
b. Pengkajian Obat
c. Daftar Rekonsiliasi obat
d. Pelayanan informasi obat dan Konseling pasien
e. Kajian Medication Error dan Near Miss
f. Laporan Kegiatan Instalasi Farmasi
g. Laporan Review Pengunaan Obat

2. Pelayanan Farmasi Klinik


1. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep pasien, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling dan edukasi,
pencatatan penggunaan obat (PPO), ronde /visite, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring
efek samping obat (MESO) dan pemantauan reaksi obat tidak diharapkan (ROTD), evaluasi
penggunaan obat (EPO) dan dispensing/ pelayanan resep
2. Instalasi farmasi memberikan pelayanan selama 24 jam terus menerus ke seluruh unit kerja
terkait seperti IGD, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, dan Rawat Intensif

Hal :8 dari 16
2.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
1. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien Rawat Inap maupun Rawat Jalan
a. Persyaratan administrasi meliputi identitas dan keterangan pasien, identitas dokter
penulis resep dokter, isi pesanan/resep
b. Persyaratan farmasetika meliputi stabilitas sediaan, kesesuaian dengan formularium,
ketersediaan obat
c. Persyaratan klinik meliputi kesesuaian dengan kebutuhan medis dan keadaan pasien
meliputi indikasi, kontra indikasi, alergi, efek samping, interaksi obat
2. Resep atau pemesanan obat ditelaah ketepatannya dengan ketepatan dari obat, dosis
frekuensi dan rute pemberian, duplikasi terapi, alergi atau reaksi sensitivitas yang
sesungguhnya maupun yang potensial, interaksi yang sesungguhnya maupun yang potensial
antara obat dengan obat-obatan lainnya atau makanan, variasi dari kriteria penggunaan
yang ditentukan oleh rumah sakit, berat badan pasien dan informasi fisiologis lain dari
pasien, kontra indikasi yang lain
3. Indentifikasi pasien minimal dengan tiga identitas, yaitu nama pasien, tanggal lahir pasien
dan nomor Rekam Medik pasien.
4. Apoteker / TTK harus melakukan konfirmasi resep baik secara langsung maupun melalui
telpon apabila
a. Obat pro renata yang tidak jelas indikasi dan saat pemakaian
b. Obat tidak masuk formularium rumah sakit untuk kemudian disarankan subtitusinya
c. Obat kosong dan kepastian waktu ketersediaannya
d. Obat antibiotik yang digunakan lebih dari dua minggu
5. Tenaga kerja farmasi dapat menggantikan obat yang ditulis dengan nama dagang obat
dengan dagang lain yang memiliki bahan aktif sama atau dengan obat generik yang sesuai
dengan formularium rumah sakit dengan sepengetahuan dokter dan atau pasien
6. Yang berhak menulis dan memesan resep baik resep narkotik, psikotropik maupun resep
untuk pasien pada umumnya adalah dokter yang sesuai dengan daftar staf medis yang
berhak menulis dan memesan resep yang tersedia di IF RSKM I , baik dokter maupun dokter
gigi, resep harus lengkap (lampiran). Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan
istilah dan singkatan yang ditetapkan RS dan tidak boleh menggunakan istilah yang dilarang
(disediakan daftar singkatan yang digunakan di RS dan daftar singkatan yang dilarang).
Sebelum menulis resep harus melakukan penyelarasan obat (Rekonsiliasi)
Artinya membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan pasien dan obat yang
akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya terapi suatu obat. Penulisan
resep harus memperhatikan tiga kemungkinan yaitu kontraindikasi, interaksi obat dan reaksi
alergi, Resep Narkotika dan Psikotropika harus resep asli dan berasal dari RS.Karya Medika II
7. Permintaan narkotik ditulis dokter atau dokter yang berwenang dengan mencantumkan
nomor Surt Izin Praktek (SIP) tanda tangan dokter dengan menuliskan nama, alamat lengkap
pasien dan dengan resep asli
8. Instalasi Farmasi melayani obat yang diresepkan di lingkungan RS Karya Medika II

Hal :9 dari 16
9. Instalasi Farmasi tidak dapat melayani resep luar (pasien umum) dimana resep tersebut
adalah bukan resep yang berasal dari dokter yang berpraktek di RS Karya Medika II
10. Instalasi Farmasi dapat melayani pasien luar yang menebus obat namun dengan syarat
resepnya harus berasal dari dokter yang juga berpraktek di RS Karya Medika II dan wajib
disalin ulang oleh dokter yang bersangkutan di kemudian hari
11. Instalasi Farmasi dapat melayani para dokter RS Karya Medika II yang memerlukan obat
untuk keperluaannya sendiri dengan dituliskan kode “UP”
12. Instalasi farmasi dapat melayani resep pasien RS Karya Medika II yang sebelumnya
menebus hanya sebagian atau resep “ iter” dengan menunjuhkan copy resep yang ditulis
oleh Apoteker atau TTK RS Karya Medika I
13. Penulisan resep yang lengkap :
a. Data identifikasi pasien harus akurat (nama, tanggal lahir, dan nomor Rekam medik)
b. berat badan untuk pasien anak
c. Nama dokter, tanggal penulisan resep, dan ruang pelayanan (jika pasien rawat inap)
d. Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep manual (bila
ada riwayat alergi sebutkan nama obatnya )
e. Menulis tanda R /pada setiap sediaan
f. Lengkapi dengan nama obat dan bentuk sediaan (contoh injeksi, tablet, kapsul, salep)
serta kekuatannya ( contoh 500 mg, 1 gram), untuk obat berupa racikan dituliskan
setiap jenis / bahan obat dan jumlah obat ( untuk bahan padat : milligram, gram dan
untuk cairan : tetes, milliliter,liter ), pencampuran beberapa obat dalam satu sediaan
tidak dianjurkan kecuali sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman
dan efektif
g. Aturan pakai (frekuensi,dosis, rute pemberian) jika perlu atau prn atau pro renata harus
dituliskan dosis maksimal dalam sehari, elemen-elemen dari pemesanan /penulisan
resep harus lengkap. Nama generik atau nama dagang yang ditulis adalah akseptabel
atau diperlukan. Jenis pesanan yang berdasarkan berat badan untuk kelompok pasien
anak pada setiap akhir R / diberi paraf dokter. Bilamana ada indikasi untuk penggunaan
yang diperlukan maka ditulis PRN ( pro re nate atau bila perlu “) atau pesanan obat yang
lain
h. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telpon dilakukan write back, read back dan
reconfirm.
i. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak terbaca atau
tidak jelas, maka segera berkonsultasi dengan Apoteker /senior TTK atau menghubungi
dokter penulis resep dan dalam 2 jam tidak bisa dihubungi maka akan berkonsultasi
dengan dokter pengganti / dokter jaga dan dengan perawat untuk Instalasi Farmasi
Rawat Inap
j. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pemesanan dan setiap elemen
yang dibutuhkan dalam pemesanan yang emergency, dalam daftar tunggu (standing),
automatic stop dan seterusnya ditulis dalam resep
14. Batasan penulisan resep supaya tidak terjadi poli farmasi maka setiap resep tidak boleh
lebih dari 5 item atau resep (R/) untuk rawat jalan

Hal :10 dari 16


15. Penyiapan obat khusus untuk narkotika, high alert medication dan pesanan yang
berdasarkan berat badan anak-anak harus dilakukan dengan hati-hati
16. Resep berasal dari ruangan / unit
a. Rawat Inap : Resep rangkap 2, Lembar pertama warna putih untuk instalasi farmasi,
lembar kedua warna kuning untuk ruangan yang ditempelkan di rekam medik pasien
b. Rawat Jalan : resep rangkap 2, berasal dari klinik spesialis, klinik umum dan IGD, dengan
warna resep warna putih dan kuning untuk instalasi farmasi dan pemberian stempel
bpjs untuk resep bpjs
17. Pemesanan / resep dilakukan secara tertulis, tidak boleh secara verbal
18. Setiap penyerahan obat kepada pasien harus dicocokkan dengan lembaran dari Kasir dan
dilengkapi bukti tanda terima dari pasien dengan menandatangani lembar resep dan no
telepon atau alamat lengkap pasien.
19. Sediaan farmasi,alat kesehatan dan bahan medis habis pakai diberi label dengan benar dan
dilakukan double check sebelum diserahkan sehingga obat tersalurkan tepat pasien, tepat
pemberian dan tepat waktu

2.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


1. Informasi mengenai seluruh obat /Sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan
harus didokumentasikan guna penelusuran riwayat penggunaan obat
2. Riwayat diperoleh dari wawancara kepada pasien /keluarga pasien atau data rekam medis

2.3 Rekonsiliasi Obat


1. Apoteker harus melakukan proses Rekonsiliasi Obat dengan membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah diterima pasien
2. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat ( medication error) seperti
obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat
3. Tahap proses rekonsiliasi meliputi pengumpulan data, komparasi, konfirmasi ke dokter jika
menemukan ketidaksesuaian dokumentasi dan komunikasi
4. Disimpan diruang perawatan dan masuk dalam catatan rekam medik pasien

2.4 Pelayanan informasi Obat (PIO)


1. Pemberian informasi dan konseling selain diberikan kepada pasien yang secara aktif meminta
informasi, juga dilakukan pada pasien dengan kondisi tertentu
2. Terdapat ruangan informasi obat sebagian tempat diskusi tentang kefarmasian dan
mempermudah Pelayanan Informasi Obat
3. Tenaga kefarmasian secara aktif menyebarluaskan informasi tentang obat yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan bermacam media
4. Penyerahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disertai dengan
pemberian informasi dan dilakukan oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang
mendapat delegasi dari apoteker dengan SK Direktur

Hal :11 dari 16


5. Sampaikan informasi yang perlu :
a. Jumlah, jenis, kegunaan masing-masing obat
b. Bagaimana cara pakai obat dan alkes
c. Penggunaan obat
d. Peringatan /efek samping obat (ESO)
e. Bagaimana cara mengatasi bila terjadi ESO
f. Penyimpanan obat
g. Pentingnya patuh pakai obat

2.5 Konseling
1. Konseling untuk pasien Rawat Jalan maupun Rawat Inap dilakukan atas inisiatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya
2. Kriteria pasien yang perlu mendapatkan konseling obat :
a. Pasien kondisi khusus (pediatrie, geriatrie, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui)
b. Pasien dengan terapi jangka panjang /penyakit kronis (TB, DM epilepsy, dll)
c. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan intruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tapering down /off)
d. Pasien yang menggunakan banyak obat dengan indek terapi sempit (digoxin, phenytoin)
e. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)
f. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah
3. Prime question untuk resep baru : apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini ?
Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian ?apa hasil yang diharapkan dokter dari
pengobatan ini ? dan untuk resep ulang, apa gejala atau keluhan yang dirasakan pasien ?
bagaimana cara pemakaian obat ? apakah ada keluhan selama penggunaan obat ini
4. Lakukan verifikasi akhir

2.6 Visite / Ronde pasien


Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan melakukan kunjungan ke pasien
Rawat Inap untuk menggantikan kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah
terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya.

2.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Apoteker bekerjasama dengan dokter dan perawat melakukan pemantauan terapi Obat untuk
memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

2.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat Tidak Diharapkan
(ROTD)
1. Monitoring penggunaan obat di RS Karya Medika II dilakukan dengan mengevaluasi dan
memantau penggunaan obat di rumah sakit terutama untuk obat-obat baru yang beredar di

Hal :12 dari 16


RS Karya Medika II dalam bentuk efek samping obat (ESO-MESO) dengan menggunakan
formulir efek samping obat. Efek samping yang harus dilaporkan KFT adalah yang berat, fatal
dan meninggalkan gejala sisa
2. Mengidentifikasi obat-obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami ESO /
ROTD
3. MESO dan ROTD bekerjasama dengan Apoteker dan perawat
4. Setiap ada kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki harus dicatat dalam rekam medis.

2.9 Dispensing
1. Etiket atau label harus jelas dan dapat dibaca, label /etiket harus mencantumkan :
a. Identitas pasien (nama, tanggal lahir dan Nomor Rekam Medik)
b. Tanggal nota/tanggal resep di input
c. Nama Obat dan bentuk sediaan
d. Dosis Obat
e. Jumlah Obat
f. Rute/cara pemberian
g. Waktu dan frekuensi pemberian
h. Tanggal kadaluwarsa
i. Obat dalam/obat luar
2. Warna etiket untuk obat dalam adalah putih dan obat luar dengan warna biru
3. Etiket atau label obat untuk yang dikeluarkan dari wadah asli harus diberi label secara
akurat menyebutkan nama obat, isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
4. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada saat pengambilan obat dari rak, pada saat
mengambil obat dari wadah dan pada saat mengembalikan obat ke rak
5. Lakukan pemeriksaan ulang oleh orang yang berbeda, pemeriksaan meliputi :
a. Ketepatan etiket
b. Aturan pakai
c. Kesesuaian resep terhadap obat
d. Kesesuaian resep terhadap isi etiket
6. Dispensing sediaan farmasi , pencampuran obat steril di ruang perawatan, instalasi farmasi
memberi wewenang kepada perawat yang terlatih dan mempunyai syarat perundangan
yang berlaku dengan SK Direktur. Dispensing sediaan Farmasi berbahaya (Penanganan
sediaan sitostatik) di RS Karya Medika II tidak dilakukan.

2.10 Keselamatan Pasien


1. Resep dapat dilayani bila sudah lolos pengkajian resep, yang meliputi pengkajian secara
administrasi, farmasetik dan klinis
2. Apoteker / TTK tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpreasi resep dokter.
Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep, singkatan, hubungan
dokter penulis resep. Jika dalam jam dokter penulis resep tidak dapat dihubungi, untuk
kasus Rawat Inap maka petugas Instalasi Farmasi akan menghubungi Dokter Jaga

Hal :13 dari 16


3. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan harus
dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta benar.
Pesanan obat secara verbal atau melalui telpon : dilakukan write back, read back, reconfirm
4. Penggantian yang berhubungan dengan obat, Apoteker /TTK wajib menuliskan acc oleh
dokter penulis resep di lembar resep setelah mendapat persetujuan dari dokter lewat
telpon
5. Apoteker / TTK berperan dalam proses penggunaan obat pasien Rawat Inap dan bekerja
sama dengan petugas kesehatan lain, dengan memperhatikan prinsip 6 benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, dan
benar pendokumentasian ) dan waspada efek samping obat untuk memperoleh pengobatan
yang rasional.
6. Sediaan Farmasi alat kesehatan dan bahan medis habis pakai diberi label dengan benar dan
dilakukan double check sebelum diserahkan sehingga obat tersalurkan tepat pasien, tepat
pemberian dan tepat waktu.
7. Petugas farmasi wajib membuat laporan bila terjadi insiden dalam kesalahan pelayanan
obat (medication error) baik untuk insiden yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun
nyaris terjadi (KTD / KNC / KPC / Kejadian sentinel).
8. Yang bertanggung jawab dalam pencatatan laporan adalah staf IFRS yang pertama
menemukan kejadian / yang terlibat dengan kejadian / yang perlu melaporkan kejadian.
9. Laporan insiden ditulis di Formulir Laporan Insiden dan diserahkan ke Kepala Instalasi
Farmasi paling lambat 2 X 24 Jam.
10. Kepala Instalasi memeriksa laporan dan melakukan grading resiko terhadap insiden yang
dilaporkan sebelum diserahkan kepada tim KP di RS.
11. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan :
a. Grade biru : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab/Kepala Instalasi,
waktu maksimal 1 minggu
b. Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab/Kepala Instalasi,
waktu maksimal 2 minggu
c. Grade kuning : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis (RCA) oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
d. Grade merah : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis (RCA) oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
12. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
13. Tim KP di RS akan menganalis kembali hasil investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan Root Cause Analysis (RCA) dengan
melakukan regrading.
14. Untuk Grade kuning/merah, Tim KP di RS akan melakukan Root Cause Analysis (RCA).
15. Setelah melakukan Root Cause Analysis (RCA), Tim KP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta “pembelajaran” berupa : Petunjuk / Safety alert untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
16. Hasil Root Cause Analysis (RCA), rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.

Hal :14 dari 16


17. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada Instalasi
Farmasi.
18. Laporan hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang terjadi pada pasien dan
telah mendapatkan rekomendasi dan solusi oleh Tim KP di RS (internal)/Pimpinan RS
dikirimkan ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) dengan melakukan entry
data (e-reporting) melalui website resmi KKPRS : www.buk.depkes.go.id dengan asas no
name (tidak menyebut identitas), no shame (tidak mempermalukan), no blame (tidak
menyalahkan).
19. Apoteker penanggung jawab/Kepala Instalasi akan membuat analisis dan tren kejadian di
satuan kerjanya.
20. Semua laporan yang telah dibuat harus didokumentasikan di Instalasi Farmasi untuk bahan
monitoring, evaluasi dan tindak lanjut.
21. Dokumentasi kejadian medication error dan near miss ditelaah untuk dapat dicegah agar
tidak terulang kembali.
22. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan dilakukan oleh Tim KP di RS.

3. SUMBER DAYA MANUSIA


1. Pekerjaan kefarmasian hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian
dan kewenangan melakukan itu
2. Setiap petugas harus bekerja, etika profesi, etika pegawai rumah sakit, dan menghormati hak
pasien
3. Penyediaan tenaga kesehatan harus mengacu kepada pola ketenagaan dan analisa beban kerja
serta sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Semua petugas profesi kefarmasian Instalasi Farmasi wajib memiliki izin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
5. Peningkatan kompetensi staff dilakukan melalui orientasi, pendidikan formal, pelatihan internal,
pelatihan eksternal, seminar, dll serta dilakukan evaluasi secara berkala

4. SARANA DAN PRASARANA


1. Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan untuk pengelolaan Perbekalan Farmasi dan
pelayanan kefarmasian didesign sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku
2. Peralatan di Instalasi Farmasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan farmasi tetap dalam kondisi yang baik
3. Tempat pembuatan obat steril dan non steril harus memenuhi syarat Cara Pembuatan Obat
yang Baik Sesuai dengan ketentuan yang berlaku

5. PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN


1. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan
maupun yang sudah berlaku melalui monitoring dan evaluasi
2. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi dilaksanakan rapat minimal satu bulan sekali

Hal :15 dari 16


3. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai diberi label dengan benar dan
dilakukan double check sebelum diserahkan sehingga obat tersalurkan tepat pasien, tepat
pemberian dan tepat waktu
4. Sediaan Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang digunakan di Instalasi Rawat
Inap berasal dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Medika II, pasien tidak diperkenankan
untuk membawa sendiri dari luar RS Karya Medika II.
5. Ada inspeksi berkala untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai disimpan dengan benar.
6. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang rusak,
menyediakan tempat khusus dan memisahkannya dari yang lain, catat nama, jumlah dan nomor
batch yang rusak dalam buku, keluarkan dari kartu stok, lapor Kepala Instalasi Farmasi,
kembalikan (Retur) ke distributor sesuai dengan persyaratan yang disepakati. Jika tidak bisa
diretur, musnahkan sesuai dengan tata cara yang berlaku dengam membuat berita acara
pemusnahannya
7. Penatalaksanaan kejadian medication error dan near miss di Instalasi Farmasi dilaporkan /
ditelaah dan didokumentasikan untuk dapat dicegah agar tidak terulang kembali
8. Petugas Instalasi Farmasi dapat bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku mengenai
kebersihan perorangan
9. Instalasi Farmasi menetapkan beberapa indikator mutu untuk mengukur pencapaian standar
pelayanan kefarmasian uang bermutu yang mengutamakan keselamatan pasien
10. Indikator mutu yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Pelayanan Instalasi Farmasi Rawat Jalan untuk Racikan ≤ 45 menit
b. Pelayanan Instalasi Farmasi Rawat Jalan unuk Non Racikan ≤ 30 menit
c. Kesalahan dalam pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
0%
d. Penggunaan Antibiotika double dengan golongan yang sama 0 %
e. Penulisan resep sesuai Formularium, tersedia dan update paling lama 1 tahun 100%
f. Kepatuhan pelabelan obat High Alert dan Norum 100 %
g. Ketidaksesuaian data stok antara barang (fisik) dengan data komputer di gudang farmasi
≤5%
h. Presentasi stok mati / death stock di gudang farmasi ≤ 10%

Hal :16 dari 16

Anda mungkin juga menyukai