Anda di halaman 1dari 12

Judul Tugas Akhir : SIMULASI RELAI DIFERENSIAL SEBAGAI

PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PADA


GARDU INDUK TEGANGAN TINGGI KONFIGURASI
DOUBLE BUSBAR BERBASIS ARDUINO MEGA 2560.
Penulis : Rizky Dwiyana Putri
Program Studi : Diploma III Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro
Sinopsis :
1. Pendahuluan
Salah satu komponen penting dalam sistem tenaga listrik adalah
transformator tenaga. Transformator berfungsi untuk mentransformasikan
(menaikkan/menurunkan) tegangan listrik bolak-balik dari rangkaian listrik
primer ke rangkaian listrik sekunder pada frekuensi yang sama. Dengan
menggunakan transformator tenaga, maka jangkauan penyaluran energi listrik
dapat lebih luas, sehingga lokasi pembangkit tidak harus berdekatan dengan
beban.

Melihat pentingnya transformator, maka dibutuhkan suatu proteksi atau


pengaman yang mampu menjaga transformator agar tetap handal sesuai dengan
fungsinya. Sebagai proteksi utama elektrik dipasanglah relai diferensial yang
bekerja berdasarkan hukum arus Kirchoff I dengan daerah pengamanan antara
kedua trafo arus primer dan sekunder. Relai diferensial harus bekerja jika ada
gangguan hubung singkat internal, antara lain hubung singkat antara kumparan
dengan kumparan atau antara kumparan dengan tangki. Relai ini merupakan
proteksi utama sehingga waktu kerjanya seketika (instan) dan tidak memerlukan
koordinasi dengan relai proteksi lain.

Saat terjadi arus gangguan jaringan akan diputus pada PMT agar arus
gangguan tersebut dapat segera dihilangkan dan tidak menjalar ke jaringan di
sekitarnya. Setelah perbaikan terhadap gangguan dilakukan, PMT dapat
dihubungkan kembali agar tenaga listrik dapat disalurkan kembali. Relai tidak
akan bekerja bila gangguan berada di luar wilayah proteksi dari relai tersebut.
2. Permasalahan.

Melihat vitalnya peran transformator dalam sistem tenaga listrik, maka


diperlukan adanya suatu proteksi atau pengaman yang mampu menjaga
transformator agar tetap andal dan bekerja sesuai dengan fungsinya. Untuk itu
dipasanglah relai diferensial yang bekerja apabila terjadi gangguan hubung
singkat internal sebagai proteksi utama transformator yang waktu kerjanya
seketika (instant) dan tidak memerlukankoordinasi dengan relai proteksi lain.

Permasalahan yang penyusun kemukakan pada Tugas Akhir ini adalah:

a. Bagaimana prinsip kerja transformator tenaga pada sistem transmisi


tenaga listrik?
b. Bagaimana prinsip kerja relai diferensial sebagai proteksi utama pada
transformator tenaga?
c. Bagaimana membuat simulasi relai diferensial satu phasa dengan
menggunakan Arduino Mega 2560?
d. Bagaimana membuat ACS712 memiliki prinsip kerja sesuai dengan
sistem di PT.PLN(Persero) sebagai simulasi transformator arus?
3. Pembahasan.
3.1 Prinsip Kerja Gardu Induk Konfigurasi Double Busbar Pada Bay
Transformator

Sistem double busbar terdiri dari 2 rel, rel tersebut berfungsi sebagai
titik pertemuan antara trafo tenaga, saluran udara tegangan ekstra tinggi,
saluran udara tegangan tinggi dan peralatan listrik lainnya. Jika dilihat
dari single line pada gambar 2-3 , maka gardu induk terdiri dari bay
transformator dan bay penghantar. Bay transformator berfungsi
menyalurkan daya dari pusat pembangkit hingga diturunkan menjadi
besaran yang lebih kecil hingga listrik dapat digunakan oleh masyarakat.
Daya disupply dari busbar, lalu masuk ke PMS Rel 1 yang disambungkan
pada peralatan di bay transformator. Lalu aliran daya masuk ke PMT sisi
HV, yaitu pemutus tenaga yang berfungsi memutus rangkaian beban
yang terganggu agar tidak sampai menyebar ke jalur utama(rel).
Kemudian, aliran daya akan masuk current transformator(CT) sisi HV
guna dilakukan metering/pengukuran dan proteksi transformator. Setelah
itu daya akan di transformasikan dari besaran 150KV menjadi 20KV dan
siap didistribusikan kepada penyulang-penyulang lain hingga sampai ke
konsumen.

3.2 Sistem Proteksi Transformator

Transformator sebagai salah satu komponen penting pada sebuah gardu


induk yang memerlukan pengamanan agar jika terjadi gangguan, maka
gangguan tersebut tidak merusak peralatan dan mengganggu sistem kerja
komponen lain. Dalam sistem ketenagalistrikan tidak mungkin berjalan
dengan normal, pasti ada gangguan. Gangguan tersebut tentu saja tidak
dapat dihilangkan, namun dapat dicegah dengan adanya sistem proteksi.
Untuk mengamankan peralatan gardu induk, perlu adanya sistem
proteksi untuk mengamankan peralatan tersebut dari gangguan baik
gangguan dari sistem maupun non sistem . Pengertian sistem proteksi
adalah susunan perangkat proteksi secara lengkap yang terdiri dari
perangkat utama dan perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan untuk
melakukan fungsi tertentu berdasarkan prinsip-prinsip proteksi sesuai
dengan definisi yang terdapat pada standart IEC 6255-20[12].

Perangkat Sistem Proteksi


Untuk menyuplai daya ke relai proteksi dan PMT agar dapat
mengolah informasi yang diterima dan memberikan perintah ke PMT
diperlukan sumber DC sebesar 110V sehingga dapat melaksanakan
perintah yang diterima dari relai pengaman. Rele pengaman atau rele
proteksi adalah perlengkapan untuk mendeteksi gangguan atau kondisi
ketidaknormalan pada sistem tenaga listrik, berfungsi untuk
membebaskan/ mengisolasi gangguan, menghilangkan kondisi tidak
normal, dan untuk menghasilkan sinyal atau indikasi. Rele proteksi akan
membaca keadaan yang telah di berikan oleh trafo instrumen (terdiri dari
trafo arus dan trafo tegangan) , kedua trafo ini menjadi inputan rele
proteksi untuk membaca, membandingkan, dan mengukur keadaan saat
normal maupun pada saat terjadi gangguan. Ketika rele proteksi
merasakan gangguan, maka rele akan mentrigger tripping coil pada PMT
untuk memberikan perintah kepada PMT untuk melakukan trip.

Skema Proteksi Elektrik Trafo


Pola proteksi pada gardu induk konfigurasi double busbar dibagi
menjadi proteksi utama (main protection) dan proteksi cadangan (back
up protection). Proteksi cadangan ini bekerja apabila proteksi utama
gagal dalam memerintahkan trip pada PMT dan proteksi utama tidak
dapat melakukan perintah trip kepada PMT diluar daerah pengamannya.
Pada pembahasan tugas akhir ini penulis akan membahas proteksi utama
pada Transformator, yaitu relai diferensial.

Proteksi utama adalah sistem proteksi yang diharapkan sebagai


prioritas pengamanan gangguan atau menghilangkan kondisi tidak
normal pada transformator. Proteksi ini dimaksudkan untuk pengaman
pertama saat terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus dilindungi.

Proteksi utama transformator tenaga umumnya adalah rele yang


mengambil parameter pengukuran dari besaran analog listrik yaitu
tegangan dan arus, maka proteksi utama trafo dapat dikatakan sebagai
proteksi elektrik. Proteksi utama trafo menggunakan relai diferensial dan
relai Restricted Earth Fault (REF).

3.3 Relai Diferensial

Relai diferensial adalah relai yang bekerja apabila mendeteksi


adanya perbedaan fasor dan atau perbedaan nilai sesaat arus masuk dan
arus keluar. Dalam hal ini perbandingan arus belitan primer, sekunder
dan atau tersier (jika tersier dibebani). Prinsip kerja relai diferensial
adalah membandingkan dua vektor arus atau lebih yang masuk ke relai.
Rangkaian Relai Diferensial dan gambar fisik relai

Apabila sisi primer trafo arus primer CT1 dialiri arus I1 , maka pada
sisi primer trafo arus CT2 akan mengalir arus I2. Pada saat yang sama,
sisi sekunder dari kedua CT akan mengalir arus I1 dan I2 yang besarnya
tergantung dari rasio trafo arus (CT) yang terpasang.

Jika besar arus sekunder CT menunjukkan I1 = I2 maka relai tidak


akan bekerja karena tidak ada selisih arus (∆i=0). Namun jika besar arus
sekunder CT menunjukkan I1 ≠ I2 maka relai akan bekerja karena adanya
selisih arus (∆i≠0). Selisih arus ini yang dinamakan arus diferensial yang
mendasari bekerjanya relai.

Dalam keadaan normal (tanpa gangguan), arus yang mengalir ke


relai sama dengan nol, karena arus dari kedua sisi saling meniadakan satu
sama lain.

Diferensial trafo merupakan proteksi utama elektrik yang ada pada


trafo tenaga sebagai pengaman utama dari gangguan hubung singkat
yang terjadi di dalam kumparan fasa. Gangguan hubung singkat biasanya
terjadi akibat adanya kerusakan isolasi kawat . Akibat dari kerusakan
tersebut adalah :

1) Hubung singkat antara kumparan fasa satu dengan fasa yang


lainnya.
2) Hubung singkat antara masing-masing lilitan dalam satu
kumparan.
3) Hubung singkat antara kumparan sisi tegangan tinggi dengan sisi
tegangan rendah.
4) Hubung singkat antara belitan dengan tangki/body trafo.

Sifat relai diferensial yakni :

 Sangat selektif dan cepat (tanpa waktu tunda).


 Merupakan pengaman utama (main protection).
 Tidak dapat digunakan sebagai pengaman cadangan untuk
daerah/seksi selanjutnya.
 Tidak perlu koordinasi dengan relai proteksi lain.
 Daerah pengamanannya dibatasi oleh pemasangan trafo arus
(CT).

Menurut referensi, agar relai diferensial tidak melakukan kerja saat


kondisi normal (tidak terjadi gangguan), ada beberapa persyaratan
berikut:

1) CT1 dan CT2 harus memiliki rasio yang sama, sehingga I1 = I2


menggunakan penjumlahan vektor dengan perbedaan sudut 180º.
2) Sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 harus benar.

Perbedaan nilai sudut fasa pada arus sangat mempengaruhi


penjumlahan nilai arus yang mengalir melalui relai diferensial. Karena
adanya perbedaan sudut fasa pada arus maka penjumlahan nilai arus
menggunakan vektor.
3.4 Kerja Proteksi Relai Diferensial Jika Terjadi Gangguan
1) Jika terjadi gangguan di dalam daerah pengamanannya
Jika relai diferensial dipasang sebagai proteksi suatu
peralatan dan terjadi gangguan di daerah pengamanannya maka
relai diferensial harus bekerja. Seperti terlihat pada gambar 2-15,
pada saat CT1 mengalir arus I1 maka pada CT2 tidak ada arus yang
mengalir (I2=0). Hal ini disebabkan karena arus gangguan
mengalir pada titik gangguan sehingga tidak ada arus yang
mengalir pada CT2 (I2=0), yang mengakibatkan I1≠ I2 (∆i≠0)
sehingga relai bekerja.

Rangkaian Relai Diferensial dengan Gangguan Internal

2) Jika terjadi gangguan di luar daerah pengamanannya


Apabila terjadi gangguan di luar daerah pengamanannya
maka relai diferensial tidak boleh bekerja. Seperti pada gambar
2-16 , pada saat sisi primer kedua CT dialiri arus I1 dan I2, dengan
adanya rasio CT1 dan CT2 yang sedemikian, maka besar arus
yang mengalir pada sekunder CT1 dan CT2 yang menuju relai
besarnya sama (I1 = I2). Atau dengan kata lain tidak ada selisih
arus yang mengalir pada relai sehingga relai tidak bekerja. Hal
ini disebabkan karena sirkulasi arus gangguan diluar daerah
pengamanan kerja relai tidak mempengaruhi arus yang mengalir
pada kedua CT yang terpasang, sebab apabila pada primer CT1
dan CT2 mengalir arus gangguan, dengan adanya perbandingan
rasio trafo arus maka pada sisi sekunder juga akan mengalir arus
gangguan yang besarnya I1 = I2.

Rangkaian Diferensial dengan Gangguan Eksternal


3.5 Blok Diagram Sistem Simulasi Relai Diferensial Sebagai Proteksi
Transformator Tenaga Pada Gardu Induk Tegangan Tinggi
Konfigurasi Double Busbar Berbasis Arduino Mega 2560

Pada penyusunan tugas akhir ini, penulis membuat alat yang


digunakan sebagai simulator untuk menjelaskan inti materi mengenai
Prinsip Kerja Relai Diferensial pada Transfomator Tenaga. Peralatan
yang digunakan pada simulator merupakan peralatan yang difungsikan
sebagai pengganti peralatan sistem yang sebenarnya. Blok diagram yang
ditunjukkan melalui gambar 3.1 dibawah ini dirancang untuk
mempermudah pemahaman mengenai alat simulator.
Diagram Blok Simulator

Bagian-bagian dari blok diagram tersebut meliputi :

a. Sumber tegangan PLN 220 VAC digunakan sebagai masukan


Transformator Step Down dan berdasarkan prinsip perbandingan
transfrmasi nilainya diturunkan menjadi 12 V. Tegangan 12 VAC ini
kemudian digunakan sebagai masukan catu daya.
b. Pada blok catu daya, keluaran transformator step down disearahkan
melalui dioda dan distabilkan oleh masing-masing regulator
tegangan untuk kemudian menjadi sumber tegangan 12 VDC dan 5
VDC. Tegangan 12 VDC digunakan untuk mensupply Arduino
MEGA2560, driver relay ULN 2803A, dan relay OMRON tipe
MY2N. Sedangkan catu daya 5 VDC digunakan untuk mensupply
rangkaian Debouncer, saklar Push Button, dan sensor arus ACS712.
c. Pada blok berikutnya, input yang masuk ke Arduino berasal dari
rangkaian push button dan debouncer, serta sensor arus ACS712.
Push button digunakan sebagai sinyal masukan arduino untuk
memerintahkan driver relay agar membuka/menutup relay. Sedang
rangkaian debouncer merupakan rangkaian schmidt-trigger yang
mengatur sinyal dari push button sebelum memasuki
mikrokontroler, agar sinyal tidak mengalami bouncing dan
kesalahan pembacaan oleh arduino. Berikutnya, sensor arus ACS712
digunakan sebagai pendeteksi besaran arus yang mengalir pada
rangkaian utama.
d. Driver relay ULN2803 berfungsi sebagai penggerak relay dimana
dengan output Arduino sebesar 5 Volt dapat menggerakkan relay
OMRON tipe MY2N dengan tegangan kerja 12 V DC.
e. Arduino Mega 2560 merupakan pusat kontrol dan otak yang
digunakan untuk mengatur kerja keseluruhan alat. Output dari
arduino merupakan sinyal yang berupa kondisi high/low untuk
mengontrol driver relay ULN2803 dan indikator berupa buzzer.
Dalam Arduino ini diberikan listing program untuk menentukan
kerja dan setting dari proteksi diferensial.
f. Beban yang digunakan pada rangkaian ketika kondisi normal/tanpa
gangguan adalah beban lampu 12 Volt 8 Watt sebanyak 3 buah
dengan arus yang mengalir sebesar 1.5 A.
4. Kesimpulan
Berdasarkan Tugas Akhir yang telah penulis buat dengan judul “Simulasi
Relai Diferensial Sebagai Proteksi Transformator Tenaga Pada Gardu Induk
Tegangan Tinggi Konfigurasi Double Busbar Berbasis Arduino Mega
2560”, maka di dapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada alat simulasi ini menggunakan dua buah transformator, yaitu
transformator untuk catu daya menghasilkan output sebesar 11,35VDC
yang masih di dalam range kerjanya dan juga transformator yang
digunakan untuk proteksi diferensial menghasilkan output tegangan
sebesar 11,52 VAC yang digunakan sebagai supply beban.
2. Relai diferensial pada alat simulasi ini menggunakan setting arus 0.3 A.
Pada keadaan normal dan diberi beban penuh, maka nilai Idiff tidak akan
melampaui 0.3A sehingga relay tidak akan bekerja. Apabila terjadi
gangguan di daerah internal maka relay akan bekerja sehingga PMT sisi
HV dan PMT sisi LV akan trip. Dalam data percobaan dihasilkan Idiff
sebesar 1.039 A dan 0.7A. Apabila terjadi gangguan di luar daerah
pengamannya, walaupun arus gangguan melebihi 0.3A maka relay tidak
bekerja. Sehingga relay ini bekerja berdasarkan letak gangguan.
3. Pada simulasi alat ini, Arduino Mega 2560 sebagai pusat pengendali alat
mampu menyimulasikan proteksi diferensial sesuai daerah kerjanya. Hal
ini sesuai dengan syarat sistem proteksi yaitu selektif, sehingga sistem
proteksi dapat bekerja memisahkan bagian yang terganggu tanpa
menyebabkan gangguan yang lebih luas dan hanya bekerja jika terjadi
gangguan di daerah pengamanannya saja.
4. Sensor arus yang digunakan pada simulasi alat ini adalah ACS712.
ACS712 dalam simulasi ini dibutuhkan dua buah untuk mensimulasikan
transformator arus sisi primer dan transformator arus sisi sekunder.
ACS712 mendapat input tegangan sebesar 4,85V dari catu daya dan
tegangan output rata-rata sebesar 2,39V. Program ACS712 sisi primer
masuk dalam pin A0 Arduino mega 2560 dan untuk ACS712 sisi
sekunder masuk dalam pin A1 Arduino mega 2560.
5. Saran Kepada Penulis Tugas Akhir
Dari Tugas Akhir yang telah disusun dengan judul “Simulasi Relai
Diferensial Sebagai Proteksi Transformator Tenaga Pada Gardu Induk
Tegangan Tinggi Konfigurasi Double Busbar Berbasis Arduino Mega
2560”, perlu disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk lebih memerhatikan pemilihan diksi kata yang mudah dan lugas
agar ridak membingungkan pembaca.
2. Sensor arus ACS712 memiliki kemampuan yang terbatas dan sering
terjadi fluktuasi nilai pembacaan arus. Oleh karena itu, untuk
pengembangan lebih lanjut saya menyarankan untuk menggunakan
sensor lain yang lebih stabil dan presisi.

Anda mungkin juga menyukai