Anda di halaman 1dari 7

Nama : SHINTA IIS SAFITRI

Nim : P07124419072
Kelas : D-IV KEBIDANAN ALIH JENJANG

A. Menentukan Apa Arti Dari Evidence Based Practice In Midwifery


Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti ini pun tidak
sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Suatu istilah
yang luas yang digunakan dalamproses pemberian informasi berdasarkan bukti dari
penelitian (Gray,1997). Jadi Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi
kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Praktik
kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktik terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Contoh, jika sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan salah satu
prosedur rutin persalinan khususnya pada primigravida, saat ini keyakinan itu
digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin justru lebih
merugikan bagi quality of life pasien. Demikian pula halnya dengan temuan obat baru
yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah
obat tersebut dipsarkan, karena populasi terbukti memberikan efek samping berat pada
sebagian penggunanya. (Jayanti,Ira. 2019)

B. Mengidentifikasi kritik dari evidence based practice

C. Menggambarkan lima langkah dalam mempraktikan evidence based practice


Berdasarkan (Melnyk et al, 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam proses EBP.
Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan semangat untuk
melakukan penyelidikan atau pencarian personal. Budaya EBP dan lingkungan
merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap mempertahankan timbulnya
pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek keseharian. Langkah-langkah
dalam proses evidence based practice adalah sebagai berikut:
1) Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap
kritis untuk selalu bertanya terhadap fenomena- fenomena serta kejadian-kejadian
yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas kesehatan
dalam melakukan perawatan kepada pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya
yang mendukung, semangat untuk menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup
individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan. Elemen kunci
dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk melakukan penyelidikan
dimana semua profesional kesehatan didorong untuk memepertanyakan kualitas
praktek yang mereka jalankan pada saat ini, sebuah pilosofi, misi dan sistem
promosi klinis dengan mengintegrasikan evidence based practice, mentor yang
memiliki pemahaman mengenai evidence based practice, mampu membimbing orang
lain, dan mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi,
ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur
seperti komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta
motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence based
practice (Tilson et al, 2011).
2) Mengajukan pertanyaan PICO (T) question
Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk
pertanyaan klinis yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu dengan
membuat format PICO. P adalah pasien, populasi atau masalah baik itu umur,
gender, ras atapun penyakit seperti hepatitis dll. I adalah intervensi baik itu
meliputi treatment di klinis ataupun pendidikan dan administratif. Selain itu juga
intervensi juga dapat berupa perjalanan penyakit ataupun perilaku beresiko seperti
merokok. C atau comparison merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk
terapi, faktor resiko, placebo ataupun non- intervensi. Sedangkan O atau outcome
adalah hasil yang ingin dicari dapat berupa kualitas hidup, patient safety,
menurunkan biaya ataupun meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwick et al., 2013)
menyatakan bahwa pada langkah selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan
menggunakan format PICOT yaitu P(Patient atau populasi), I(Intervention atau
tindakan atau pokok persoalan yang menarik), C(Comparison intervention atau
intervensi yang dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T (Tim frame atay
kerangka waktu). Contohnya adalah dalam membentuk pertanyaan sesuai PICOT
adalah pada mahasiswa keperawatan (population) bagaimana proses pembelajaran
PBL tutotial (Intervention atau tindakan) dibandingkan dengan small group
discussion (comparison atau intervensi pembanding) berdampak pada peningkatan
critical thinking (outcome) setelah pelaksanaan dalam kurun waktu 1 semester (time
frame). Ataupun dalam penggunaan PICOT non intervensi seperti bagaimana
seorang ibu baru (Population) yang payudaranya terkena komplikasi (Issue of
interest) terhadap kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan
pertama pada saat bayi baru lahir. Hasil atau sumber data atau literatur yang
dihasilkan akan sangat berbeda jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak
tepat makan kita akan mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa
yang kita butuhkan (Melnyk & Fineout, 2011). Sedangkan dalamlobiondo & haber,
(2006) dicontohkan cara memformulasikan pertanyaan EBP yaitu pada lansia dengan
fraktur hip(patient/problem), apakah patient- analgesic control (intervensi) lebih
efektif dibandingkan dengan standard of care nurse administartif
analgesic(comparison) dalam menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan LOS
(Outcome).
3) Mencari bukti-bukti terbaik
Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan
untuk memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe dan
tingkatan penelitian Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti
terbaik adalah meta- analysis dan systematic riview. Systematic riview adalah
ringkasan hasil dari banyak penelitian yang memakai metode kuantitatif. Sedangkan
meta-analysis adalah ringkasan dari banyak penelitian yang menampilkan dampak
dari intervensi dari berbagai studi. Namun jika meta analisis dan systematic
riview tidak tersedia maka evidence pada tingkatan selanjutnya bisa digunakan
seperti RCT. Evidence tersebut dapat ditemukan pada beberapa data base seperti
CINAHL, MEDLINE, PUBMED, NEJM dan COHRANE LIBRARY (Melnyk &
Fineout,2011).
4) Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
5) Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik
6) Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
7) Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
D. Mendiskusikan bagaimana evidence based practice dalam praktik kebidanan
Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaaan yang sistematik,
ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang
asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu
melakukan intervensi. Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi
bahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau
dicegah. Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai
rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat
membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus
melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti
ilmiah.
Asuhan yang dilakukan dituntut tanggap terhadap fakta yang terjadi,
menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi pasien dengan mengutamakan keselamatan
dan kesehatan pasien dengan mengikuti prosedur yang sesuai dengan evidence based
asuhan kebidanan, yang tentu saja berdasar kepada hal-hal yang sudah dibahas
sebelumnya, yaitu: standar asuhan kebidanan, standar pelayanan kebidanan, kewenangan
bidan komunitas, fungsi utama bidan bidan bagi masyarakat. Fungsi utama profesi
kebidanan, ruang lingkup asuhan yang diberikan.
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence
based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil
dan resiko-resiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat
juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

E. Menggambarkan hubungan antara evidence based practice dan praktik kebidanan


Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang,
terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara
berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
1) Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
2) Asuhan Antenatal Terfokus
Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,
menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
3) Asuhan Pasca keguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
4) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian
5) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang
pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan
ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat,
keadaan dan tempat terjadinya.

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan
pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru
lahir. Beberapa contoh dibawah ini adalah perkembangan keilmuan kebidanan yang
berhubungan dengan evidence based practice.
a. Gentle Birth
Getntle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan alami yang
bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang dan rileks saat
melahirkan. Konsep ini melibatkan praktik senam hamil, olah pernapasan, serta
self hypnosis yang rutin dilakukan sjak awal masa kehamilan hingga menuju
persalinan.
b. Water birth
Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses
melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam air (water
birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina di dalam
air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda
dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode
water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa
dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas
tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan
persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan
dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.
c. Lotus Birth
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali
pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses
fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan
pengkleman internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://rohanihasanuddin.blogspot.com/2016/06/konsep-dasar-evidence-based-midwifery.html
https://books.google.co.id/books?id=TiGZDwAAQBAJ&pg=PA9&dq=arti+evidence+based&hl=e
n&sa=X&ved=0ahUKEwiIw56MxdXkAhVq8HMBHXZVCMoQ6AEIOzAD#v=onepage&q=arti%20ev
idence%20based&f=false
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21314/6.%20BAB%20II.pdf?sequenc
e=5&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai