Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 621

Artikel Penelitian

Gambaran Faktor Risiko dan Manajemen Reperfusi Pasien


IMA-EST di Bangsal Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang

1 2 3
Suhayatra Putra , Eka Fithra Elfi , Afdal

Abstrak
Infark Miokard Akut Elevasi Segmen ST (IMA-EST) merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi di dunia. IMA-EST adalah gejala iskemia infark khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG
berupa elevasi segmen ST yang persisten. Kejadian IMA-EST tidak terlepas dengan berbagai faktor risiko serta
manajemen reperfusi yang didapat pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor risiko dan
manajemen reperfusi pasien IMA-EST di bangsal jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini bersifat deskriptif
retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2016-Maret 2016. Sampel penelitian adalah seluruh pasien IMA-
EST yang memenuhi kriteria inklusi dan kemudian dilakukan pencatatan dari beberapa variabel yang diteliti. Hasil
penelitian ini menunjukkan IMA-EST dengan karakteristik rentang usia terbanyak 45-54 tahun dengan jenis kelamin
laki-laki. Faktor risiko yang paling banyak dimiliki adalah hipertensi dan merokok. Intervensi Koroner Perkutan (IKP)
merupakan terapi yang paling sering dilakukan dengan waktu tindakan lebih dari 12 jam pasca infark.
Kata kunci: IMA-EST, faktor risiko, manajemen reperfusi

Abstract
ST-segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI) is a health problem with high morbidity and mortality in
the world. STEMI are typical symptoms of myocardial ischemia associated with ECG features such as persistent ST
segment elevation. Incident of STEMI is inseparable with risk factors and management of reperfusion of the patient.
The objective of this study was to find out the description of the risk factors and reperfusion management of patients at
Cardiac Ward in RSUP Dr. M. Djamil Padang. This research was a retrospective descriptive study. It was carried out in
January 2016 - March 2016. The research samples were the entire STEMI patients were meets the criteria of
inclusion. Risk factors and reperfusion management were recorded from Medical Record. This research showed that
STEMI patients were mostly male with age 45-54 years. The common risk factors were hypertension and smoking. In
addition, Percutaneous Coronary Intervention (PCI) was a therapy that most often performed with time of action is
more than 12 hours of post infarction.
Keywords: STEMI, risk factors, management of reperfusion

Affiliasi penulis: 1. Prodi Profesi Dokter FK Unand (Fakultas (WHO), penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab
Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Jantung dan
kematian terbesar di dunia, diperkirakan 17,3 juta orang
Pembuluh Darah FKUnand/RSUP Dr. M.Djamil Padang, 3. Bagian
Anatomi FK Unand. meninggal dunia karena penyakit kardiovaskuler setiap
Korespondensi: Suhayatra Putra, Email: suhayatra.putra@live.com tahunnya dan 45% diantaranya diakibatkan oleh
Telp: 082283039049 1
penyakit jantung koroner (PJK).
Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa PJK
PENDAHULUAN di Indonesia yang didiagnosis oleh dokter memiliki
Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah prevalensi sekitar 0,5% dan sekitar 1,5% bila jumlah
kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang didiagnosis ditambah dengan pasien yang memiliki
di dunia. Menurut data World Health Organization gejala yang mirip dengan PJK. Prevalensi PJK

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 622

terbanyak pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0% juga diberikan terapi lain seperti anti-platelet (aspirin,
dan 3,6%, menurun sedikit pada kelompok umur ≥75 klopidogrel, thienopyridin), anti-koagulan seperti
tahun (0,4%) serta lebih tinggi pada perempuan (0,2%) Unfractionated Heparin (UFH) / Low Molecular Weight
2
dibandingkan dengan laki-laki (0,1%). Heparin (LMWH), nitrat, penyekat beta, ACE-inhibitor,
7
Dalam International Classification of Diseases dan Angiotensin Receptor Blocker. Dalam penelitian
10th Revision Clinical Modification/ICD-10CM sebelumnya oleh Farissa dalam 2012, di RSUP Dr.
disebutkan bentuk-bentuk umum dari penyakit jantung Kariadi Semarang, didapatkan bahwa dari 105 pasien
koroner yang akut, yakni: Angina Pektoris Tidak Stabil terdiagnosis IMA-EST, 21 diantaranya mendapat terapi
(APTS), Infark Miokard Akut dengan ST Elevasi (IMA- reperfusi dan 84 lainnya mendapat terapi non reperfusi
EST) dan Infark Miokard Akut Non ST Elevasi (IMA- dan diberikan obat antara lain heparin, enoxaparin,
3
nEST). klopidogrel, isosorbid dinitrat, aspilet, kaptopril,
8
The Thai Registry of Acute Coronary Syndrome bisoprolol, dan ranitidin.
(TRACS) melaporkan bahwa dari data yang Penyakit kardiovaskuler dapat dicegah dan
dikumpulkan dalam kurun waktu Oktober 2007 sampai jumlah kematian akibat dapat ditekan dengan
Desember 2008 terhadap 2007 pasien, didapatkan mengendalikan faktor risikonya.9 Ada banyak faktor
angka kejadian IMA-EST sebesar 55%, IMA-nEST risiko tersebut telah menjadi kebiasaan masyarakat
sebesar 33% dan APTS sebesar 12% dimana angka yang sulit diubah dan seiring dengan perkembangan
mortalitas rumah sakit dari pasien IMA-EST adalah teknologi yang semakin mempermudah pekerjaan
sebesar 5,3%, IMA-nEST sebesar 5,1%, dan pasien manusia, serta aktivitas fisik semakin jarang dilakukan.
4
APTS sebesar 1,7%.
Di RSUP Dr. M. Djamil Padang tercatat frekuensi METODE
paling tinggi pasien IMA berada direntang usia 40-59 Penelitian telah dilakukan di bagian Jantung dan
tahun (51,72% dari keseluruhan pasien IMA). Frekuensi bagian Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang dari
5
terbanyak pasien IMA berjenis kelamin laki-laki. Januari 2016 hingga Maret 2016. Penelitian ini bersifat
Tingginya angka kejadian dan angka kematian deskriptif retrospektif. Populasi pada penelitian ini
akibat infark miokard, terutama IMA-EST tidak terlepas adalah semua pasien yang didiagnosis utama IMA-EST
dari berbagai faktor risiko, kecepatan dan ketepatan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013 - 2014.
diagnosis serta tatalaksana yang dilakukan dokter. Penentuan besar sampel menggunakan teknik total
Kecepatan penanganan dinilai dari time window antara sampling. Sampel pada penelitian ini adalah semua
onset nyeri dada sampai tiba di rumah sakit dan pasien yang didiagnosis IMA-EST di RSUP Dr. M.
mendapat penanganan di rumah sakit. Djamil Padang tahun 2013 - 2014 yang memiliki data
Faktor risiko IMA-EST dikelompokkan menjadi rekam medik yang lengkap. Data yang diambil adalah
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat usia, jenis kelamin, faktor risiko dan manajemen
dimodifikasi. Adapun faktor risiko yang tidak dapat reperfusi yang dijalani. Analisis data dilakukan dengan
dimodifikasi meliputi usia, riwayat keluarga dengan melakukan analisis univariat dalam bentuk distribusi
penyakit kardiovaskuler dan jenis kelamin. Sedangkan frekuensi untuk setiap variabel dari penelitian ini dan
faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, disajikan dalam bentuk tabel.
dislipidemia, merokok, diabetes mellitus (DM), obesitas,
6
aktifitas fisik yang kurang dan alkoholik.
American College of Cardiology/American Heart
HASIL
Association dan European Society of Cardiology
Pada penelitian ini, besar sampel yang
merekomendasikan tatalaksana pasien dengan IMA-
memenuhi kriteria penilaian adalah sebesar 181 sampel.
EST dengan terapi reperfusi, berupa terapi fibrinolitik
Sampel dikelompokkan berdasarkan variabel.
maupun Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Selain itu

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 623

Tabel 1. Karakteristik pasien IMA-EST di RSUP Dr. M. Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase
Djamil Padang tahun 2013 - 2014 berdasarkan manajemen reperfusi
n (%) Frekuensi Persentase
Karakterisitik Manajemen Reperfusi
Laki-laki Perempuan Total (n) (%)
<45 tahun 17 (9,3) 1 (0,6) 18 (9,9) Ada
45-54 tahun 60(33,1) 10 (5,6) 70 (38,7)
- Fibrinolitik 28 15,5
55-64 tahun 57(31,5) 7 (3,9) 64 (35,4)
- IKP 75 41,4
65-74 tahun 12 (6,6) 5 (2,8) 17 (9,4)
75-84 tahun 5 (2,8) 7 (3,8) 12 (6,6) - IKP 5 2,8
≥85 tahun 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) Rescue* 73 40,3
Total 151(62,3) 30(37,7) 181 (100) Tidak
Rerata usia 55 62 58 tahun Total 181 100
Standar deviasi 13,4
*Fibrinolitik tidak dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Tabel 1 menunjukkan distribusi terbanyak pasien
IMA-EST di RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah pada
Tabel 4 menunjukkan gambaran bahwa pasien
kelompok umur 45 - 54 tahun (38,7%) dan jenis kelamin
IMA-EST yang mendapat manajemen reperfusi
laki-laki (62,3%).
sebanyak 108 orang, 28 orang mendapat terapi
fibrinolitik (15,5%), 75 orang mendapat terapi IKP
(41,4%) dan 5 orang diantaranya mendapat Rescue IKP
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase
(2,8%).
berdasarkan faktor risiko
Faktor Risiko Frekuensi Persentase
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase
(n) (%)
berdasarkan waktu tindakan manajemen reperfusi
Hipertensi 95 52,5
Waktu Tindakan Frekuensi Persentase
Diabetes Melitus 30 16,6
(n) (%)
Dislipidemia 20 11,0 Fibrinolitik
Merokok 122 67,4 - <12 Jam 28 100
Total 181 100,0 - >12 Jam -
IKP
- <12 Jam 17 21,3
Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor risiko
- >12 Jam 63 78,7
terbanyak pasien IMA-EST di RSUP Dr. M. Djamil
Total 108 100,0
Padang adalah merokok yaitu sebanyak 122 sampel
(67,4%) dan hipertensi sebanyak 98 sampel (52,5%).
Pada Tabel 5, terlihat Pasien IMA-EST yang
mendapat terapi fibrinolitik ditatalaksana < 12 jam, yakni
sebanyak 28 orang (100%). Berbeda halnya dengan
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase
pasien IMA-EST yang mendapatkan terapi IKP dalam
berdasarkan jumlah faktor risiko yang dimiliki
waktu < 12 jam hanya 17 orang (21,3%), dan > 12 jam
Jumlah Faktor Frekuensi Persentase
sebanyak 63 orang (78,7%).
Risiko (n) (%)
< 3 Faktor Risiko 99 54,7
≥ 3 Faktor Risiko 82 45,3 PEMBAHASAN
Total 181 100,0 Penelitian ini didapatkan kelompok usia
terbanyak yaitu kelompok umur 45–54 tahun sebanyak
Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien IMA-EST 70 orang (38,7%). AHA Scientific Statement
terbanyak meiliki faktor risiko kecil dari 3 sebanyak 99 memaparkan bahwa angka kejadian IMA-EST tertinggi
sampel (54,7%). didapatkan pada umur <65 tahun.
10
Peningkatan umur

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 624

berkaitan dengan peningkatan proporsi pasien penyakit lain dan angka kematian pada pasien penyakit jantung
jantung koroner karena umur berbanding lurus dengan koroner sebesar 65%. 19,20
progresifitas aterosklerosis dan sebagian faktor risiko Pasien IMA-EST dengan dislipidemia tercatat
yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner hanya berjumlah 20 orang (11%). Sejalan dengan
11
juga meningkat seiring dengan pertambahan umur. penelitian yang dilakukan oleh Lamuna Fathila tahun
IMA-EST lebih sering terjadi pada laki-laki 2015, data profil lipid yang dikumpulkan di Bagian
(62,3%) dari pada perempuan (37,7%). Ini serupa Rekam Medik RSUP M. Djamil Padang didapatkan
dengan yang dikemukakan dalam sebuah studi pasien IMA yang memiliki kadar kolesterol total normal
5
INTERHEART, laki-laki (74,9%) lebih banyak yang adalah sebanyak 124 orang (61,08%). Dan penelitian
mengalami infark miokard daripada perempuan oleh Irwanto didapatkan data profil lipid pasien PJK
12 21
(25,1%). Hal ini juga didukung penelitian di Indonesia, berada dikisaran normal.
tepatnya di daerah Surakarta dan Sulawesi Utara Dalam penelitian ini pasien cenderung tidak
dengan proporsi laki-laki masing-masing 53,33% dan mengalami dislipidemia. Hal itu dikarenakan beberapa
73%.13,14 Penyebabnya rendahnya kejadian penyakit kadar lemak bukan hanya sebagai faktor risiko satu-
jantung koroner pada perempuan adalah efek proteksi satunya yang berpengaruh dalam kejadian penyakit
estrogen pada wanita subur yang menahan proses jantung koroner, tetapi banyak faktor lain yang ikut
aterosklerosis, tetapi setelah menopause, proporsi terlibat dan saling mempengaruhi. Dimana pasien
penyakit jantung koroner pada perempuan akan sama penyakit jantung koroner bisa memiliki 1 atau lebih jenis
dengan kejadian penyakit jantung koroner pada laki-laki kadar lemak yang mengalami kelainan dengan kadar
15
karena hilangnya efek proteksi estrogen. lemak lain yang normal sehingga masing-masing kadar
22
Penelitian ini mendapatkan pasien IMA-EST lemak tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Dalam
terbanyak memiliki riwayat hipertensi, yaitu sebanyak 95 penelitian lain dinyatakan bahwa kadar Low Density
orang (52,5%). Hasil penelitian oleh Sarumpaet tahun Lipid pasca infark miokard menurun dan hal ini juga
2009 diperoleh proporsi penderita PJK dengan faktor dipengaruhi oleh pemberian statin saat pasien masuk ke
16
risiko tertinggi adalah hipertensi sebesar 67,4%. rumah sakit pada fase pengobatan awal. Penurunan
Peningkatan tekanan darah merupakan beban LDL ini berhubungan dengan kadar cTn-T, terapi statin
yang berat untuk jantung sehingga menyebabkan intensif, usia tua, dan jenis kelamin terutama laki-
23,24
hipertrofi ventrikel kiri, keadaan ini tergantung dari berat laki.
dan lamanya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi dan Riwayat merokok ditemukan pada 122 orang
menetap juga akan menimbulkan trauma langsung (67,4%) pasien IMA-EST. Hal ini sesuai dengan
terhadap dinding pembuluh darah arteri koroner penelitian yang dilakukan oleh Ram dan Trivedi tahun
sehingga memudahkan terjadinta aterosklerosis. Makin 2012 yang mendapatkan proporsi pasien PJK terbanyak
25
berat kondisi hipertensi yang diderita maka semakin memiliki riwayat merokok sebesar 51,85%. Penelitian
17
besar pula risiko terkena PJK. di Medan, didapatkan proporsi pasien dengan riwayat
Pasien IMA-EST dengan DM didapatkan hanya merokok sebanyak 63,8%.21
berjumlah 30 orang (16,6%). Hal ini sejalan dengan Hasil ini sesuai dengan dengan teori yang ada,
Valerian tahun 2015 bahwa tidak ada hubungan yang yaitu merokok merupakan faktor risiko yang
bermakna antara jenis – jenis SKA dengan kadar gula berpengaruh pada peningkatan kejadian terjadinya
18
darah. penyakit jantung koroner karena merokok meningkatkan
Ketidaksesuaian hasil pengamatan dan efek dari faktor risiko yang lain, seperti meningkatkan
kepustakaan yang ada, yaitu proporsi pasien penyakit kejadian hiperlipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus,
jantung koroner dengan riwayat DM harus tinggi, yan sama-sama meningkatkan kejadiannya penyakit
dikarenakan DM bukan hanya faktor risiko satu-satunya jantung koroner, bahkan penyakit jantung yang
yang berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung lain.20,21,25
koroner, tetapi cenderung meningkatkan faktor risiko

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 625

Pasien IMA-EST yang dirawat di RSUP Dr. M. 3. World Health Organization (WHO). International
Djamil Padang sebagian besar mendapat terapi classification of diseases 10th revision clinical
reperfusi (59,7%), 41,4% pasien mendapat terapi IKP modification/ICD-10CM. 2015 (diunduh 1 Desember
namun tidak dilakukan dalam 12 jam pertama onset 2015). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
nyeri dada pasien dan 15,5% pasien mendapat htttp://ftp.cdc.gov/pub/Health_Statistics/NCHS/Public
fibrinolitik.. ations/ICD10CM/2015/ICD10CM_FY2015_Full_PDF
Menurut panduan dari European Society of .zip.
Cardiology, pasien dengan gejala klinis IMA-EST 4. Srimahachota S, Boonyaratavej S, Kanjanavanit R,
dengan elevasi segmen ST persmisten atau LBBB baru Sritara P, Krittayaphong R. Thai registry in acute
pada EKG harus ditatalaksana dalam 12 jam secepat coronary syndrome (TRACS)-an extension of Thai
7
mungkin. Menurut panduan AHA dan PERKI, terapi acute coronary syndrome registry (TACS) group:
reperfusi segera, baik dengan IKP atau farmakologis, lower in-hospital but still high mortality at one-year. J
diindikasikan untuk semua pasien dengan gejala yang Med Assoc Thai. 2012;95:508-18.
timbul dalam 12 jam dengan elevasi segmen ST yang 5. Fathila L. Gambaran profil lipid pada pasien infark
persisten LBBB yang (terduga) baru. Terapi reperfusi miokard akut di RSUP M. Djmil Padang periode 1
(sebisa mungkin berupa IKP primer) diindikasikan Januari 2011-31 Desember 2012 (skripsi). Padang:
apabila terdapat bukti klinis maupun EKG adanya Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2015.
iskemia yang sedang berlangsung, bahkan bila gejala 6. Masic I, Rahimic M. Socio-medical Characteristics of
telah ada lebih dari 12 jam yang lalu atau jika nyeri dan coronary disease in Bosnia and Herzegovina and
27.28
perubahan EKG tampak tersendat. The World. MSM. 2011;23:171-83.
7. Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, Maarten LS,
SIMPULAN Bernard RC, Harvey DW. Universal definition of
Manajemen reperfusi pada pasien IMA-EST di myocardial infarction. European Heart Journal.
Bangsal Jantung RSUP Dr. M. Djamil pada tahun 2013- 2012;33:2551–67.
2014 paling banyak dilakukan IKP, namun sebagian 8. Farissa IP. Komplikasi pada pasien infark miokard
besar tindakan IKP tersebut tidak dilakukan dalam 12 akut ST elevasi (STEMI) yang mendapat maupun
jam pasca keluhan pasien. tidak mendapat terapi reperfusi di RSUP Dr. Kariadi
Semarang (skripsi). Semarang, Fakultas Kedokteran

UCAPAN TERIMA KASIH Universitas Diponegoro; 2012.


9. World Health Organization (WHO). Cardiovascular
Terima kasih kepada Direktur RSUP Dr. M.
disease (CVDs). 2013 (diunduh 10 November 2015).
Djamil yang telah memberikan ijin dan fasilitas dalam
Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.int/
penelitian serta staf pegawai rekam medik yang telah
mediacentre/factsheets/fs317/en/
membantu dalam penelitian ini.
10. Alexander, KP, Newby LK, Paul WA, Cannon CP,
Gibler WB, Rich MW, et al. Acute coronary care in
DAFTAR PUSTAKA
the elderly, part II ST-segment–elevation myocardial
1. World Health Organization (WHO). Global atlas on
infarction a scientific statement for healthcare
cardiovascular disease prevention and control. 2011
professionals from the American Heart Association
(diunduh 2 November 2015). Tersedia dari: URL:
Council on Clinical Cardiology Circulation.
HYPERLINKhttp://www.who.int/cardiovascular_disea
2007;115:2570-89.
ses/publications/atlas_cvd/en/
11. Wang L, Wang KS. Age differences in the
2. Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar.
association of severe physiological distress and
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
behavioral factors with heart disease. 2013 (diunduh
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013
11 Januari 2016). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
(diunduh 2 November 2015). Tersedia dari: URL:
http://dx.doi.org/10.1155/2013/979623
HYPERLINK http://labdata.litbang.depkes.go.id

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 626

12. Anand SS, Islam S, Rosengren A, Franzosi MG, ws/Coronary-Artery-Disease---Coronary-


Steyn K, Hussein A, et al. Risk factors for myocardial HeartDisease_UCM_436416_Article.jsp .
infarction in women and men: insights from the 21. Irwanto. Profil pasien penyakit jantung koroner di poli
Interheart study. Eur Heart J. 2008;29(7):932-40. jantung RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun
13. Rahmawati AC, Zulaekah S, Rahmawaty S. Aktivitas 2013 (skripsi). Medan: Fakultas Kedokteran
fisik dan rasio kolesterol (HDL) pada penderita Universitas Sumatera Utara; 2015.
penyakit jantung koroner di poliklinik jantung RSUD 22. Arsenault BJ, Rana JS, Stroes SG, Després JP,
DR Moewardi Surakarta. Jurnal Kesehatan. Shah PK, Kastelein JJP. et al. Beyond low-density
2009;2(1):11-8. lipoprotein cholesterol. JACC. 2010;55(1):35-41.
14. Nelwan JE. Karakteristik individu penderita penyakit 23. Arnold SV, Kosiborod M, Tang F, Zhao Z, McCollam
jantung koroner di Sulawesi Utara tahun 2011. 2013 PL, Birt J, Spertus JA. Changes in Low-Density
(diunduh 10 April 2016) Tersedia dari: URL: lipoprotein cholesterol levels after discharge for
HYPERLINK http://jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp- acute myocardial infarction in a real-world patient
content/uploads/2013/02/31.pdf population. American Journal of Epidemiology. 2014;
15. Maas AHEM, Appleman YEA. Gender difference in 179(11):1293–300.
coronary heart disease. Neth Heart J. 2010;18(12): 24. Rott D, Klempfner R, Goldenberg I, Leibowitz D.
598-603. Cholesterol levels decrease soon after acute
16. Sarumpaet NS. Karakteristik penderita penyakit myocardial infarction. Israel Medical Association
jantung koroner rawat inap di RSUP H. Adam Malik Journal. 2015;17: 370-3.
Medan tahun 2005-2007 (skripsi). Medan: Fakultas 25. Ram RV, Trivedi AV. Smoking, smokeless tobacco
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; consumption & coronary artery disease – a case
2009 control study. Natl J Community Med. 2012;3(2):264-
17. Anwar TB. Faktor-faktor risiko PJK. Medan: Bagian 8.
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera 26. Kelley JA, Sherrod RA, Symth P. Coronary artery
Utara; 2004. disease and smoking cessation intervention by
18. Valerian W, Syafri M, Rofinda ZD. Hubungan kadar primary care provider in a rural clinic. Online J Rural
gula darah saat masuk rumah sakit dengan jenis Nurs Health Care. 2009;9(2):82-94.
sindroma koroner akut di RS Dr. M. Djamil Padang. 27. O’gara PT, Kushner FG, Ascheim DD, Casey DE,
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015;4(2):430-3. Chung MK, de Lemos JA, et al. ACCF/AHA guideline
19. Unachukwu C, Ofori S. Diabetes mellitus and for the management of ST-Elevation myocardial
cardiovascular risk. J Endocrinol. 2012;7(1). Infarction. 2013: A report of the American college of
20. American Heart Association (AHA). Coronary Artery cardiology foundation/American heart association
Disease – Coronary Heart Disease. 2013 (Diakses task force on practice guidelines. Circulation.
29 Desember 2015). Tersedia dari: URL: 2013;127:e362-e425.
HYPERLINK http://www.heart.org/HEARTORG/ 28. PERKI. Pedoman tatalaksana sindroma koroner
Conditions/More/MyHeartandStrokeNe. akut. Jakarta: Centra Communications; 2015.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3)

Anda mungkin juga menyukai