Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat
itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan
dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan
keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk
dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
tablet yaitu bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi
1. Keseragaman ukuran.
2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan
tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus
4. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberi per oral, kecuali tablet
atau bahan aktifnya terlalu sempurna. Pada pengujian waktu hancur, tablet
dinyatakan hancur jika ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa,
kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain,
dari 15 menit untuk tablet tidak bersalutdan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet bersalut.
5. Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat
banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terafi di dalam
aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera
pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing
monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut
tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.
2.4 Parasetamol
H3C
HO NH
Kelarutan : larut 1:70 dalam air dingin, 1:20 dalam air mendidih, 1:7 dalam
etanol, 1:13 dalam aseton, 1:40 dalam gliserol, 1:9 dalam dalam propilen glikol.
Larut dalam metanol, dimetilformamida, etil diklorida, etil asetat, dan dalam
pH : 5,3-6,5
pada pH dan temperatur. Parasetamol dapat dihidrolisis oleh katalis asam maupun
ion hidrogen dan konsentrasi ion hidroksida. Laju penguraian parasetamol secara
ion. Pada rentang pH 2-9 energi aktivasi penguraian parasetamol 73,22 kJ/mol dan
Tablet parasetamol mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).
antipiretik yang sama (sedikit lebih lemah dari pada asetosal). Sifat-sifat
lebih ringan, khususnya tidak nefrotoksis dan tidak menimbulkan euphoria dan
popular dan banyak digunakan di Indonesia, baik dalam bentuk sediaan tunggal
maupun kombinasi. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir
sempurna, kadar plasma tertinggi dicapai 1-2,5 jam (Siswandono dan Soekardjo,
1995).
iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretik, dapat digunakan baik
yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak dibawah umur
lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa
pohon sinkona semakin berkurang pada 1880-an, sumber alternatif mulai dicari.
Terdapat dua agen antipiretik yang dibuat pada 1880-an, asetanilida pada 1886
dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, parasetamol telah disintesis oleh Harmon
asetat gletser. Biarpun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, parasetamol
tidak digunakan dalam bidang pengobatan hingga dua dekade setelahnya. Pada
1893, parasetamol telah ditemui di dalam air kencing seseorang yang mengambil
fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan berasa
Namun penemuan ini tidak dipedulikan pada saat itu (Amelia, 2009).
masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard Brodie dan Julius
Axelrod telah ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen bukan aspirin dikaitkan
dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod mengaitkan penggunaan
2.4.2 Indikasi
sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain,
adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi seperti arthritis rheumatoid,
inflamasi. Untuk analgesik ringan, Aseataminofen adalah obat yang lebih disukai
pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilamana salisilat tidak bisa di
toleransi. Ia lebih disukai dari pada aspirin pada pasien dengan hemophilia atau
dengan riwayat ulkus peptikum dan pada mereka yang mengalami bronkospasme
toksik pada lambung dan tidak adanya efek pada agregasi platelet. Akan tetapi,
daya toksik asetaminophen terhadap hepar bisa berakibat serius dan over dosis
yang akut sebesar 10-15 g dapat menyebabkan nekrosis hepar yang fatal
2.4.4 Farmakokinetika
tingkat pengosongan perut, dan konsentrasi darah puncak biasanya tercapai dalam
30-60 menit. Asetaminophen sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian
dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan
diekresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif (N-
terhadap hati dan ginjal. Waktu-paruh asetaminophen adalah 2-3 jam dan relative
tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kuantitas toksik atau penyakit hati,
waktu-paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih (Katzung, 2002).
2.4.5 Dosis
2.5 Spektrofotometri
radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur.
Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa
ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa.
molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan
memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa