Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah proses yang tidak dapat dihindari.

Memasuki masa lansia sangat diperlukan peran dari keperawatan untuk

mempertahankan derajat kesehatan pada lansia supaya terhindar dari penyakit

atau gangguan kesehatan, sehingga lansia tersebut masih dapat memenuhi

kebutuhan secara mandiri (Mubarak, 2007). Seiring bertambahnnya usia

harapan hidup, jumlah lansia di Indonesia cendrung meningkat. Data Badan

Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada

tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18 %), selanjutnya pata tahun 2010

meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77 %).

Meningkatnya jumlah lansia berarti bertambahnya masalah kesehatan

karena terjadinya perubahan-perubahan fisiologis pada lansia. Diantara

berbagai masalah kesehatan pada lansia yang menjadi kondisi kronis salah

satunya adalah nyeri sendi. Nyeri sendi adalah sensasi yang tidak

menyenangkan dan respons emosional terhadap stimulus yang dihubungkan

dengan kerusakan jaringan. Nyeri sendi dapat disebabkan oleh berbagai jenis

kondisi atau cedera. Dapat juga disebabkan oleh penyakit rematik. ( Taslim,

2001).

Gejala yang sering timbul pada nyeri sendi ini adalah tidak nyaman

ketika disentuh, pembengkakan, peradangan, kekakuan atau pembatasan


2

gerakan. Hal inilah yang membuat lansia tidak dapat bekerja atau beraktivitas

dengan nyaman bahkan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam

hidupnya (Taslim, 2001).

Menurut Potter dan Perry (2005), reaksi seseorang terhadap nyeri

terdiri atas respon fisiologis dan respon perilaku yang terjadi setelah

mempersepsikan nyeri. Pasien dengan nyeri kronis tidak menunjukkan respon

fisiologis. Respon perilaku yang ditunjukkan oleh pasien mencakup

pernyataan verbal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang

lain, perubahan respon terhadap lingkungan, merintih, tidak menggerakkan

anggota tubuh, mengepal, dan menarik diri (Smeltzer, 2001).

Oleh karena itu perlu penatalaksanaan segera pada lansia dengan

nyeri sendi. Ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan

nyeri yaitu terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi

adalah penatalaksanaan terapi dengan menggunakan obat-obatan. Sedangkan

terapi non farmakologi yaitu penatalaksanaan nyeri tanpa menggunakan obat-

obatan (Tamsuri, 2012).

Begitu banyak terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk

menghilangkan nyeri, metode ini biasanya memiliki resiko lebih rendah, lebih

praktis, mudah dilakukan sendiri dirumah. Teknik nonfarmakologi yang dapat

digunakan untuk menghilangkan nyeri pada penderita persendian diantaranya

kompres hangat. Kompres hangat atau menghangatkan persendian dapat


3

dilakukan bermacam-macam cara yaitu menggunakan handuk, dengan

mendekatkan dua buah botol / plastik ke kedua sendi yang sakit (Potter,

2005).

Penggunaan terapi hangat pada permukaan tubuh kita dapat

memperbaiki fleksibilitas tendon dan ligamen, mengurangi spasme otot,

meredakan nyeri, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan metabolisme.

Mekanismenya mengurangi nyeri tidak diketahui dengan pasti, walaupun para

peneliti yakin bahwa hangat dapat menonaktifkan serabut saraf yang

menyebabkan spasme otot dan hangat tersebut dapat menyebabkan pelepasan

endorphin, opium yang sangat kuat, seperti bahan kimia yang memblok

transmisi nyeri. Secara umum peningkatan aliran darah dapat terjadi pada

bagian tubuh yang dihangatkan karena panas cendrung mengundurkan

dinding pembuluh darah, panas merupakan yang terbaik untuk meningkatkan

fleksibilitas (Berman, 2009).

Penggunaan terapi hangat mempunyai keuntungan untuk

meningkatkan aliran darah ke suatu area dan dapat turut menurunkan nyeri.

Panas yang lembab dapat menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat

arthhitis (ceccio, 1990 dalam Potter, Perry, 2001). Menurut Smeltzer (2001),

kompres hangat dapat membantu untuk meredakan rasa nyeri, kaku, dan

spasme otot. Panas superficial dapat diberikan dalam bentuk kompres basah

hangat. Manfaat maksimal dapat dicapai dalam waktu 20 menit.


4

Data yang didapatkan dari Puskesmas Nanggalo ada 2916 lansia di

kelurahan Nanggalo dari jumlah penduduk 35.919 jiwa. Dimana didapatkan

data jumlah penderita yang mengalami gangguan muskuluskolektal tahun

2011 sebanyak 2029. Jumlah lansia di Posyandu Melati sebanyak 35 orang

dan didapatkan lansia yang mengalami nyeri sendi sebanyak 24 orang.

Wawancara yang peneliti lakukan kepada 10 orang lansia yang menderita

nyeri sendi yang ada di Posyandu Lansia Melati didapatkan bahwa 7 orang

lansia (70%) tidak pernah menggunakan kompres hangat untuk mengatasi

nyeri rematik yang mereka alami. 3 orang (30%) pernah menggunakan

kompres hangat terutama menggunakan air hangat untuk mandi.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh kompres hangat terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansia di Posyandu Lansia Melati RW XXI

Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh kompres hangat terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansia di Posyandu Lansia Melati RW XXI Surau

Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang ?


5

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurunan

nyeri sendi pada lansia di Posyandu Lansia Melati RW XXI Surau Gadang

Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat nyeri sebelum diberikan kompres hangat

pada lansia dengan nyeri sendi di Posyandu Lansia Melati RW

XXI Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.

b. Diketahuinya tingkat nyeri sesudah diberikan kompres hangat pada

lansia dengan nyeri sendi di Posyandu Lansia Melati RW XXI

Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.

c. Diketahuinya pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri

sendi pada lansia di Posyandu Lansia Melati RW XXI Surau

Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Mengembangkan kemampuan meneliti, sebagai pengalaman

penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang

kesehatan dan sebagai masukan bagi peniliti dalam menerapkan ilmu

pengetahuan yang didapat di perkuliahan ke dalam bentuk penelitian.


6

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas dalam memberikan

penyuluhan tentang penanggulangan nyeri rematik secara nonfarmakologi

pada penderita yang mengalami nyeri sendi.

3. Bagi Institusi Pendidikan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sebagai

bahan pembelajaran bagi Mahasiswa dan Mahasiswi STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar dan pembanding untuk penelitian selanjutnya

dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan nyeri sendi serta

kompres hangat.

Anda mungkin juga menyukai