Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desinfektan adalah bahan untuk mematikan mikroorganisme. Desinfektan adalah
kegiantan merusak seluruh bentuk mikroorganisme vegetatif dan bentuk spora tidak dapat
dirusak dengan cara ini. Untuk campuran air minum biasanya menggunakan virusidal, harus
hati-hati untuk kandang berbahan besi. Sedangkan untuk semprot lingkungan farm atau
deefing dapat digunakan lysol atau deterjen sehingga menghemat biaya operasional. Air
minum berklorinasi juga efektif untuk menghambat virus, namun harus dibuat minimal 100
ppm. Keberadaan penyakit pada ternak pun sulit dibatasi keberadaannya pada ternak yang
dipelihara. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit diataranya
memperhatikan sumber bibit, vaksinasi yang teratur, menjauhi tempat-tempat yang sebagai
sumber penyakit, kurangi hal-hal yang dapat menyebabkan stress, pengawasan yang teratur
dan pencatatan yang tertib (Sarwono. 2013).

Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia yang dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, dapat juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Bahan
desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan.
Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini
dinamakan antiseptic (Hadisiswanto, 2012).

Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Desinfektan


dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,
disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi
tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis (Departemen Peternakan
RI, 2011).

Katzung (1998) mengatakan bahwa konsentrasi yang sangat rendah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan konsentrasi lebih tinggi dapat membunuh mikroorganisme tertentu.
Pemilihan suatu desinfektan, perlu memperhatikan kriteria desinfektan yang baik. Suatu
desinfektan dikatakan baik apabila pada konsentrasi kecil sudah memiliki daya antimikroba
yang tinggi, disamping itu desinfektan tersebut mudah larut dalam air, serta stabil di dalam
bahan organik. Selanjutnya Pelczar dan Chan (1998) menambahkan bahwa desinfektan yang
ideal hendaknya tidak bersifat toksik bagi manusia dan hewan, tidak menyebabkan bau,
mempunyai aktivitas broad spektrum yang luas dan harganya relatif murah.

Di dalam suatu usaha di bidang peternakan diperlukannya adanya sanitasi.


Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit
tersebut. Yang dimaksud dengan “sanitasi” adalah tindakan yangdilakukan terhadap
lingkungan untuk mendukung upaya kesehatan manusia dan hewan (Notoadmodjo, Soekidjo,
2010).
Sanitasi meliputi seluruh kandang dan semua peralatannya. Pada ternak-ternak dikandang
yang sudah terserang wabah maka benda-benda yang ada didalam kandang seperti litter,
kotoran dan sisa-sisa makanan harus didesinfeksi sampai merata, kemudian dibakar atau
ditanam. Alat-alat peralatan kandang yang berada didalam kandang disemprot dengan
desinfektan kemudian dikeluarkan dan dijemur selama beberapa hari. Untuk melakukan
desinfeksi ini perlu mengenal macam-macam desinfektan, sifat dan cara penggunaan
(Nuriyasa, I.M. 2013).

Pentingnya pemberian desinfektan dan asuntol untuk ternak sangat berdampak bagi
kesehatan ternak tersebut. Kesehatan pada ternak mempengaruhi hasil produksi dan juga
kualitas daripada ternak tersebut, bahkan juga bisa mempengaruhi angka kematian ternak-
ternak itu. Oleh karena itu, sanitasi kandang dan peralatan perlu dilakukan secara rutin
supaya bibit penyakit tidak mempunyai kesempatan berkembang dan
menyerang kekebalan tubuh ternak unggas. Hal ini penting mengingat hanya ternak yang
sehat yang dapat memberikan produksi yang optimal.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum


 Praktikan dapat memahami jenis-jenis serta manfaat dari desinfektan.
 Praktikan dapat membuat sendiri asuntol pencegah kudis dan penyakit kulit pada
ternak.
Dapus

Departemen Peternakan RI. 2011. “Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian


Luar Biasa Penyakit Menular”. Depkes RI : Jakarta.

Hadisiswanto. 2012. “ Kamus Populer Kesehatan Lingkungan”. EGC : Jakarta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. Rineka Cipta :


Jakarta.

Nuriyasa, I.M. 2013. “Pengaruh Tingkat Kepadatan dan Kecepatan Angin Dalam Kandang
Terhadap Indeks Ketidaknyamanan dan Penampilan Ayam Pedaging”. Majalah Ilmiah
Peternakan, Fakultas Peternakan, Unud. Hal 99-103.

Sarwono. 2013. “Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya”.Yogyakarta :


Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai