MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia
Yang dibina oleh Bapak Dr. Didin Widyartono, S.S, S.Pd, M.Pd.
Oleh
Indriani
P17220194058
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Keperawatan
Keluarga” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin
ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan
dari dosen pembimbing. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang konsep keperawatan keluarga. Saya mohon maaf
apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh saya dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun saya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 2
1.3 TUJUAN ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KELUARGA ....................................................................................... 3
2.2 TUJUAN DASAR KELUARGA ................................................................................... 5
2.3 STRUKTUR KELUARGA ........................................................................................... 6
2.4 TIPE KELUARGA ..................................................................................................... 7
2.5 PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN KELUARGA ......................................... 10
2.6 LANGKAH-LANGKAH DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling
berkaitan dan saling memengaruhi sesama anggota keluarga dan akan memengaruhi pula
keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan (Ruth B. Freeman,
1981).
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang pengertian keluarga.
2. Meningkatkan pemahaman tentang tujuan dasar keluarga.
3. Meningkatkan pemahaman tentang struktur keluarga.
4. Meningkatkan pemahaman tentang tipe keluarga.
5. Mampu memahami peran perawat dalam keperawatan keluarga.
6. Mampu memahami langkah-langkah dalam keperawatan kesehatan keluarga.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga
2.1 Pengertian Keluarga
Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasi teoretis
yang digunakan. Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori interaksi, sistem
atau tradisional. Secara tradisional keluarga didefinisikan sebagai berikut :
a. Burgess dkk. ( 1963 ) :
Membuat orientasi keluarga yang berorientasi pada tradisi dimana :
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah
dan ikatan adopsi;
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, ataupun jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap
rumah tangga mereka tersebut sebagai rumah mereka;
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-
peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan
perempuan, saudara dan saudari;
4. Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
b. Bussard dan Ball (1966) :
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan
seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu
dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya dan berfungsi
sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.
c. WHO ( 1969 ) :
Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
d. Duvall ( 1976 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggotanya.
3
e. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.
f. Logan’s ( 1979 ) :
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
g. Raisner ( 1980 ) :
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-
masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan
nenek.
h. Helvie (1981) :
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
i. Gillis ( 1983 ) :
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang
dimiliki, tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai
sebagaimana individu miliki.
j. Duvall ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.
k. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan
dalam keadaan saling ketergantungan.
l. Johnson’s ( 1992 ) :
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah
yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal
dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu
orang dengan lainnya.
4
m. UU No. 10 tahun 1992 :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami
istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
n. Sayekti (1994) :
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
o. Spradley dan Allender ( 1996 ) :
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama sehingga mempunyai
ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
p. Leininger :
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung
dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain yang diwujudkan dengan
adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.
5
3. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga
dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan
seksual.
4. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas
seorang individu dan perasaan harga diri.
Alasan mendasar mengapa keluarga menjadi fokus sentral dalam perawatan adalah :
1. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan)
yang memengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal tertentu, sering akan
memengaruhi anggota keluarga yang lain, dan unit ini secara keseluruhan;
2. Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status kesehatan para
anggotanya;
3. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,
perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan kenseling keluarga, serta
upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh pola
hidup keluarga dan bahaya dari lingkungan;
4. Adanya masalah-masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga dapat
menyebabkab ditemukannya faktor-faktor risiko pada anggota keluarga yang lain;
5. Tingkat pemahaman dan berfungsinya seorang individu tidak lepas dari andil
sebuah keluarga;
6. Keluarga merupakan sistem pendukung yang sangat vital bagi kebutuhan-
kebutuhan individu.
2.3 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
6
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
2.4 Tipe Keluarga
Dalam sosiologi keluarga, berbagai bentuk keluarga digolongkan menjadi dua
bagian besar yaitu bentuk tradisional dan nontradisional atau sebagai bentuk normatif
dan nonnormative serta bentuk keluarga varian. Bentuk keluarga varian digunakan untuk
menyebut bentuk keluarga yang merupakan variasi dari bentuk normatif yaitu semua
bentuk deviasi dari keluarga inti tradisional. Berikut akan dijelaskan beberapa bentuk
keluarga yang berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan keluarga.
1. Keluarga Tradisional
Tradisional Nuclear/Keluarga Inti
Merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal. Keluarga inti
adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu rumah, dimana
ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Varian keluarga inti adalah :
Keluarga Pasangan Suami Istri Bekerja
Adalah keluarga dimana pasangan suami istri keduanya bekerja di luar rumah. Keluarga
ini merupakan pengembangan varian nontradisional dimana pengambilan keputusan dan
pembagian fungsi keluarga ditetapkan secara bersama-sama oleh kedua orang tua.
Meskipun demikian, beberapa keluarga masih tetap menganut bahwa fungsi
kerumahtanggaan tetap dipegang oleh istri.
Keluarga Tanpa Anak atau Dyadic Nuclear
Adalah keluarga dimana suami-istri sudah berumur, tetapi tidak mempunyai anak.
Biasanya keluarga ini akan mengadopsi anak.
Commuter Family
Adalah keluarga dengan pasangan suami istri terpisah tempat tinggal secara sukarela
karena tugas dan pada kesempatan tertentu keduanya bertemu dalam satu rumah.
Reconstituted Nuclear
Adalah pembentukan keluarga baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami-
istri, tinggal dalam satu rumah dengan anaknya, baik anak bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil perkawinan baru.
7
Extended Family/Keluarga Besar
Adalah satu bentuk keluarga dimana pasangan suami istri sama-sama melakukan
pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang tua, sanak saudara, atau kerabat
dekat lainnya.
Single Parent Family/Keluarga dengan Orang Tua Tunggal
Suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung atau angkat).
Single Adult
Satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
Keluarga Usia Lanjut
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah lanjut usia.
Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya karena kesibukan untuk mengejar karir pada wanita.
Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah.
Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Blended Family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya.
2. Keluarga Nontradisional
Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
8
The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari otang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
The stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri
Commune Family/Communal
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang
hidup bersama dalam satu rumah.
The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
Gay and Lesbian Families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan
suami-istri (marital partners)
Cohabitating Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.
Group-marriage Family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual
dan membesarkan anaknya.
Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu
sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
9
Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.
Institusional
Keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang-orang dewasa yang tinggal bersama-sama
dalam panti. Sebenarnya tidak cocok disebut sebagai keluarga, tetapi mereka sering
mempunyai sanak suadara yang mereka anggap sebagai keluarga sehingga sebenarnya
terjadi jaringan yang berupa kerabat.
10
5. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk mengubah
perilaku keluarga yang tidak sehat menjadi sehat/menjadi lebih sehat.
6. Penyuluh dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk
asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga di samping menjadi penasihat
dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan keluarga.
7. Penemu kasus, mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak
terjadi ledakan atau wadah.
8. Pelaksana
a. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung.
b. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang
sakit.
c. Perawat mendemostrasikan kepada keluarga askep yang diberikan
dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung
kepada anggota keluarga yang sakit.
9. Kolaborasi, perawat komunitas harus bekerja sama dengam pelayanan rumah
sakit arau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
10. Modifikasi lingkungan, perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan,
baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.
11. Role Model, perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan. Panutan
ini digunakan pada semua tingkat pencegahan terutama PHBS. Menampilkan
profesionalisme dalam bekerja.
12. Perawat sebagai komunikator, perawat mengomunikasikan informasi yang
sebelumnya diproses melalui identifikasi kepada klien atau pasien, baik secara
tertulis atau lisan.
13. Perawat sebagai advokat klien, perawat dapat mewakili pasien dalam
menyampaikan harapan dan kebutuhannya kepada profesi kesehatan lain. Selain
itu, perawat juga dapat membantu klien dalam menjaga dan menegakkan hak-
haknya, salah satunya dalam pengambilan keputusan atas tindakan keperawatan
yang akan diberikan.
11
14. Perawat sebagai pemimpin, seorang pemimpin tentu memiliki pengaruh yang
besar terhadap suatu tim, baik untuk mengkordinir, membimbing, atau pun
bekerja sama demi mencapai suatu tujuan. Peran pemimpin seorang perawat
dapat diterapkan pada beberapa tingkatan, seperti pada klien individu, keluarga,
kelompok, kolega, atau pun komunitas.
15. Perawat berperan dalam pengembangan karir keperawatan, seperti perawat
praktisi, perawat spesialis, perawat anestesi, perawat peneliti, hingga perawat
pendidik yang pada tiap peran tersebut tentu memiliki tanggung jawab dan
cakupannya masing-masing.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, perawat profesional tentu berpacu pada nilai-
nilai profesionalisme dalam keperawatan dan regulasi yang telah ditentukan. Menurut
Nursalam (2014), nilai-nilai profesionalisme dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Otoritas, yaitu adanya kewenangansesuai dengan keahlian dan peran profesional
dalam melakukan suatu tindakan.
b) Akuntabilitas, perawat memiliki tanggung jawab terhadap apa yang dijalaninya
dan harus siap menerima konsekuensinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c) Pengambilan keputusan yang mandiri, dalam mengambil keputusan, perawat
diharapkan menyesuaikan dengan keilmuan dan rasionalitas melalui pendekatan
yang terstruktur kepada pasien.
d) Kolaborasi, perawat mampu bekerja sama dalam tim intra profesi atau pun inter
profesi.
e) Pembelaan, melakukan suatu hal guna mendapatkan asuhan yang bermutu bagi
pasien.
f) Fasilitasi, perawat diharapkan dapat mendukung dan memberdayakan sebagai
upaya untuk memperbaiki fungsi diri meningkatkan kesehatan klien.
2.6 Langkah-langkah Dalam Keperawatan Kesehatan Keluarga
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada beberapa langkah yang
harus diperhatikan perawat, sebagai berikut :
1. Membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga, dengan cara :
a) Mengadakan kontak dengan keluarga, ini bisa dilakukan dengan cara
kontak sosial yang memandang keluarga sebagai sistem, dimana mereka
hidup dimasyarakat yang mempunyai struktur organisasi
kemasyarakatan.
12
b) Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.
c) Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan kesehatan yang dirasakan oleh keluarga.
d) Membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
2. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan
keluarga. Pengkajian dilakukan pada saat kunjungan pertama sesuai kesepakatan
dengan keluarga. Cara mengkaji bisa dengan wawancara, studi dokumentasi, dan
pemeriksaan fisik.
3. Menganalisis data keluarga untuk menentukan masalah-masalah kesehatan dan
perawatan keluarga dengan cara mengkelompokkan menjadi data subyektif dan
objektif.
4. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga berdasarkan sifat masalah
kesehatan keluarga :
a) Aktual.
b) Risiko/risiko tinggi.
c) Potensial.
5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
6. Menentukan diagnosa keperawatan keluarga.
7. Menentukan/menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga, dengan mempertimbangkan :
a) Sifat masalah.
b) Kemungkinan masalah untuk diubah.
c) Potensi menghindari masalah.
d) Persepsi keluarga terhadap masalah.
8. Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas
a) Menentukan tujuan yang realistis.
b) Merencanakan pendekatan dan tindakan.
c) Menyusun standar dan kriteria evaluasi.
9. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana
yang telah disusun.
10. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
13
11. Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat
teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.
14
BAB III
PENUTUP
Bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari materi
yang berjudul ”Konsep Keperawatan Keluarga Yang Penting Untuk Seluruh Keluarga
Indonesia”.
3.1 Kesimpulan
Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasi teoretis
yang digunakan. Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori interaksi, sistem
atau tradisional. Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan
yang dirawat. Konsep keperawatan keluarga memiliki banyak bentuk struktur yang
menonjol. Untuk itu kalangan profesionalis dalam bidang kesehatan yang melayani
keluarga harus bersifat toleren dan sensitive terhadap perbedaan gaya hidup keluarga.
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara. Serta untuk mencapai hasil yang maksimal dan sesuai dengan harapan
pasien dan keluarga pasien, perawat harus profesional dalam menjalankan peran dan
fungsinya yang berpacu pada nilai-nilai profesionalisme dalam keperawatan dan regulasi
yang telah ditentukan.
Proses keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu terdokumentasi.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah yang berjudul ”Konsep Keperawatan Keluarga Yang
Penting Untuk Seluruh Keluarga Indonesia”, penulis mengalami beberapa hambatan
dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan berbagai pihak penulis mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
15
2. Intitusi Pendidikan
Makalah yang benar dalam pengkajian maupun pendokumentasian agar lebih
ditingkatkan. Penyediaan lahan praktek yang memadai memudahkan penulis
untuk mendapatkan data secara akurat serta pemahaman persepsi dari berbagai
pihak perlu dikaji kembali, sehingga ketika penulis melaporkan hasil pengkajian
tidak terjadi ketimpangan.
3. Penulis Selanjutnya
Untuk penulis selanjutnya yang tertarik dengan asuhan keperawatan keluarga
mampu melakukan pengkajian yang lebih spesifik dan mendekati sempurna
sehingga semua masalah klien bisa telihat dan tertangani. Selain itu, diharapkan
pemberian asuhan keperawatan bisa semaksimal mungkin atau bahkan klien
terpantau untuk mengetahui perkembangan klien sepenuhnya sehingga
perawatan klien akan terlaksana seoptimal mungkin.
16
DAFTAR RUJUKAN
Andarmoyo, S. (2012). BUKU KEPERAWATAN KELUARGA Konsep Teori, Proses dan Praktik
Keperawatan.
Setiadi. (2008). BUKU KEPERAWATAN KELUARGA Konsep & Proses. Graha Ilmu
17