Anda di halaman 1dari 1

Oleh : Najamudin

Indralaya, 15 Januari 2020

Aku terus bergegas mengejar pria paruh baya yang berada sekitar tiga ratus meter di
depanku. Ingin rasanya meneriakinya keras-keras agar dia menoleh kebelakang sejenak
melihatku yang sudah kelelahan mengejarnya, jelas aku kecapekan karena telah berjalan kaki
cukup jauh dari kosanku hingga ke kampus ini. “ Sialan..!!!” aku bergumam setelah tidak
mampu mengejarnya. Ternyata sosok paruh baya tersebut diluar perkiraanku, beliau sangat
cepat jalannya.

aku menghela napas panjang, rasanya ini begitu membuatku bingung seakan-akan
dunia pun tidak berpihak kepadaku. Aku menyesali perbuatanku selama ini, begitu banyak
waktuku yang kubuang sia-sia tanpa ada sesuatu yang berarti dan ketika di penghujung ini
aku baru merasakan kesulitan tersebut.

Aku mengeluarkan isi bundelan dalam tasku disitu tertulis “Skripsi” atas nama Dimas
Seto. tumpukkan kertas yang telah membuatku pusing selama satu bulan ini, karena semester
yang sudah tua memaksaku untuk memelih, menyelasaikannya atau Drop out. Aku
merenungi nasibku, merasakan seakan-akan air mata orang tuaku mengalir, menyaksikan
anak satu-satunya di DO dari kampus.

Anda mungkin juga menyukai