Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Kondisi kurikulum pendidikan Indonesia


Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu
kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Departemen Pendidikan Nasional
juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berkait dengan
kurikulum.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode
belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam suati
instansi pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama; hal ini dikhwatirkan akan
mengakibatkan suatu instansi sekolah tidak dapat sejajar dengan sekolah-sekolah yang
lain.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain,
prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta
kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk
selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang
digunakan.
Di dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat yang sangat
penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses
pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan dengan
dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004
dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan
serta pendekatan dalam merealisasikannya.
1. Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada
saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam
semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang
merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran 1947)
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan,
dan jasmani.
4. Kurikulum 1968 (Rencana Pendidikan 1968)
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-
pendekatan di antaranya sebagai berikut.
- Berorientasi pada tujuan :
- Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
- Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
- Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada
tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah
laku siswa.
- Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
- Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkansidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
6. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
- Berorientasi pada tujuan instruksional
- Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA)
- Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
- Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas
semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
- Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga
sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
7. Kurikulum 1994
Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994:
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut:
- Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
- Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
- Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan
dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
- Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban)
dan penyelidikan.
- Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
- Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
- Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama
sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content
oriented), di antaranya sebagai berikut:
- Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/ substansi setiap mata pelajaran.
- Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
- Bersifa populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di
seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih
dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk
soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih
dari satu jawaban), dan penyelidikan.
8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK))
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Menekankan pd ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
9. Kurikulum 2006 (KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No.
19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih
bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah
subject matter), yaitu:
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
- Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis kompetensi
sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh
menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah
ditetapkan, mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya
Pergantian/penyempurnaan kurikulum adalah suatu keniscayaan yang harus diberlakukan
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku dan metode
pngajaran yang setiap saat terus berkembang. Untuk menyikapi pergantian kurikulum maka
yang harus disiapkan adalah: Kesiapan dari guru itu sendiri (apapun kurikulumya apabila
guru memahami akan esensi dari kurikulum maka tidak akan terjadi permasalahan), kesiapan
sekolah, kesiapan pemerintah dan kesiapan stake holder pendidikan. Semoga tulisan ini
dapat sedikit memberikan pencerahan tentang kurikulum di Indonesia, sehingga dapat
lebih menimbulkan kearifan dalam proses belajar-mengajar.
Jika diamati perubahan kurikulum dari tahun 1947 hingga 2006 yang menjadi faktor atas
perubahan itu diantaranya: (1) menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat kita
lihat awal perubahan kurikulum dari rentJana pelajaran 1947 menjadi renjtana pelajaran
terurai 1952. Awalya hanya mengikuti atau meneruskan kurikulum yang ada kemudian
dikembangkan lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. (2)
kepentingan politis semata, hal ini sangat jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004
(KBK) menjadi kurklum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum 2004
sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak sesuai
dengan perkembangan sebelum-sebelumnya. Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak
bisa membuktikan baik tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh Bagus
(2008), menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja, yaitu
mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa dalam
perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan
tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiaan serta budaya bangsa.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan bahwa perubahan kurikulum
mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative approach dan grass roots approach.
Administrative approach, yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh
pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada
guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang
kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke
atas, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke
sekolah-sekolah lain.
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan
dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan
kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan
yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu
guru. Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi
manusia yang professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita
pakai sekarang ini masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya
tidak lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP
dengan kata lin masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru
dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan
prasarana yang dimillki oleh sekolah.

2.2 Era AFTA


ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-
negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN
sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta
penduduknya.AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV
di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA)
merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan
regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai
dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir
dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema Common Effective Preferential Tariffs For
ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan
AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif
dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA
adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan
bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.
Produk yang dikatagorikan dalam General Exception adalah produk-produk yang
secara permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPT-AFTA, karena alasan keamanan
nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk
melestarikan obyek-obyek arkeologi dan budaya.Indonesia mengkatagorikan produk-produk
dalam kelompok senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos
tarif sebagai General Exception.
Baik secara langsung ataupun tidak langsung, tantangan-tantangan ini akan
memberikan dampak khusus kepada pertumbuhan bisnis dan ekonomi Indonesia. Dengan
mengetahuinya, kita akan mampu menentukan sikap dan melakukan persiapan.
a. Tantangan Inovasi Teknologi
AFTA menjadi tantangan serius bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi teknologi
informasi. Salah satu tantangan yang sudah menanti dalam AFTA yakni masuknya
perusahaan teknologi dunia yang menyerang pasar di Indonesia. Untuk itu, perusahaan
Indonesia harus mewaspadai. Perusahaan asing sudah mulai bikin warehouse di sini,
produk e-commercemereka juga telah masuk, ini akan jadi ancaman bagi perusahaan di
Indonesia. Misalnya datangnya aplikasi Uber, yang mulai mengusik pengusaha dan sopir
taksi. Hal itu, merupakan contoh nyata tantangan.
Tantangan tersebut makin intens karena tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang telah
menyadari pentingnya inovasi dalam teknologi dan informasi. Tren inovasi perangkat mobile,
jejaring sosial, analitik data, dan komputasi awan menjadi tantangan perusahaan dalam era
perdagangan AFTA.
Cara pandang perusahaan atas tantangan teknologi tidak jauh berbeda dengan gambaran
perusahaan di tingkatan global. Menurut studi yang dilakukan IBM, tujuh dari 10 perusahaan
yang disurvei memahami infrastruktur IT punya peranan penting dalam kompetisi atau
mengoptimalisasi keuntungan dan pendapatan. Dari kebanyakan responden, 62 persen
perusahaan sudah berencana meningkatkan belanja infrastruktur IT untuk 12 hingga 18 bulan
ke depan.
b. Tantangan Perdagangan
Bukan rahasia umum bahwa Indonesia masih berpredikat sebagai negara pengimpor, alih-
alih pengekspor. Mengapa Indonesia sampai saat ini masih sebatas sebagai pasar bagi produk
dari negara-negara ASEAN yang lain? Pertama, karena penduduk Indonesia yang saat ini
berjumlah 231,3 juta jiwa merupakan 39% dari total penduduk ASEAN. Kelas menengah
Indonesia saat ini juga berjumlah sekitar 100 juta orang. Tentu ini merupakan pasar yang
menggiurkan bagi negara-negara ASEAN lain. Kedua, Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia yang saat ini sebesar 846 miliar dolar AS juga merupakan 40,3% PDB total negara-
negara ASEAN. Ini juga merupakan indikasi pasar potensial yang terbesar. Ketiga,
masyarakat kelas menengah dan atas Indonesia sudah terkenal sebagai masyarakat yang
konsumtif. Ini terlihat misalnya orang Indonesia rata-rata memiliki lebih dari
satu smartphone atau tablet. Berbeda misalnya dengan masyarakat Jepang yang terkenal
dengan sifat hematnya. Indikasi yang jelas dari Indonesia sebagai pasar saja adalah selalu
defisitnya neraca perdagangan internasional Indonesia dengan negara-negara ASEAN sejak
tahun 2005.
Sebetulnya, pekerjaan rumah bagi para pengusaha di Indonesia adalah bagaimana
memenangkan preferensi pasar atas produk asli Indonesia, baik pasar domestik, ASEAN,
maupun internasional. Pengusaha dan produsen Indonesia dituntut terus menerus dapat
meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis secara efektif dan maksimal. Disinilah
kualitas produk Indonesia diuji, dan perusahaan Indonesia harus bisa mengubah pola pikir
dari “product oriented” menjadi “customer oriented” untuk memenangkan preferensi pasar.
Hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi kondisi ini. Indonesia punya keuntungan
demografi, geografi, dan lainnya dan banyak sekali komiditi yang bisa diandalkan dan
dipersiapkan untuk bersaing dalam AFTA. Bonus demografi adalah arti struktur penduduk
Indonesia dari sisi usia adalah Piramida Penduduk Muda, Hal ini menunjukkan usia
penduduk muda lebih banyak dari pada penduduk dewasa, jumlah penduduk bertambah
dengan cepat. Perusahaan dapat memanfaatkan keuntungan demografis ini dengan
mengembangkan kualitas sumber dayanya, mengiringi kuantitasnya. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia dengan pendidikan akan memberikan angkatan kerja yang produktif
dan mampu menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi.
Selain pendidikan dan pelatihan, komitmen karyawan bagi perusahaan juga sangat
penting. Jangan sampai SDM yang memiliki potensi dan bakat lebih memilih untuk bekerja
di perusahaan asing karena merasa di perusahaan asing mereka bisa bekerja lebih nyaman
dan terjamin. Optimasi di bidang sumber daya dan kualitas produk akan secara signifikan
meningkatkan daya saing Indonesia sebagai negara penghasil produk, yang mampu
menyediakan produk berkualitas bagi negara-negara di lingkup ASEAN maupun global.
Dengan memaksimalkan potensi penyerapan produk Indonesia, kita akan bisa merasakan
AFTA sebagai sebuah win-win solutionbagi kemajuan perekonomian Indonesia dan ASEAN
2.3 Kurikulum finlandia
Salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and equal
treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. di
Finlandia semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan
si miskin dan semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. jadi siswa
bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang membuat sistem
pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak adaassessment atau penilaian. siswa-
siswa di Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran
jika di dalam kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak sebagai
guru utama dan 1-nya sebagai asisten. di sisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia,
prinsip Receive understanding and have their say in accordance with their age and
maturity yaitu menerima pemahaman dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. jadi mereka
memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka juga
mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-anak yang
membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara khusus agar
mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya
terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata orientation? karena kurikulum di
Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa
belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh
kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka.
maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, &
experience. jadi siswa melatih kemudian memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya
siswa di Finlandia tidak belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu
tersebut. tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas
hanya di dalam kelas. siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar kelas
ketika bahan ajar berkaitan dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata
belajar teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam demi
mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
Di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua siswa juga terlibat
dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama
dengan sekolah. tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara
akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di sekolah dengan
informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. luar biasa bukan? dan ini mereka lakukan dalam
bentuk diskusi bersama orangtua dan staff. Orang tua juga memiliki hak mengevaluasi
kurikulum sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak. ini
adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. jadi orantua di Finlandia tidak sekedar
mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai
orangtua untuk memonitor kemajuan si anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan
saran dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.

https://www.academia.edu/5532391/Perjalanan_kurikulum_di_indonesia
http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA
http://shiftindonesia.com/masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-afta-2015-berkah-atau-
bencana/
http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/25/kurikulum-2013-indonesia-vs-kurikulum-
finlandia-511723.html

Anda mungkin juga menyukai