Anda di halaman 1dari 6

68 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) VIII (1): 68-73 ISSN: 0853-6384

Full Paper
PENGARUH IMPLANTASI HORMON LHRH-a TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD
KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis

THE EFFECT OF IMPLANTATION LHRH-a HORMONE ON GONADE DEVELOPMENT


OF HUMPBACK GROUPER, Cromileptes altivelis

Tridjoko*)

Abstract

The purpose of this experiment was to know the effect of implantation LHRH-a hormone on
gonade maturation of grouper Cromileptes altivelis. The weight of female broodfishes were
used between 1.40 and 1.65 kg/pcs3and total lenght between 41.0 and 48.0 cm. Some of 5
fishes were stocked into the 75 m circular concrete tank. The treatment was implanted
hormone LHRH-a i.e.: (A) 3 times; (B) 1 time; and (C) no implant. The results of the
experiment showed that the effect of LHRH-a hormone implanted was significantly different
(P<0.05) on oocytes diameters of grouper. The treatment with 3 times implantation gave the
best result among treatments with diameter of oocyte more than 400 µm.

Key words: gonade development, hormon LHRH-a, Humpback grouper, implantation

Pengantar jantan. Perkembangbiakan secara buatan


dapat dilakukan dengan rekayasa
Luteinazing Hormon Releasing Hormone hormon, salah satu caranya adalah
(LHRH) merupakan salah satu hormon implantasi hormon LHRH-a (Vanstone et
yang dihasilkan oleh hipotalamus. al., 1977; Crim, 1985; Lee et al., 1986;
Rangkaian asam amino inti yang meme- Kuo et al., 1988; Tridjoko et al., 1997).
gang peranan utama dalam menimbulkan Disamping hormon LHRH-a, hormon 17 α
gejala biologi telah diketahui. Asam-asam metiltestosteron (17 α MT) berfungsi
amino inti molekul LHRH terdiri dari 10 penting, yaitu secara alami baik langsung
senyawa dan disebut decapeptide. maupun tidak langsung merangsang
perkembangan gonad kerapu betina dan
Dengan metode biokimia yang memudah- jantan. Hasil penelitian Pakdee dan
kan pemotongan dan penyambungan Tantavanit (1985) cit. Yashiro et al.,
kembali asam amino, diperoleh ber- (1993) membuktikan bahwa hormon 17 α
macam-macam analog LHRH (LHRH-a). MT dapat mempercepat proses perubah-
Hormon berperan sangat penting dalam an kelamin betina menjadi jantan pada
proses reproduksi ikan. Perkembang- ikan Ephinephelus malabaricus. Pada
biakan ikan secara alami banyak ter- ikan tersebut biasanya, calon induk jantan
gantung dari kesiapan induk matang telur paling muda berumur 60 bulan dengan
yang hanya terjadi pada musim-musim berat tubuh kurang lebih 6 kg. Namun
tertentu. Penggunaan hormon LHRH-a setelah dipacu dengan hormon 17 α MT
pada ikan merupakan salah satu cara dapat diperoleh calon induk jantan umur
untuk memacu tingkat perkembangan antara 34-50 bulan. Selanjutnya Debas et
gonad. al. (1989) cit Yashiro et al. (1993)
menyatakan bahwa hormon testosteron
Kerapu bebek/tikus (Cromileptes altivelis) pada dosis 500 pg/kg efektif digunakan
hasil tangkapan nelayan sulit mendapat- untuk injeksi perubahan kelamin betina
kan yang matang gonad, terutama menjadi jantan pada ikan Epinephelus
*)
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali PO BOX 140 Singaraja Bali. Telp: 0362 92278,
Fax: 0362 92272, E-mail: tridjoko56@yahoo.com
Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
Tridjoko, 2006 69

microdon. Namun pada sea bass, an dilengkapi dengan aerasi sebagai


Dicentrarchus labrax dosis yang efektif sumber oksigen dan pergantian air
adalah 25 pg/kg (Hassin et al., 1991 cit. diupayakan antara 300-500%/hari dengan
Yashiro et al., 1993). Kerapu termasuk sistem air mengalir terus menerus.
ikan yang bersifat protogynous Pengambilan sampel untuk melihat
hermaphrodite dimana betina dewasa perkembangan diameter oosit dilakukan
akan mengalami perubahan kelamin dengan cara kanulasi, yaitu dengan me-
menjadi jantan seperti pada C. altivelis masukkan selang plastik diameter 1 mm
(Mishima dan Gonzales, 1994); kedalam saluran pelepasan telur,
Epinephelus fario (Kuo et al., 1988); E. kemudian disedot dan dilihat dibawah
microdon (Debas et al., 1989 cit. Yashiro mikroskop yang telah dilengkapi dengan
et al., 1993). Pada beberapa spesies micrometer. Selama pemeliharaan, pakan
teleostei, ovulasi dapat dirangsang yang diberikan berupa ikan segar, cumi-
dengan penyuntikan LHRH-a. Hal ini cumi dan ditambahkan vitamin mix,
dapat dibuktikan oleh Hirose dan Ishida sebanyak 3-5% biomas/hari.
(1974) cit. Hoar et al., (1983) dengan
sekali penyuntikan LHRH berdosis tinggi Sebagai perlakuan adalah implantasi
(2, 4, dan 8 mg/g) efektif dalam hormon LHRH-a yaitu: (A) 3 kali implant;
merangsang ovulasi dengan tingkat (B) 1 kali implan; dan (C) tanpa implan.
keberhasilan berturut-turut 40, 50, dan Masing-masing perlakuan digunakan 5
83%. Sedangkan Lam et al. (1976) cit. individu. Pembuatan pellet hormon
Hoar (1983) melakukan penyuntikan mengikuti prosedur seperti yang di-
LHRH setiap hari selama 5 hari dengan sarankan Lee et al. (1986) dan Prijono
dosis: 1, 2 atau 10 mg/g, sangat efektif (1987) yaitu mencampurkan hormon
dalam merangsang ovulasi (80%). LHRH-a dengan cocoa butter dan
cholesterol. Pellet hormon tersebut
Oleh karena itu, sangat penting dilakukan diimplantasikan pada bagian punggung
penelitian tentang implantasi hormon (dorsal) induk kerapu bebek betina.
LHRH-a pada kerapu bebek C. altivelis Pengamatan tingkat kematangan gonad
untuk mengetahui pengaruh hormon yang berdasarkan perkembangan ukuran telur
paling efektif guna memacu perkem- (oocyt) dan dilakukan setiap bulan
bangan gonad. dengan cara induk kerapu dibius dengan
2-penoxy ethanol dosis 150-200 ppm
Bahan dan Metode hingga induk pingsan. Kanulasi dimasuk-
kan pada saluran pelepasan telur
Induk yang digunakan dalam percobaan kemudian disedot perlahan-lahan untuk
ini adalah kerapu bebek yang berasal dari mengetahui perkembangan gonad atau
hasil tangkapan di alam kemudian diameter oosit. Tahap berikutnya induk
diadaptasikan di hatcheri. Jumlah induk ikan disadarkan kembali dengan cara
betina yang digunakan sebanyak 15 ekor melepaskan ikan tersebut pada media air
dengan kisaran berat tiap ekor antara yang segar, selanjutnya dilepas kembali
1,40 sampai 1,65 kg dan panjang total kedalam bak pemeliharaan semula.
antara 41,0 sampai 48,0 cm. Tiap Analisis data dilakukan pada diameter
individu diberi tanda berupa microchip oosit, untuk selanjutnya dilakukan analisis
yang berisi kode di punggung sebelah sidik ragam pada tingkat kepercayaan
kanan untuk memudahkan identifikasi. 95%, serta uji beda nyata terkecil (BNT)
untuk melihat pengaruh perlakuan.
Percobaan ini dilakukan di Balai Besar Sebagai data penunjang dalam penelitian
Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol ini dilakukan pengamatan parameter
Bali selama 6 bulan. Bak yang digunakan kualitas air yang meliputi: suhu, salinitas,
untuk percobaan adalah bak beton pH, dan oksigen (DO).
3
volume 75 m yang diisi 15 ekor sesuai
dengan perlakuan. Pada bak pemelihara-

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


70 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (1): 68-73 ISSN: 0853-6384

Hasil dan Pembahasan telur sebagai lapisan granulose dan


bagian luar terdapat lapisan teka yang
Hasil pengamatan pengaruh implantasi berasal dari jaringan pengikat. Oleh
dengan menggunakan pellet hormon karena itu selama perkembangan ukuran
LHRH-a secara keseluruhan menunjuk- oosit bervariasi (Hoar et al., 1983).
kan adanya peningkatan perkembangan
gonad. Pada perlakuan 3 kali implan Tabel 1 terlihat bahwa pada bulan Maret
nampak jelas responnya hingga akhir masih dalam aklimatisasi sehingga belum
percobaan (Tabel 1). Hal ini diduga dilakukan pengamatan diameter oosit.
karena adanya mekanisme perkembang- Pada bulan April mulai dilakukan implant-
an yang merupakan aksi umpan balik tasi sesuai dengan perlakuan masing-
positif testoteron terhadap sekresi hormon masing dan kisaran diameter oosit
gonadotrofin (GTH) dari hipofisa. Bebe- antara 0-50 µm. Pada bulan Mei diameter
rapa hasil penelitian menunjukkan bahwa oosit induk-induk dengan implantasi
testoteron atau androgen lain yang dapat berkembang dengan baik sedangkan
diaromatisasi merangsang penimbunan induk tanpa implantasi relatif tidak
GTH hipofisa (Crim et al., 1988) dalam berkembang. Pada induk dengan kode
darah. Konsentrasi GTH yang meningkat 5E16, diameter oosit mencapai 80 µm
akan merangsang perkembangan oosit. sehingga pada bulan Mei merupakan
diameter oosit tertinggi bila dibandingkan
Pada ovarium ikan terdapat bakal sel telur dengan perlakuan lain pada bulan yang
yang dilindungi suatu jaringan pengikat sama. Pada bulan Juni hingga September
yang bagian luarnya dilapisi peritoneum semua perlakuan (3 kali, sekali, dan tanpa
dan bagian dalamnya dilapisi epitelium. implantasi) diameter oosit berkembang.
Sebagian dari sel-sel epitelium akan Induk-induk dengan 3 kali implantasi
membesar dan berisi nucleus. Butiran ini menunjukkan perkembangan oosit terbaik
kelak akan menjadi telur. Sebagian dari hingga akhir percobaan dengan rata-rata
epitelium menjadi pipih dengan inti yang diameter oosit 418 µm (Tabel 2).
memanjang, kemudian melingkupi sel

Tabel 1. Diameter oosit kerapu bebek, C. altivelis


Diameter oosit (µm )
Perlakuan Kode
Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
3 kali implantasi 128B - 0-50 65 80 200 300 450
9C42 - 0-50 70 150 200 325 425
2B13 - 0-50 72 125 195 295 400
17D9 - 0-50 78 110 190 285 400
5E16 - 0-50 80 140 185 290 415
Sekali implantasi 3605 - 0-50 60 75 100 185 225
2A10 - 0-50 55 78 112 190 256
413C - 0-50 58 80 125 175 265
7E39 - 0-50 62 85 115 195 245
756F - 0-50 60 80 105 178 260
Tanpa implantasi 3D31 - 0-50 0-50 65 90 150 200
460A - 0-50 0-50 65 75 158 205
5742 - 0-50 0-50 55 65 125 215
549C - 0-50 0-50 60 85 155 195
98E2 - 0-50 0-50 65 95 172 190

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Tridjoko, 2006 71

Tabel 2. Rata-rata diameter oosit melepaskan GTH dengan perlahan-lahan.


pada akhir percobaan Hormon gonadotrofin akan merangsang
Perlakuan Rata-rata perkembangan sel-sel granulosa dan
3 kali implantasi 418,0 ± 20,80c setelah mencapai perkembangan tertentu
sekali implantasi 201,0 ± 9,62a sel-sel granulosa akan melepaskan
Tanpa implantasi 250,2 ± 15,90b estradiol. Estradiol akan merangsang hati
Keterangan: Nilai pada kolom yang untuk membentuk vittellogenin yang akan
diikuti dengan huruf yang merangsang proses vitellogenesis di
sama tidak berbeda dalam ovarium. Setelah mencapai tingkat
nyata (P>0,05). tertentu proses vitellogenesis berakhir sel-
sel granulosa akan mensekresikan
Dari hasil pengamatan perkembangan hormon steroid perangsang kematangan
gonad kerapu bebek, menunjukkan gonad (MIS: Maturation Inducing Steroid)
bahwa perlakuan implantasi pellet hormon (Nagahama, 1983; Lam, 1985). MIS
LHRH-a berpengaruh nyata terhadap merangsang GVBD (Germinal Vesicle
diameter oosit (P<0,05). Break Down) yang merupakan tanda
kematangan akhir dari oosit. Penggunaan
Pada Gambar 1 terlihat jelas bahwa induk hormon untuk proses kematangan gonad
kerapu bebek yang diimplan 3 kali efektif apabila digunakan bertepatan pada
berturut-turut setiap bulan, sangat saat musim pemijahan di alam (Tamaru et
responsif terhadap perkembangan oosit. al., 1987). Demikian juga hasil penelitian
Rata-rata diameter oosit induk yang Crim et al. (1983) cit. Tamaru (1990)
diimplan 1 kali hingga bulan September menyimpulkan bahwa organ yang
sebeser 250,2 µm. Sedangkan pada berperan dalam proses pematangan
induk tanpa implan rata-rata diameter gonad pada ikan dipengaruhi oleh
oosit hingga percobaan berakhir adalah perubahan musim dan hormonal. Dengan
201 µm. Secara keseluruhan semua melakukan 3 kali implan ternyata cukup
perlakuan menunjukkan terjadinya per- efektif dalam memicu perkembangan
kembangan oosit, tetapi yang diimplan 3 oosit induk kerapu bebek.
kali yang paling cepat dan sudah
menunjukkan kematangan telur tahap Hasil pengamatan parameter kualitas air
akhir. Secara histologis kematangan telur meliputi suhu, salinitas, pH, DO, phos-
tahap akhir ditandai dengan posisi inti sel phat, nitrit, nitrat, dan ammonia tertera
berada di kutub, sedangkan telur-telur pada Tabel 3. Nilai kisaran kualitas air
dalam fase dorman atau belum tersebut layak untuk pemeliharaan induk
mengalami kematangan tahap akhir kerapu bebek dalam menunjang proses
ditandai dengan posisi inti sel masih di fisiologis hormonal.
tengah (Nagahama, 1983). Implantasi
hormon LHRH-a secara fisiologis dapat

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


72 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (1): 68-73 ISSN: 0853-6384

450
400
1 kali
Diameter telur (µ m)
350
300 3 kali
250 Tanpa
200
150
100
50
0
Maret April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 1. Perkembangan oosit kerapu bebek selama penelitian berlangsung.

Tabel 3. Kisaran parameter kualitas air selama percobaan


Parameter Minimum Maksimum Rata-rata
Suhu (oC) 27,5 30,7 29,3
Salinitas (ppt) 29,8 33,9 32,4
pH 7 8 7,5
DO (ppm) 5,72 7,0 6,9
Phosphat (ppm) 0,087 0,245 0,150
Nitrit (ppm) 0,063 0,101 0,087
Nitrat (ppm) 0,288 0,306 0,298
Amonia (ppm) 0,360 0,389 0,374

Kesimpulan either single time injection or


Cholesterol pellet implantation on
Induk kerapu bebek dengan kisaran berat plasma. Gonadotropin levels in
antara 1,40-1,65 kg/ekor dan panjang abrassay model fish, the juvenile
total antara 41,0-48,0 cm yang diimplan rainbar trout. Aquaculture. 74: 87-95.
dengan pellet hormon LHRH-a selama 3
bulan sebanyak 3 kali cukup efektif dalam Hoar, W.S., D.J. Randal, and E.M.
memicu perkembangan oosit induk Donaldson. 1983. Fish physiology.
kerapu bebek. Rata-rata diameter oosit Volume IX. Reproduction Part B
mencapai 418 µm. Behaviour and Fertility Control.
Academic Press Inc. London: 65-
Daftar Pustaka 116.

Crim, L.W. 1985. Methods for acute and Kuo, C.M., Y.Y. Ting, and S.L. Yeh. 1988.
chronic hormone administration in Induce sex reversal and spawning of
fish. In: Proceeding for a workshop blue spotted grouper, Ephinephelus
held at Tungkang Marine Laboratory fario. Aquaculture. 74:113-126.
Taiwan. April 22-24. 1985: 1-9.
Lam, T.J. 1985. Induce spawning in fish.
Crim, L.W., N.M. Serwood, and C.E. In: Reproduction and culture of
Wilson. 1988. Sustamed hormone milkfish. C.S. Lee and J.C. Lioo
release II Eeffectiveness of LHRH (Eds.). The Economic Institute.
analogue (LHRH) administration by Hawaii: 21-39.

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Tridjoko, 2006 73

Lee, C.S., C.S. Tamaru, and C.D. Kelly. ments on controlling maturation and
1986. Technique for making chronic spawning in the milkfish (Chanos-
release LHRH-a and 17a MT pellet chanos Forskal). In: A Thesis Sub-
for intramuscular implantation in mitted to the Graduate Division of the
fishes. Aquaculture. 59: 161-168. University of Tokyo. Faculty of Agri-
culture. 158 p.
Mishima, H. and B. Gonzales. 1994.
Some biological and ecological Tridjoko, B. Slamet, dan D. Makatutu.
aspect on Cromileptes altivelis 1997. Pematangan induk kerapu
around Palawan Island. Philippines. bebek (Cromileptes altivelis) dengan
Suisanzoshoku. 42 (2): 345-349. rangsangan suntikan hormon LHRHa
17-α metyltestosteron. Jurnal Peneli-
Nagahama, Y. 1983. The functional mor- tian Perikanan Indonesia. III (4): 30-
phology of teleost gonads. In: Fish 34.
Physiology. Vol. IX. Reproduction.
Part A. Endocrine Tissues and Hor- Vanstone, W.E., Tiro, Jr., L.B. Villaluz,
mones. W.S. Hoar (Ed.) Academic A.C. Ramsingh, D.C. Kumagai, S.
Press. New York: 233-275. Dulduco, P.T. Barnes, and C.E.
Duenas. 1977. Breeding and larval
Prijono, A. 1987. Petunjuk pembuatan rearing of the milkfish Chanos-
pellet hormon LHRH-a, cholesterol chanos (Pisces Chanidae) SEAF-
dan silastik hormon 17a MT untuk DEC. Aquculture Deparment. Tech.
implantasi induk ikan bandeng Report. 3: 3-17.
Chanos-chanos. Sub Balai Penelitian
Budidaya Pantai. Gondal. Bali. 11 p. Yashiro, N., J. Kongkumnerd, V.
Vatanakul, and N. Ruangpanit. 1993.
Tamaru, C.S., C.S. Lee., C.D. Kelly, and Histological changes in gonade of
J.E. Banno. 1987. Effectiviness of grouper, Epinephelus malabaricus.
chronic LHRH-a and 17 a MT The Proceeding of Grouper Culture.
therapy, administered at different Songkhla. Thailand: 16-26.
times prior to the spawning season,
on the maturation of milkfish Yashiro, N., V. Vatanakul, J.
(Chanos-chanos). A Thesis Sub- Kongkumnerd, and N. Ruangpanit.
mitted the Graduate Devision of the 1993. Variation of sex steroids levels
University of Tokyo. Faculty of in maturing grouper. The Proceeding
Agriculture: 40-44. of Grouper Culture. Songkhla.
Thailand: 8-15.
Tamaru, C.S. 1990. Studies on the use of
chronic and acute LHRH-a treat-

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai