Latar Belakang
Latar Belakang
Kabupaten Solok
A. Latar Belakang
Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang patut disyukuri.
Indonesia. Oleh karena itu hutan harus diurus dan dimanfaatkan sebagai wujud rasa
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) menentukan bahwa
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
berkelanjutan.
didalamnya dikuasi oleh negara, hal ini dijelaskan dalam pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Penguasaan hutan oleh negara
untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,
kawasawan hutan, dan hasil hutan; menetapkan kawasan hutan dan atau mengubah
status kawasan hutan dan hasil hutan, serta mengatur perbuatan hukum mengenai
1
hutan. Selanjutnya pemerintah mempunyai hak untuk memberikan izin kepada
Hutan harus diberikan kepastian hukum atas kawasan hutan. Oleh sebab itu,
rencana tata ruang wilayah. Menurut pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41
adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dan atau ditetapkan, maka penunjukan kawasan hutan ditafsirkan secara keliru dan
dianggap mempunyai kedudukan yang sama dengan penetapan. Atas dasar itu maka
MK tersebut, penunjukan kawasan hutan masih tetap berlaku, tetapi kawasan hutan
tersebut tidak memiliki kepastian hukum, dan hanya bersifat awal atau sementara.
1. hutan Negara,
2. hutan Hak.
2
Hutan negara dapat berupa hutan adat, yaitu hutan negara yang diserahkan
dan diakui keberadaanya. Sedangkan hutan hak yang berada pada tanah yang
1. hutan konsevasi,
2. hutan lindung,
3. hutan produksi.
keberlanjutan hidup manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan
hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih memerlukan sebidang
tanah. Jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas sekali,
permukaan bumi atau lapisan bumi yang ada diatas sekali, keadan bumi disuatu
tempat, permukaan bumi yang diberi batas, dan bahan-bahan dari bumi.1 Tanah
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, URL :http://kbbi.web.id/tanah, diakses tanggal 13
November 2018 pukul 17.00. WIB.
3
dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi sebagaimana yang disebutkan
Kepemilikan hak atas tanah diatur dalam pasal 9 Ayat (2) UUPA
menyatakan bahwa :
Tanah hak adalah tanah yang sudah dibebani dengan suatu hak tertentu.
Yang termasuk dalam hak atas tanah ditentukan dalam pasal 16 jo pasal 53 UUPA
antara lain:
1. hak milik,
4. hak pakai,
5. hak sewa,
Hak milik diatur dalam pasal 20-27 UUPA merupakan hak yang turun
temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Hak terkuat
dan terpenuh disini tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat, karena hak milik
Pemerintah memiliki hak atas tanah yaitu tanah negara. Tanah negara
merupakan tanah yang tidak atau belum memiliki hak milik dengan hak-hak
perorangan dan dikuasai penuh oleh negara, artinya adalah tanah sebagai objek dan
4
negara sebagai subyek mempunyai hubungan hukum berupa hubungan kepemilikan
kekuasaan. Pemberian hak atas tanah negara merupakan pemberian hak atas tanah
yang dikuasai langsung oleh negara kepada seseorang ataupun beberapa orang atau
“Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan
hal-hal sebagai yanng dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat”.
Hak menguasai negara adalah wewenang negara untuk mengatur
udara dan ruang angkasa.2 Wewenang negara ini diatur dalam pasal 2 ayat (2)
“hak menguasai dari Negara termasuk dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk :
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa”.
Hak menguasai negara adalah wewenang negara untuk mengatur
peruntukkan penggunaan tanah, hak-hak yang dapat dipunyai diatas tanah dan
2
H. M. Arba, 2016, Hukum Agraria Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 90.
3
Ibid.
5
hubungan-hubungan hukum yang terkait dengan tanah, yang dilakukan oleh negara
negara untuk mengatur peruntukkan dan penggunaan dari tanah tersebut, sehingga
banyak.5
Tanah Negara adalah tanah yang dikuasai penuh oleh negara. Ini berarti tanah yang
tidak dilekati dengan sesuatu hak atas tanah. Terdapat dua jenis tanah negara, yakni
tanah negara bebas dan tanah negara tidak bebas. Tanah negara bebas adalah tanah
negara yang berasal dari tanah yang belum pernah ada hak atas tanah. Sedangkan
tanah negara tidak bebas adalah tanah negara yang sebelumnya ada haknya, karena
sesuatu hal atau adanya perbuatan hukum tertentu menjadi tanah negara. Tanah
bekas hak barat, tanah dengan hak atas tanah tertentu yang telah berakhir jangka
waktunya, tanah yang dicabut haknya, tanah yang dilepaskan secara sukarela oleh
pemiliknya.
Yang termasuk tanah negara disini adalah tanah kawasan hutan. Hutan di
semua hutan yang berada dikawasan negara Republik Indonesia dukuasai oleh
negara. Berarti semua tanah termasuk kedalamnya tanah yang sudah memiliki surat
4
Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah Nasional, Edisi Revisi, Djambatan,
Jakarta, hlm 181.
5
Op.Cit., hlm 10.
6
hak milik. Di Nagari Gantung Ciri dimana sebelum ditunjuk menjadi kawasan
hutan lindung, pemegang hak telah memiliki surat keterangan sebagai hak milik
kubung,kabupaten solok sumatera barat. Batas batas nagari Gantung Ciri adalah
sebelah barat berbatasan dengan kota Padang, sebelah timur dengan nagari Cupak
Gunung Talang, sebelah utara berbatasan dengan nagari Selayo kecamatan Kubung.
Melihat dari batas wilayah nagari Gantung Ciri tersebut yang sebelah barat
berbatasan dengan kota Padang, yang mana sebelah barat tersebut dikatakan
sebagai hutan lindung yang diperoleh dari hasil penunjukan hutan lindung. Di
perbatasan tersebut, hutan lindung yang masih masuk ke dalam wilayah nagari
Gantung Ciri ada masyarakat yang memiliki surat hak milik atas tanah hutan
lindung dengan batas-batas: sebelah Utara berbatas dengan batang Siput dan kebun
Nun Gantung Ciri, sebelah Timur berbatas dengan kebun Jamat gelar Gampo
Malangit suku Malayu Nafari Gantung Ciri, sebelah Selatan berbatas dengan rimba
Nagari Gabtubg Ciri dan sebelah barat berbatas dengan kebun St. Syarif . Di dalam
surat tanah yang di sahkan oleh wali nagari Gantung Ciri, dan di ketahui oleh polsek
Kubung dan polres Solok, bahwa yang bernama Rauf Lenggang Sutan benar
memiliki tanah seluas 6 Ha di wilayah nagari Gantung Ciri dan di dalam hutan
lindung tersebut.
individual dengan bukti surat hak milik tersebut. Ini berarti hutan lindung di nagari
7
Gantung Ciri masih bisa dikatakan di tahap penujukan, mengingat belum jelas
penelitain lebih lanjut tentang persoalan peralihan hak milik atas tanah milik kaum
menjadi hutan lindung yang dikuasi negara dalam bentuk tulisan ilmiah dengan
judul “Pengakuan Hak Milik Masyarakat Atas Tanah Pada Kawasan Hutan
Kabupaten Solok”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dirumuskan diatas, maka ada
yaitu :
C. Tujuan Penelitian
ini adalah:
8
1. Untuk mengetahui proses penetapan kawasan hutan lindung di Nagari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
merumuskannya dalam bentuk tertulis serta menerapkan ilmu secara teoretis yang
penulis terima selama kuliah dan menghubungkannya dengan data yang penulis
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para praktisi yang
9
E. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Tanah
Tanah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah permukaan bumi atau
lapisan yang di atas sekali, sedangkan pengertian tanah menurut pasal 4 UUPA
sebagai berikut “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagaimana yang
bumi yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, hak atas tanah
adalah hak atas sebagian tertentu dari permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi
dua dengan ukuran panjang dan lebar.6 Dasar kepastian hukum dalam
Di Indonesia, hukum agraria yang berlaku di atas bumi, air dan ruang
nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme
6
Effendi Perangin, 1994. Hukum Agraria Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi
Hukum. Jakarta: Raja Grafindo, Hlm 17.
10
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama. Di Minangkabau,
tanah ukayat masih dihormati oleh masyarakat, serta diakui keberadaannya oleh
kerabat/sanak keluarga dimana kerabat hanya mempunyai hak pakai dalam arti
boleh memakai boleh mengusahakan, boleh menikmati hasilnya tapi tidak boleh
2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya menjelaskan Tanah Ulayat adalah
bidang tanah pusaka beserta sumber daya alam yang ada di atasnya dan didalamnya
diperoleh secara turun temurun merupakan hak masyarakat hukum adat di Provinsi
Sumatera Barat. Tanah ulayat adalah segala sesuatu yang terdapat atau yang ada di
atas tanah termasuk ruang angkasa maupun segala hasil perut bumi diwarisi secara
turun temurun dari nenek moyang yang diteruskan kepada generasi berikutnya
masyarakat adat telah terdapat penguasaan dan pemilikan tanah yang suatur sesuai
dengan ketentuan hukum adat yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Belanda
7
Hilman Hadikusuma, 1980, Pokok-pokok pengertian Hukum Adat, Alumni, Bandung, hlm.
149.
8
Nurullah, 1999, Tanah Ulayat Menurut Ajaran Adat Minangkabau, PT. Singgalang Press,
Padang, hlm.10.
11
oleh dua perturan, yaitu peraturan adat tentang tanah yang tunduk pada hukum adat
yang telah lama ada di nusantara, diantara hukum Belanda yang berlaku sebagai
berikut:
untuk dapat berkembang di Hindia Belanda. Bentuk hak yang diberikan oleh
pemerintahan Belanda adalah hak erpacht. Menurut pasal 720 dan 721 KUH
2. Agrarische Besluit
Pelaksanaan Agrarische Wet diatur lebih lanjut oleh beberapa peraturan dan
Didalamnya memuat asas yang sangat penting bagi perkembangan dan pelaksanaan
menghargai hak rakyat atas tanah yang bersumber pada hukum adat.
verlarig berfungsi:
9
Supriadi, 2008, Hukum Agraria, cet. 2. Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 41.
12
a) Sebagai landasan hukum bagi pemerintah untuk memberikan tanah
Hak milik adalah hak turun temurun yang ada selama pemilik hidup dan
jika meninggal dunia, dapat dialihkan kepada ahli waris, terkuat, dan terpenuh
sesuai pasal 6 UUPA yaitu semua hak atas tanah memiliki fungsi sosial.
Hak milik menurut pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) UUPA adalah hak turun
temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan
mengingat ketentuan pasal 6 UUPA. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada
pihak lain. Menurut hukum adat, hak milik merupakan hak turun temurun, terkuat
dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dan juga beralih maupun
Dibawah ini adalah devinisi hak milik menurut pendapat beberapa sarjana
1. Sudikno Mertokusumo
Hak milik atas tanah adalah hak untuk memperlakukan suatu benda (tanah)
2. Florianus SP Sangsun
10
Ridwan, 2010, Hak Milik, puwokerto: Stain Press hlm. 20.
11
Dyra Radhite Oryza Fea, 2016, Sertifikat tanah Rumah dan Perizinannya, Yoyakarta: PT
Suka Buku, hlm. 32-34.
13
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan yang dapat di punya oleh
orang atas tanah dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
3. Imam Sutikno
Baha UUPA mengatur selain hak-hak kolektif yaitu menguasai negara yang
merupakan hak tertinggi dan meliputi seluruh bumi, air, ruang angkasa dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya, dikenal juga hak perorangan atas taah,
seperti yang diatur dalam di dalam pasal 16 UUPA, yaitu hak milik, hak guna
Lahirnya hak milik atas tanah menurut Sutikno ada 3 macam, yaitu :
1. Turun-temurun
Artinya hak milik atas tanah dapat beralih karena hukum dari seseorang
2. Terkuat
Artinya baha hak milik atas tanah tersebut yang paling kuat diantara hak-
3. Terpenuh
Artinya bahwa hak milik atas tanah dapat dipergunakan untuk usaha
14
5. Dapat dilepskan sehingga tanah menjadi milik negara.
Hak milik atas tanah memiliki subjek dan objek. Berdasarkan pasal 21
ayat (1) dan ayat (2) UUPA, maka yang menjadi subjek atas hak milik adalah
sebagai berikut :
pemerintah
1. Hak milik terjadi karena menurut hukum adat yang diatur dlam peraturan
pemerintah
2. Ketentuan undang-undang
Setelah hak milik atas tanah terjadi maka status kepemilikan hak milik atas
tanah dapat beralih dan dialihkan. Secara yuridis dapat diteukan didalam pasal 20
ayat (2) menyatakan: “hak milik atas tanah dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain”. Yang dimaksud dengan beralih adalah bahwa hak milik atas tanah dapat
beralih tanpa melalui perbuatan hukum tertentu dari para pihak, atau demi hukum
hak milik itu dapat beralih ke pihak lain. Sedangkan yang dimaksud dengan di
alihkan adalah bahwa hak milik atas tanah baru bisa beralih atau berpindah kepihak
lain apabila dialihkan oleh pihak pemiliknya. Peralihan pemiliknya dapat di lakukan
dengan ual beli, tukar-menukar, penghibaan, pemberian dengan wasiat, wakaf, serta
15
menjadikan hak milik sebagai jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan dan
Berdasarkan ketentuan pasal 27 UUPA beha hak atas tanah hapus apabila
a. Pencabutan hak
c. Tanahnya musnah
a. Pengertian Hutan
diartikan sebagai satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
kawasan hutan adalah wilayah tententu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
12
H. M arba, 2015, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 100-101.
16
Sedangkan kawasan hutan diartikan sebagai wilayah-wilayah tertentu yang oleh
penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan hutan dengan tujuan
untuk memberikan kepastian hukum atas status, letak, batas dan luas kawasan
tertentu sebagai wilayah hutan. Penunjukan kawasan hutan dilakukan atas dasar
tukar menukar kawasan hutan dengan tanah milik, hasil kompensasi terhadap
Akan tetapi wewenang daerah diperluas kembali dengan SK Menhut No. 32 tahun
17
2001 tentang Kriteria Indikator Pengukuhan Hutan. Demikian pula partisipasi
masyarakat lebih luas dijabarkan, dimana masyarakat sekitar dan tokoh adat bukan
panitia Tata Batas dan terlibat dalam proses penyiapan trayek batas, sehingga
konflik batas sedini mungkin dihindari dengan tidak memasuki wilayah yang
menerbitkan Surat Keputusan Menteri setelah seluruh proses dilalui selesai yaitu:
1. Penataan Batas Kawasan Hutan telah selesai secara “tutup gelang” atau
membentuk poligon tertutup 2. BATB telah ditanda tangani oleh semua PTB 3.
peta dengan luasan tetap sesuai dengan hasil penataan batas di lapangan Dengan
hutan ini menjadi Kawasan Hutan Negara tetap dan mempunyai kekuatan hukum
sebagai Kawasan Hutan Negara yang bukan hanya legal secara hukum tetapi juga
atas kawasan hutan tetap ini dapat dilakukan melalui pendaftaran ke Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN) terutama jika ada kejanggalan dalam proses
perubahan status kawasan hutan dengan syarat yang diatur dalam Pasal 8 SK
18
strategis (misal pangan) 2. Tidak berdampak negatif terhadap lingkungan 3. Tidak
mengurangi kecukupan luas minimal kawasan hutan 30% dari luas DAS 5. Apabila
berdampak penting dan cakupannya luas serta bernilai strategis harus mendapat
pengganti yang "clear dan clean” dengan perbandingan 1:1 untuk kepentingan
umum terbatas oleh pemerintah, penyelesaian okupasi dan enclave, 1:2 untuk
bersifat komersial.
c. Jenis-Jenis Hutan
2. Hutan Negara,
Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak
Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak
atas tanah
4. Hutan adat
hukum adat.
19
1. Fungsi konservasi
2. Fungsi lindung
3. Fungsi produksi.
1. Hutan konservasi
a. Hutan suaka alam, yang terdiri dari cagar alam dan suaka
margasatwa;
c. Taman buru.
2. Hutang lindung;
3. Hutan Produksi
13
Bambang Eko Supriadi, 2013, Hukum Agraria Kehutanan: Aspek Hukum Pertanahan
Dalam Pengelolaan Hutan Negara, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 72.
20
umumnya, serta pembangunan, industri, dan ekspor. Hutam produksi
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah kawasan hutan yang
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,
air yang memiliki curah hujan tinggi dengan struktur tanah yang mudah meresapkan
diperuntukkan sebagai pelindung kawasan air, pencegah banjir, pencegah erosi dan
hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan, sistem penyangga
F. Metode Penelitian
14
Arief Arifin, 2001, Hutan dan Kehutanan, Kanisius, Yogyakarta.
21
Untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan suatu metode
1. Metode Pendekatan
terhadap masalah dengan melihat dan memperhatikan norma hukum yang berlaku
dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada dari permasalahan yang ditemui dalam
penelitian.15 Dalam hal ini penulis akan mengkaji tentang Pengakuan Hak Milik
Kawasan Hutan Di Nagari Gantung Ciri Kabupaten Solok. Spesifikasi atau Sifat
Penelitian
hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh gambaran atau lukisan faktual
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mana metode ini merupakan
metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang
mengenai objek penelitian sehingga mampu mengenali hal-hal yang bersifat ideal,
15
Bambang Sunggono, 2007, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm. 72-79.
16
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), Jakarta, hlm. 10.
22
kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut:
a. Data Primer
Yakni data yang diperoleh secara langsung dari objeknya.18 Data primer
persoalan penelitian.
b. Data Sekunder
ini dengan studi atau penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan
pemerintah dan pihak lainnya yang berwenang untuk itu. Secara sederhana, bahan
hukum primer merupakan semua ketentuan yang ada berkaitan dengan pokok
17
Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hlm. 49.
18
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik,,PT Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm.
2.
23
pembahasan, bentuk undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada. Penelitian
Pokok-Pokok Agraria
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus
(hukum) , ensiklopedia.20
19
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.cit., hlm. 25.
20
Ibid, hlm 32.
24
a. Wawancara
terstruktur kepada pihak pemegang surat hak milik, masyarakat Nagari Gantung
responden.
b. Studi Dokumen
Dalam hal ini penulis memperoleh data dengan mempelajari dokumen yang
a. Pengolahan Data
Melalui proses editing, yakni pengeditan seluruh data yang telah terkumpul dan
disaring menjadi suatu kumpulan data yang benar-benar dapat dijadikan suatu
b. Analisis Data
25
Analisis dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian secara
terkumpul, baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis data secara
kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan tidak menggunakan rumus statistik, dan
dengan menguraikan data yang terkumpul melalui teknik pengumpulan data yang
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini lebih terarah dan terstruktur, penulis merasa perlu untuk
menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari satu kesatuan bab dan dimuat
sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan secara sistematis,
BAB I PENDAHULUAN
21
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan hukum, Jakarta, Penerbit
Rajawali, 1982, hlm 37
26
metode penelitian serta sistematika penelitian sebagai dasar
Kabupaten Solok.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari objek permasalahan yang diteliti dan
27