f3kusuma@ymail.com
Abstrak
Kemampuan oral hygiene dan status oral health mempengaruhi status nutrisi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kemampuan oral hygiene dan status oral health dengan status nutrisi pada lansia. Desain
deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional di PSTW Budi Mulia 02 & 04 DKI Jakarta dengan 93
responden. Instrumen yang digunakan untuk mengukur status nutrisi MNA dan penilaian status oral health dengan
OHAT. Responden penelitian ini 65,6% perempuan, kemampuan oral hygiene 54,8% tidak adekuat serta oral health
66,7 % tidak sehat dan 68,82% mengalami masalah nutrisi. Ada hubungan yang bermakna antara status oral health
dengan status nutrisi (p=0,028) dengan OR 3,104 (1,219-7,907). Kemampuan oral hygiene tidak berhubungan secara
langsung dengan status nutrisi (p=0,493) namun, secara tidak langsung status oral health dipengaruhi oleh kemampuan
oral hygiene (p=0,046) dengan OR 2,685 (1,105-6,522). Care giver diharapkan melakukan oral hygiene untuk
meningkatkan status oral health pada lansia di panti sehingga dapat meningkatkan status nutrisi.
Kata kunci: lansia, MNA, OHAT, oral hygiene, oral health, status nutrisi
Abstract
Ability of oral hygiene and oral health status influence nutritional status in elderly. This research aims to determine
correlation between the ability of oral hygiene and oral health status with nutritional status in elderly. This research
uses descriptive correlation design with cross-sectional approach which is applied to 93 elderly from PSTW Budi Mulia
02 & 04 DKI Jakarta. Instrument used to assess nutritional status in this research is MNA and to assess status oral
health use OHAT. The research’s respondent is consisted of 65.6% female, 54.8% have inadequate oral hygiene, and
66.7% have unhealthy the oral health status and 68.82% have nutritional problem. There is a correlation between oral
health status and nutritional status (p=0,028) with OR 3.104 (1.219-7,907). Besides, result shows that there was no
correlation between the ability of oral hygiene and nutritional status (p=0.493), but it proves how oral health status is
influenced by the ability of oral hygiene (p=0.046) with OR 2.685 (1.105-6.522). The ability of oral hygiene doesn’t
correlate directly to nutritional status but it fairly correlates to oral health status. Care giver in the institution advised
to execute the ability of oral hygiene and oral health status in other to improve nutritional status in elderly.
Key words: elderly, OHAT, oral hygiene, oral health, MNA, nutritional status
frekuensi menggosok gigi, apakah menggosok asupan makanan dan cairan serta kemandirian
gigi menggunakan pasta gigi dan sikat gigi, dalam makan. Item pertanyaan yang berisi
berkumur-kumur, dan tingkat kemandirian pengkajian subjektif tentang presepsi individu
responden dalam membersihakan mulut. dari kesehatan dan status nutrisinya
Sedangkan instrumen yang digunakan untuk (Rubenstein et al., 2001 dalam Tsai & Chang,
mengukur status oral health adalah Oral 2011). Nilai maksimum dari pengkajian full
Health Assessment Tools (OHAT) yang telah form MNA adalah 30, jika nilai ≥24 maka
dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan mengindikasikan nutrisi baik, nilai 17-23.5
kebutuhan penelitian. Modifikasi yang mengindikasikan resiko malnutrisi dan <17
dilakukan adalah tidak ada kerjasama dengan mengindikasikan malnutisi (Alert, et al.,
dokter gigi dan lembar penilaian observasi 2012).
diubah menjadi 2 kategori menjadi sehat dan
tidak sehat. Hasil
Instrumen yang digunakan untuk mengukur Hasil penelitian pada 93 responden, sebesar
status nutrisi menggunakan The Mini 65.6% responden adalah wanita. Rerata umur
Nutritional Assessment (MNA) yang terdiri responden adalah 70.71 tahun (95% CI) hal
dari skrining nutrisi menggunakan short form ini menunjukkan bahwa responden penelitian
dan pengkajian nutrisi menggunakan full ini kebanyakan lansia yang berusia 70 tahun.
form. Skrining nutrisi lansia dilakukan dengan Sebesar 58.1% responden tidak sekolah dan
memberikan 6 pertanyaan terkait asupan 53.8% responden dan berasal dari suku Jawa
makanan, hasil pengukuran kehilangan berat dan 88.2% responden beragama Islam.
badan dan perhitungan Body Mass Indeks
(BMI), tiga parameter umum terkait Hasil kemampuan oral hygiene menunjukkan
mobilitas, fisik serta emosional stress serta bahwa 54.8% responden tidak adekuat dalam
neuropsikologi (Calvo, et al., 2012). Skor melakukan oral hygiene. Sebesar 53
maksimal skrining nutrisi adalah 14. Jika total responden (57%) responden berkumur-kumur
nilai yang didapatkan ≥12 menunjukkan dengan air setelah makan dalam melakukan
bahwa status nutrisi orang tersebut normal oral hygiene dan hanya 10 responden (9.3%)
atau tidak beresiko dan tidak membutuhkan yang menggosok gigi sebanyak 2 kali sehari
pengkajian lebih lanjut. Namun, jika nilai menggunakan pasta gigi dan sikat gigi.
yang diperoleh ≤11 menunjukkan bahwa Responden penelitian ini mayoritas memiliki
kondisi orang tersebut mungkin malnutrisi status oral health yang tidak sehat hal ini
sehingga membutuhkan pengkajian lebih terjadi karena hasil observasi sesuai dengan
lanjut dengan melengkapi full form MNA. fakta yang ada.
Full form MNA mencakup 18 pertanyaan Hasil observasi status oral health sebanyak 77
yang mencakup empat dimensi yaitu: responden (82,8%) mengalami kehilangan
pengkajian antropometri atau indeks massa gigi, dimana gigi yang tersisa kurang dari 4.
tubuh (IMT) yang dihitung dari berat badan Sehingga atas dasar jumlah gigi yang tersisa
dan tinggi badan, kehilangan berat badan, responden mengaku hanya berkumur-kumur
lingkar lengan atas dan lingkar betis. untuk membersihkan mulut. Sedangkan, hasil
Kemudia pertanyaan mengenai pengkajiaan pemeriksaan nutrisi menggunakan MNA,
umum yang terdiri dari gaya hidup, obat- sebesar 27 responden (29%) memiliki nutrisi
obatan, mobilisasi, dan adanya tanda dari normal dan tidak membutuhkan pengkajian
depresi atau dementia. Selanjutnya pertanyaan lebih lanjut sedangkan terdapat 64 responden
yang berisi mengenai pengkajian pola makan 68.82% mengalami masalah nutrisi dengan
atau diet yang terdiri dari jumlah makanan, 6.45% responden mengalami malnutrisi.
dan responden yang beragama Islam 54 Tabel 3 Kemampuan oral hygiene dan oral health
responden (65,9%) memiliki status oral dengan status nutrisi
health yang tidak sehat.
Tabel 2 Kemampuan oral hygiene dengan status Status Nutrisi OR
oral health Nilai
Variabel (CI 95
Normal Masalah
p
Nutrisi %)
Status Oral Health OR n (%)
Nilai n (%)
Kemampuan Tidak (CI
Oral Hygiene Sehat n p Kemampuan
Sehat n 95 %) Oral
(%) 14 (33,3 1.462
(%) Hygiene 0,493
%) 28 (66,7%) (0,595-
19 23 2,685 Adekuat
Adekuat 13 (25, 38 (74,5%) 3,591)
(45,2%) (54,8%) Tidak
(1,105 %)
0,046* Adekuat
Tidak 12 39 -
Status Oral 3,104
Adekuat (23,5%) (76,5%) 6,522) Health 14 17 (54,8 (1,219-
0,028*
*Bermakna pada α = 0,05 Sehat (45,2%) %) 7,907)
Tidak Sehat 13 (21 %) 49 (79%)
*Bermakna pada α = 0,05
Kemampuan oral hygiene dengan status oral
health yang memiliki hubungan yang Hasil analisa hubungan kemampuan oral
bermakna dengan nilai P 0,046 < 0,05. Nilai hygiene dan status oral health dengan status
dari Odd Ratio (OR) merupakan analisis nutrisi yang memiliki hubungan yang
keeratan hubungan yaitu 2,685 yang berarti bermakna adalah status oral health dengan
bahwa responden dengan kemampuan oral status nutrisi dengan nilai P 0,028 < 0,05.
hygiene yang adekuat akan memiliki status Nilai dari Odd Ratio (OR) merupakan analisis
oral health yang sehat sebesar 2,685 kali keeratan hubungan yaitu 3,104 yang berarti
dibandingkan responden dengan kemampuan bahwa responden yang memiliki status oral
oral hygiene yang tidak adekuat. health yang sehat akan memiliki status nutrisi
yang normal sebesar 3,104 kali dibandingkan
responden dengan status oral health yang
Kemampuan oral hygiene yang dilakukan tidak sehat.
oleh responden sangat berpengaruh terhadap
status oral health secara langsung. Observasi Status oral health responden tergantung dari
terkait status oral health dapat kemampuan oral hygiene yang dilakukan oleh
mengindikasikan oral hygiene yang dilakukan responden, semakin baik kemampuan oral
responden di panti. Tabel 2 menunjukkan hygiene maka semakin baik pula status oral
bahwa sebanyak 39 responden (76,5%) tidak health. Tabel 3 memaparkan bahwa 49
adekuat dalam melakukan oral hygiene dan responden (79%) yang memiliki status oral
memiliki status oral health yang tidak sehat health yang tidak sehat dan 38 responden
sedangkan responden yang adekuat dalam (74,5 %) yang memiliki kemampuan oral
melakukan oral hygiene dan memiliki status hygiene yang tidak adekuat mengalami
oral health yang sehat hanya sebesar 19 masalah nutrisi. Maka, secara tidak langsung
responden (45,2%) kemampuan oral hygiene berhubungan
dengan status nutrisi.
yang sehat. Kondisi bibir, lidah, gusi dan air yang tidak menggosok gigi akan beresiko
liur tidak seluruhnya dipengaruhi oleh mengalami malnutrisi. Serta, lansia yang
kemampuan oral hygiene lansia karena mendapatkan bantuan dari care giver untuk
keempat kategori tersebut dapat dipengaruhi melakukan oral hygiene memiliki frekuensi
oleh ada atau tidaknya penyakit oral yang menggosok gigi yang lebih sedikit yaitu 1 kali
diderita dan konsumsi obat seperti obat setiap harinya. Sehingga ditemukan status
antidepresan. Penyakit yang dapat oral health yang tidak sehat seperti mulut
mempengaruhi kondisi bibir, lidah, gusi dan kering, penurunan kemampuan menelan dan
air liur adalah penyakit periodontal, terdapat plak pada gigi lansia.
xerostomia, kanker mulut, laserasi pada lidah,
dan karies gigi (Shay, 2012; Van Lacker, et Penelitian tersebut mengambarkan bahwa
al, 2012). Radiasi untuk mengobati kanker kemampuan oral hygiene sangat
juga dapat menyebabkan kondisi oral menjadi mempengaruhi status oral health lansia.
kering. Pada penelitian ini tidak ditemukan Namun, secara tidak langsung kemapuan oral
penyakit yang mempengaruhi kondisi bibir, hygiene lansia juga mempengaruhi status
lidah, gusi dan air liur sehingga seluruh nutrisi yang dimiliki oleh lansia. Frekuensi
responden penelitian ini memiliki kondisi lansia dalam mengontrol kebersihan dan
yang sehat. kesehatan mulut juga menentukan status
kesehatan lansia secara umum. Seperti
penelitian yang dikemukakan oleh Kusdhany,
Hasil penelitian ini terkait kemampuan oral dkk (2011) di Indonesia bahwa status oral
hygiene dengan status nutrisi di PSTW Budi health akan mempengaruhi kualitas hidup
Mulia 02 & 04 DKI Jakarta tidak memiliki lansia, dan status nutrisi termasuk salah satu
hubungan yang bermakna (p=0,493). Akan poin penting untuk meningkatkan kualitas
tetapi pada tabel 5 terlihat bahwa status oral hidup lansia.
health dengan status nutrisi memiliki
berhubungan yang bermakna (p=0,028). Penelitian ini tidak menemukan hubungan
Padahal kemampuan oral hygiene dengan yang bermakna antara kemampuan oral
status oral health memiliki hubungan yang hygiene dengan status nutrisi, hal ini
bermakna (p=0,046). Sehingga secara tidak disebabkan oleh 2 faktor yaitu: perbedaan
langsung kemampuan oral hygiene karakteristik sampel dan tempat penelitian.
berhubungan dengan status nutrisi responden. Penelitian sebelumnya meskipun dilakukan di
Hal ini terbukti dari hubungan yang terjadi panti, namun kondisi panti sosial di Indonesia
antara kemampuan oral hygiene dan status merupakan lansia yang awalnya terlantar dan
ora health. Semakin adekuat kemampuan oral berasal dari golongan sosial ekonomi yang
hygiene yang dilakukan maka status oral rendah. Sehingga kebiasaan untuk oral
health yang dimiliki akan semakin sehat serta hygiene juga rendah, sesuai dengan kebiasaan
semakin sehat status oral health maka sebelumnya. Kemampuan oral hygiene ini
semakin normal status nutrisi responden. juga tergantung pada penyakit yang diderita,
serta kondisi gigi yang tersisa pada lansia.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Selain itu, kebiasaan oral hygiene juga
yang dilakukan Saarela, et al (2013) terkait ditentukan dari kemauaan diri sendiri, jika
kemampuan lansia untuk menggosok gigi dan responden memiliki pengetahuan dan
memeriksakan diri ke dokter gigi sangat motivasi yang tinggi untuk menjaga
mempengaruhi status nutrisi yang diukur kebersihan oral dan mempertahankan status
menggunakan MNA. Penelitian yang kesehatan oral maka status nutrisi lansia juga
dilakukan di Finland dengan n = 1475 pada dapat normal.
lansia di panti, menghasilkan bahwa lansia
Kedua, adanya over estimate terhadap Penelitian lain yang dilakukan oleh Yoshida,
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur Suzuki & Kikutani (2013) dengan metode
kemampuan melakukan oral hygiene review artikel selama 10 tahun mengenai
khususnya terkait pertanyaan menggosok gigi status nutrisi dan status oral health
yang dilaksanakan setiap hari. Lansia menghasilkan bahwa status oral health dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan tidak mempengaruhi status nutrisi lansia, khusunya
sesuai dengan kenyataan yang dijalani, hal ini pada lansia yang kehilangan gigi. Hal ini
terlihat dari observasi status oral health yang terjadi karena lansia harus mengurangi
tidak sesuai. Over estimate terhadap alat ukur konsumsi buah dan sayur karena tidak mampu
yang digunakan untuk menilai kemampuan mengunyah, kecuali jika dilakukan
oral hygiene juga disebabkan oleh pertanyaan modifikasiterhadap buah dan sayur tersebut.
yang menggunakan skala likert sehingga Namun, kehilangan gigi tidak selalu
lansia dapat secara subjektif dalam menjawab. mengindikasikan lansia akan mengalami
Lansia berusaha untuk menutupi kebiasaan masalah nutrisi. Penelitian ini juga
yang tidak biasa dilakuakan karena sesuai memperkuat penelitian sebelumnya terkait
dengan budaya Indonesia juga yang dikenal hubungan status oral health dengan status
pemalu. Lansia akan merasa malu jika tidak nutrisi lansia. Intinya, hubungan status oral
mengaku tidak menggosok gigi sehingga helath dengan status nutrisi dapat bermakna
memanipulasi jawaban yang ada. karena status oral health secara signifikan
mempengaruhi asupan makan lansia karena
Hubungan antara status oral health dengan terkait kemampuan menelan, mengunyah dan
status nutrisi dimana hasil penelitian ini merasakan makanan.
sebagian besar dari responden mengalami
masalah nutrisi. Hasil penelitian lain yang
mendukung penelitian ini, penelitian di panti Status oral health mempengaruhi kemampuan
Finland pada 1475 lansia oleh Saarela (2013) lansia untuk mengunyah serta menelan
tentang status nutrisi dan status oral health, makanan, berbicara, dan melakukan interaksi
sebanyak 78% lansia mengalami masalah sosial, status oral health yang tidak sehat
nutrisi (malnutrisi dan dalam resiko akan mempengaruhi kemampuan interaksi
malnutrisi) hal ini disebabkan oleh perilaku sosial (Aida, et al, 2010). Status oral health
lansia untuk menggosok gigi kurang sehingga tidak hanya akan mempengaruhi status nutrisi
status oral health lansia juga buruk. (kemampuan mengunyah dan menelan) akan
Ditemukan juga penelitian yang sejenis tetapi juga kemampuan sosial dan interaksi
dengan penelitian ini, mengenai fungsi oral dengan orang lain. Hasil penelitian lain
dengan status gizi lansia di Panti Wredha tentang status oral health dengan kemampuan
Wening Wardoyo Ungaran, Semarang, Jawa menelan pada lansia di Jepang pada 288
Tengah pada 56 lansia dengan purposive lansia oleh Furuta et al, 2013 dihasilkan
sampling dihasilkan sebagain besar dari lansia hubungan yang bermakna status oral health
memiliki status gizi kurang dan sebanyak akan mempengaruhi kemampuan menelan
sebagian besar dari lansia mengalami lansia sehingga secara tidak langsung status
gangguan fungsi oral ringan. Penilaian oral health mempengaruhi status nutrisi.
gangguan fungsi oral meliputi: kemampuan
membedakan jenis-jenis rasa makanan, Penelitian lain di Indonesia yang menguatkan
kemampuan mengunyah makanan, gangguan hubungan status oral health dengan status
waktu membuka mulut lebar, gangguan nutrisi adalah penelitian yang dilakukan oleh
proses menelan dan kondisi mulut dan gigi Ratmini & Arifin, (2011). Status oral health
(Ate, 2008). merupakan salah satu indikator kesehatan
tubuh secara umum karena status oral health
akan menentukan asupan nutrisi yang Hasil dari penelitian ini diharapkan agar care
dimakan dan menentukan kualitas hidup dan giver atau perawat memfasilitasi lansia di
kesejahteraan manusia. Penelitian ini juga panti sosial untuk melakukan oral hygiene
menemukan bahwa sebagian besar responden minimal 2 kali sehari dan diberikan
telah mengalami kehilangan gigi, namun intervensi untuk mengingatkan lansia terkait
kehilangan gigi tidak menjadi indikasi uama pentingnya menggosok gigi. Sebaiknya juga
untuk menentukan status oral health lansia. dilakukan kolaborasi dengan dokter gigi
Penelitian lain terkait kehilangan gigi dengan untuk melakukan kontrol status oral health
status oral health di Indonesia tepatnya di lansia minimal 1 bulan sekali. Selama proses
Jawa Barat dengan 236 responden perempuan pemberian asupan makan diharapkan terdapat
yang berusia 45 hingga 82 tahun didapatkan pengawasan dan dipastikan makanan yang
hasil bahwa jumlah gigi tidak menentukan diberikan dimakan oleh lansia.
status oral health individu (Kusdhany dkk,
2011). Referensi
Penelitian yang dilakukan oleh Kusdhany, Ababullah. (2014, Maret 17). Personal interview
dkk menguatkan argumen peneliti bahwa Aida, J. et al. (2010). The association between
jumlah gigi tidak memiliki pengaruh yang neighborhood sosial capital and self-reported
besar dalam menentukan status nutrisi lansia. dentate status in elderly Japanese – The Ohshaki
Cohort 2006 Study. Community Dentistry and
Hal ini berarti tergantung dari modifikasi Oral Epidiomiology, 39, 239-249
lingkungan yang dilakukan, jika lansia tidak Ate, M.M. (2008). Hubungan status fungsi oral dengan
bisa mengunyah maka makanan yang status gizi lansia di panti wredha wening wardoyo
diberikan dalam bentuk bubur. Jika sangat Unggaran Semarang. [Skripsi]. Semarang:
dibutuhkan asupan sayuran dan buah-buahan Fakultas Kedokteran, Progam Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Diponegoro
maka dapat diberikan degan mencincang kecil Badan Pusat Statistik (BPS). (2011). Statistik Penduduk
sayuran dan buah yang akan diberikan serta Lansia Indonesia tahun 2011. BPS: Jakarta
merebus hingga lunak. Calvo, et al (2012). MNA® Mini Nutritional
Assessment as a nutritional screening tool for
hospitalized older adults; rationales and feasibility.
Kesimpulan Nutritional Hospital, 27 (5), 161-1625
Coleman, P. (2002). Improving oral health care for the
Kemampuan oral hygiene memang elderly: A Review of widespread problems and
menunjukkan tidak ada hubungan secara best practices. Geriatric Nursing, 23 (4), 189-199
bermakna dengan status nutrisi, akan tetapi Chalmers, J.M., et al. (2005). The oral health assessment
tool- validity and reliability. Australian Dental
secara tidak langsung kemampuan oral Journal, 50(3), 191-199
hygiene mempengaruhi status nutrisi. de Boer, A., Horst, G.J.T., Loritst, M.M., (2012).
Pengaruh ini terjadi karena hubungan yang Physiological and psychosocial age-related
bermakna antara kemampuan oral hygiene changes associated with reduced food intake in
dengan status oral health dimana, semakin older persons. Ageing Research Reviews, 12, 316-
328
adekuat oral hygiene yang dilakukan DeLaune, S.C & Ladner, P.K (2002). Fundamental of
responden akan semakin sehat status oral Furuta, et al. (2012). Interrelationship of oral health
health yang dimiliki. Status oral health status, swallowing function, nutritional status and
menjadi parameter secara langsung status cognitive ability with activities of daily living in
nutrisi responden sehingga tanpa kemampuan Japanese elderly people receiving home care
services due to physical disabilities. Community
oral hygiene yang adekuat responden tidak Dentristry Oral Epidemiology, 41, 173-181
akan memiliki status oral health yang sehat Hayati, N. dkk. (2013). Laporan Profesi PSTW Budi
akibatnya responden akan mengalami Mulia 01 Cipayung Wisma Flamboyan. (Bagian
masalah nutrisi. Kebersihan Diri).
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Topik utama: review. International Journal of Nursing Studies,
gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. 49, 1568-1581
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Vellas, B., et al. (2006). Overview of the MNA – its
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil penduduk history and challenges.. Journal of Nutrition,
lanjut usia tahun 2009. Jakarta Health & Aging vol. 10: 6
Kurniasih, Hilmansyah, Panji & Imam, (2010). Sehat & Watson, R.R. (Ed) (2009). Handbook of nutrition in the
bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: Kompas aged. Ed. 4th. Boca Raton: CRC Press
Gramedia Yoshida, M. Suzuki, R. & Kikutani, T. (2013). Nutrition
Kusdhany, L.S, Sundjaja, Y., Fardaniah, S., & Ismail, and oral status in elderly people. Review article:
R.I. (2011). Oral health related quality of life in Japanese Dental Scienec Review (2014) vol: 50: 9-
Indonesia middle-aged and elderly women. Med J 14
Indonesia, 20, 1 Yellowitz, J.A. (2014). Elder’s oral health. The Journal
Miller, C. A. (2012). Nursing care for wellness in older of Evidence- Based Dental Practice, 4, 11
adults: Theory and Practice 6th Philadelpia: JB.
Lippincot Williams & Wilkins
Oktariyani. (2012). Gambaran status gizi pada lanjut
usia di panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01
& 03 Jakarta Timur. [Skripsi]. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan Univrsitas Indonesia
Petersen. E. P et al (2010). Global oral health of older
people-call for public health action. Journal of
Community Dental Health, 27, 257-268
Pribadi, Adji. (2014, Maret 17). Personal interview
Ratmini, N.K & Arifin. (2011). Hubungan kesehatan
mulut dengan kualitas hidup lansia. Jurnal Ilmu
Gizi, 2 (2), 139-147
Saarela, R.K.T. et al. (2013). Oral hygiene and
associated factors among frail older assisted living
residents. Special Care Dentistry Association,
33(2), 57-61
Saka, B. et al (2010). Malnutrition in the elderly and its
relationship with other geriatric syndromes.
Clinical NutritionI, 29,745-748
Setiati, S, dkk. (2010). Cut-off antropometry
measurement and nutritional status among edery
outpatient in Indonesia. Original artice: Medical,
42, 4
Shay, K. (2012). Oral health and the older adult.
Continuing Education Course.
Stanley, M. Blair, K.A. & Beare, P.G. (2005).
Gerontological nursing:promoting successful
aging with older adults. Philadelphia: F.A. Davis
Company
The Mini Nutrition Assessment (MNA). (n.d).
Desember 12, 2012 http://www.mna-
elderly.com/default.html .
Thouhy, T.A & Jett, K.F (2010). Ebersole and Hess’:
Gerontological nursing healthy aging.3rd Ed. St.
Louis Missouri: Mosby Elsevier
Tsai, A.C & Chang, M. (2011). Long-form but not short
form Mini-Nutritional Assessment is appropriate
for grading nutritional risk of patients on
hemodialisysis- A cross-sectional study.
International Jurnal of Nursing Students, 48,
1429-1435
Van Lancker, A. et al. (2012). Review: The association
between malnutrition and oral health status in
elderly in long-term care facilities: A systematic