Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Terapi pada Skabies

Amraini, AY 1)

1)
Dokter Muda Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Latar Belakang: Skabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan parasit maupun kontak lama
dengan penderita. Keluhan utama pasien adalah gatal pada malam hari. Papula
eritematous yang tersebar luas dan eksoriasi biasanya terlihat pada badan dan
ekstremitas. Skabies berkrusta terjadi pada orang dengan imunokompromise dan
dapat muncul dengan gejala gatal yang berkurang atau bahkan tidak ada. Standar
rujukan untuk diagnosis skabies adalah temuan adanya tungau skabies, telur, atau
feces melalui pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit.

Metode Penelitian: Literatur review ini meringkas literatur mengenai manajemen


terapi yang diberikan pada penderita skabies dalam bahasa Inggris dari tahun
2015 hingga tahun 2020 dengan kata kunci, ”scabies”, “scabies treatment”.
Pencarian dilakukan dengan mesin pencari Google Scholar.

Hasil Penelitian: Manajemen terapi skabies difokuskan pada pengobatan populasi


massal yang disertai dengan perubahan kebiasaan hygiene. Terapi yang
direkomendasikan adalah permethrin krim 5%, ivermectin oral dan benzyl
benzoate 25% lotion serta alternatif antara lain malathion 0,5% lotion cair,
ivermectin 1% lotion dan sulfur 6–33% krim, salep ataupun lotion. Terapi skabies
berkrusta membutuhkan skabisida topikal dan ivermectin oral. Perawatan massal
pada populasi besar dapat dilakukan dengan ivermectin dosis tunggal 200
mikrogram/ kg berat badan. Pakaian, selimut, handuk, dan barang-barang lainnya
harus dicuci dengan mesin pada suhu 50°C atau lebih tinggi. Untuk barang-barang
yang tidak dapat dicuci dengan mesin, isolasi dalam kantong plastik tertutup
selama setidaknya 1 minggu sudah cukup.
Kesimpulan: Skabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei
var. hominis. Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan parasit
maupun kontak lama dengan penderita. Manajemen terapi skabies difokuskan pada
pengobatan populasi massal yang disertai dengan perubahan kebiasaan hygiene.
Terapi yang direkomendasikan adalah permethrin krim 5%, ivermectin oral dan
benzyl benzoate 25% lotion. Semua kontak pribadi dekat pasien harus diberikan
terapi secara bersamaan untuk menghindari infestasi ulang. Pasien dan kontak di
sekitar pasien harus menghindari hubungan seksual sampai selesai perawatan dan
harus secara ketat mematuhi aturan kebersihan pribadi ketika tinggal di tempat
yang ramai seperti asrama.

Kata Kunci: Skabies, manajemen terapi, skabies dan terapi

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Sarcoptes


scabiei var. hominis.2 Masuknya parasit terjadi melalui kontak kulit ke kulit
termasuk kontak seksual maupun melalui kontak dengan benda-benda yang
terinfestasi parasit seperti pakaian dan handuk. Tungau S. scabiei bersembunyi di
epidermis manusia dimana parasit betina bertelur, kemudian telur menetas dan
berkembang menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Daur hidup S. scabiei adalah
4–6 minggu. S. scabiei var. hominis adalah parasit yang bergantung pada manusia.
Parasit dewasa mati saat di luar inang manusia dalam waktu 24-36 jam. Sedangkan,
tungau imatur dapat bertahan hidup 1 minggu. Tungau dan produk tungau (kotoran,
telur dan parasit mati) menghasilkan reaksi hipersensitivitas segera atau tertunda
(tipe IV) dengan gejala skabies biasanya muncul 3-6 minggu setelah infestasi
primer dan 1-3 hari setelah infestasi ulang.4

Siklus evolusi tungau membutuhkan waktu sekitar 15 hari. Betina yang


dibuahi menggali terowongan di epidermis sekitar 2 mm per hari. Proses bertelur
terjadi pada malam hari, dari hari keempat setelah pembuahan, dengan laju sekitar
1–5 telur per hari hingga total 20-25 telur. Setelah menetas, setelah 3-4 hari
inkubasi, larva bermigrasi ke permukaan kulit dan menggali ke dalam stratum
korneum yang utuh untuk membuat terowongan pendek. Manusia yang terinfestasi
mengandung sekitar 10–15 tungau betina dewasa di tubuhnya. Namun, pada
skabies berkrusta yang umumnya terjadi pada individu dengan imunosupresi,
jumlah tungau dapat mencapai lebih dari satu juta.2

Skabies tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi yang diperkirakan


hingga 300 juta. Orang-orang pada kelompok miskin dan institusi yang rentan,
seperti rumah sakit, panti jompo, sekolah, dan penjara, sangat rentan terhadap
skabies serta komplikasi sekunder dari infestasi. Sumber penularan yang paling
umum adalah kontak kulit ke kulit yang lama dengan orang yang terinfeksi.
Dibutuhkan sekitar 15-20 menit kontak dekat untuk terjadinya transmisi langsung,
dan kejadian transmisi intrafamilial sering dilaporkan.2

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi spesifik dari skabies antara lain gatal yang sangat dan papula
inflamasi yang tersebar luas. Manifestasi non-spesifik yang mungkin juga terjadi
antara lain ekskoriasi kulit, terjadinya eksim sekunder dan munculnya impetigo.4

1. Skabies Klasik
a. Terjadi pada pasien dengan respon imun normal
b. Pruritus intens yang memburuk di malam hari1
c. Papula eritematosa tersebar luas pada area periumbilikalis, pinggang,
genitalia, payudara, bokong, lipatan aksila, jari-jari (termasuk
interdigital), pergelangan tangan dan ekstensor anggota gerak. Kepala,
telapak tangan dan telapak kaki biasanya terjadi pada bayi dan jarang
pada orang dewasa2
d. Papula kecil, sering terjadi ekskoriasi dengan krusta hemoragik di
atasnya
e. Terowongan (tanda patognomonik) muncul sebagai garis tipis, coklat
keabu-abuan berukuran 0,5-1 cm tetapi jarang diamati karena ekskoriasi
atau infeksi bakteri sekunder2
f. Lesi lain: vesikel (biasanya pada awal terowongan), nodul (diameter 0,5
cm, biasanya pada genitalia pria, selangkangan, bokong)
g. Kondisi hygiene yang buruk dapat menyebabkan infeksi bakteri
sekunder
h. Eksim kontak iritan atau alergi dapat terjadi setelah perawatan topikal1
2. Skabies berkrusta
a. Terjadi pada pasien dengan defisiensi imun yang parah karena penyakit
(misalnya AIDS, infeksi HTLV1, keganasan dan kusta) atau terapi
(misalnya obat imunosupresan dan biologis), penyakit neurologis yang
menyebabkan berkurangnya sensasi, imobilitas dengan berkurangnya
kemampuan untuk menggaruk atau pada pasien yang secara genetik
rentan
b. Pruritus ringan atau tidak ada
c. Lesi kulit terdiri dari plak generalisata, batas tidak jelas, eritematosa,
yang tertutup oleh skuama dan krusta. Pada tonjolan tulang seperti
artikulasi jari, siku dan krista iliaka, plak memiliki karakteristik kuning
kecoklatan, tebal, dan verrucous
d. Skabies non-krusta difus dengan keterlibatan punggung juga dapat
terjadi
e. Infeksi bakteri sekunder dapat menyebabkan lesi kulit berbau busuk

DIAGNOSIS

Tanda-tanda klinis skabies adalah papula, vesikel, dan lubang linear dengan
pruritus dan tanda goresan. Pada anak-anak dan remaja, lesi paling sering terlihat
pada sela jari dan pergelangan tangan volar. Lesi juga sering ditemukan di aksila,
garis sabuk, kaki, telapak kaki, dan bokong. Pada bayi, lesi umumnya terlihat pada
telapak tangan, telapak kaki dan pergelangan kaki tetapi bisa meluas, termasuk
keterlibatan kepala dan wajah.5 Standar rujukan untuk diagnosis adalah temuan
adanya tungau skabies, telur, atau bahan tinja melalui pemeriksaan mikroskopis
kerokan kulit.1 Teknik ini mungkin terasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan
ketakutan, terutama pada pasien anak-anak. Karena hasil umumnya tergantung pada
ketepatan area yang dilakukan kerokan, tes berulang kadang-kadang diperlukan
untuk menyimpulkan diagnosis. Selain itu, pengerokan dapat mengalami kesulitan
dengan adanya infeksi agen yang dapat ditularkan melalui darah seperti HIV atau
HCV.2

Karena serangan skabies biasanya hanya melibatkan 10-15 tungau, metode


ini sangat tergantung pada operator, dengan sensitivitas rendah dan tidak feasible
untuk sebagian besar setting klinis yang terbatas atau pada studi lapangan.
Visualisasi daya rendah dari lubang yang ada di kulit secara langsung menggunakan
dermoscopy dapat berguna untuk pemeriksaan klinis. Kemajuan dalam metode
daya tinggi yang noninvasif termasuk videomikroskopi, videodermoskopi, dan
mikroskop reflektansi confocal memungkinkan konfirmasi diagnostik dilakukan
melalui visualisasi langsung tungau. Metode-metode ini, meskipun sensitif,
memerlukan waktu yang cukup lama untuk pemeriksaan lengkap dan bergantung
pada peralatan dan personel khusus yang mahal. Oleh karena itu pemeriksaan ini
lebih sesuai untuk digunakan dalam setting klinis atau penelitian yang sangat
bersumber daya.5

TATALAKSANA

Data terbaru difokuskan pada pengobatan populasi massal, biasanya dengan


ivermectin. Berdasarkan studi perbandingan yang ada yang membahas kemanjuran
berbagai pengobatan anti skabies yang berbeda, perbedaan dibuat hanya antara
perawatan yang direkomendasikan dan alternatif. Pengobatan topikal harus
dioleskan ke semua daerah kulit termasuk kulit kepala, pangkal paha, pusar,
genitalia eksternal, jari dan sela jari kaki dan kulit di bawah ujung kuku, dilakukan
di malam hari dan dibiarkan selama 8-12 jam. Kulit harus dalam keadaan kering.
Pengolesan yang kedua direkomendasikan setelah 7–14 hari. Setelah melakukan
terapi, pasien harus berganti pakaian bersih. Semua kontak pribadi dekat pasien
harus diberikan terapi secara bersamaan untuk menghindari infestasi ulang.
Pakaian, selimut, handuk, dan barang-barang lainnya harus dicuci dengan mesin
pada suhu 50°C atau lebih tinggi.4 Untuk barang-barang yang tidak dapat dicuci
dengan mesin, isolasi dalam kantong plastik tertutup selama setidaknya 1 minggu
sudah cukup.1 Pasien harus diberikan penjelasan terperinci tentang serangan
mereka bersama dengan informasi tertulis yang jelas. Infestasi dianggap sembuh
jika 1 minggu setelah akhir pengobatan tidak ada manifestasi skabies aktif (tidak
ada lesi aktif, tidak ada pruritus nokturnal). Gatal pasca perawatan dapat bertahan
hingga 2-4 minggu.4

Terapi yang direkomendasikan yaitu:

1. Permethrin krim 5%, dioleskan dari ujung kepala sampai ujung kaki dan
dicuci bersih setelah 8-12 jam. Perawatan harus diulangi setelah 7–14 hari.4
Permethrin krim 5% adalah pengobatan lini pertama untuk skabies. Dokter
harus memberi edukasi ke pasien tentang cara penggunaan permethrin krim
yang benar, mengingatkan bahwa krim harus dioleskan ke semua area tubuh
dari leher ke bawah, dibiarkan di kulit selama 8 hingga 14 jam atau
semalam, dicuci, dan dioleskan kembali satu minggu kemudian.1
2. Ivermectin oral (diminum bersama makanan) sebanyak 200 mikrogram /
kgBB, dua dosis 1 minggu terpisah.4 Biaya dan ketersediaan sering
membatasi penggunaan ivermectin, sehingga digunakan sebagai terapi lini
kedua jika pengobatan dengan permethrin topikal tidak berhasil.1
Ivermectin tidak memiliki aktivitas ovicidal, sehingga penggunaan dosis
kedua setelah 7-14 hari dianjurkan untuk membunuh tungau baru.5
3. Benzyl benzoat lotion 10–25% diberikan sekali sehari di malam hari pada 2
hari berturut-turut dengan aplikasi ulang pada 7 hari.4

Terapi obat alternatif yang dapat diberikan antara lain:

1. Malathion 0,5% lotion cair.4


2. Ivermectin lotion 1% dilaporkan sama efektifnya dengan permethrin krim
5%.3
3. Sulfur 6-33% sebagai krim, salep ataupun lotion adalah anti skabies tertua
yang digunakan. Sulfur 6-33% efektif dan membutuhkan aplikasi selama
tiga hari berturut-turut.4
4. Piretrin tersinergi tersedia dalam sediaan busa di beberapa negara dan
memiliki efektivitas seperti permethrin krim 5%.4
5. Lindane tidak lagi direkomendasikan karena potensinya menyebabkan
neurotoksisitas.4

Terapi yang diberikan pada skabies berkrusta yaitu:

1. Skabisida topikal (permethrin krim 5% atau benzyl benzoat lotion 25%)


diulang setiap hari selama 7 hari kemudian 2x seminggu sampai sembuh
DAN
2. Ivermectin oral 200 mikrogram/ kgBB pada hari 1, 2 dan 8. Untuk kasus
yang parah, berdasarkan tungau hidup yang persisten pada kerokan kulit
saat kunjungan berikutnya, perawatan ivermectin tambahan mungkin
diperlukan pada hari ke 9 dan 15 atau pada hari ke 9, 15 , 22 dan 29.4

Gambar 1. Prinsip umum terapi skabies4


Pasien harus diberikan edukasi bahwa pasien dapat terus gatal hingga dua
minggu, bahkan setelah terapi yang tepat dan efektif. Akan tetapi, adanya gejala
posttreatment yang persisten menandakan perlunya mempertimbangkan kesalahan
diagnosis, kegagalan terapi, atau iritasi kulit terkait terapi.1 Gatal pasca perawatan
harus diobati dengan aplikasi berulang emolien. Antihistamin oral dan
kortikosteroid topikal ringan juga dapat memberikan manfaat.4

Permethrin aman untuk kehamilan dan laktasi dan dapat digunakan untuk
anak-anak usia 2 bulan ke atas. Benzyl benzoat dan sulfur dianggap aman dalam
kehamilan.4 Ivermectin tidak boleh digunakan selama kehamilan atau pada anak-
anak dengan berat kurang dari 15 kg.5 Penggunaan malathion tidak diteliti pada
wanita hamil. Meskipun penelitian pada hewan menunjukkan bahwa tidak ada
risiko, namun studi reproduksi hewan tidak selalu dapat memprediksi adanya
respon pada manusia. Penggunaan malathion tingkat pertanian yang tidak tepat
untuk mengobati infestasi manusia dapat menyebabkan toksisitas akut.4

Sebuah penelitian membandingkan ivermectin oral, ivermectin topikal dan


permethrin topikal untuk skabies. Ada sedikit perbedaan antara ivermectin oral
dengan dosis standar 200 μg / kg dan permethrin topikal dengan permethrin krim
5% dalam mencapai hasil lengkap pembersihan infestasi pada minggu kedua
setelah terapi. Peneliti memilih untuk mengulangi pengobatan karena ivermectin
tidak seperti permethrin, yaitu hanya mempengaruhi tungau dan bukan sel telur.
Setelah satu dosis, mengingat siklus hidup tungau skabies (10 hingga 17 hari),
pengobatan kedua dengan ivermectin mungkin diperlukan. Ivermectin
dimungkinkan memiliki onset aksi yang lebih lambat. Studi yang mencakup
beberapa bentuk terapi ulang yang membandingkan permethrin krim dan
ivermectin oral, ivermectin lotion dan permethrin krim, serta ivermectin oral dosis
standar dan ivermectin lotion 1% tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
berarti dalam mencapai hasil lengkap pembersihan setelah empat minggu terapi.
Demikian juga tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penyembuhan ketika
membandingkan 1 banding 2 dosis ivermectin.3
Pengobatan massal direkomendasikan untuk mengendalikan skabies di daerah
endemic. Semua individu harus diobati terlepas dari gejalanya. Pada pengobatan
massal, ivermectin oral lebih mudah diberikan daripada skabisida topikal
tradisional. Dosis tunggal ivermectin oral diberikan yaitu 200 mikrogram/ kg berat
badan dan pemberian ivermectin dosis kedua dianjurkan karena ivermectin tidak
mensterilkan telur skabies, dan dosis kedua yang diberikan setelah satu minggu
terbukti meningkatkan respons. Risiko skabies dapat dikurangi dengan membatasi
jumlah pasangan seksual dan menjaga kebersihan pribadi secara ketat ketika tinggal
di tempat yang ramai seperti dengan tidak berbagi pakaian dalam, tempat tidur dan
handuk dan menghindari kontak kulit ke kulit. Penularan tidak dicegah dengan
penggunaan kondom.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunning, K., Kiraly, B., and Pippitt, K. (2019). Lice and Scabies: Treatment
Update. American Family Physician, 99(10), pp.635-642.
2. Micali, G., Giuffrida, G., Quattrocchi, E., Lacarrubba, F. (2018).
Scabies. In: Micali, G., Lacarrubba, F., Stinco, G., Argenziano, G., Neri,
I. (eds) Atlas of Pediatric Dermatoscopy. Springer Nature, Cham.
3. Rosumeck, S., Nast, A., Dressler, C. (2018). Ivermectin and permethrin for
treating scabies (Review). Cochrane Database of Systematic Reviews, 4.
4. Salavastru, C.M., Chosidow, O., Boffa, M.J., Janier, M., Tiplica, G.S.
(2017). European guideline for the management of scabies. European
Academy of Dermatology and Venereology.
5. Thean, L.J., Engelman, D., Kaldor, J., Steer, A.C. (2019). Scabies: New
Opportunities for Management and Population Control. The Pediatric
Infectious Disease Journal, 38(2), pp.211–213.

Anda mungkin juga menyukai