Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA

“KEDUDUKAN DAN PERANAN AGAMA-AGAMA BERDASARKAN PANCASILA”

DISUSUN OLEH

Bastanta Ginting (1907511043)

Rinaldi Ignasius Sitepu(1907511055)

Made Indah Listyanthi Mahadewi(1907511062)

Friska Damayanti Br Purba(1907511064)

Abraham Ardi Nudraha(1907511073)

Sugara Tirtaningjagat(1907511078)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

EKONOMI PEMBANGUNAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
yang berjudul “Kedudukan dan peranana agama-agaama berdasarkan pancasila”, ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jimbaran, 26 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................................ii

Bab I:
Pendahuluan...............................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................1

Bab II: Pembahasan


2.1pengertian agama………………………..................................................................2
2.2 keududkan agama berdasar pancasila dan UUD 1945………………….................3
2.3 Kebebasan beragama dan kepercayaan……...….....................................................3
2.4 Tugas negara terhadap agama dan penganutnya….................................................4
2.5 Peranan agama dan kepercayaan terhadap kehidupan bernegara…………………
2.6 Interaksi pancasila dengan agama-agama…………………………………………
Bab III:
Kesimpulan.................................................................................................................................8
Daftar Pustaka............................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pancasila merupakan dasar segala hukum yang ada di Indonesia, pancasila menjadi
pandangan hidup bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pancasila mengatur hidup dan
kehidupan warga Negara dalam segala bidang.
Pancasila mengatur kehidupan bernegara dan juga agama-agama yang ada di
Indonesia. Agama merupakan pokok penting yang ada di kehidupan masyarakat Indonesia,
agama dan kepercayaan merupakan suatu kewajiban yang harus dimiliki oleh seluruh
masyarakat Indonesia.
Indonesia merupakan sebuah Negara yang religius, Negara yang ber-Tuhan. Begitu
pentingnya kepercayaan dan agama di Indonesia sampai di atur dan dibut dalam pancasila,
yaitu sila pertama.
.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian agama?
b. Bagaimana kedudukan agama berdasarkan Pancasila dan UUD 1945?
c. Bagaiman bentuk kebebasan beragama di Indonesia?
d. Bagaiamana tugas Negara terhadap agama dan penganutnya?
e. Bagaiaman peranan agama dan kepercayaan dalam kehidupan beragama?
f. Bagaiama interaksi pancasila dengan agama-agama yang ada?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui kedudukan agama yang ada di Indonesia
b. Mengetahui pernanan agama terhadapa negara
c. Mengetahui interaksi pancasila dengan agama-agama
BAB II

2.1 Pengertian Agama

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara kita, Indonesia. Pancasila merupakan
rumusan atau pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini
berarti Pancasila adalah pedoman luhur yang wajib kita taati dan jalani sebagai warga negara
Indonesia. Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang
Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia an manusia
serta lingkungan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Disini kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki satu sifat yang sama, yaitu
mengatur demi tercapainya sebuah kehidupan yang sejahtera, tentram, adil, aman dan
sentosa. Namun kedudukan Pancasila terkadang menjadi tidak jelas ketika muncul suatu
permasalahan yang menyebabkan suatu pihak menentang Pancasila dengan alasan agama.
Masalah pokoknya adalah bukan tentang kejelasan kedudukan siapa yang lebih tinggi atau
siapa yang lebih kuat, tapi adalah kurangnya pemahaman mereka tentang ideologi pancasila
dan juga kesalahan merekadalam menafsirkan pelajaran pelajaran atau ilmu agama yang
mereka dapatkan atau mungkin juga mereka mudah di pengaruhi dan di hasut dengan alasan
agama atau kebebasan.
2.2 Kedudukan Agama Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila,
maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua
orang dan berbagai agama. Ini juga mengisyaratkan bahwasanya Pancasila menghargai
kehadiran agama yang sudah lebih dulu hadir untuk membantu membina dan membimbing
manusia dalam menjalani kehidupan. Dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular
dijumpai kalimat yang kemudian dikenal Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna
Dharma Mangrua, yang artinya walaupun berbeda, satu jua adanya, sebab tidak ada
agama yang mempunyai tujuan yang berbeda.
Kuatnya pengaruh agama dalam pembentukan bangsa Indonesia juga ikut
mempengaruhi hasil pemikiran para The Founding Fathers kita yang tidak bisa
membayangkan ruang publik yang hampa tanpa hadirnya Tuhan. Pentingnya dasar ketuhanan
juga sudah dirumuskan para The Founding Fathers negara kita, Ir. Soekarno sempat
menyinggung mengenai dasar negara dan juga menyatakan “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja
bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan.
Secara kebudayaan The Founding Fathers mengharapkan tidak adanya “egoisme
agama”. Dan menjadikan Negara Indonesia satu negara yang ber-Tuhan”. Pernyataan ini
mengandung dua arti pokok. Pertama pengakuan akan eksistensi agama-agama di Indonesia
yang, menurut Ir. Soekarno, “mendapat tempat yang sebaik-baiknya”. Kedua, posisi negara
terhadap agama, Ir. Soekarno menegaskan bahwa “negara kita akan berTuhan”. Bahkan
dalam bagian akhir pidatonya, Ir. Soekarno mengatakan, “Hatiku akan berpesta raya, jikalau
saudara saudara menyetujui bahwa Indonesia berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Hal ini relevan dengan ayat (1) dan (2) Pasal 29 UUD 1945. Jelaslah bahwa ada
hubungan antara sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila dengan ajaran tauhid
dalam teologi Islam. Ajaran ini juga diterima oleh agama-agama lain di Indonesia. Prinsip ke-
Tuhanan Ir. Soekarno itu didapat dari-atau sekurang-kurangnya diilhami oleh uraian-uraian
dari para pemimpin Islam yang berbicara mendahului Ir. Soekarno dalam Badan Penyelidik.
Dalam bahasa formal yang telah disepakati bersama sebagai perjanjian bangsa sama
maknanya dengan kalimat “Tiada Tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa”. Di mana pengertian
arti kata Tuhan adalah sesuatu yang kita taati perintahnya dan kehendaknya. Prinsip dasar
pengabdian adalah tidak boleh punya dua tuan, hanya satu tuannya, yaitu Tuhan Yang Maha
Esa. Jadi itulah yang menjadi misi utama tugas para pengemban risalah untuk mengajak
manusia mengabdi kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

2.3 Kebebasan Beragama dan Kepercayaan

Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada konstitusi kita,
yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (“UUD 1945”):

“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak
untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD
1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama.

Akan tetapi, hak asasi tersebut bukannya tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat (1) UUD
1945 diatur bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain. Pasal 28J ayat (2)
UUD 1945 selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk pada
pembatasan-pembatasan dalam undang-undang. Jadi, hak asasi manusia tersebut dalam
pelaksanaannya tetap patuh pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang.

2.4 Tugas Negara terhadap agama dan penganutnya


Begitu pentingnya agama di Indonesia sehingga dalam Pancasila yang merupakan
falsafah hidup bangsa atau ideologi bangsa tidak memberikan kemungkinan adanya
kebebasan untuk tidak beragama, kebebasan untuk promosi anti agama, serta tidak boleh
menghina atau mengotori ajaran agama atau kitab-kitab yang menjadi sumber kepercayaan
agama ataupun mengotori nama Tuhan. Oleh sebab itu seluruh hukum yang dibuat oleh
negara atau pemerintah dalam arti yang seluas-luasnya, tidak boleh bertentangan dengan
hukum Tuhan, bahkan lebih dari itu, setiap tertib hukum yang dibuat, haruslah didasarkan
atas dan ditujukan untuk merealisir hukum Tuhan.1
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) telah mengatur warga
negaranya atau penduduknya untuk bebas dalam beragama sebagaimana diatur dalam batang
tubuhnya, yaitu Pasal 28 E dan Pasal 29 UUD 1945. Pasal 28E ayat (1) menegaskan bahwa
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”. Sementara itu rumusan Pasal
28E ayat (2) menegaskan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”.
Selanjutnya dalam Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa: “Negara berdasarkan
atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ayat (2): “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu”.
Hazairin memberikan komentar pada Pasal 29 ayat (1) UUD 1945: “… (1) Dalam
Negara RI tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang bertentangan dengan kaidah-kaidah
Islam bagi umat Islam atau tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah Nasrani bagi umat
Nasrani, dan seterusnya..(2) Negara RI wajib menjalankan syari’at Islam bagi orang Islam,
syari’at Nasrani bagi orang Nasrani, Syari’at Budha bagi orang Budha, syari’at Hindu bagi
orang Hindu. (3) syari’at yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk
menjalankan dan karena itu dapat sendiri dijalankan oleh pemeluk agama yang bersangkutan,
menjadi kewajiban pribadi terhadap Allah bagi setiap orang itu, yang dijalankannya sendiri
menurut agamanya masing-masing.”2
Negara Indonesia memberi jaminan kemerdekaan untuk memeluk agama kepada
penduduknya dengan mencerminkan kebebasan tanpa adanya pemaksaan, namun kebebasan
yang dimaksud dalam Negara Indonesia bukan bebas sebebas-bebasnya akan tetapi ada
pembatasan dalam Undang-Undang (UU) dan UU yang membatasi kebebasan beragama
tersebut adalah UU No. 1/Penetapan Presiden/1965 (UU No.1/PNPS/1965).
Perlindungan tehadap agama juga diperkuat dengan adanya Resolusi PBB mengenai
penistaan agama. Penistaan agama dinyatakan melanggar HAM. Dikutip dari Situs Resmi
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dalam resolusi tersebut dijelaskan,
walaupun Resolusi itu ditentang 11 negara Barat. Sedangkan, 13 negara lainnya memilih
abstain. Anggota Dewan HAM terdiri atas 47 negara. Negara-negara Islam menyatakan
perlunya Resolusi tersebut guna membangun keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan
penghormatan terhadap agama. Dalam resolusi tersebut menyatakan bahwa “Penistaan agama
merupakan sebuah serangan serius terhadap martabat kemanusiaan yang melahirkan
keterbatasan bagi para penganutnya dan mendorong kekerasan agama”. Resolusi itu juga 2
Suparman Usman, Hukum Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2001, hlm. 111-119.
mendesak negara-negara anggota untuk menjamin tempat, situs, dan simbol-simbol agama
terlindungi.

2.5 Peranan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


 Agama adalah Tiang kehidupan
Seseorang yang tidak mempunyai agama apapunmaka kehidupannya akan dipenuhi
dengan keraguan, cenderung suka dengan jalankemaksiatan dan perbuatan perbuatan
yang merugikan orang lain. tanpa agamaseseorang tidak akan mempunyai sesuatu
yang selalu mengajaknya untuk berdoa, bersyukur, menyesali perbuatan dan
memohon pengampunan pada tuhan yangdiyakininya dapat menolongnya merubah
jalannya menjadi lebih baik.
 Agama adalah Tiang dalam berfikir
Seseorang yang tidak memiliki agama makaakan sulit baginya untuk mengerti dan
memahami cara menghormati perbedaan kitadengan orang lain. sulit bisa menghargai
ibadah orang lain dan sulit untukmenyayangi orang orang yang butuh bantuan . tanpa
agama kita tidak mampu berfikir jernih karena jalan kebaikan , kebenaran dan
keadilan yang diajarkan didalamnyatidak pernah dipahaminya dengan baik.
 Agama adalah Tiang dalam berprilaku
Tanpa agama seseorang tidak bisa berprilaku baik ditengah masyarakat karena agama
yang selalu mengajarkankebaikaan tidak dimilikinya. tanpa agama seseorang sangat
miskin dengan ajaranajaran kebaikan, moral dan tentang norma norma yang harus
dijalankan dalammasyarakat. tanpa agama seseorang cenderung tidak mampu
berprilaku santun, tidakmampu mengendalikan emosi, merasa menang sendiri dan
tidak bisa menghargaihasil karya orang lain.
 Agama adalah Tiang dalam mengambil keputusan.
Agama selalu mengajarkanhal hal kebaikan agar manusia selalu berada dalam
kebenaran daan tidak melakukaanhal hal yang dilarang yaang sebenarnya bisa
berdampak buruk bagi orang lain. jikahidup saling rukun, saaling menghormati dan
tidak saling menyakiti maka hidup bermasyarakat akan selalu terasa damai, aman dan
mudah dalam mengambilkeputusan ketika sedang bermusyawarah.
 Agama adalah Tiang Negara
Sebuah negara yang sangat maju tidak akan beratiapa apa jika warga negaranya tidak
memiliki agama.karean tanpaa agama manusiadengan manusia lainnya akan mudah
terpancing dengan hal hal yang dapat memecah belah persatuan, seseorang yang tidak
beragama mudah terhasut , mudah diperdayadan mudah terpancing emosi dan
memulai pertikaian, pertengkaran, permusuhan, perkelahian, bahkan
peperangan.Didalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia fungsi agama bisa
juga berarti sebagai pedoman hidup sehari hari, sebagai pembeda dan ciri khas
dimasyarakat, sebagai pedomanuntuk memahami sesuatu yang baik dan yang salah,
sebagai pedoman untuk rekreasi danhiburan dan sebagai pengakuan diri akan rasa
persamaan diantara umat beragama yang ada diIndonesia.

2.6 Interaksi antara pancasila dengan agama

Pandangan Prof. Drs. Notonagoro SH mengenai pancasila diartikan sebagai pengatur


antara hubungan pribadi warga negara republik Indonesia: artinya pancasila adalah norma
yang berlaku umum di dalam tata-kehidupan bangsa dan negara republik Indonesia. Dengan
demikian dapat dikatakan pancasila juga merupakan nilai-nilai azasi, nilai-fundamentil dalam
kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Ini berarti pancasila adalah nilai-nilai filosofis dan
berbangsa. Sebagai ajaran filasfat, tidak dapat disangkal pula realitas bahwa pancasila
sesungguhnya merupakan filsafat yang religius. Sebab, dengan adanya sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam hal ini pancasila mengandung azas theisme (kepercayaan kepada Tuhan).
Pandangan religus yang termasuk dalam pancasila ini memperjelas keberadaan agama dalam
negara Indonesia. Dimana keberadaan agama tidak dianggap sepeleh melainkan sebagai
sesuatu yang pokok dan utama untuk menjadi pedoman dalam suatu negara. Sehingga dari
nilai ini dapat dijelaskan bahwa relefansi pencasila dengan nilai agama sangat nyata.

Jika dipandang dari segi hirarki sitematika pancasila maka sila Ketuhanan Yang Maha
Esa menduduki sila pertama dan utama. Dan bila dianalisa lebih jauh maka sila Ketuhanan
Yang Maha Esa itu dapat ditafsirkan sebagai azas theisme yang monistis atau monoteheisme,
sedangkan masalah Ketuhanan Yang Maha Esa itu merupakan azas atau esensi agama
(religi). Dari pandangan ini agama menjadi elemen yang utama dalam membentuk suatu
negara. Dan hal ini pantas untuk diterapkan karena di negara Indonesia ini terdapat berbagai
agama. Oleh karena itu keutamaan agama harus diutarakan. Dalam mereduksi kalimat dalam
pancasila khususnya sila pertama yang bernilai religius ini tidak memandang satu agama saja
melainkan semua agama.

Dari uraian diatas nyatalah Ketuhanan Yang Maha Esa adalah essensia religi. Oleh
karena itu uraian tentang pancasila dari sudut filsafat dan religi adalah relevant dengan watak
yang terkandung di dalam pancasila sebagai diuraikan dalam bagian pendekatan. Bahkan
bertolak daripada latar belakang sejarah perumusan pancasila (oleh BPUUPKI 1945), para
pengusul sebenarnya melihat kenyataan sosio kulturil Indonesia yang religius.

Reflektif historis dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
bernaung dengan wadah religius. Aspek historis yang mengungkapkan bangsa religius dapat
dilihat sebelum bangsa ini dipengaruhi dengan agama-agama baru. Dimana bangsa asli yang
mendiami bumi ini memiliki kepercayaan berwarna religius sendiri. Dalam pengesahan ini
salah satunya dapat dirujuk dari pelacakan heremeneutis-historis terhadap arkeologi
kebudayaan Indonesia yang dilakukan oleh Jakob Sumardi (2002). Dari kajian tersebut
ditemukan sifat religius bangsa ini sudah tertanam dalam dalam berbagai budaya lokal,
bahkan sebelum Hindu sebagai agama pertama masuk ke indonesia. Selanjutnya persatuan
antara agama-agama lokal dengan agama-agama besar yang datang kemudian seperti, Hindu,
Budha, Islam, Kristen, dan Kong hu cu, semakin meneguhkan sifat religius bangsa ini. Oleh
karena itu, tidak berlebihan jika para pendiri bangsa ini menempatkan ketuhanan Yang Maha
Esa sebagai sila pertama pancasila.

Karekter bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bereligius menjadi pedoman penting
dalam membangun serta mempertahankan kehidupan bangsa ini. Suatu kekhususan yang
memuatkan pedoman ini dikutip kedalam pancasila. Dalam hal ini mengingat pula bahwa
agama-agama ini berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran yang tertinggi dan mutlak
tentang eksistensi manusia, serta petunjuk untuk menemukan kehidupan yang berarti di
dalam dunia ini dan mencari kehidupan yang kekal. Agama dipandang sebagai suatu
keyakinan dapat menjdi sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat bersangkutan,
menjadi pendorong atau penggerak, serta pengontrol dari tindakan-tindakan para anggota
masyarakat bersangkutan, menjadi pendorong atau penggerak, serta pengontrol dari tindakan-
tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya. Demikian juga agama-agama akan bersentuhan
dengan kebutuhan-kebutuhan intergratif yang menyangkut hal-hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, yaitu keinginan untuk hidup beradab, bermoral, tentram dan damai.

Oleh karena itu dengan adanya agama orang bisa saling mencintai satu sama lain,
tetapi atas nama agama pula orang dapat saling membunuh dan saling membenci.
Keberadaan agama bermakna religius ini memberikan nilai positif dan negatif. Namun suatu
nilai yang dapat bernilai negatif apabila tidak adanya penghayatan nilai- nilai yang
terkandung dalam agama tersebut. Begitu juga dengan penerapan sila pertama yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa yang bernilai religus. Dalam hal ini dari penerapan sila ini dapat
membawa nilai negatif. Terciptanya nilai yang berwarna negatif ini terwujud ketika orang
tersebut salah mengartikan dan memandang sebelah mata mengenai sila ini. Dan hal serupa
juga dapat terjadi apa bila sekelompok orang yang menganut suatu agama. Dimana mereka
memandang adanya penyelewengan atau ketidak cocokan dalam menerapkan sila pertama
ini. Dan hal ini telah menjadi nyata di dalam kehidupan saat ini. Dimana adanya pluralitas
agama dalam negara ini yang harus dipandang sebagai keniscayaan yang dapat menjadi
potensi integrasi, sekaligus pula potensi konflik.
KESIMPULAN

Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia an manusia serta lingkungan.
Aagam dan Pancasila merupakan dua hal yang sangat peting dalam menjalankan hidup di
Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang religius, kereligiusan Negara dituangkan dalam
pancasila, yakni sila pertama yang sekaligus sebagai bukti bahwa agama merupakan hal yang
sangat penting
DAFTAR PUSTAKA

Ulasan lengkap : Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber Hukum Negara - hukumonline.com

KEBEBASAN BERAGAMA DAN DEMOKRATISASI DI INDONESIA

https://sabdalangit.wordpress.com/tag/peran-negara-terhadap-agama/

Anda mungkin juga menyukai