LOLY OKTARY
NIM: 143110222
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
LOLY OKTARY
NIM: 143110222
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “
Asuhan Keperawatan dengan Gangguan pemenuhan Oksigenasi pada pasien
TB Paru di ruang Rawat Inap paru RSUP DR.M.Djamil Padang Tahun 2017”.
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
LEMBAR ORISINALITAS ................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. LatarBelakang ............................................................................. 1
B. RumusanMasalah ........................................................................ 5
C. Tujuan ......................................................................................... 5
D. Manfaat ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. . 7
A. Konsep Manusia Dan Kebutuhan Dasar………………………. 7
1. Konsep Manusia .................................................................... 7
2. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia ....................................... 8
3. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia ............................................. 8
4. Faktor yang memperngaruhi kebutuhan dasar manusia ........ 8
5. Pendapat beberapa ahli tentang model kebutuhan dasar ....... 9
B. Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen ........ 11
1. Pengertian .............................................................................. 11
2. Konsentrasi Dan sifat oksigen ............................................... 12
3. Sistem Tubuh Yang berperan ................................................ 12
4. Proses Oksigenasi ................................................................. 13
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi ..................................... 15
6. Gangguan Pada Fungsi Pernapasan ...................................... 17
7. Penatalaksanaan Terapi Oksigen........................................... 20
C. Konsep Tuberkulosis Paru………………………………………… 22
1. Pengertian .............................................................................. 22
2. Etiologi .................................................................................. 22
3. Penularan Dan Faktor Resiko ............................................... 22
4. Patofisiologi .......................................................................... 23
5. Manifestasi Klinis ................................................................. 25
6. Komplikasi ............................................................................ 26
7. Pencegahan ............................................................................ 27
8. Pengobatan ............................................................................ 27
9. Penatalaksanaan .................................................................... 28
D. Konsep asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan
oksigen pada pasien tuberkulosis paru ........................................ 29
1. Pengkajian ............................................................................. 28
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul ................... 35
3. Perencanaan Keperawatan .................................................... 35
BABIII METODE PENELITIAN........................................................... 39
A. DesainPenelitian .................................................................... 39
B. TempatdanWaktuPenelitian .................................................. 39
C. PopulasidanSampel ............................................................... 39
D. Alat AtauInstrument Pengumpulan Data .............................. 40
E. CaraPengumpulan Data ......................................................... 42
F. Jenis – Jenis Data .................................................................. 44
G. Hasil Analisis ........................................................................ 44
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN .......................... 45
A. DeskripsiKasus ............................................................................ 45
B. Pembahasan Kasus ...................................................................... 59
1. Pengkajian Keperawatan ........................................................ 57
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 61
3. Intervensi Keperawatan .......................................................... 63
4. Implementasi Keperawatan .................................................... 65
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 66
BAB V PENUTUP .................................................................................. 68
A. Kesimpulan ................................................................................. 66
B. Saran ............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Menurut Kozier dan Erb dalam Asmadi (2008), kebutuhan tubuh terhadap
oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak.
Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan
yang menetap dan menimbulkan kematian. Dampak yang terjadi pada
pasien yang kekurangan oksigen dalam tubuh maka akan mengakibatkan
hipoksemia, hipoksia, dan gagal napas. Hipoksia merupakan kondisi tidak
tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi
oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, ditandai
dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum terjadi
hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2
dari akibat alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau
gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen
(Hidayat,2009).
Dampak yang buruk terjadi pada pasien dengan tuberkulosis paru jika
oksigen berkurang menurut penelitian Purwanti (2013) mengalami sesak
napas yang akan mengganggu proses oksigenasi, apabila tidak terpenuhi
akan menyebabkan metabolisme sel terganggu, dan terjadi kerusakan pada
jaringan otak apabila hal tersebut berlangsung lama akan menyebabkan
kematian. Hal ini diperkuat hasil penelitian Setyaningsih bahwa keluhan
yang paling banyak dirasakan pasien Tb adalah pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu Mendiskripsikan asuhan keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan kasus tuberkulosis
paru
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendiskripsikan pengkajian dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien dengan kasus tuberkulosis paru
b. Mampu mendiskripsikan diagnosa keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan tuberkulosis paru
c. Mampu mendiskripsikan rencana asuhan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan
tuberkulosis paru
d. Mampu mendiskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan
tuberkulosis paru
e. Mampu mendiskripsikan hasil evaluasi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan tuberkulosis paru
D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Kegiatan ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan
tuberkulosis paru serta dalam menulis karya tulis ilmiah.
b. Bagi Lahan Praktek / Rumah Sakit
Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pembanding
oleh perawat didalam meningkatkan pelayanan terhadap “Penerapan
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
pada pasien dengan Tuberkulosis Paru di ruang rawat inap paru
RSUP DR.M.Jamil Padang tahun 2017”.
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Institusi / Poltekkes Kemenkes Padang
Data dan hasil yang diperoleh dari laporan karya tulis ilmiah ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pembelajaran
khususnya untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien tuberkulosis
paru bagi junior di jurusan keperawatan padang.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian laporan karya tulis ilmiah ini dapat memeberikan
masuka bagi penelitian berikutnya unutk menambah pengetahuan dan
data dasar dalam penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga
tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dali alveoli ke atmosfer. Proses
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin
rendah tempat tekanan udara semakin tinggi, adanya kemampuan
torak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung
hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya
sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadinya
rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga
vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses
penyempitan dapat terjadi) ; reflek batuk dan muntah; dan adanya
peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal benda asing
yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus. Pengaruh
proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak.
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan
disekresi saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempinya
paru. Apabila complience baik namun recoil terganggu, maka
CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi/permeabilitas yang
terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan),
perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah
vena pulmonalis masuk dalam darah secara difusi), Pco2 dalam
arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afinitas
gas (kemampuan menembus dan saling mengikat hemoglobin).
c. Transportasi Gas
Transportasi gas meupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan
sebagian menjadi HC03 yang berada dalam darah (65%)
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise),perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
2. Etiologi
Tuberkulosis paru disebabkan oleh “mycobacterium tuberculosis”
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um, dan
tebal 0,3-0,6/um. Kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman
lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
(manurung,dkk 2013)
4. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli,
tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak
diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru –
paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit
spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal
biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil
yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding. Granuloma berubah bentuk menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon
tubercle. Bakteri yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi
nekrotik, membentuk perkijuan. Setelah itu akan terbentuk
klasifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non –
aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari
respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi
ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon
memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronkhi. Bakteri
kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, mengakibatkan terjadinya peradangan dinding
bronkiolus. Peradngan ini disebabkan infeksi dan terjadi pada kedua
paru – paru secara tersebar. Peradangan tersebut diawali oleh infeksi
saluran napas bagian atas yang menyebar ke saluran napas bagian
bawah. Pada saat droplet menempel pada paru maka akan terjadi
peradangan dan terjadi pembentukan sekret dan mengakibatkan
hipoventilasi yang terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat
untuk memenuhi penggunaan oksigen tubuh atau untuk
mengeluarkan karbondioksida dengan cukup.
Pada saat terjadi perkijuan difusi gas oksigen terganggu. Apabila
jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang
menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah
(hemaptoe). Pada stadium lanjut tuberkulosis banyak menyebabkan
daerah fibrotik di seluruh paru, penyakit ini mengurangi jumlah
jaringan paru fungsional. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk ventilasi paru
dan mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan.
Mengurangi luas permukaan membran respirasi, hal ini
menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru dengan progresif dan
kelainan rasio ventilasi-perfusi dalam paru, sehingga mengurangi
kapasitas difusi paru.
5. Manifestasi Klinis
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam
hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci
tanda dan gejala TB paru ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu
gejala sistemik dan gejala respiratorik
7. Pencegahan
Menurut Sholeh S. Naga 2014 banyak hal yang bisa dilakukan
mencegah terjangkitnya TBC paru. Pencegahan – pencegahan
berikut dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat, maupun
petugas kesehatan :
a. Bagi penderita : pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak
sembarang tempat.
b. Bagi masyarakat : pencegahan penularan dapat dilakukan
dengan meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan
memberikan vaksinasi BCG.
c. Bagi petugas kesehatan : pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi
gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya terhadap
kehidupan masyarakat dan umumnya.
d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian
dan pemeriksaan terhadap orang – orang yang terinfeksi, atau
dengan memberikan pengobatan khusus kepada penderita TBC
ini.
e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan
melaksanakan desinfeksi seperti cuci tangan.
8. Pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati, juga
mencegah kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta
memutuskan mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan
pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa hal yang
penting untuk diketahui.
Mekanisme kerja obta anti – tuberkulosis (OAT)
a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
b. Aktivitas sterelisasi, terhadap the persisters(bakteri
semidormant)
c. Aktivitas bakteriostatis, obat – oabatn yang mempunyai
aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima
komponen, yaitu :
a. Adanya komponen politis berupa dukungan para
pengambil keputusan dalam penanggulangan TB
b. Diagnosis TB melalui pemeriksaan sputum secara
mikroskopik langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang
lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana
tersebut
c. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek di
bawaah pengawasaan langsung oleh pengawasan menelan
obat (PMO), khususnya dalam dua bulan pertama di mana
penderita harus minum obat setiap hari
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek
yang cukup
e. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
9. Penatalaksanaan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pada Pasien Tuberkulosis Paru
Menurut somantri (2009), infeksi diawali karena seseorang
menghirup basil Mycobacterium Tuberkulosis. Bakteri ini
menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang
biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
Tuberkulosis juga dapat menjangkau sampai ke arah lain dari paru
(lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan
respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Sebagian besar
kuman ini berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap
kimia atau fisik. Fifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai darah yang banyak oksigen, dan daerah yang memiliki
kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru.
d. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan
oksigen ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan,
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien tubekulosis paru
antara lain batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam
(soemantri,2012)
a) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita tuberkulosis
paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis
paru dari organ lain, pembesaran kelenjar getah bening, dan
penyakit lain yang memperberat tuberkulosis paru seperti
diabetes melitus.
b) Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi tuberkulosis paru tidak diturunkan, tetapi
perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah di
alami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
predisposisi penularan didalam rumah (muttaqin,2012)
e. Kebutuhan Dasar
1) Nutrisi dan metabolisme
Dalam Pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain itu juga perlu
ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
masuk rumah sakit pasien dengan TB Paru akan mengalami
penurunan nafsu makan, akibat sesak nafas dan penekanan
pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi
akibat proses penyakit. Pasien dengan TB Paru keadaan
umumnya lemah nutrisi dan metabolik.
2) Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak napas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi dan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi
kebutuhan ADLnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarga.
3) Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak napas dan peningkatan suhu
tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
dan istirahat.
f. Pengkajian Fisik
Review sistem (head to Toe)
1) Inspeksi. Pengkajian ini meliputi pertama, penentuan tipe jalan
napas, seperti menilai apakah napas spontan melalui hidung,
mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau
tracheostomi, kemudian menentukanstatus kondisispserti
kebersihan, ada atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak atau
obstruksi mekanik.
Kedua, penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu
menit
Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal,
atau kombinasi keduanya.
Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu dengan menelaah
masa inspirasi dan ekspirasi (pernapasan biot ditemukan pada
pasien kerusakan otak.
Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan
(pada pernapasan yang dangkal, dinding thoraks tampak
hampir tidak bergerak).
2) Palpasi. Pemeriksaan ini berguna untuk mendekteksi kelainan,
seperti nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, perdarahan
setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada. Palapasi dilakukan
untuk menentukan besar, konsistensi, suhu, dapat atu tidaknya
digerakkan dari dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan
dinding thoraks pada saat inspirasidan ekspirasi terjadi. Cara
ini juga dapat dilakukan dari belakang dengan meletakkan
kedua tangan pada kedua sisi tulang belakang. Jika pada
puncak paru terdapat fibrosis, proses tuberkulosis, atau suatu
tumor, maka tidak akan ditemukan pengambangan bagian atas
pada thoraks. Kelainan pada paru, seperti getaran suara atau
fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu
pemeriksaan meletakkan tangannya pada dada pasien ketika ia
berbicara. Fremitus vokal yang jelas mengeras dapat
disebabkan oleh konsolidasi paru seperti pada tumor paru,
atelektasis, atau kolaps paru dengan bronkus yang utuh dan
tidak tersumbat, kavitasi yang letaknya dekat permukaan paru.
3) Perkusi. Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau
tidkanya suara perkusi paru. Suatu perkusi normal adalah suara
perkusi sonor yang bunyinya seperti “dug-dug”. Suara perkusi
lain yang di anggap tidak normal adalah redup, sepertipada
infiltrat, konsolidasi, dan efusi pleura. Pekak, seperti suara
yang terdengar bila kita memperkusi paha kita, terdapat pada
rongga pleura yang terisi oleh cairan nanah, tumor pada
permukaan paru, atau fibrosis paru dengan penebalan pleura.
Hipersonor, bila udara relatif lebih padat, ditemukan pada
emfisema, kavitas besar yang letaknya perifer, dan
pneumothoraks. Timpani, bunyinya seperti ucapan “dang-dang-
dang”. Suara ini menunjukkan bahwa di bawah tempat yang
diperkusi terdapat penimbunan udara, seperti pada
pneumothoraks dan kavitas dekat permukan paru. Batas atas
paru dapat ditentukan dengan perkusi pada supraklavikularis
kedua sisi. Bila didapatkan suara perkusi yang kurang sonor,
maka kita harus menafsirkan bahwa bagian atas paru tidak
berfungsi lagi, dan beraryi batas paru yang sehat terletak lebih
bawah dari biasa. Cari belakang apeks paru dapat diperkusi di
daerah otot trapezius antara otot leher dan pergelangan bahu
yang akan memperdengarkan sonor. Batas bawah pada orang
dewasa lebih rendah. Batas bawah paru dapat ditentukan
dengan perkusi, suara sonor, pada orang sehat dapat didengar
sampai iga keenam garis midaksilaris, iga kedelapan garis
midaksilaris, dan iga kesepuluh garis skapularis.
4) Auskultasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya
suara napas diantaranya suara napas dasar dan suara napas
tambahan. Suara napas dasar adalah suara napas pada orang
dengan paru yang sehat, seperti : pertama, suara vesikuler,
ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya.
Kedua, suara bronkhial, yaitu suara yang kita dengar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi, bunyinya bisa sama atau lebih
panjang, antara inspirasi dan ekspirasi terdengar jarak pause
(jeda) yang jelas. Suara bronkial terdengar di daerah dekat
bronkus, dalam keadaan tidak normal bisa terdengar seluruh
daerah paru. Ketiga, bronkovaskular, yaitu suara yang
terdengar antara vesikuler dan bronkial, ketika ekspirasi
menjadi lebih panjang, hingga hampir menyamai inspirasi.
Suara ini lebih jelas terdengar pada manubrium sterni. Pada
keadaan tidak normal juga terdengar pada daerah lain dari paru.
Suara napas tambahan, yaitu suara yang terdengar pada dinding
thoraks berasal dari kelainan dalam paru, termasuk bronkus,
alveoli, dan pleura. Suara napas tambahan seperti suara ronkhi,
yaitu suara yang terjadi dalam bronki karena penyempitan
lumen bronkus. Suara mengi (wheezing), yaitu ronkhi kering
yang tinggi, terputusnya nada, dan panjang. Suara ronkhi
basah, yaitu suara berisik yang terputus akibat aliran udara
yang melewati cairan. Sedangkan suara krepitasi adalah suara
seperti hujan rintik – rintik yang berasal dari bronkus, alveoli,
atau kavitasi yang mengandung cairan. Suara ini dapat kita tiru
dengan jalan menggeser – geserkan rambut dengan ibu jari dan
telunjuk dekat telinga. Krepitasi halus menandakan adanya
eksudat dalam alveoli yang membuat alveoli saling berlekatan
sedangkan krepitasi kasar terdengar saperti suara yang timbul
bila kita meniup dalam air. Suara ini terdengar selama inspirasi
dan ekpirasi.
g. Pengkajian Psikososial
1) Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan
berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa penyakit
respiratori timbul akibat stres.
2) Penyakit pernapasan kronik dapat menyebabkan perubahan
dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi
sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan
3) Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat
mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan
mencari jalan keluarnya.
h. Pemeriksaan laboratorium
selain pemeriksaan laboratorium Hb, leukosit, dan lain – lainyang
dilakukan secara rutin, juga dilakukan pemeriksaan sputum guna
melihat kuman dengan cara mikroskopis. Uji resistensi dapat
dilakukan secara kultur, untuk melihat sel tumor dengan
pemeriksaan sitologi. Bagi pasien yang menerima pengobatan
dalam waktu lama, harus dilakukan pemeriksaan sputum secara
periodik.
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Rontgen dada. Penapisan yang dapat dilakukan, misalnyauntuk
melihat lesi paru pada penyakit tuberkulosis, mendeteksi adanya
tumor, benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung, dan
untuk melihat struktur yang abnormal.
2) Fluroskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
mekanisme kardiopulmonum, misalnya kerja jantung,
diafragma, dan kontraksi paru.
3) Bronkografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat melihat
secara visual bronkus sampaidengan cabang bronkus pada
penyakit gangguan bronkus atau kasus displacement dari
bronkus.
4) Angiografi. Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan
diagnosa tentang keadaan paru, emboli atau tumor paru,
aneurisma, emfisema, kelainan kongenital, dan lain – lain.
5) Endoskopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan
diagnostik dengan cara mengambil sekret untuk pemeriksaan,
melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan, untuk pemeriksaan
sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya
perdarahan; untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing
dan menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
6) Radio isotop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus
paru, melihat adanya emboli paru. Ventilasi scaning untuk
mendeteksi ketidaknoormalanventilasi, misalnya pada
emfisema.
7) Mediastinoskopi. Mediastinoskopi merupakan endoskopi
mediastinum untuk melihat penyebaran tumor.
Mediastinostomi bertujuan untuk memeriksa mediastinum
bagian depan dan menilai aliran limpa pada paru, biasanya
dilakukan pada penyakit saluran pernapasan bagian atas.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien tuberkulosis paru
menurut NANDA internasional (2015), adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
e. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan Keletihan Otot
Pernapasan
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1
Monitor Tanda –
Tanda Vital :
a. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu,
dan pernapasan
b. Moniot kualitas dari
nadi
c. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
d. Montor pola
pernapasan abnormal
e. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit
f. Monitor sianosis
perifer
g. Identifikasi penyebab
dari perubahan tanda
– tanda vital.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2012). Sampel
diteliti dengan teknik purposive sampling, adalah suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang
telah dikenal sebelumnya (Nursalam,2015).
Jika ditemukan sampel yang memiliki kriteria yang sama jumlah lebih
dari 2 orang maka peneliti menggunakan teknik simple random sampling.
Prinsip mekanisme teknik simple random sampling dilakukan seperti
undian, yaitu seua individu berpeluang untuk diambil (Saryono,2013)
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien bersedia diberikan asuhan keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi
2) Pasien terpasang oksigen
3) Pasien mengalami tuberkulosis paru
b. Kriteria Ekslusi
1) Pasien yang tidak bersedia diberi asuhan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
2) Pasien yang tidak terpasang oksigen
3) Pasien yang tidak mengalami penyakit tuberkulosis paru
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format
tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Cara Pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
obsevasi langsung, dan studi dokumentasi.
Proses Keperawatan Meliputi :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kali nya di
fasilitas kesehatan (rumah sakit). Bentuk yang umumnya dipakai
dalam format pengkajian sebagai berikut :
a. Format Anamnesa
Format tanya jawab biasanya pertanyaan – pertanyaan yang
bersifat umum (identitas pasien seperti nama, tempat dan tanggal
lahir, pendidikan, nama ibu kandung, ataupun riwayat kesehatan
pasien seperti penyakit yang pernah di derita pasien),
b. Pengkajian Lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses
keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to
date. Data ini dapat dicatat dalam format tertentu yang disebut
dengan flow sheet. Contoh dalam pengkajian lanjutan adalah
pengkajian tanda – tanda vital yang diambil dalam periode tertentu.
Format flow sheet memungkinkan perawat untuk melihat apakah
terdapat perubahan pada kondisi pasien di periode yang berbeda.
c. Pengkajian Ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan.
Pengkajian ini dapat ditulis pada format catatan keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data – data yang telah ada
di analisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
a. Analisa Data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan
penyebabnya. Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang
didapat saat intervensi dengan pasien, biasanya apa yang
dikeluhkan oleh pasien, dan data objektif yaitu data yang diperoleh
perawat dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan Diagnosa
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa
adalah PES (problem+Etiologi+Symptom) dan
menggunakanisitilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar
NANDA.
3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC – NOC
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen :
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen :
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
E. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik data dan sumber data yang telah ada. Triagulasi teknik
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda –
beda. Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan
menggunakan observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(Sugiyono,2014)
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu
juga mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada
pasien.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti
melakukan pengukuran tensi, suhu dan menimbang berat badan pasien.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan
kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.
Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara
tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang
fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya,
pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan
sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden secara
bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin. Contoh
wawancara ini seperti ingin tau kenapa pasien masuk rumah sakit,
penyakit yang diderita sebelumnya dan sebagainya.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya
monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini menggunakan
dokumentasi dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan
dilakukan. Contoh data pemeriksaan labor, data pemeriksaan
diagnostik, dan data pengobatan.
G. Hasil Analisis
Data yang dikumpulkan dari hasil pengkajian dikelompokkan menjadi
data subjektif dan objektif. Hasil analisa data tersebut kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan, dilanjutkan dengan
menyusun intervensi keperawatan, melaksanakan implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
Asuhan Keperawatan dengan dangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
pada pasien TB Paru dilakukan pada:
Tanggal : 19 Mei 2017 – 29 Mei 2017
Tempat : Ruangan bangsal paru RSUP.Dr.M.Djamil Padang
1. Pengkajian
Tn.J (Partisipan 1) laki – laki berusia 31 tahun, pasien rujukan dari RS Siti
Rahmah padang masuk melalui IGD RSUP Dr.M.Djamil padang dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak, dan nyeri pada punggung. Tn.Y
(Partisipan 2) laki – laki berusia 32 tahun pasien rujukan dari RS
Reksodowiryo padang masuk melalui IGD RSUP Dr.M.Djamil padang
dengan keluhan sesak nafas, baruk disertai darah, nyeri dada saat batuk,
dan demam.
Tabel 4.1
Pengkajian
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Identitas Pasien Identitas Pasien
Seorang laki-laki, Tn.J berusia 31 Seorang laki – laki, Tn.Y berusia 32
tahun, status kawin, agama islam, Tahun, status belum kawin, agama
pendidikan terakhir SMA pekerjaan islam, pendidikan Terakhir SMA,
petani dan alamat di kapujian bayang pekerjaan pedagang dan alamat
kabupaten pesisir selatan No. MR : 97 jl.Simpang Haru II RW 01 RT 002
87 27 , Dx Medis : TB Paru. Padang. No.MR : 96 22 51. Dx Medis :
Penanggung jawab TB Paru
Tn.U, Pekerjaan Petani, alamat di Penanggung Jawab
kapujian bayang kabupaten pesisir Tn.Z, Pekerjaan Pedagang, alamat di
selatan, hubungan dengan pasien: jl.Simpang Haru RW 01 RT 002
Kakak kandung. Padang, Hubungan dengan pasien :
Keluhan Utama Kakak Kandung.
Pasien rujukan dari RS Siti Rahmah Keluhan Utama
padang masuk melalui IGD RSUP Pasien rujukan RS reksodowiryo
Dr.M.Djamil Padang pada hari selasa padang masuk melalui IGD RSUP
tanggal 16 Mei 2017 pukul 01.50 WIB, Dr.M.Djamil Padang pada hari rabu
dengan keluhan utama pasien sesak tanggal 24 Mei 2017 pukul 00.49 WIB,
napas meningkat sejak 1 hari yang lalu, dengan keluhan utama pasien sesak
sesak dirasakan hilang timbul, batuk nafas, batuk darah sejak 3 hari yang
berdahak, nyeri pada punggung dan lalu, nyeri dada ketika batuk, dan
membengkak. demam hilang timbul.
Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat diilakukan pengkajian pada hari Saat dilakukan pengkajian pada hari
Jumat tanggal 19 Mei 2017 pukul rabu tanggal 24 Mei 2017 pukul 10.00
09.00 WIB klien mengatakan nafas WIB klien mengatakan nafas terasa
terasa sesak, batuk berdahak, tidak sesak, batuk berdahak bercampur
nafsu makan, pusing, badan terasa darah, pusing, tidak nafsu makan dan
lemah, dan nyeri pada punggung. TD = mual saat makan, badan terasa lemah
100/70mmhg, Nadi = 68x/menit, dan panas, dan nyeri dada saat batuk.
pernafasan = 28x/menit, suhu = 36.50C, TD = 110/60 mmhg, Nadi = 72x/menit,
pasien terpasang oksigen NRM pernapasan = 24x/menit, suhu =
10liter/menit. TB = 157 BB = 40kg 37,60C, pasien terpasang oksigen
Riwayat Kesehatan Dahulu binasal kanul 4liter/menit. TB = 165
Klien mengatakan pernah dirawat di BB = 45kg
RSUD Painan selama 1 minggu Riwayat Kesehatan Dahulu
dengan keluhan sesak nafas dan nyeri Klien mengatakan pernah dirawat
pada punggung. Klien mempunyai karena operasi kencing batu. Klien
kebiasaan merokok. Sebelumnya klien mempunyai kebiasaan merokok 40
sudah diberikan obat OAT dan batang/hari dari umur 20 tahun sampai
dihentikan sendiri oleh klien, karena sekarang.Sebelumnya klien belum
saat mengkonsumsi obat OAT klien pernah mengkonsumsi obat OAT.
merasa mual dan pusing.
Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien. sama dengan pasien.
Pola Nutrisi Pola Nutrisi
Klien mengatakan saat sehat makan 3x Klien mengatakan saat sehat makan 3x
sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan
porsi sedang dan minum air putih porsi sedang dan minum air putih
sebanyak 7 - 8 gelas, saat sakit klien sebanyak 5 – 6 gelas, saat sakit klien
diberi susu dan setelah 3 hari pasien diberi makanan lunak dan makan 3x
diberi makanan lunak dan makan 3x sehari, klien tidak menghabiskan
sehari, klien menghabiskan ½ porsi makanannya karena pada saat makan
makanan dan minum air putih klien mual dan minum air putih 7 gelas
sebanyak 5 sampai 8 gelas sehari. sehari.
Pola Eliminasi Pola Eliminasi
Ketika Sehat, BAK pasien lancar lebih Ketika sehat, BAK klien tidak lancar
kurang 5x sehari . BAB lancar. Saat lebih kurang 2 – 3 x sehari. BAB
Sakit , Pasien BAK lebih kurang 5x lancar. Sat sakit, pasien BAK lebih
sehari, dan BAB 1x 3 hari dengan kurang 3x sehari.
konsistensi encer. Pola Istirahat Dan Tidur
Pola Istirahat Dan Tidur Saat sehat, pasien tidur 7 – 8 jam
Saat sehat, pasien tidur 7-8 jam perhari, kualitas tidur baik. saat sakit,
perhari, kualitas tidur baik. Saat sakit pasien tidur 8 – 10 jam perhari. Pasien
,pasien tidur 8-10 jam perhari. Pasien sering terbangun pada dimalam hari
sering terbangun dimalam hari karena karena batuk dan sering berkeringat.
mengeluhkan sesak nafas.
Pola Aktivitas Pola Aktivitas
Saat Sehat keluarga mengatakan Pasien Saat sehat pasien seorang pedagang
seorang petani dan suka bekerja, pada daging dan suka bekerja, pada saat
sakit pasien lebih banyak tidur sakit pasien lebih banyak ditempat
ditempat tidur saja. tidur saja.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan di dapatkan Dari hasil pemeriksaan di dapatkan TD
TD=100/70, N=68x/menit, = 110/60mmhg, N=72x/menit,
0
P=28x/menit, S=36.5 C, kesadaran P=24x/menit, S=37,60C, kesadaran
Compos Mentis. konjungtiva anemis(- Compos Mentis. Konjungtiva
), sklera ikterik (-) pergerakan dinding anemis(+), sklera ikterik (-),pergerakan
dada kiri=kanan, Fremitus kiri=kanan, dinding dada kiri=kanan, fremitus
tidak ada suara nafas tambahan, kiri=kanan, tidak ada suara tambahan,
perkusi Sonor dan auskultasi perkusi sonor dan auskultasi
Bronkovasikuler, ronkhi positifpada bronkovasikuler, ictus cordis teraba.
pemeriksaan kardiovaskuler di Hasil pemeriksaan pencernaan :
dapatkan Ictus cordis teraba, serta mukosa mulut kering, bibir pucat,
Irama teratur. Hasil pemeriksaan bising usus 16x/menit, hepar teraba (-),
sistem pencernaan : Mukosa mulut nyeri tekan hepar (-), perkusi timpani.
kering, bibir pucat, buncit(-), Bising Pembesaran kelenjar tiroid dan
usus 15x/menit, Hepar teraba (-), nyeri kelenjar getah bening (-).
tekan hepar(-), perkusi Timpani.
Pembesaran kelenjar tiroid dan Data Penunjang
kelenjar getah bening(-) Tanggal 24 – Mei – 2017
Data Penunjang Hb = 9,0 g/dl, Leukosit = 13.630/mm3
Tanggal 16 – Mei – 2017 Trombosit = 283.000 Hematokrit =
pH = 7.28, PC02 = 53mmHg, PO2 = 27% pH= 7.47 mmHG PCO2= 32
81mmHg, HCO3= 21,6 Mmol/L, gula mmHG, PO2= 67mmHG, total protein
darah sewaktu= 86 mg/dl, Albumin = = 5.9 g/dl albumin = 3.3 g/dl globulin
3,09 g/dl, Globulin = 3.7g/dl, Hb= 13,6 = 2.6 g/dl bilirubin total = 0.4 mg/dl
g/dl, Leukosit 12.090 g/dl bilirubin direk = 0.2 g/dl bilirubin
Tanggal 18 – mei- 201 indirek = 0.2 mg/dl SGOT = 23 u/l
Hb=12,7 g/dl, Trombosit = 455.000 SGPT = 12 u/l
g/dl, Hematokrit = 40%, Ureum darah Tanggal 28 – Mei 2017
= 278 mg/dl, Kreatinin Darah = 31,5 Bilirubin total = 0,5mg/dl, birirubi
mg/dl, Total protein=5,9 g/dl, Albumin direk= 0,3 mg/dl bilirubin indirek = 0,2
= 3,1 g/dl, Globulin = 2,5 g/dl mg/dl, SGOT = 53u/l, SGPT = 24u/l
Tanggal 24 – Mei - 2017-
Ph = 7.40 mmHg PCO2 = 50 mmHG Terapi Pengobatan
PO2 = 27 mmHG Terapi pengobatan diberikan cairan
Terapi Pengobatan Nacl 12 jam/kolf, Vit.K 3X1 Vit.C
Terapi pengobatan diberikan cairan 3X1 Kalnex 3x1, Ceftriaxone 1x2,
Nacl 8jam/kolf, Ceftriaxon 1x2gr, Etambutol 750mg, Pirazinamid 800mg
Levoplolaxin 1x750, Ranitidin 2x1,
Dexametason 3x2, Vit B6 1x1,
Combivent 3x1, Drip vascon
2,1cc/jam, Etambutol 750mg,
Rimfampisin 450mg, Aminophilin 4x1
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan data yang didapatkan berupa
data subjektif dan objektif pada partisipan 1 dan partisipan 2.
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Diagnosa pertama Diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan pertamaKetidakefektifan
napas berhubungan dengan bersihan jalan napas
obstruksi jalan napas ditandai berhubungan dengan obstruksi
dengan pasien mengeluh batuk jalan napas ditandai dengan
berdahak dan sulit batuk berdahak bercampur darah,
mengeluarkan dahak, batuk batuk produktif, sekret berwarna
produktif, Sekret berwarna merah kental, TD = 110/60
putih kekuning kuningan. mmHg, Nadi = 72x/menit,
TD=100/70mmHg, nadi = Pernapasan = 24x/menit, Suhu =
68x/menit, Pernapasan= 37,60C pasien terpasang O2
28x/menit, Suhu=36,5oC, 4liter/menit dengan binasal
pasien terpasang O2 kanul.
10liter/menit dengan NRM. Diagnosa kedua gangguan
Diagnosa kedua gangguan Pertukaran Gas berhubungan
Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
dengan perubahan membran alveolar kapiler ditandai dengan
alveolar kapiler ditandai pasien mengatakan nafas terasa
dengan pasien mengatakan sesak, batuk berdahak disertai
nafas terasa sesak, batuk darah, badan terasa lemah. pasien
berdahak, badan terasa lemah. tampak sesak, terpasang O2
Pasien tampak sesak, irama 4liter/menit dengan binasal
pernapasan tidak teratur, kanul. Hb = 9,0 g/dl pH= 7,47
terpasang O2 10liter/menit mmHg PC02 = 32 mmHg
dengan NRM. pH = Diagnosa ketiga
7.28mmHg PC02 = 53mmHg, ketidakseimbangan nutrisi
PO2 = 81mmHg, saturasi kurang dari kebutuhan tubuh
oksigen 92%. berhubungan dengan anoreksia.
Diagnosa ketiga DS = Klien mengatakan tidak
ketidakseimbangan nutrisi nafsu makan, mual saat makan,
kurang dari kebutuhan tubuh pusing dan terkadang muntah,
berhubungan dengan pasien terlihat pucat, konjungtiva
anoreksiaditandai dengan anemis, Hb = 9.0 g/dl , pasien
pasien mengatakan tidak nafsu tidak menghabiskan
makan dan terasa pusing, makanannya. TB = 165 kg, BB =
pasien terlihat pucat, pasien 45kg. Diit yang diberikan TKTP
hanya menghabiskan ½ porsi
makanan, TB = 157cm, BB=
40kg, IMT = 16,26 kg/m2. Diit
yang diberikan TKTP
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
1. Ketidakefektifan bersihan jalan 1. Ketidakefektifan bersihan
napas berhubungan dengan jalan napas berhubungan
obstruksi jalan napas dengan obstruksi jalan
napas
NOC
Status Pernapasan : kepatenan NOC
jalan napas Status Pernapasan :
Kriteria hasil : kepatenan jalan napas
1) Frekuensi pernapasan dalam Kriteria hasil :
batas normal 1) Frekuensi pernapasan
2) Irama pernapasan teratur dalam batas normal
3) Kedalaman inspirasi normal 2) Irama pernapasan teratur
4) Kemampuan untuk 3) Kedalaman inspirasi normal
mengeluarkan sekret 4) Kemampuan untuk
5) Suara nafas tambahan tidak ada mengeluarkan sekret
6) Pernggunaan otot bantu 5) Suara nafas tambahan tidak
pernapasan tidak ada ada
6) Pernggunaan otot bantu
NIC pernapasan tidak ada
Manajemen Jalan Napas
NIC
a) Buka jalan napas dengan
Manajemen Jalan Napas
teknik chin lift atau jaw
thrust
a) Buka jalan napas dengan
b) Posisikan pasien untuk
teknik chin lift atau jaw
memaksimalkan ventilasi
thrust
c) Lakukan fisioterapi dada
b) Posisikan pasien untuk
jika perlu
memaksimalkan ventilasi
d) Buang sekret dengan cara
c) Lakukan fisioterapi dada
batuk efektif
e) Auskultasi suara nafas jika perlu
d) Buang sekret dengan cara
Monitor Pernapasan
batuk efektif
e) Auskultasi suara nafas
a) Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
Monitor Pernapasan
adanya kesulitan dalam
bernapas a) Monitor frekuensi, irama,
b) Catat adanya pergerakan kedalaman dana danya
dinding dada, kesulitan dalam bernapas
ketidaksimetrisan, b) Catat adanya pergerakan
penggunaan otot bantu dinding dada,
pernafasan dan retraksi ketidaksimetrisan,
dinding dada penggunaan otot bantu
c) Monitor adanya suara pernafasan dan retraksi
tambahan dinding dada
d) Monitor pola nafas c) Monitor adanya suara
e) Auskultasi suara nafas, tambahan
catat area dimana terjadi d) Monitor pola nafas
penurunan atau tidak e) Auskultasi suara nafas,
adanya ventilasi dan catat area dimana terjadi
keberadaan suara nafas penurunan atau tidak
tambahan adanya ventilasi dan
f) Monitor kemampuan keberadaan suara nafas
batuk efektif pasien tambahan
f) Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
2. Gangguan pertukaran gas 2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan berhubungan dengan
membran alveolar kapiler perubahan membran
NOC alveolar kapiler
Status Respirasi NOC
Kriteria Hasil : Status Respirasi
1) Saturasi Oksigen Dalam Batas Kriteria Hasil :
Normal 1) Saturasi Oksigen Dalam
2) Tidak ada sianosis Batas Normal
3) Tanda tanda vital dalam 2) Tidak ada sianosis
rentang normal 3) Tanda tanda vital
dalam rentang normal
NIC
Terapi Oksigen NIC
Terapi Oksigen
a) Pertahankan jalan napas
b) Monitor aliran oksigen a) Pertahankan jalan napas
b) Monitor aliran oksigen
c) Pertahankan posisi pasien
c) Pertahankan posisi pasien
d) Observasi tanda – tanda
d) Observasi tanda – tanda
hipoventilasi
hipoventilasi
e) Monitor adanya kecemasan
e) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
pasien terhadap oksigenasi
Monitor Respirasi
Monitor Respirasi
Monitor Nutrisi
a) Monitor adanya
penurunan berat badan
b) Monitor lingkungan
selama makan
c) Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
d) Monitor kekeirngan,
rambut kusam, dan
mudah patah.
e) Monitor mual muntah
f) Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, Ht
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan dari rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat,
tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
PARISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Pada diagnosapertama Pada diagnosa pertama
yaituketidakefektifan bersihan jalan yaituketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan obstruksi napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas yang di implementasikan jalan napas yang di implementasikan
adalah memposisikan pasien untuk adalah memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi dengan cara memaksimalkan ventilasi dengan cara
posisi semi fowler, membuang sekret posisi semi fowler, membuang sekret
dengan cara batuk efektif, dengan cara batuk efektif,
mengauskultasi suara nafas, Monitor mengauskultasi suara nafas, Monitor
frekuensi, irama, kedalaman dan frekuensi, irama, kedalaman dan
adanya kesulitan dalam bernapas, adanya kesulitan dalam bernapas,
Memonitor adanya suara tambahan Memonitor adanya suara tambahan
dengan cara mengauskultasi suara dengan cara mengauskultasi suara
nafas, Memonitor pola nafas, nafas, Memonitor pola nafas,
Memonitor kemampuan batuk efektif Memonitor kemampuan batuk efektif
pasien. pasien.
Pada diagnosa kedua yaitugangguan Pada diagnosa kedua yaitu gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar kapiler perubahan membran alveolar kapiler
yang diimplementasikan adalah yang diimplementasikan adalah
mempertahankan jalan napas dengan mempertahankan jalan napas,
cara manajemen jalan nafas yaitu Memonitor aliran oksigen,
memposisikan pasien dengan posisi mempertahankan posisi pasien,
semi fowler, Memonitor aliran oksigen, Memonitor frekuensi, irama, kedalaman
mempertahankan posisi pasien, dan kekuatan respirasi, memperhatikan
Memonitor frekuensi, irama, kedalaman gerakan dan kesimetrisan dinding dada,
dan kekuatan respirasi, memperhatikan Meauskultasi bunyi napas, catat adanya
gerakan dan kesimetrisan dinding dada, suara tambahan, Memonitor pola napas,
Meauskultasi bunyi napas, mencatat Memonitor perubahan paO2dengan cara
adanya suara tambahan, Memonitor melihat hasil analisa gas darah.
pola napas, Memonitor perubahan paO2 Pada diagnosa ketiga
dan SaO2dengan cara melihat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
perubahan pada hasil analisa gas darah. kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pada diagnosa ketiga yaitu anoreksia yang diimplementasiksan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari adalah mengkaji adanya alergi
kebutuhan tubuh berhubungan dengan makanan, menganjurkan pasien untuk
anoreksia yang diimplementasiksan meningkatkan intake fe, memberikan
adalah mengkaji adanya alergi informasi tentang kebutuhan nutrisi
makanan, menganjurkan pasien untuk dengan cara edukasi, Memonitor
meningkatkan intake fe, memberikan lingkungan selama makan, Memonitor
informasi tentang kebutuhan nutrisi kulit kering dan perubahan pigmentasi,
dengan cara edukasi, Memonitor menganjurkan pasien makan sedikit
lingkungan selama makan, Memonitor tapi sering, Memonitor mual muntah,
kulit kering dan perubahan pigmentasi, Memonitor kadar albumin, total
menganjurkan pasien makan sedikit protein, Hb, Ht pada hasil laboratorium
tapi sering, Memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht pada hasil
laboratorium.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari selama 6 hari. Berikut adalah
hasil eveluasi yang dilakukan pada kedua partisipan
Tabel 4.5
Evaluasi Kerawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Evaluasi keperawatan dilakukan Evaluasi keperawatan dilakukan
dengan model SOAP, untuk dengan model SOAP, untuk
masalah ketidakefektifan bersihan masalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas setalah dilakukan jalan nafas setalah dilakukan
tindakan keperawatan selama 6 hari tindakan keperawatan selama 6
di dapatkan hasil evaluasi masalah hari di dapatkan hasil evaluasi
keperawatan dengan hasil pasien masalah keperawatan dengan hasil
mengatakan sekret sudah berkurang, pasien mengatakan pasien
pasien tampak bisa mengeluarkan mengatakan sekret sudah
sekret dengan batuk efektif, berkurang, bisa mengeluarkan
pernapasan = 24x/menit, Terapi sekret dengan batuk efektif.
oksigen melalui non rebreathing Pernapasan = 20x/menit. pasien
mask, saturasi oksigen 95%. sudah tidak terpasang oksigen,
Masalah teratasi, intervensi masalah teratasi, intervensi
dihentikan. dihentikan.
Pada masalah gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan perubahan Pada masalah gangguan pertukaran
membran alveolar kapiler setlah gas berhubungan dengan perubahan
dilakukan tindakan keperawatan membran alveolar kapiler setlah
selama 6 hari di dapatkan hasil dilakukan tindakan keperawatan
evaluasi pasien mengatakan sesak selama 6 hari di dapatkan hasil
sudah berkurang, didapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan sesak
analisa gas darah pasien belum sudah berkurang pasien tidak
normal dengan hasil Ph = 7.40 terpasang oksigen. pernapasan =
mmHg PCO2 = 50 mmHG PO2 = 27 20x/menit. masalah teratasi,
mmHG SaO2 = 95%. Pernapasan = intervensi dihentikan.
24x/menit. masalah belum teratasi, Pada masalah ketidakseimbangan
intervensi dilanjutkan dengan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mempertahankan jalan napas berhubungan dengan anoreksia
dengan cara manajemen jalan nafas setelah dilakukan tindakan
yaitu memposisikan pasien dengan keperawatan selama 6 hari di
posisi semi fowler, Memonitor dapatkan hasil evaluasi pasien
aliran oksigen, mempertahankan mengatakan nafsu makan belum
posisi pasien, Memonitor frekuensi, ada, mual masih terasa dan
irama, kedalaman dan kekuatan terkadang muntah, pasien hanya
respirasi, memperhatikan gerakan menghabiskan ½ porsi makanan,
dan kesimetrisan dinding dada, masalah belum teratasi,intervensi
Meauskultasi bunyi napas, mencatat dilanjutkan dengan memberikan
adanya suara tambahan, Memonitor informasi tentang kebutuhan nutrisi
pola napas, Memonitor perubahan dengan cara edukasi, Memonitor
paO2 dan SaO2dengan cara melihat lingkungan selama makan,
perubahan pada hasil analisa gas menganjurkan pasien makan sedikit
darah. tapi sering, Memonitor mual
Pada masalah ketidakseimbangan muntah, Memonitor kadar albumin,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh total protein, Hb, Ht pada hasil
berhubungan dengan anoreksia laboratorium
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6 hari di
dapatkan hasil evaluasi pasien
mengatakan nafsu makan sudah ada
dan diit yang diberikan tampak
habis, masalah teratasi, intervensi
dihentikan.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus perbandingan 2 pasien pada asuhan
keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
pasien tuberculosis paru. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan melakukan
evaluasi keperawatan yang diuraikan sebagai berikut.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 19 – mei – 2017 pada partisipan 1,
dari riwayat kesehatan sekarang pasien mempunyai keluhan nafas
terasa sesak, batuk berdahak, tidak nafsu makan, pusing, badan terasa
lemah, dan nyeri pada punggung. TD = 100/70mmhg, Nadi =
68x/menit, pernafasan = 28x/menit, suhu = 36.50C, pasien terpasang
oksigen non rebreathing maskdengan aliran 10liter/menit. Dan pada
saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24 – mei – 2017 pada
pastisipan2, dari riwayat kesehatan sekarang pasien mempunyai
keluhan nafas terasa sesak, batuk berdahak bercampur darah, pusing,
tidak nafsu makan dan mual saat makan, badan terasa lemah dan
panas, dan nyeri dada saat batuk. TD = 110/60 mmhg, Nadi =
72x/menit, pernapasan = 24x/menit, suhu = 37,60C, pasien terpasang
oksigen binasal kanul dengan aliran 4liter/menit. Menurut
(soemantri,2012) Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah
kebutuhan oksigen ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan,
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien tubekulosis paru antara lain batuk,
batuk darah, sesak napas, nyeri dada, dan demam. Pada riwayat
kesehatan dahulu pasien mempunyai kebiasaan yang sama yaitu
kebiasaan merokok setiap harinya. Menurut (Atoilah dan
Engkus,2013) dampak merokok bagi tubuh dalam jangka waktu yang
cukup lama akan menimbulkan kekakuan dari pembuluh darah,
selanjutnya akan mempengaruhi proses transportasi oksigen.
Pengkajian pada pola nutrisi, klien mengalami penurunan nafsu
makan, pada partisipan 1 mengalami penurunan nafsu makan dan tidak
menghabiskan makanannya, pada partisipan 2 mengalami penurunan
nafsu makan karena mengeluhkan mual dan muntah saat makan,
Pengkajian pada pola isitirahat dan tidur pasien mengeluhkan susah
tidur dan sering terbangun pada malam hari karena mengeluhkan batuk
dan sesak nafas.
Dalam penelitian (Purwanti,2013) pasien dengan tuberkulosis paru jika
oksigen berkurang akan mengalami sesak nafas yang akan
mengganggu proses oksigenasi.
Berdasarkan Analisa Peneliti, tidak terdapat perbedaan antara teori dan
praktek yang peneliti temukan pada pasien, karena salah satu keluhan
utama yang dirasakan oleh pasien tuberculosis paru yaitu sesak nafas,
batuk, penurunan nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA international 2015, masalah keperawatan yang
muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
tuberculosis paru yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan obstruksi jalan napas, Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran alveolar kapiler, Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, Ketidakefektifan Pola Napas
berhubungan dengan Keletihan Otot Pernapasan. Berdasarkan hasil
pengkajian kedua partisipan secara umum ditemukan masalah yang
sama, prioritas masalah keperawatan antara partisipan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas hal ini ditandai dengan batasan karakteristik antara. Pada
partisipan 1 ditandai dengan pasien mengeluh batuk berdahak dan sulit
mengeluarkan dahak sekret berwarna putih kekuning. Pada partisipan
2 ditandai dengan pasien mengeluh batuk berdahak bercampur darah.
Menurut (Manurung,dkk 2013) salah satu prioritas masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien tuberculosis paru yaitu bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret yang
kental, sehingga sulit untuk dikeluarkan. Menurut (Hidayat,2009)
Obstruksi jalan napas merupakan kondisi ketika pernapasan berjalan
tidak normal karena penyumbatan saluran pernapasan. Tanda – tanda
obstruksi jalan napas antara lain batuk tidak efektif, tidak dapat
mengeluarkan sekret di jalan napas, jumlah, irama dan kedalaman
pernapasan tidak normal serta suara napas menunjukkan adanya
sumbatan. Menurut penelitian (purwanti,2013) diagnosa keperawatan
yang utama pada pasien dengan tuberculosis paru yaitu bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, diagnosa
tersebut diangkat karena pada pasien mengeluhkan adanya batuk
disertai dengan sekret yang susah keluar, adanya suara nafas ronchi
saat auskultasi yang menandakan adanya sumbatan pada jalan nafas.
Partisipan 1 saat pengkajian pasien mengatakan batuk berdahak, sekret
sulit dikeluarkan, pasien tampak batuk, pernafasan = 28x/menit, suara
nafas ronchi. Pada partisipan 2 pasien mengatakan batuk berdahak
bercampur darah, frekuensi pernafasan 24x/menit.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri
dari Nursing Interventions Clasification (NIC) dan Nursing Outcomes
Clasification (NOC). Perencanaan disusun untuk melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai pada kasus. Pada diagnosa prioritas yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan obstruksi jalan
nafas dengan kriteria hasil menunjukkan kepatenan jalan nafas,
kemampuan untuk mengeluarkan sekret dan merencanakan tindakan
memanajeman jalan nafas dengan cara posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi dengan posisi semi fowler, Lakukan
fisioterapi dada, buang sekret dengan cara batuk efektif, Auskultasi
suara nafas dan monitor pernapasan. Menurut (Muttaqin,2008)
memberikan posisi semi fowler dapat dilakukan pada pasien
tuberculosis paru (TBC) karena hal ini membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam
jalan nafas besar untuk dikeluarkan. Menurut penelitian
(Purwanti,2013) intervensi atau rencana yang dilakukan pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu observasi bunyi nafas,
kecepatan irama dengan rasional untuk mengetahui keadaan
pernapasan, catat kemampuan mengeluarkan sekret dan batuk dengan
rasional untuk mengetahui bunyi nafas, posisikan pasien dengan
rasional agar sekret bisa keluar. Berdasarkan analisa peneliti, rencana
tindakan keperawatan yang disusun peneliti sesuai dengan teori. Pada
diagnosa kedua gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar kapiler dengan kriteria hasil saturasi
oksigen dalam batas normal, tidak ada sianosis, tanda tanda vital
dalam rentang normal, dan merencanakan tindakan keperawatan terapi
oksigendengan carapertahankan jalan napas, monitor aliran oksigen,
pertahankan posisi pasien, observasi tanda – tanda hipoventilasi,
monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi dan monitor
respirasi dengan cara monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
kekuatan respirasi, perhatikan gerakan dan kesimetrisan, menggunakan
otot bantu, dan adanya retraksi otot interkostal dan supraklavikular,
auskultasi bunyi napas, catat adanya suara tambahan, monitor pola
napas, monitor adanya dispnea dan hal yang meningkatkan atau
memperburuk , monitor perubahan paO2 dan SaO2. Berdasarkan analisa
peneliti, jika hasil analisa gas darah melebihi batas normal sehingga
terapi oksigen yang diberikan pada pasien tersebut salah satunya untuk
mengatasi hipoksemia.
Pada diagnosa ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia dengan kriteria hasil adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak
ada tanda – tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti dan merencanakan rindakan keperawatan manajemen nutrisi
dengan cara kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien,anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe, berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi dan monitor nutrisi dengan cara
monitor adanya penurunan berat badan monitor lingkungan selama
makan, monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi, monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah. monitor mual muntah,
monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.
4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan implementasi berdasarkan tindakan yang telah
direncanakan. Implementasi dilakukan 6 hari. Pada partisipan 1
dilakukan pada tanggal 19 mei sampai 24 mei 2017. Pada partisipan 2
dilakukan pada tanggal 24 mei sampai 29 mei 2017. Implementasi
untuk ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan obstruksi
jalan nafas dilakukan tindakan dengan memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi dengan cara posisi semi fowler, membuang
sekret dengan cara batuk efektif yaitu dengan cara menarik nafas
dalam sebanyak 3 kali kemudian yang kketiga dibatukkan agar sekret
mudah keluar. Kemudian dengan cara fisioterapi dada seperti
melakukan clapping tujuannya agar sekret mudah eluar.
mengauskultasi suara nafas, Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
adanya kesulitan dalam bernapas, Memonitor adanya suara tambahan
dengan cara mengauskultasi suara nafas, Memonitor pola nafas,
Memonitor kemampuan batuk efektif pasien. Menurut (Muttaqin,2008)
memberikan posisi semi fowler, posisi tersebut memberikan
kesempatan paru – paru untuk berkembang secara maksimal, dari
tindakan tersebut memberikan kesempatan paru – paru untuk
berkembang secara maksimal, dari tindakan tersebut didapat respon
pasien melaporkan kenyamanan. Mengajarkan batuk efektif, teknik
batuk efektif akan memberikan ventilasi maksimal akan membuka
pada area alektasis dan meningkatkan gerekan sekret ke jalan nafas
besar untuk dikeluarkan, dari tindakan tersebut pasien melaporkan
bahwa tindakan tersebut bermanfaat baginya.
Diagnosa yang kedua yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran alveolar kapiler dilakukan tindakan
dengan mempertahankan jalan napas dengan cara manajemen jalan
nafas yaitu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler,
Memonitor aliran oksigen, mempertahankan posisi pasien, Memonitor
frekuensi, irama, kedalaman dan kekuatan respirasi, memperhatikan
gerakan dan kesimetrisan dinding dada, Meauskultasi bunyi napas,
mencatat adanya suara tambahan, Memonitor pola napas, Memonitor
perubahan paO2 dan SaO2dengan cara melihat perubahan pada hasil
analisa gas darah.
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dilakukan tindakan dengan mengkaji
adanya alergi makanan, menganjurkan pasien untuk meningkatkan
intake fe, memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dengan cara
edukasi, Memonitor lingkungan selama makan, menganjurkan pasien
makan sedikit tapi sering, Memonitor kadar albumin, total protein, Hb,
Ht pada hasil laboratorium, kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diit TKTP.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap
ini yang dilakukan adalah mengkaji respon setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Evaluasi yang dilakukan dengan metode SOAP untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
Hasil evaluasi didapatkan pada hari ke enam pasien pasien dirawat
untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yaitu padapartisipan 1 di
dapatkan hasil evaluasi masalah keperawatan dengan hasil pasien
mengatakan sekret sudah berkurang, pasien tampak bisa mengeluarkan
sekret dengan batuk efektif, pernapasan = 24x/menit, Terapi oksigen
melalui non rebreathing mask, saturasi oksigen 95%. Masalah teratasi,
intervensi dihentikan. Pada partisipan 2 di dapatkan hasil evaluasi
masalah keperawatan dengan hasil pasien mengatakan pasien
mengatakan sekret sudah berkurang, bisa mengeluarkan sekret dengan
batuk efektif. Pernapasan = 20x/menit. pasien sudah tidak terpasang
oksigen, masalah teratasi, intervensi dihentikan.
Untuk diagnosa gangguan pertukaran gas pada partisipan 1 di dapatkan
hasil evaluasi pasien mengatakan sesak sudah berkurang, didapatkan
hasil analisa gas darah pasien belum normal dengan hasil Ph = 7.40
mmHg PCO2 = 50 mmHG PO2 = 27 mmHG SaO2 = 95%. Pernapasan =
24x/menit. masalah belum teratasi, peneliti melakukan pendelegasian
kepada perawat ruangan untuk melanjutkan intervensi yaitu dengan
mempertahankan jalan napas dengan cara manajemen jalan nafas yaitu
memposisikan pasien dengan posisi semi fowler, Memonitor aliran
oksigen, mempertahankan posisi pasien, Memonitor frekuensi, irama,
kedalaman dan kekuatan respirasi, memperhatikan gerakan dan
kesimetrisan dinding dada, Meauskultasi bunyi napas, mencatat
adanya suara tambahan, Memonitor pola napas, Memonitor perubahan
paO2 dan SaO2dengan cara melihat perubahan pada hasil analisa gas
darah. Pada partisipan 2 di dapatkan hasil evaluasi masalah
keperawatan dengan hasil pasien mengatakan pasien mengatakan
sekret sudah berkurang, bisa mengeluarkan sekret dengan batuk
efektif. Pernapasan = 20x/menit. pasien sudah tidak terpasang oksigen,
masalah teratasi, intervensi dihentikan.
Evaluasi pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia didapatkan hasil pada
partisipan 1 di dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan nafsu makan
sudah ada dan diit yang diberikan tampak habis, masalah teratasi,
intervensi dihentikan. Pada partisipan 2 di dapatkan hasil evaluasi
pasien mengatakan nafsu makan belum ada, mual masih terasa dan
terkadang muntah, pasien hanya menghabiskan ½ porsi makanan,
masalah belum teratasi, peneliti melakukan pendelegasian kepada
perawat ruangan untuk melanjutkan intervensi yaitu dengan
memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dengan cara edukasi,
Memonitor lingkungan selama makan, menganjurkan pasien makan
sedikit tapi sering, Memonitor mual muntah, Memonitor kadar
albumin, total protein, Hb, Ht pada hasil laboratorium.
Berdasarkan analisa peneliti, gangguan pertukaran gas pada partisipan
1 belum teratasi karena hasil analisa gas darah pasien belum normal,
sehingga partisipan 1 tetap diberikan terapi oksigen dengan non
rebreathing maskagar tidak terjadi hipoksemia pada pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB paru di ruang rawat inap
paru RSUP DR.M.Djamil padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari hasil pengkajian kepada kedua pasien secara umum didapatkan
keluhan yang sama yaitu kedua pasien mengalami sesak nafas, batuk
berdahak, badan terasa lemah, pada Partisipan 1 didapatkan frekuensi
pernapasan = 28x/menit dan menggunakan oksigen non rebreathing
maskdengan aliran 10liter/menit didapatkan hasil analisa gas darah pH
= 7.28, PC02 = 53mmHg, PO2 = 81mmHg, HCO3= 21,6 Mmol/L, dari
hasil analisa gas darah pada partisipan 1 mengalami peningkatan PC02
= 53mmHg yang mana melebihi batas normal. Maka dari itu partisipan
1 menggunakan oksigen non rebreathing mask dengan aliran
10liter/menit.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua pasrtisipan terdapat 3
diagnosa diantaranya ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan. Berikut adalah beberapa intervensi yang
peneliti lakukan diantaranya monitor pernapasan dengan cara monitor
frekuensi, irama, monitor adanya suara tambahan, monitor pola nafas,
terapi oksigen dengan cara monitor aliran oksigen, pertahankan posisi
pasien, dan monitor nutrisi.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan dilakukan selama 6 hari.
5. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan metode SOAP pada setiap
harinya setelah melakukan tindakan keperawatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi perawat Ruang Rawat Inap Paru
Studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB paru dapat menjadi
acuan bagi perawat di ruang rawat inap Paru RSUP Dr. M. Djamil
padang dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan
lebih melakukan secara teliti
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara teliti dan lebih
mendalam , mengambil diagnosa keperawatan secara tepat menurut
pengkajian yang didapatkan, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan keperawatan dengan lebih dahulu
memahami masalah keperawatan dengan baik, dan
mendokumentasikan hasil nya dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : salemba medika
Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi.2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Bachtiar, Arief, dkk.2013.Pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien
Gangguan sistem pernafasan. Malang: Poltekkes Kemenkes Malang.
Tersedia pada http://jurnal.poltekkes-malang.ac.id/berkas/d96f-48-52.pdf.
Diakses pada tanggal 12 Januari 2017
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn.J
b. Tempat/ Tanggal Lahir : 17 – April – 1986
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Kawin : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Petani
h. Tanggal Masuk : 16 Mei 2017
i. Alamat : Bayang, Pesisir Selatan
j. Diagnosa Medis : TB Paru
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan saat Utama :
Pasien rujukan dari RS Siti Rahmah padang masuk melalui
IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada hari selasa tanggal 16
Mei 2017 pukul 01.50 WIB, dengan keluhan utama pasien
sesak napas meningkat sejak 1 hari yang lalu, sesak dirasakan
hilang timbul, batuk berdahak, nyeri pada punggung dan
membengkak.
2) Keluhan saat dikaji :
Saat diilakukan pengkajian pada hari Jumat tanggal 19 Mei
2017 pukul 09.00 WIB klien mengatakan nafas terasa sesak,
batuk berdahak, tidak nafsu makan, pusing, badan terasa
lemah, dan nyeri pada punggung. TD = 100/70mmhg, Nadi =
68x/menit, pernafasan = 28x/menit, suhu = 36.50C, pasien
terpasang oksigen NRM 10liter/menit.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Klien mengatakan pernah dirawat di RSUD Painan selama 1
minggu dengan keluhan sesak nafas dan nyeri pada punggung.
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.
4. Kebutuhan Dasar
a. Makan
1) Pola makan sebelum sakit :
Pasien mengatakan pada saat sehat ia makan 3x sehari dengan
nasi, lauk, dengan porsi sedang. Pasien tidak mempunyai alergi
pada makanan
2) Pola makan saat sakit :
saat sakit klien diberi susu dan setelah 3 hari pasien diberi
makanan lunak dan makan 3x sehari, klien menghabiskan ½
porsi makanan
b. Minum
1) Sehat
Pasien mengatakan pada saat sehat minum air putih sebanyak 7
- 8 gelas.
2) Sakit
Pasien mengatakan minum air putih sebanyak 5 sampai 8 gelas
sehari
c. Tidur
1) Pola tidur sebelum sakit
Pasien tidur 7-8 jam perhari, kualitas tidur baik.
2) Pola tidur saat sakit
Pasien mengatakan tidur siang selama 2 jam dan tdur malam 6-
7 jam, pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari
karena sesak nafas dan batuk.
d. Mandi
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sehari-sehari mandi 2x sehari dengan
secara mandiri.
2) Saat sakit
Pasien mengatakan mandi, menggosok gigi dibantu oleh
keluarga dan perawat.
e. Eliminasi
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB lancar yaitu 1x dalam 2 hari dan
BAK 5 x sehari
2) Saat sakit
Pasien mengatakan BAB tidak lancar, dan BAK Lancar.
f. Aktivitas pasien
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari- seharinya sebagai petani
2) Saat sakit
Pasien mengatakan semua aktivitas dirumah sakit dibantu oleh
keluarga dan perawat.
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV :
1) Tekanan darah : 100/70 mmHg
2) Nadi : 68x/menit
3) Pernapasan : 28x/menit
4) Suhu : 36.50C
b. Rambut : Bersih, tidak rontok
c. Telinga : Bersih, Tidak ada serumen
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-)
e. Hidung : simetris, bersih, lesi (-)
f. Mulut : bersih, mukosa mulut kering
g. Leher : Tidak pembesaran kelenjar getah
bening dan kelenjar tiroid
h. Thoraks :
P = Sonor
6. Data Psikologis
a. Status emosional : Baik
b. Kecemasan : pasien cemas dengan kondisinya
c. Pola koping : Baik
d. Gaya komunikasi : Terarah
7. Data Ekonomi Sosial : pasien seorang petani
8. Data Spritual : pasien saat dirawat di rumah sakit
tidak menjalankan ibadah shalatnya, namun pasien terus berdo’a agar
cepat sembuh daru penyakitnya
NO. MR : 978727
NO DATA
PENYEBAB MASALAH
1 DS : Klien mengeluh batuk Obstruksi jalan Ketidakefektifan
berdahak dan sulit
napas bersihan jalan nafas
mengeluarkan dahak
DO : Batuk produktif, Sekret
berwarna putih kekuning
kuningan. TD=100/70mmHg,
nadi = 68x/menit, Pernapasan=
28x/menit, Suhu=36,5oC, pasien
terpasang O2 10liter/menit
dengan NRM.
NO Diagnosa Intervensi
keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan Status Pernapasan : Manajemen Jalan Napas
bersihan jalan nafas kepatenan jalan napas a) Buka jalan
berhubungan dengan Kriteria hasil : napas dengan
obstruksi jalan nafas 1. Frekuensi teknik chin lift
pernapasan atau jaw thrust
dalam batas b) Posisikan
normal pasien untuk
2. Irama memaksimalkan
pernapasan ventilasi
teratur c) Lakukan
3. Kedalaman fisioterapi dada
inspirasi jika perlu
normal d) Buang sekret
4. Kemampuan dengan cara
untuk batuk efektif
mengeluarkan e) Auskultasi
sekret suara nafas
5. Suara nafas
tambahan Monitor Pernapasan
tidak ada
6. Pernggunaan a) Monitor
otot bantu frekuensi, irama,
pernapasan kedalaman dan
tidak ada adanya kesulitan
dalam bernapas
b) Catat adanya
pergerakan
dinding dada,
ketidaksimetrisan
, penggunaan otot
bantu pernafasan
dan retraksi
dinding dada
c) Monitor adanya
suara tambahan
d) Monitor pola
nafas
e) Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
f) Monitor
kemampuan
batuk efektif
pasien
Monitor Respirasi
a) Monitor
frekuensi,
irama,
kedalaman dan
kekuatan
respirasi
b) Perhatikan
gerakan dan
kesimetrisan,
menggunakan
otot bantu, dan
adanya retraksi
otot interkostal
dan
supraklavikula
r
g) Monitor pola
napas
c) Monitor
adanya
dispnea dan
hal yang
meningkatkan
atau
memperburuk
d) Monitor
perubahan
paO2 dan SaO2
c) Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah.
d) Monitor mual
muntah
g) Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, Ht
Senin/22- Ketidakefektif
05-2017 an bersihan Pukul 13.00 Wib Pukul 15.00 Wib
jalan nafas 1) memposisikan S = Pasien mengatakan
berhubungan pasien untuk batuk berdahak dan
dengan memaksimalkan sulit mengeluarkan
obstruksi jalan ventilasi dahak
nafas 2) membuang sekret O = Batuk produktif,
dengan cara batuk sekret berwarna putih
efektif kekuning – kuningan.
3) mengauskultasi TD = 90/60 mmHg,
suara nafas nadi = 69x/menit,
4) Monitor pernafasan = 26x/menit
frekuensi, irama, A = Masalah belum
kedalaman dan teratasi
adanya kesulitan P = Intervensi
dalam bernapas dilanjutkan dengan
5) Memonitor memposisikan pasien,
adanya suara membuang sekret
tambahan dengan cara batuk
6) Memonitor pola efektif, Monitor
nafas frekuensi, irama,
7) Memonitor kedalaman dan adanya
kemampuan kesulitan dalam
batuk efektif bernapas, Memonitor
pasien. adanya suara tambahan
Memonitor pola nafas,
Memonitor kemampuan
batuk efektif pasien
Gangguan 1) Mempertahankan S = Klien mengatakan
pertukaran gas jalan napas, nafas terasa sesak,
berhubungan Memonitor aliran batuk berdahak, badan
dengan oksigen terasa lemah.
perubahan 2) mempertahankan O = Pasien tampak
membran posisi pasien, sesak, irama pernapasan
alveolar Meobservasi tidak teratur, terpasang
kapiler tanda – tanda O2 10liter/menit dengan
hipoventilasi NRM. pH = 7.28mmHg
3) Memonitor PC02 = 53mmHg, PO2 =
adanya 81mmHg, saturasi
kecemasan pasien oksigen 92%.
terhadap A=Masalah belum
oksigenasi teratasi
4) Memonitor P = Intervensi
frekuensi, irama, dilanjutkan dengan
kedalaman dan Mempertahankan jalan
kekuatan respirasi napas, Memonitor
5) memperhatikan aliran oksigen,
gerakan dan mempertahankan posisi
kesimetrisan pasien,Memonitor
6) menggunakan frekuensi,irama,
otot bantu, dan kedalaman dan
adanya retraksi kekuatan respirasi
otot interkostal memperhatikan gerakan
dan dan kesimetrisan
supraklavikular, Meauskultasi bunyi
7) Meauskultasi napas, mencatat adanya
bunyi napas, suara tambahan,
mencatat adanya Memonitor perubahan
suara tambahan, paO2 dan SaO2
8) Memonitor pola
napas
9) Memonitor
adanya dispnea
dan hal yang
meningkatkan
atau
memperburuk
10) Memonitor
perubahan paO2
dan SaO2
Ketidakseimba 1) Mengkaji S = Klien mengatakan
ngan nutrisi adanya alergi tidak nafsu makan dan
kurang dari makanan terasa pusing
kebutuhan 2) menganjurkan O =klien terlihat pucat,
tubuh pasien untuk klien hanya
berhubungan meningkatkan menghabiskan ½ porsi
dengan intake fe makanan, TB = 157cm,
anoreksia 3) memberikan BB= 40kg, IMT =
informasi 16,26 kg/m2
tentang A = masalah belum
kebutuhan teratasi
nutrisi P = Intervensi
4) Memonitor dilanjutkkan dengan
lingkungan Mengkaji adanya alergi
selama makan makanan,
5) Memonitor menganjurkan pasien
kulit kering untuk meningkatkan
dan intake fe,
perubahan memberikan informasi
pigmentasi tentang kebutuhan
6) Memonitor nutrisi,
mual muntah Memonitor lingkungan
7) Memonitor selama makan,
kadar Memonitor kulit kering
albumin, total dan perubahan
protein, Hb, pigmentasi,Memonitor
Ht mual
muntah,Memonitor
kadar albumin, total
protein, Hb, Ht
B. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
k. Nama : Tn.Y
l. Tempat/ Tanggal Lahir : 01 – Oktober - 1984
m. Jenis Kelamin : Laki-laki
n. Status Kawin : Belum Kawin
o. Agama : Islam
p. Pendidikan : SMA
q. Pekerjaan : Pedagang
r. Tanggal Masuk : 24 Mei 2017
s. Alamat : Jln.Simpang Haru RW 01 RT 002
t. Diagnosa Medis : TB Paru
3. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat kesehatan sekarang
3) Keluhan saat Utama :
Pasien rujukan RS reksodowiryo padang masuk melalui IGD
RSUP Dr.M.Djamil Padang pada hari rabu tanggal 24 Mei
2017 pukul 00.49 WIB, dengan keluhan utama pasien sesak
nafas, batuk darah sejak 3 hari yang lalu, nyeri dada ketika
batuk, dan demam hilang timbul.
4) Keluhan saat dikaji :
Saat dilakukan pengkajian pada hari rabu tanggal 24 Mei 2017
pukul 10.00 WIB klien mengatakan nafas terasa sesak, batuk
berdahak bercampur darah, pusing, tidak nafsu makan dan
mual saat makan, badan terasa lemah dan panas, dan nyeri dada
saat batuk. TD = 110/60 mmhg, Nadi = 72x/menit, pernapasan
= 24x/menit, suhu = 37,60C, pasien terpasang oksigen binasal
kanul 4liter/menit.
e. Riwayat kesehatan dahulu :
Klien mengatakan pernah dirawat karena operasi kencing batu.
Klien mempunyai kebiasaan merokok 40 batang/hari dari umur 20
tahun sampai sekarang.
f. Riwayat kesehatan keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.
4. Kebutuhan Dasar
g. Makan
3) Pola makan sebelum sakit :
saat sehat makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan
porsi sedang dan minum air putih sebanyak 5 – 6 gelas
4) Pola makan saat sakit :
Saat sakit klien diberi makanan lunak dan makan 3x sehari,
klien tidak menghabiskan makanannya karena pada saat makan
klien mual dan minum air putih 7 gelas sehari.
h. Minum
3) Sehat
Pasien mengatakan pada saat sehat minum air putih sebanyak 7
- 8 gelas.
4) Sakit
Pasien mengatakan minum air putih sebanyak 5 sampai 8 gelas
sehari
i. Tidur
3) Pola tidur sebelum sakit
Pasien tidur 7-8 jam perhari, kualitas tidur baik.
4) Pola tidur saat sakit
Pasien mengatakan tidur siang selama 2 jam dan tdur malam 8-
10 jam, pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari
karena sesak nafas dan batuk.
j. Mandi
3) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sehari-sehari mandi 2x sehari dengan
secara mandiri.
4) Saat sakit
Pasien mengatakan mandi 1x sehari dan menggosok gigi secara
mandiri.
k. Eliminasi
3) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB lancar yaitu 1x dalam 2 hari dan
BAK 3 x sehari
4) Saat sakit
Pasien mengatakan BAB tidak lancar, dan BAK Lancar.
l. Aktivitas pasien
3) Sebelum sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari- seharinya sebagai penjual
daging dipasar
4) Saat sakit
Saat sakit pasien lebih banyak di tempat tidur
5. Pemeriksaan Fisik
l. TTV :
5) Tekanan darah : 100/60 mmHg
6) Nadi : 72x/menit
7) Pernapasan : 24x/menit
8) Suhu : 37.60C
m. Rambut : Bersih, tidak rontok
n. Telinga : Bersih, Tidak ada serumen
o. Mata : simetris, konjungtiva anemis (+),
sklera ikterik (-)
p. Hidung : simetris, bersih, lesi (-)
q. Mulut : bersih, mukosa mulut kering
r. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan kelenjar tiroid
s. Thoraks :
P = Sonor
6. Data Psikologis
e. Status emosional : Baik
f. Kecemasan : pasien cemas dengan kondisinya
g. Pola koping : Baik
h. Gaya komunikasi : Terarah
7. Data Ekonomi Sosial : pasien seorang penjual daging
8. Data Spritual : pasien saat dirawat di rumah sakit
tidak menjalankan ibadah shalatnya, namun pasien terus berdo’a agar
cepat sembuh daru penyakitnya
NO. MR : 962251
NO Diagnosa Intervensi
keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan Status Pernapasan : Manajemen Jalan Napas
bersihan jalan nafas kepatenan jalan napas 1. Buka jalan napas
berhubungan dengan Kriteria hasil : dengan teknik chin lift
obstruksi jalan nafas 1. Frekuensi atau jaw thrust
pernapasan 2. Posisikan pasien
dalam batas untuk memaksimalkan
normal ventilasi
2. Irama 3. Lakukan fisioterapi
pernapasan dada jika perlu
teratur 4. Buang sekret dengan
3. Kedalaman cara batuk efektif
inspirasi 5. Auskultasi suara nafas
normal
4. Kemampuan Monitor Pernapasan
untuk
mengeluarkan 1. Monitor frekuensi,
sekret irama, kedalaman
5. Suara nafas dan adanya kesulitan
tambahan dalam bernapas
tidak ada 2. Catat adanya
6. Pernggunaan pergerakan dinding
otot bantu dada,
pernapasan ketidaksimetrisan,
tidak ada penggunaan otot
bantu pernafasan dan
retraksi dinding dada
3. Monitor adanya
suara tambahan
4. Monitor pola nafas
5. Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
6. Monitor kemampuan
batuk efektif pasien
2 Gangguan Status Respirasi Terapi Oksigen
Pertukaran gas Kriteria Hasil :
berhubungan dengan a. Pertahankan
perubahan membran 1. Saturasi jalan napas
alveolar kapiler Oksigen b. Monitor aliran
Dalam Batas oksigen
Normal c. Pertahankan
2. Tidak ada posisi pasien
sianosis d. Observasi
3. Tanda tanda tanda – tanda
vital dalam hipoventilasi
rentang e. Monitor
normal adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
Monitor Respirasi
a. Monitor
frekuensi,
irama,
kedalaman dan
kekuatan
respirasi
b. Perhatikan
gerakan dan
kesimetrisan,
menggunakan
otot bantu, dan
adanya
retraksi otot
interkostal dan
supraklavikula
r
c. Auskultasi
bunyi napas,
catat adanya
suara
tambahan
d. Monitor pola
napas
e) Monitor
adanya
dispnea dan
hal yang
meningkatkan
atau
memperburuk
f) Monitor
perubahan
paO2 dan SaO2
3 Ketidakseimbangan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Kriteria Hasil : 1. Kaji adanya
kebutuhan tubuh 1. Adanya alergi
peningkatan makanan
berat badan 2. Kolaborasi
sesuai dengan ahli
dengan gizi untuk
tujuan menentukan
2. Berat badan jumlah kalori
ideal sesuai dan nutrisi
dengan yang
tinggi dibutuhkan
badan pasien
3. Mampu 3. Anjurkan
mengidentif pasien untuk
ikasi meningkatkan
kebutuhan intake fe
nutrisi 4. Berikan
4. Tidak ada informasi
tanda – tentang
tanda kebutuhan
malnutrisi nutrisi
5. Tidak
terjadi Monitor Nutrisi
penurunan
berat badan 1. Monitor
yang berarti adanya
penurunan
berat
badan
2. Monitor
lingkungan
selama
makan
3. Monitor
kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
4. Monitor
kekeringan
, rambut
kusam, dan
mudah
patah.
5. Monitor
mual
muntah
6. Monitor
kadar
albumin,
total
protein,
Hb, Ht
1. Mempertahanka
Gangguan n jalan napas,
pertukaran gas Memonitor S = Klien mengatakan
berhubungan aliran oksigen nafas terasa sesak,
dengan perubahan 2. mempertahanka batuk berdahak, badan
membran alveolar n posisi pasien, terasa lemah.
kapiler Meobservasi O = Pasien tampak
tanda – tanda sesak, irama
hipoventilasi pernapasan tidak
3. Memonitor teratur, terpasang O2
frekuensi, 4liter/menit dengan
irama, binasal kanul. pH =
kedalaman dan 7.47mmHg PC02 =
kekuatan 32mmHg, PO2 =
respirasi 67mmHg.
4. memperhatikan A=Masalah belum
gerakan dan teratasi
kesimetrisan P = Intervensi
dinding dada dilanjutkan dengan
5. Meauskultasi Mempertahankan
bunyi napas, jalan napas,
mencatat adanya Memonitor aliran
suara tambahan oksigen,
6. Memonitor pola mempertahankan
napas posisi
7. Memonitor pasien,Memonitor
perubahan paO2 frekuensi,irama,
kedalaman dan
kekuatan respirasi
memperhatikan
gerakan dan
kesimetrisan
Meauskultasi bunyi
napas, mencatat
adanya suara
tambahan, Memonitor
perubahan paO2 dan
SaO2
Ketidakseimbangan 1. Mengkaji
nutrisi kurang dari adanya S = Klien mengatakan
kebutuhan tubuh alergi tidak nafsu makan dan
berhubungan makanan terasa pusing dan
dengan anoreksia 2. menganjurka mual
n pasien O =klien terlihat
untuk pucat, klien hanya
meningkatka menghabiskan ½ porsi
n intake fe makanan, Hb =
3. 9.0gr/dl
memberikan A = masalah belum
informasi teratasi
tentang P = Intervensi
kebutuhan dilanjutkkan dengan
nutrisi Mengkaji adanya
4. Memonitor alergi makanan,
lingkungan menganjurkan pasien
selama untuk meningkatkan
makan intake fe,
5. Memonitor memberikan informasi
kulit kering tentang kebutuhan
dan nutrisi,
perubahan Memonitor
pigmentasi lingkungan selama
6. Memonitor makan, Memonitor
mual kulit kering dan
muntah perubahan
7. Memonitor pigmentasi,Memonitor
kadar mual
albumin, muntah,Memonitor
total protein, kadar albumin, total
Hb, Ht protein, Hb, Ht
Gangguan
pertukaran gas S = Klien mengatakan
berhubungan 1. Mempertaha nafas terasa sesak,
dengan perubahan nkan jalan batuk berdahak, badan
membran alveolar napas, terasa lemah.
kapiler Memonitor O = Pasien tampak
aliran sesak, irama
oksigen pernapasan tidak
2. mempertaha teratur, terpasang O2
nkan posisi 4liter/menit dengan
pasien, binasal kanul. pH =
Meobservasi 7.47mmHg PC02 =
tanda – 32mmHg, PO2 =
tanda 67mmHg,
hipoventilasi A=Masalah belum
3. Memonitor teratasi
frekuensi, P = Intervensi
irama, dilanjutkan dengan
kedalaman Mempertahankan
dan jalan napas,
kekuatan Memonitor aliran
respirasi oksigen,
4. memperhati mempertahankan
kan gerakan posisi
dan pasien,Memonitor
kesimetrisan frekuensi,irama,
5. Meauskultasi kedalaman dan
Ketidakseimbangan bunyi napas, kekuatan respirasi,
nutrisi kurang dari mencatat memperhatikan
kebutuhan tubuh adanya suara gerakan dan
berhubungan tambahan kesimetrisan
dengan anoreksia 6. Memonitor pola Meauskultasi bunyi
napas napas, mencatat
7. Memonitor adanya suara
perubahan paO2 tambahan, Memonitor
perubahan paO2
Gangguan 1. Mempertahankan
pertukaran gas jalan napas, S = Klien mengatakan
beruhubungan Memonitor aliran nafas terasa sesak,
dengan perubahan oksigen batuk berdahak, badan
membran alverolar 2. mempertahankan terasa lemah.
kapiler posisi pasien, O = Pasien tampak
Meobservasi sesak, irama
tanda – tanda pernapasan tidak
hipoventilasi teratur, terpasang O2
3. Memonitor 4liter/menit
frekuensi, irama, A=Masalah belum
kedalaman dan teratasi
kekuatan P = Intervensi
respirasi dilanjutkan dengan
4. memperhatikan Mempertahankan
gerakan dan jalan napas,
kesimetrisan Memonitor aliran
5. Meauskultasi oksigen,
bunyi napas, mempertahankan
mencatat adanya posisi
suara tambahan, pasien,Memonitor
6. Memonitor pola frekuensi,irama,
napas kedalaman dan
7. Memonitor kekuatan respirasi,
perubahan paO2 memperhatikan
gerakan dan
kesimetrisan,
Meauskultasi bunyi
napas, mencatat
adanya suara
tambahan, Memonitor
perubahan paO2 dan
Ketidakseimbangan
nutrisi nutrisi 1. Mengkaji
kurang dari adanya
kebutuhan tubuh alergi S = Klien mengatakan
berhubungan makanan tidak nafsu makan dan
dengan anoreksia 2. menganjurkan mual dan muntah
pasien untuk O =klien terlihat
meningkatkan pucat, klien hanya
intake fe menghabiskan ½ porsi
3. memberikan makanan
informasi A = masalah belum
tentang teratasi
kebutuhan P = Intervensi
nutrisi dilanjutkkan dengan
4. Memonitor Mengkaji adanya
lingkungan alergi makanan,
selama makan menganjurkan pasien
5. Memonitor untuk meningkatkan
kulit kering intake fe, memberikan
dan perubahan informasi tentang
pigmentasi kebutuhan nutrisi,
6. Memonitor Memonitorlingkungan
mual selamamakan,
muntah Memonitor kulit
7. Memonitor kering dan perubahan
kadar pigmentasi,Memonitor
albumin, mual
total protein, muntah,Memonitor
Hb, Ht kadar albumin, total
protein, Hb, Ht
Gangguan
pertukaran gas S = Klien mengatakan
berhubungan nafas terasa sesak,
dengan perubahan 1. Mempertahankan batuk berdahak, badan
membran alveolar jalan napas, terasa lemah.
kapiler Memonitor aliran O = Pasien tampak
oksigen sesak, irama
2. mempertahankan pernapasan tidak
posisi pasien, teratur, terpasang O2
Meobservasi 4liter/menit dengan
tanda – tanda binasal kanul.
hipoventilasi A=Masalah belum
3. Memonitor teratasi
adanya P = Intervensi
kecemasan dilanjutkan dengan
pasien terhadap Mempertahankan
oksigenasi jalan napas,
4. Memonitor Memonitor aliran
frekuensi, oksigen,
irama, mempertahankan
kedalaman dan posisi
kekuatan pasien,Memonitor
respirasi frekuensi,irama,
5. memperhatikan kedalaman dan
gerakan dan kekuatan respirasi,
kesimetrisan memperhatikan
6. Meauskultasi gerakan dan
bunyi napas, kesimetrisan,Meausku
mencatat adanya ltasi bunyi napas,
suara tambahan, mencatat adanya suara
7. Memonitor pola tambahan, Memonitor
napas perubahan paO2
8. Memonitor
perubahan paO2
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari 1. Mengkaji S = Klien mengatakan
kebutuhan tubuh adanya alergi tidak nafsu makan dan
berhubungan makanan terasa pusing
dengan anoreksia 2. menganjurkan O =klien terlihat
pasien untuk pucat,
meningkatkan A = masalah belum
intake fe teratasi
3. memberikan P = Intervensi
informasi dilanjutkkan dengan
tentang Mengkaji adanya
kebutuhan alergi makanan,
nutrisi menganjurkan pasien
4. Memonitor untuk meningkatkan
lingkungan intake fe,
selama makan memberikan informasi
5. Memonitor kulit tentang kebutuhan
kering dan nutrisi,
perubahan Memonitor
pigmentasi lingkungan selama
6. Memonitor makan, Memonitor
mual muntah kulit kering dan
7. Memonitor perubahan
kadar albumin, pigmentasi,Memonitor
total protein, mual
Hb, Ht muntah,Memonitor
kadar albumin, total
protein, Hb, Ht
Ketidakseimbang 1. Mengkaji
an nutrisi kurang adanya
dari kebutuhan alergi
tubuh makanan
berhubungan 2. menganjurka S = Klien mengatakan
dengan anoreksia n pasien tidak nafsu makan dan
untuk terasa pusing
meningkatka O =klien terlihat
n intake fe pucat,
3. memberikan A = masalah belum
informasi teratasi
tentang P = Intervensi
kebutuhan dilanjutkkan dengan
nutrisi Mengkaji adanya
4. Memonitor alergi makanan,
lingkungan menganjurkan pasien
selama untuk meningkatkan
makan intake fe,
5. Memonitor memberikan informasi
kulit kering tentang kebutuhan
dan nutrisi,
perubahan Memonitor
pigmentasi lingkungan selama
6. Memonitor makan, Memonitor
mual kulit kering dan
muntah perubahan
7. Memonitor pigmentasi,Memonitor
kadar mual
albumin, muntah,Memonitor
total protein, kadar albumin, total
Hb, Ht protein, Hb, Ht
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang S = Klien
dari kebutuhan mengatakan tidak
tubuh 1) Mengkaji nafsu makan dan
berhubungan adanya alergi terasa pusing
dengan anoreksia makanan O =klien terlihat
2) menganjurkan pucat,
pasien untuk A = masalah belum
meningkatkan teratasi
intake fe P = Intervensi
3) memberikan dilanjutkkan dengan
informasi Mengkaji adanya
tentang alergi makanan,
kebutuhan menganjurkan pasien
nutrisi untuk meningkatkan
4) Memonitor intake fe,
lingkungan memberikan informasi
selama makan tentang kebutuhan
5) Memonitor kulit nutrisi,
kering dan Memonitor
perubahan lingkungan selama
pigmentasi makan, Memonitor
6) Memonitor kulit kering dan
mual muntah perubahan
7) Memonitor pigmentasi,Memonitor
kadar albumin, mual
total protein, muntah,Memonitor
Hb, Ht kadar albumin, total
protein, Hb, Ht